Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TAFSIR AYAT SOSIAL KEMASYARAKATAN


HOAX DALAM AL-QUR’AN Q.S AL-HUJURAT AYAT 6

Dosen Pengampu:
Dr. Ahmad Baidowi, S.Ag., M.Si

Disusun oleh:

1. Mirna Elisa 18105030018


2. Muhammad Arju Shidqol Yaqin 18105030085
3. Muhammad Rifki Nurfauzi 18105030105
4. Ismu Hakiki 18105030108

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Hoax
Dalam Al-Qur’an Q.S Al-Hujurat Ayat 6” yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir
Ayat Sosial Kemasyarakatan. Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh bantuan dari
berbagai pihak dan sumber-sumber kajian makalah. Oleh karena itu, kami haturkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.

kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata baik,
karena dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khusunya bagi kami dan pembaca pada
umumnya dan atas amal baik dari semua pihak yang membantu kami dalam penyusunan
makalah ini. Semoga mendapatkan imbalan pahala dari Allah SWT. Aamiin.

Yogyakarta, 13 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan.............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

A. Ayat dan Terjemah..........................................................................................................5

B. Asbabun Nuzul................................................................................................................5

C. Pengertian Hoax..............................................................................................................6

D. Tafsiran Dari Kitab:........................................................................................................6

1. Tafsir Ibnu Jarir...........................................................................................................6

2. Tafsir Al-Munir...........................................................................................................8

3. Tafsir Al-Misbah.........................................................................................................8

4. Tafsir Al-Azhar.........................................................................................................11

5. Tafsir An-Nur............................................................................................................14

E. Kontekstualisasi............................................................................................................15

BAB III PENUTUP..................................................................................................................19

A. Kesimpulan...................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup di era teknologi yang semakin canggih, sepatutnya manusia harus banyak
bersyukur. Artinya, mereka harus menggunakannya ke arah yang positif. akan tetapi,
seringkali muncul dampak buruk yang yang bersumber dari teknologi tersebut. Hal ini
menandakan bahwa sebagian dari mereka belum bijak dalam menggunakannya. entah sebab
ketidaktahuan mereka atau memang berdasar kepentingan pribadi atau kelompok mereka.

Hoax adalah salah satu masalah yang timbul di era ini. informasi yang dikeluarkan baik
dari orang perorang maupun badan usaha melalui media sosial, ketika telah dikirim dan
dibaca oleh banyak orang dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran, bahkan tindakan
seseorang maupun kelompok. Sangat disayangkan jika informasi tersebut adalah informasi
yang tidak akurat, apalagi jika berisi hal-hal yang dapat memprovokasi. Opini negatif, fitnah,
dan tebaran kebencian dapat merugikan banyak orang, baik dalam hal materi maupun non
materi.

Masalah ini akan terus bermunculan bila tidak segera diatasi. Lantas bagaimana al-Qur’an
sebagai pedoman hidup muslim dalam menjawab masalah ini?. kandungan Q.S al-Hujurat
ayat 6 akan menjawabnya. Sebenarnya kasus-kasus seperti ini sudah ada di zaman Rosulullah
saw. Dan ada satu kasus yang menjadi asbabun nuzul ayat tersebut. dalam pembahasan kali
ini, kita akan melihat bagaimana para ulama terdahulu menafsirkan ayat tersebut dalam kitab
tafsirnya masing-masing. Kemudian akan dipaparkan beberapa cuplikan hadits nabi yang
berkaitan dengan kasus seperti ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asbabun nuzul dari Q.S Al-Hujurat ayat 6?
2. Apa yang dimaksud dengan hoax?
3. Bagaimana tafsiran dari Q.S Al-Hujurat ayat 6?
4. Bagaimana kontektualisasi dari Q.S Al-Hujurat ayat 6?

C. Tujuan
1. Menambah pengetahuan mengenai asbabun dari Q.S Al-Hujurat ayat 6
2. Untuk mengetahui pengertian dari hoax
3. Menambah wawasan dalam penafsiran dari para ulama

4
4. Agar dapat diterapkan dalam kedalam kehidupan sehari-hari

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat dan Terjemah
ِ ‫ق بِنَبَإ ٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ ت‬
ْ ‫ُصيبُوا قَ ْو ًما بِ َج َهالَ ٍة فَت‬
‫ُصبِ ُحوا َعلَى َما‬ ِ َ‫يَا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِنْ َجا َء ُك ْم ف‬
ٌ ‫اس‬
)6( َ‫فَ َع ْلتُ ْم نَا ِد ِمين‬1
Terjemahan: wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kamu orang yang
fasik membawa berita, maka selidikilah, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum dengan tidak mengetahui, maka jadilah kamu menyesal atas perbuatan
itu.2

B. Asbabun Nuzul
Sebab turunnya ayat ini bahwa ada kaitannya dengan suatu berita yang dibawa oleh Al-
Walid Bin Uqbah Bin Abu Mu’ith kepada Rasulullah. Menurut riwayat Sa’id yang
diterimanya dari Qatadah bahwa nabi Muhammad mengutus Al-Walid Bin Uqbah mengambil
zakat kepada Bani Musthaliq yang telah masuk agama islam. Sesampainya di Bani Mustahliq
dengan maksud untuk mengambil zakat tidak jadi. Kemudian, Al-Walid Bin Uqbah kembali
ke Madinah dan melaporkan kepada Rasulullah bahwa Bani Musthaliq telah keluar dari
agama islam. Kemudian, Rasulullah mengutus Khalid Bin Al-Walid bersama tentara untuk
datang ke Bani Musthaliq. Peasn dari Rasulullah bahwa jangan heboh terlebih dahulu dan
selidiki dengan hati-hati tanpa terburu-buru dalam mengambil tindakan yang keras.

Kemudian, Khalid melaksanakan perintah dari Rasulullah dan sampai di negeri itu pada
malam hari. Lalu, mengirimkan beberapa orang untuk masuk ke negeri tersebut untuk melihat
dan menyelidiki lebih dalam. Setelah diselidiki dengan baik, beberapa orang tersebut
melaporkan kepada Khalid bahwa Bani Musthaliq masih menjalankan agama islam dengan
baik, masih terdengar adzan dan mengerjakan sholat berjamaah. Jelas bahwa berita mengenai
Bani Musthaliq murtad adalah berita bohong belaka. Kemudian, Khalid melaporkan kepada
Rasulullah bahwa Bani Musthaliq tidak murtad dan masih menjalankan ajaran agama islam
dengan baik. Kemudian turunlah ayat ini sebagai pengingat bahwa apabila ada orang fasik
membawa berita hendaknya diselidiki dahulu, jangan sampai suatu kaum menderita atas
1
Maktabah Syamila
2
HAMKA, Tafsir al-azhar jilid 9, pustaka nasional pte ltd singapura hal. 6815.

5
suatu malapetaka dengan tidak diinginkan, padahal bukan kesalahannya. Kalau kejadian
tersebut terjadi, tentu kamu akan menyesal.3

C. Pengertian Hoax
Dalam bahasa inggris, hoax artinya tipu, tipuan, menipu, berita bohong, berita palsu atau
kabar burung.4 Menurut KBBI, hoaks adalah informasi bohong.5 Berita bohong ialah berita
yang isinya tidak sesuai dengan kebenaran yang ada. Sehingga dapat dikatakan bahwa hoax
adalah adanya ketidakbenaran dalam suatu berita. Tujuan hoaks itu sendiri adalah membuat
sebuah opini public, membentuk persepsi serta menggiring opini untuk kesenangan belaka
yang menguji kecerdasan penggunaan internet dan media sosial.6

D. Tafsiran Dari Kitab:


1. Tafsir Ibnu Jarir

__7

Terjemahannya: Interpretasi dari ayat di atas (al-Hujurat : 6) adalah firman Allah swt. yang
berbunyi : “Wahai orang-orang percaya kepada Allah dan rasul-Nya (jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita) dari suatu kaum (maka periksalah dengan teliti).”

__8

Terjemahannya: Terdapat perbedaan cara baca pada penggalan ayat “fatabayyanuu” di


kalangan ahli qiraat. Pada umumnya ahli qiraat penduduk Madinah membacanya dengan
HAMKA, Tafsir al-azhar jilid 9, pustaka nasional pte ltd singapura hal. 6817.
3

4
A. Mustofa, 2017, http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9135/6/BAB%20III.pdf diakses pada tanggal 17
April 2020 pukul 06.30 WIB
5
KKBI Daring, hoaks, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hoaks diakses pada tanggal 17 April 2020
Pukul 06.35 WIB.
6
http://eprints.umm.ac.id/37725/3/jiptummpp-gdl-shellylaud-47786-3-babii.pdf diakses pada tanggal 17
April 2020 pukul 07.02 WIB
7
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Tabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, (Beirut : Muassasah al-
Risalah, 2010), jilid 7, hlm. 79.
8
Loc.cit.

6
lafadz “fatastabbatuu” dengan huruf “tsa’”. Telah dituturkan di dalam mushaf Abdullah
bahwa lafadz ini diberi titik berupa huruf “tsa’”. Sedangkan sebagian ahli qiraat yang lain
membacanya dengan lafadz “fatabayyanuu” dengan huruf “ba’”. Makna dari kedua lafadz di
atas adalah sama, yaitu ; “pelan-pelanlah kalian (jangan tergesa-gesa) hingga kalian
mengerti akan kebenarannya. Jangan tergesa-gesa untuk menerimanya.”

__9

Terjemahannya :Pendapat yang tepat untuk menyikapi hal ini adalah, bahwa kedua bacaan
tersebut telah sama-sama diketahui dan memiliki makna yang hampir sama. Dengan kata
lain, keduanya adalah sama-sama benar.

Ayat ini turun berkenaan dengan kasus al- Walid bin Uqbah bin Abi Mu’ith (yang
menjadi utusan Rosulullah saw. untuk memungut zakat dari bani Musthaliq).

__10

Terjemahannya : Adapun Firman Allah, (“agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya”), diintepretasikan sebagai berikut ; Allah
swt. berfirman, “maka periksalah dengan teliti, supaya kalian tidak menimpakan musibah
terhadap suatu kaum yang tidak bersalah atas tuduhan kejahatan sebab ketidaktahuan
kalian.” Kemudian interpretasi penggalan ayat selanjutnya (“yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu”) adalah firman Allah sebagai berikut ; “maka kalian akan
menyesal atas perbuatan kalian terhadap mereka, berupa tuduhan tindakan kejahatan yang
kini menimpa mereka”.

2. Tafsir Al-Munir
Wahai orang-orang yang membenarkan Allah SWT dan Rasul-Nya, apabila datang
kepada kalian seorang pendusta yang tidak melihat konsekuensi kedustaannya dengan
membawa berita yang merugikan seseorang terlebih dahulu telitilah secara saksama
9
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Tabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, (Beirut : Muassasah al-
Risalah, 2010), jilid 7, hlm. 79.
10
Loc.cit.

7
kebenarannya, verifikasilah kasusnya, jangan kalian terburu-buru mengambil kesimpulan
sampai kalian benar-benar menyelidiki kasusnya dan memverifikasi kabar berita yang ada
secara saksama, supaya kebenaran terlihat jelas. Dikhawatirkan kalian akan menimpakan
musibah kepada suatu kaum dan menimpakan kemudaratan yang tidak semestinya menimpa
mereka, sedang kalian tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sehingga, karena hal
tersebut kalian merasa menyesal, bersalah, bersedih hati dan mengharapkan andai saja semua
itu tidak terjadi.11

Kata ‫ فاسق‬dan ‫نبأ‬di sini disebutkan dalam bentuk nakirah. Hal ini menunjukkan
pengertian umum mencakup semua orang fasik dan semua bentuk berita. Seakan-akan di sini
dikatakan, "Jika ada orang fasik siapa pun yang datang kepada kalian dengan membawa
berita, teliti dan selidikilah terlebih dahulu kebenarannya secara saksama, jangan kalian
percayai begitu saja perkataan orang fasik. Sebab, orang yang tidak memelihara dirinya dari
kefasikan, ia juga tidak memelihara dirinya dari kebohongan yang masih satu bentuk dengan
kefasikan. Ayat ini menunjukkan bahwa berita yang dibawa satu orang yang adil (memiliki
integritas keagamaan dan moral) adalah hujjah, dan kesaksian orang fasik tidak diterima.12

3. Tafsir Al-Misbah
Kelompok ayat-ayat yang lalu merupakan tuntunan bagaimana seharusnya bertata
krama dengan Nabi saw. Kelompok ayat-ayat ini menguraikan bagaimana bersikap dengan
sesama manusia. Yang pertama diuraikan adalah sikap terhadap orang fasik.

Ayat ini menurut banyak ulama turun menyangkut kasus al-Walid Ibn ‘Uqbah Ibn Abi
Muith yang ditugaskan Nabi saw. menuju ke Bani al-Musthalaq untuk memungut zakat.
Ketika anggota masyarakat yang dituju itu mendengar tentang kedatangan utusan Nabi saw.
yakni al-Walid, mereka keluar dari perkampungan mereka untuk menyambutnya sambil
membawa sedekah mereka, tetapi al-Walid menduga bahwa mereka akan menyerangnya.
Karena itu ia kembali sambil melaporkan kepada Rasul saw. bahwa Bani al-Musthalaq
enggan membayar zakat dan bermaksud menyerang Nabi saw. (dalam riwayat lain
dinyatakan bahwa mereka telah murtad). Rasul saw. marah dan mengutus Khalid Ibn Walid
menyelidiki keadaan sebenarnya sambil berpesan agar tidak menyerang mereka sebelum
duduk persoalan menjadi jelas. Khalid ra. mengutus seorang informannya menyelidiki
perkampungan Bani al-Musthalaq yang ternyata masyarakat desa itu mengumandangkan
adzan dan melaksanakan shalat berjamaah. Khalid kemudian mengunjungi mereka lalu

11
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir (Jakarta: Gema Insani, 2016), hlm. 458.
12
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir (Jakarta: Gema Insani, 2016), hlm. 459.

8
menerima zakat yang telah mereka kumpulkan. Riwayat lain menyatakan bahwa justru
mereka yang datang kepada Rasul saw. menyampaikan zakat sebelum Khalid Ibn al-Walid
melangkah ke perkampungan mereka.

Ada riwayat lain tentang sabab nuzul ayat ini, namun yang jelas bahwa ia berpesan
bahwa: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kamu seorang fasik membawa
suatu berita yang penting, maka bersungguh-sungguhlah mencari kejelasan yakni telitilah
kebenaran informasinya dengan menggunakan berbagai cara agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan tentang keadaan yang sebenarnya dan
yang pada gilirannya dan dengan segera menyebabkan kamu atas perbuatan kamu itu
beberapa saat saja setelah terungkap hal yang sebenarnya menjadi orang-orang yang
menyesal atas tindakan kamu yang keliru.

Ulama berbeda pendapat tentang kasus turunnya ayat ini. Ada yang menolak riwayat
tersebut sehingga riwayat ini tidak dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa ada sebagian
sahabat Nabi yang tidak dapat diakui integritasnya. Ada lagi yang membenarkannya, sambil
menyatakan bahwa al-Walid bin ‘Uqbah salah paham menyangkut Bani al-Musthalaq,
apalagi sebelumnya telah ada permusuhan antara mereka dengan al-Walid yang pernah
membunuh salah seorang keluarga mereka. Yang salah paham tentunya tidak berdosa. Ada
lagi yang mempersalahkan al-Walid, dengan alasan jika dia salah paham maka sewajarnya
kesalahpahamannya itu dia sampaikan kepada Nabi saw., sambil berkata: “Saya duga mereka
akan membunuhku”, dan tidak memfitnah dengan menyatakan: “Mereka enggan membayar
zakat.”

Dengan demikian, dialah yang dimaksud dengan kata fasiq pada ayat ini, apalagi
sejarah hidupnya menunjuk ke arah sana. Banyak ulama yang menyatakan bahwa al-Walid
ditugaskan oleh Sayyidina Utsman ra. sebagai penguasa kota Kufah di Irak, dan pada suatu
ketika dalam keadaan mabuk dia memimpin shalat subuh sebanyak empat rakaat. Ketika dia
ditegur, dia berkata: “Maukah aku tambah lagi rakaat-rakaatnya?” Akhirnya dia dipecat oleh
Sayyidina Utsman ra. Demikian antara lain al-Biqa’i.

Ayat di atas menggunakan kata ‫إن‬/jika, yang biasa digunakan untuk sesuatu yang
diragukan atau jarang terjadi. Ini mengisyaratkan bahwa kedatangan seorang fasik kepada
orang-orang beriman diragukan atau jarang terjadi. Hal itu disebabkan karena orang-orang
fasik mengetahui bahwa kaum beriman tidak mudah dibohongi dan bahwa mereka akan

9
meneliti kebenaran setiap informasi, sehingga sang fasik dapat dipermalukan dengan
kebohongannya.

Kata ‫ فاسق‬terambil dari kata ‫ فسق‬yang biasa digunakan untuk melukiskan buah yang
telah rusak atau terlalu matang sehingga terkelupas kulitnya. Seorang yang durhaka adalah
orang yang keluar dari koridor agama, akibat melakukan dosa besar atau sering melakukan
dosa kecil.

Kata ‫ نبأ‬digunakan dalam arti berita yang penting. Berbeda dengan kata ‫ خبر‬yang
berarti kabar secara umum, baik penting maupun tidak. Dari sini terlihat perlunya memilah
informasi. Apakah itu penting atau tidak, dan memilah pula pembawa informasi apakah dapat
dipercaya atau tidak. Orang beriman tidak dituntut untuk menyelidiki kebenaran informasi
dari siapa pun yang tidak penting, bahkan didengarkan tidak wajar, karena jika demikian
akan banyak energi dan waktu yang dihamburkan untuk hal-hal yang tidak penting.

Kata ‫ بجهالة‬dapat berarti tidak mengetahui, dan dapat juga diartikan serupa dengan
makna kejahilan yakni perilaku seseorang yang kehilangan kontrol dirinya sehingga
melakukan hal-hal yang tidak wajar, baik atas dorongan nafsu, kepentingan sementara
maupun kepicikan pandangan. Istilah ini juga digunakan dalam arti mengabaikan nilai-nilai
ajaran Ilahi.

Ayat di atas merupakan salah satu dasar yang ditetapkan agama dalam kehidupan
sosial sekaligus ia merupakan tuntunan yang sangat logis bagi penerimaan dan pengamalan
suatu berita. Kehidupan manusia dan interaksinya haruslah didasarkan hal-hal yang diketahui
dan jelas. Manusia sendiri tidak dapat menjangkau seluruh informasi, karena itu ia
membutuhkan pihak lain. Pihak lain itu ada yang jujur dan memiliki integritas sehingga
hanya menyampaikan hal-hal yang benar, dan ada pula sebaliknya. Karena itu pula berita
harus disaring, khawatir jangan sampai seseorang melangkah tidak dengan jelas atau dalam
bahasa ayat di atas bi jahalah. Dengan kata lain, ayat ini menuntut kita untuk menjadikan
langkah kita berdasarkan pengetahuan sebagai lawan dari jahalah yang berarti kebodohan, di
samping melakukannya berdasar pertimbangan logis dan nilai-nilai yang ditetapkan Allah
swt. sebagai lawan dari makna kedua dari jahalah.

Penekanan pada kata fasiq bukan, pada semua penyampai berita, karena ayat ini turun
di tengah masyarakat muslim yang cukup bersih, sehingga bila semua penyampai berita harus
diselidiki kebenaran informasinya, maka ini akan menimbulkan keraguan di tengah
masyarakat muslim dan pada gilirannya akan melumpuhkan masyarakat. Namun demikian,

10
perlu dicatat bahwa bila dalam suatu masyarakat sudah sulit dilacak sumber pertama dari satu
berita, sehingga tidak diketahui apakah penyebarnya fasik atau bukan, atau bila dalam
masyarakat telah sedemikian banyak orang-orang yang fasik, maka ketika itu berita apa pun
yang penting, tidak boleh begitu saja diterima. Dalam konteks serupa Sayyidina Ali ra.
berkata: “Bila kebaikan meliputi satu masa beserta orang-orang di dalamnya, lalu seorang
berburuk sangka terhadap orang lain yang belum pernah melakukan cela, maka sesungguhnya
ia telah menzaliminya. Tetapi apabila kejahatan telah meliputi satu masa disertai banyaknya
yang berlaku zalim, lalu seseorang berbaik sangka terhadap orang yang belum dikenalnya,
maka ia akan sangat mudah tertipu.” Perlu dicatat bahwa banyaknya orang yang
mengedarkan informasi atau isu bukan jaminan kebenaran informasi itu.

Banyak faktor yang harus diperhatikan. Dahulu ketika ulama menyeleksi informasi
para perawi hadis-hadis Nabi, salah satu yang diperbincangkan adalah penerimaan riwayat
yang disampaikan oleh sejumlah orang yang dinilai mustahil menurut kebiasaan mereka
sepakat berbohong, atau yang diistilahkan dengan mutawatir. Ini diakui oleh semua pakar,
hanya masalahnya jumlah yang banyak itu harus memenuhi syarat-syarat. Boleh jadi orang
banyak itu tidak mengerti persoalan, boleh jadi juga mereka telah memiliki asumsi dasar yang
keliru. Di sini, sebanyak apa pun yang menyampaikannya, hal itu tidak menjadi jaminan
kebenarannya. Kata ‫تصبحوا‬pada mulanya berarti masuk di waktu pagi. Ia kemudian diartikan
“menjadi”. Ayat di atas mengisyaratkan bagaimana sikap seorang beriman di kala melakukan
satu kesalahan. Mereka, oleh akhir ayat di atas dilukiskan sebagai َ‫ ع َٰلى َما فَ َع ْلتُ ْم ٰن ِد ِم ْين‬u‫فَتُصْ بِحُوْ ا‬
yakni segera dan berpagi-pagi menjadi orang-orang yang penuh penyesalan.13

4. Tafsir Al-Azhar
Ayat ini jelas sekali, memberikan larangan yang sekeras-kerasnya lekas percaya
kepada berita yang dibawa oleh seorang yang fasik, memburukkan seseorang atau suatu
kaum. Janganlah perkara itu langsung saja diiyakan atau ditidakkan, melainkan diselidikilah
terlebih dahulu dengan seksama benar atau tidaknya. Jangan sampai karena terburu
menjatuhkan keputusan yang buruk atas suatu perkara, sehingga orang yang diberitakan itu
telah mendapat hukuman, padahal kemudian ternyata bahwa ia tidak salah sama sekali dalam
perkara yang diberitakan orang itu. Mengenai sebab turunnya ayat disebutkan bahwasanya
hal ini terkait dengan berita yang dibawa kepada Rasulullah oleh al-Walid bin Uqbah bin Abu
Mu'ith.

13
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran (Jakarta,
Lentera Hati, 2005), hlm. 236-239.

11
Menurut riwayat Sa'id yang diterimanya dari Qatadah bahwa pada suatu hari Nabi
s.a.w. mengutus al-Walid bin Uqbah itu mengumpulkan zakat kepada Bani Musthaliq, yang
telah mengaku tunduk kepada Nabi dan telah memeluk Agama Islam. Sesampainya al-Walid
di negeri Bani Musthaliq itu, maka maksudnya mengumpulkan zakat itu tidaklah berhasil.
Lalu al-Walid segera pulang ke Madinah dan melaporkan kepada Nabi s.a.w. bahwa Bani
Musthaliq itu telah murtad dari Islam. Lalu Rasulullah s.a.w. mengutus Khalid bin al-Walid
bersama dengan beberapa tentara datang ke negeri itu tanpa membuat heboh penduduk dan
menyelidiki terlebih dahulu dengan seksama dan teliti, dan jangan terburu-buru mengambil
sikap keras. Khalid langsung melaksanakan perintah itu dan dia datang ke tempat itu pada
malam hari, sehingga tidak ada orang yang tahu.

Setelah itu ia mengirim beberapa orang spion masuk ke dalam kampung itu untuk
menyelidiki lebih mendalam dan lebih dekat. Setelah berapa lamanya, spion-spion itu pun
datang kembali membawa laporan bahwa penduduk kampung Bani Musthaliq itu
menjalankan Agama Islam dengan baik, mengumandangkan azan dan sholat berjamaah pada
waktunya. Setelah itu spion itu pun datang kembali kepada Khalid membawa laporan, berita
mengenai orang-orang itu murtad adalah berita bohong belaka. Jelas sekali bahwa mereka
tetap dalam Islam. Khalid pun segera melaporkan segala hasil penyelidikannya itu kepada
Nabi. Maka turunlah ayat ini, memberikan peringatan bahwa jika datang orang fasik
membawa berita hendaklah selidiki lebih dahulu dengan seksama, jangan sampai suatu kaum
menderita suatu malapetaka, padahal bukan kesalahannya. Kalau hal ini kejadian, tentulah
kamu akan mengalami penyesalan. Nabi sendiri sampai berkata:

‫التأني من هللا والعجلة من الشيطان‬

"Menyelidiki dengan tenang adalah dari Allah dan tergopoh-gopoh adalah dan setan."

Dalam lain riwayat disebutkan pula bahwa al-Walid diutus kepada Bani Musthaliq itu
setelah mereka memeluk Islam. Setelah mendengar bahwa dia datang, Bani Musthaliq itu
datang ramai-ramai hendak menemuinya, maka al-Walid merasa takut, sehingga dia lari
kembali menemui Rasulullah dan melaporkan bahwa kaum itu mengejarnya dan hendak
membunuhnya dan mereka tidak mau membayar zakat. Mendengar laporan itu Rasulullah
hendak datang untuk menundukkan dan menaklukkan mereka. Tetapi untunglah sebelum
Rasulullah dan pasukannya berangkat ke negeri itu, utusan dari negeri itu datang lebih dahulu
menemui Rasul, lalu berkata: "Ya Rasulullah! Kami mendengar utusan engkau telah tiba,
maka kami pun datang beramai-ramai hendak menemuinya dan menghormati kedatangannya,

12
dan kami hendak membayar zakat yang wajib kami tunaikan. Tetapi, sebelum kami sampai
ke tempatnya, dia telah lari! Kemudian sampai pula kepada kami berita bahwa dia mengadu
kepada Rasulullah bahwa kami hendak membunuhnya.

Demi Allah, kami tidak ada niat untuk melakukan hal itu. Pada waktu itulah turun wahyu
ini, yang terang-terang menjadi bukti atas kebenaran pengakuan mereka, bahwa mereka
sekali-kali tidak berniat hendak membunuh Utusan Rasul. Bahkan di dalam ayat dijelaskan
sekali bahwa al-Walid telah diberi nama yang hina, yaitu fasik, tegasnya seorang
pembohong! Ibnu Zaid, Muqatil dan Sahl bin Abdullah memaknai kata fasik dengan kazzaab,
pembohong. Abul Hasan al-Warraaq mengartikan fasik dengan orang yang tidak segan-segan
menyatakan suatu perbuatan dosa. Inilah satu contoh, pedoman bagi kaum Muslimin,
bahwasanya seseorang itu tidak dibenarkan tergesa-gesa menerima suatu berita, yang di
zaman modern ini sering kali dinamai dengan isu-isu atau konon kabarnya atau gosip, atau
fitnah yang dibuat-buat, sehingga masyarakat menjadi heboh.

Kabar berita yang demikian kadang-kadang tidak tentu saja ujung pangkalnya, dan
banyak saja menerima tanpa meneliti kebenarannya. Terbetik berita bahwa di Jakarta Timur,
di atas satu pohon beringin kelihatan orang bersayap terbang ke angkasa, orang banyak pun
berkerumun datang ke sana, padahal setelah dilihat tidak ada sama sekali, atau ada berita
mengenai dua orang pemuda dan pemudi melakukan zina, lalu kedua badan mereka menjadi
terikat, tidak mau dipisahlah lagi dan ini terjadi di Jakarta Barat; maka berkerumun pulalah
orang ke sana. Karena berita ini diperbuat seakan-akan berita yang terang dan sah. Padahal
setelah sampai di tempat kejadian, berita tersebut sama sekali tidak sesuai dengan apa yang
terjadi.

Di zaman peperangan, ketika Jepang mulai menyerbu Indonesia, Pemerintah Belanda


telah habis dan hilang wibawanya lama sebelum Jepang masuk. Sebab Belanda tidak sanggup
membendung berita-berita semacam ini. Inilah yang dinamai pada waktu itu dengan "radio
dengkul", karena tidak diketahui dari mana asal mulanya. Orang-orang tidak lagi mempunyai
kecerdasan pikiran sehingga tidak dapat menimbang mana benar dan mana yang salah, Maka
dengan ayat yang tengah kita tafsirkan ini, Agama Islam telah memberikan pedoman yang
jelas bagi kita yang beragama Islam. Jangan tergesa-gesa menerima berita yang dibawa oleh
seseorang. Selidiki lebih dahulu dengan seksama.

Kabar berita semacam itu tidak sedikit yang membahayakan bagi orang yang tidak
bersalah. Di zaman Jepang saya sendiri difitnah orang, dikatakan mendapat beras dari Tyokan

13
Kakka (Gubernur Jepang) satu karung tiap awal bulan. Orang ketika itu tidak ingat lagi
hendak memegang ayat ini. Tidak ada yang pergi mengintip ke rumah saya sejak Maret 1942
sampai Agustus 1945, agak sekali saja pun cukuplah, menyelidiki dari mana beras itu dibawa
orang, dari pintu belakangkah atau dari pintu depan, siangkah dibawa atau malam, dengan
pedatikah atau dengan mobil, dengan serdadu Jepangkah atau saya sendiri. Namun berita itu
tersebar amat luas di seluruh Sumatera Timur. Maka kalau memang Agama Islam ini akan
kita jadikan pedoman hidup kaum Muslimin di Indonesia, rasanya ayat inilah yang patut kita
pegangi jika kita mendengar gosip-gosip yang demikian dalam masyarakat kita, sehingga
tanah air kita tidak jadi subur untuk gosip seperti demikian.14

5. Tafsir An-Nur
Hai semua orang-orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika datang seorang fasik
kepadamu dengan mengaku membawa berita (informasi) penting, maka selidikilah dahulu
kebenaran dari berita itu. Janganlah kamu langsung mempercayainya, supaya kamu tidak
menyakiti suatu kaum sebelum mengetahui keadaan langsung sebenarnya, yang
menyebabkan kamu menyesali perbuatanmu sepanjang masa kelak. Menurut riwayat,
Rasulullah mengutus al-Walid ibn Uqbah untuk mengumpulkan zakat dari Bani Musthaliq.
Setelah mendengar kedatangan al-Walid, mereka pun berkumpul menyambutnya. Ketika itu
setan telah membisiki ke dalam hati al-Walid bahwa Bani Musthaliq itu akan membunuhnya.
Oleh karena itu dia pun kembali, kemudian melapor kepada Nabi bahwa Bani Musthaliq
tidak mau membayar zakat. Karena itu Rasulullah marah dan ingin memerangi mereka.
Ketika Bani Musthaliq mengetahui bahwa Ibn Uqbah telah kembali, maka mereka segera
datang menemui Nabi, menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Kata mereka: 'Tuan mengutus
kepada kami seorang pegawai untuk memungut zakat. Kami menerima kedatangannya
dengan gembira dan kami berkumpul menyambut kedatangannya tetapi sebelum bertemu
dengan kami, pegawai itu kembali pulang. Oleh karena kami takut karena hal itu akan
mendatangkan kemarahan Allah dan Rasul-Nya, maka kami segera datang ke sini. Berkenaan
dengan itu turunlah ayat ini.15

Al-Walid ibn Uqbah dinamai orang fasik, sedangkan sesungguhnya dia seorang
sahabat, maksudnya untuk menakuti kita agar tidak terburu-buru memutuskan sesuatu
sebelum mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dalam hal ini, al-Walid sebenarnya salah

14
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir al-Azhar (Singapura: Pustaka Nasional, 2001), hlm. 6817-
6819.
15
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Quran al-Majid an-Nur (Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 1999), hlm. 3914.

14
ijtihad, sebab dia bukan orang fasik dalam arti yang sebenar-benarnya. Sebagian ulama telah
mempergunakan ayat ini untuk menjadi dalil bahwa orang fasik dapat menjadi saksi. Kalau
tidak, tentulah tidak bermanfaat kita diperintahkan untuk menyelidiki beria (informasi) yang
disampaikannya. Namun kebanyakan ulama menolak kesaksian yang diberikan oleh orang
fasik. Golongan Hanafiah menerima kesaksian orang fasik dalam masalah pernikahan. Dalil
ini dapat pula dipergunakan untuk menerima kabar dari seorang yang adil. Kita diperintahkan
menyelidiki lebih lanjut suatu berita yang dibawa oleh orang fasik. Kalau demikian, berita
yang dibawa oleh seorang yang adil, tentulah boleh kita terima. Demikian pendapat sebagian
ulama. Golongan Hanafiah mengambil dalil dari ayat ini untuk menerima kabar seseorang
yang tidak diketahui keadaannya. Ayat ini juga bisa menjadi dalil bahwa di antara sahabat
Nabi ada yang tidak adil, karcna Allah memberi sebutan fasik kepada al-Walid. Masalah ini
merupakan masalah khilafilah. Ar-Razi menolak riwayat ini, karena beliau tidak dapat
menerima pemakaian nama fasik kepada al-Walid. Sebab, baginyaa, al-Walid tidak sengaja
berdusta, apalagi kata fasik sering dipakai dalam al-Quran untuk orang yang tidak beriman.16

E. Kontekstualisasi
Di era digital ini, arus informasi begitu lancar. Seringkali tanpa berfikir panjang dan
selalu saja mengedepankan sikap fanatisme, kita langsung menyebarkan semua informasi
yang baru saja kita dapatkan. Padahal kita belum tahu akan keabsahan informasi tersebut.
Akibatnya, muncul berbagai macam kondisi negatif, seperti kerusakan, kekacauan, fitnah,
provokasi, ketakutan, atau kebingungan di kalangan masyarakat awam.

Indonesia adalah negara yang menduduki peringkat ke-6 sebagai pengguna internet
terbesar di dunia. Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan sikap selektif masyarakat
terhadap berita-berita yang diterima, sehingga berita hoax semakin mudah tersebar. Bahkan
dengan alasan uang, terdapat kelompok-kelompok tertentu yang secara sengaja memproduksi
berita hoax.17

Sebanyak 486 hoax diidentifikasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika


(Kementerian Kominfo) selama April 2019. Tercatat, 209 hoax berasal dari kategori politik.
Hoax politik yang dimaksud antara lain berupa kabar bohong yang menyerang capres-
cawapres, parpol peserta pemilu, dan KPU serta Bawaslu. "Dari 486 hoax selama April 2019
tersebut, terdapat 209 hoax kategori politik," kata Plt Kepala Biro Humas Kementerian

16
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Quran al-Majid an-Nur (Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 1999), hlm. 3915
17
Salwa Sofia : Hoax Dalam Pandangan al-Qur’an (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2017), hlm. xiv

15
Kominfo Ferdinandus Setu dalam keterangan tertulis, Rabu (1/5/2019).18 Di kasus yang lain
yang terjadi pada tahun 2020 ini, banyak sekali berita hoax mengenai Covid 19.

Dalam Al-Qur’an telah jelas diterangkan bahwa berita bohong adalah modalnya orang
munafiq untuk merealisasikan niat kotor mereka, "Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-
orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang
menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan
kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah)
melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam Keadaan terlaknat. di mana saja mereka
dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya" (QS Al-Ahzaab : 60-61)

Para ulama bersepakat akan bathilnya perbuatan membuat berita bohong, pun tidak ada
ikhtilaf mengenai hal itu. Akan tetapi, bagaimana hukumnya bagi yang menyebar?
Bagaimana bila sebenarnya niatnya baik, agar orang tersentuh hidayah? Maka Allah
berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 36,”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” . Perhatikan dahulu keadaannya dan
pikirkan dahulu akibatnya jika hendak mengucapkan atau melakukan sesuatu. Seperti apa
yang telah disabdakan nabi saw. ;

َ ‫سلَّ َم َكفَى بِا ْل َم ْر ِء َك ِذبًا أَنْ يُ َحد‬


َ ‫ِّث ِب ُك ِّل َما‬
‫س ِم َع‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫قَا َل َر‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬

: "Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia
dengarkan."19

Oleh karena itu, sepatutnya seorang hamba yang mengetahui bahwa ucapan dan
perbuatannya akan diminta pertanggungjawaban maka dia harus menyiapkan jawaban
untuknya. Hal itu tentunya dengan menggunakan anggota badannya untuk beribadah kepada
Allah, mengikhlaskan ibadah kepada-Nya dan menjaga dirinya dari melakukan perbuatan
yang dibenci Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

Nabi Muhammad saw. telah memberikan solusi lain mengenai hal ini, beliau bersabda ;

ْ َ‫َو َمنْ َكانَ يُؤْ ِمنُ ِباهَّلل ِ َوا ْليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر فَ ْليَقُ ْل َخ ْي ًرا أَ ْو لِي‬
ْ‫ص ُمت‬
18
Tsarina Maharani : Kominfo Identifikasi 486 Hoax Sepanjang April 2019 Terkait Politik, diakses dari
https://news.detik.com/berita/d-4532182/kominfo-identifikasi-486-hoax-sepanjang-april-2019-209-terkait-
politik
19
Aplikasi Android Shahih Muslim

16
“Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata
baik atau diam”20

Maka lebih baik diam daripada menyuarakan keburukan atau menyuarakan hal-hal yang
belum pasti kebenarannya. Ini adalah solusi yang baik untuk memutus mata rantai hoax,
dengan cara berhenti atau tidak mau mengikuti ajakan-ajakan untuk menyebarkan berita yang
belum pasti kebenarannya.

Cara selanjutnya untuk mengatasi adalah perlunya memeriksa terlebih dahulu validitas
suatu berita dengan cermat sebelum di-share. Hal ini seperti apa yang telah diperintahkan
oleh Allah dalam Q.S al-Hujurat ayat 6, “Wahai orang orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu informasi, maka periksalah dengan teliti”. Jika tidak
dengan teliti dalam memeriksa suatu keabsahan berita, maka akan terjadi suatu fitnah dan
musibah terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Seperti firman Allah di penggalan ayat
selanjutnya, “agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.

Setidaknya ada empat cara untuk mengamati suatu berita, yaitu :

1. Waspada dengan Judul Berita yang Provokatif


Umumnya berita hoax diberi judul yang sensasional dan provokatif, contohnya saja
langsung menunjuk ke pihak tertentu. Isi beritanya pun bisa diambil dari berita media resmi,
tapi sudah ada beberapa info yang diubah supaya membuat pemikiran sesuai yang diinginkan
si pencipta hoax. Jadi sebelum termakan dengan judul dan mencerna info di berita tersebut,
sebaiknya Anda telusuri dulu dengan cara mencari berita yang serupa dari media resmi.
Kemudian bandingkan isi keduanya, apakah sama atau bertolak belakang. Bila jawabannya
adalah bertolak belakang, bisa dipastikan itu merupakan berita palsu.

2. Periksa Faktanya

Cara mengatasi berita hoax adalah dengan memeriksa fakta dari berita yang tersebar.
Periksa sumbernya, apakah dari institusi resmi atau tidak. Apabila informasinya berasal dari
pelaku ormas, pengamat, atau tokoh politik, jangan cepat untuk mempercayainya. Perhatikan
juga keberimbangan sumber berita tersebut dengan mencari sumber lainnya supaya Anda bisa
membandingkan gambaran yang utuh dan keaslian info di dalamnya. Setelah itu, amatilah

20
Aplikasi Android Shahih Bukhari

17
jenis berita yang Anda baca, dibuat berdasarkan fakta atau opini. Fakta merupakan peristiwa
yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sedangkan opini merupakan pendapat dari penulis
berita sehingga bisa cenderung bersifat subjektif.

3. Teliti Keaslian Foto


Konten berita tidak hanya berupa teks, tapi juga disertakan foto-foto bahkan video untuk
mendukung isi berita tersebut. Namun berkat kecanggihan teknologi digital, kini foto dan
video pun bisa diedit untuk mempengaruhi pembaca. Di sini Anda harus meneliti keaslian
media tersebut menggunakan mesin pencari Google. Caranya adalah dengan melakukan drag-
and-drop ke kolom pencarian Google Images. Kemudian Anda akan mendapatkan hasil
pencarian yang menyajikan gambar-gambar serupa yang ada di internet untuk Anda
bandingkan.

4. Telusuri Alamat Situs


Beberapa berita bahkan berani mencantumkan alamat situs atau link supaya terkesan asli.
Namun jangan langsung percaya. Anda wajib untuk menelusuri alamat situs tersebut apakah
sudah terverifikasi sebagai institusi pers resmi atau belum. Biasanya situs yang menggunakan
domain blog kurang bisa diakui kebenarannya. Dalam catatan Dewan Pers, ada sekitar 43.000
situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita, tapi baru 300 situs yang sudah
terverifikasi sebagai situs berita resmi. Itu artinya ada puluhan ribu situs yang berpotensi
untuk menyebarkan berita palsu di internet yang perlu Anda waspadai.21

21
Bakti Kominfo : 5 Cara Mengatasi Berita Hoax di Internet, diakses dari
https://www.baktikominfo.id/en/informasi/pengetahuan/5_cara_mengatasi_berita_hoax_di_internet-607

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hoax adalah berita, informasi, kabar bohong atau palsu. Hendaknya, apabila menerima
suatu informasi harus diteliti terlebih dahulu agar tidak menyesal dikemudian hari karena
kesalahan yang dilakukan sendiri. Cara untuk mengamati suatu berita ada empat cara yaitu,
waspadalah atas judul berita yang provokatif, periksalah faktanya terlebih dahulu, teliti
keaslian foto suatu berita dan amatilah alamat situs yang menyebarkan berita tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an,
(BeirutMuassasah al-Risalah, 2010), jilid 7
Amrullah, Abdul Malik Abdul Karim Tafsir al-Azhar (Singapura: Pustaka Nasional,
2001).
Aplikasi Android Shahih Muslim
Aplikasi Android Shahih Bukhari
ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi Tafsir al-Quran al-Majid an-Nur
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999)
az-Zuhaili, Wahbah Tafsir al-Munir (Jakarta: Gema Insani, 2016)
Bakti Kominfo : 5 Cara Mengatasi Berita Hoax di Internet,
https://www.baktikominfo.id/en/informasi/pengetahuan/5_cara_mengatasi_berita_hoax_di_in
ternet-607

http://eprints.umm.ac.id/37725/3/jiptummpp-gdl-shellylaud-47786-3-babii.pdf

KKBI Daring, hoaks, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hoaks


Maktabah Syamila
Mustofa, A. 2017, http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9135/6/BAB%20III.pdf

Salwa Sofia : Hoax Dalam Pandangan al-Qur’an (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga,
2017),
Shihab, Muhammad Quraish Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Quran (Jakarta, Lentera Hati, 2005),
Tsarina Maharani : Kominfo Identifikasi 486 Hoax Sepanjang April 2019 Terkait
Politik, diakses dari https://news.detik.com/berita/d-4532182/kominfo-identifikasi-486-hoax-
sepanjang-april-2019-209-terkait-politik

20

Anda mungkin juga menyukai