2.1 Pendahuluan
Pipe Stress Analysis
• Bertujuan untuk menjamin keamanan operasi sistem perpipaan
dengan verifikasi integritas struktur yang mendapat berbagai
kondisi pembebanan.
• Hal di atas dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan &
perbandingan parameter berikut terhadap harga-harga yang
diijinkan :
– tegangan yang terjadi pada dinding pipa
– perpindahan akibat ekspansi pipa
– beban-beban pada nozzle
– frekuensi pribadi sistem
• Stress analysis juga bertanggung jawab pada penentuan beban-
beban tumpuan (support) sehingga sistem dapat ditumpu
dengan baik.
Training on Pipe Stress Analysis Using Caesar II 2
14
Bab II Piping Design Loads
Piping codes :
Mengandung batasan-batasan dan aturan-aturan stress analysis,
setting standard, konstruksi & operasi sistem perpipaan.
Contoh : ANSI & ASME.
Piping Design
Dibagi menjadi 2 bagian besar :
I. Overall system design :
- Fluid distribution system
- All in-line equipment (vessels, pumps, valves, etc.)
II. Detailed component design :
- Component
- Piping support.
Analisis tegangan sistem pipa memberikan input pada analisis
komponen dalam bentuk beban-beban komponen dari sistem
perpipaan dan beban beban tumpuan.
Training on Pipe Stress Analysis Using Caesar II 3
Sistem Perpipaan
15
Bab II Piping Design Loads
Piping Loads
Jenis-jenis beban pada sistem perpipaan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 :
Sustained Load:
Beban yang bekerja terus-menerus selama operasi
normal (contoh : berat, tekanan, dll)
Occasional Load:
Beban yang terjadi “kadang-kadang“ selama operasi
normal (contoh : angin, gempa, dll)
Expansion Load:
Beban akibat perpindahan pada struktur pipa (contoh :
thermal expansion, diff. anchor displacement, dll).
Beban yang bekerja pada sistem perpipaan diteruskan ke
struktur bangunan penumpu melalui peralatan-peralatan
penumpu & restraints.
Training on Pipe Stress Analysis Using Caesar II 5
16
Bab II Piping Design Loads
WL WL
Gaya tumpuan F = Gaya tumpuan, F =
2 2
dengan
σ = bending stress, psi (N/mm2 )
W = weight per linear unit of pipe, lb/in (N/mm)
L = Length of pipe between support, in (N)
F = force on support, lb (N)
Z = section modulus of pipe, in3 (mm3 )
17
Bab II Piping Design Loads
(10WZS )1 / 2
F =
2
Standard:
• Untuk menyederhanakan perhitungan, MSS
(Manufacturers Standardization Society) memberikan
rekomendasi jarak antar tumpuan dalam MSS SP-69.
• Rekomendasi pada SP-69 telah mempertimbangkan
ukuran pipa, jenis fluida, isolasi, S = 1500 psi (1110,3
MPa) dan defleksi maksimum 0,1 in (2,5 mm).
• Dalam kasus di mana pipa tidak hanya lurus horisontal,
beban-beban yang ditimbulkan pada tumpuan dapat
dihitung dengan metode “Weight Balancing”.
Training on Pipe Stress Analysis Using Caesar II 9
18
Bab II Piping Design Loads
Tabel 2.1 Suggested maximum span between support of pipe. (Basis: Standard
pipe at 750oF, 1500-psi (10.3 MPa) combined stress or 0.1 –in (2.5 mm) sag)
19
Bab II Piping Design Loads
20
Bab II Piping Design Loads
21
Bab II Piping Design Loads
Contoh soal 1:
Gambar 2.3 menunjukkan pipeline dengan diameter 12 in,
mengalami beban tekanan-internal 250 psig dan mempunyai slip
joint di titik C. Pipa direstrain oleh anchor di titik A dan E, dan oleh
vertikal restrain di titik B dan D. Hitung gaya pada tumpuan.
22
Bab II Piping Design Loads
( 31 . 919 )( 15 )
M A pada anchor = = 239 . 939 ft .lb
2
3 ( 31 . 919 )( 15 )
F A pada anchor = = 14 . 364 lb
2 ( 50 )
2 ( 31 . 919 )( 50 ) + 3 ( 31 . 919 )( 15 )
F B pada restrain = = 46 . 283 lb
2 ( 50 )
MA a b
FA
FB P
Training on Pipe Stress Analysis Using Caesar II 19
23
Bab II Piping Design Loads
24
Bab II Piping Design Loads
25
Bab II Piping Design Loads
Contoh soal 2
Gambar 2.6
menunjukkan
sistem pipa dengan
diameter nominal
pipa 8 in dan tebal
isolasi 2 in. Sistem
pipa tersebut
terkena angin
dengan kecepatan
maksimum 75 mph
arah utara-selatan.
Tentukan besarnya
beban angin pada
arah x.
Gambar 2.6 Beban angin pada pipa
Training on Pipe Stress Analysis Using Caesar II 26
26
Bab II Piping Design Loads
First step is to determine the linear wind load per projected length of pipe :
V = 75 mph = 110 ft/s (33,55 m/s)
ρud = 0,0748 lbm/ft 3 (1,198 kg/m3 ) at 29,92 in Hg and 70 o F(21o C)
μud = 39,16 × 10 -8 lbf ⋅ s/ft 2 [1,87 × 10 -5 kg/(m ⋅ s)]
D = 8,625 (pipa) + 2 × 2 (isolasi) = 12,625 in (320.7 mm)
sehingga
(0,0748)(12.625)(110)
R = −8
= 6,9 × 10 5
(386,4)(39,16 × 10 )
Dari Gb. 2.5, koefisien drag diperoleh 0,6 untuk R = 6,9 × 10 5.
The linear drag force dapat dihitung, dengan mengambil gust factor
sebesar 1,3 sbb.
1,3(0,6)(0,5 × 0,0748 × 110 2 )(12,625)
W = = 11,5 lb/ft = 170 N/m
386,4
Training on Pipe Stress Analysis Using Caesar II 27
27
Bab II Piping Design Loads
Juga
50113(h0 − a ) 2.0085(h0 − a )
V = (USCS ) V = (SI )
2b − 1 2b − 1
28
Bab II Piping Design Loads
dengan
50113(h0 − a ) 2.0085(h0 − a )
V = (USCS ) V = (SI )
2b − 1 2b − 1
m b − 1 48.33(h0 − a )
P = - PA (USCS )
a b 2b − 1
29
Bab II Piping Design Loads
yang mana :
W = massa valve
H = jarak pipa utama ke pipa outlet (mm), in
E = modulus elastisitas pipa
I = momen inersia pipa inlet (mm4), in4
Training on Pipe Stress Analysis Using Caesar II 33
30
Bab II Piping Design Loads
Gambar 2.10
Approximate relation between
earthquake intensity and
observed effects
31
Bab II Piping Design Loads
32
Bab II Piping Design Loads
33
Bab II Piping Design Loads
b. Modal Analysis
• Dalam modal analysis, model dinamik sistem pipa dibagi
menjadi sejumlah modus vibrasi (SDOF oscillators).
Superposisi keseluruhan modus vibrasainya dapat mewakili/
mendekati karakteristik dinamik sistem pipa keseluruhan.
• Persamaan gerak untuk model SDOF oscillator yang
menerima gaya luar adalah.
Spring
MX&& (t ) + CX& (t ) + KX (t ) = Ma (t )
c. Static Analysis
• Dalam analisis statik, beban gempa dihitung berdasarkan
zona gempa, frekuenesi pribadi struktur, dan tipe bangunan.
• Analisis statik dalam sistem pipa dapat dilakukan jika
response spectrum dapat diperoleh.
• Analisis statik dapat dilakukan jika frekuensi pribadi
terendah sistem pipa berada di sebelah kanan puncak dari
response spectrum atau pada daerah rigid.
• Percepatan pada frekuensi tersebut dalam response
spectrum dapat digunakan secara konservatif sebagai
percepatan keseluruhan sistem.
• Hasil kali percepatan tersebut dengan massa sistem pipa
menjadi beban uniform pada sistem perpipaan.
34
Bab II Piping Design Loads
35
Bab II Piping Design Loads
dengan:
Δ =ekspansi termal (mm)
L = panjang pipa (mm)
α = koefisien ekspansi termal (mm/mm0C)
T = temperatur pipa (0C)
Training on Pipe Stress Analysis Using Caesar II 45
6EIΔ 12 E I Δ
M = P =
L 2
L3
yang mana :
P = gaya pada tumpuan
M = momen pada tumpuan
E = modulus elastisitas
I = momen inersia
Δ = pertambahan panjang
L = panjang pipa
Training on Pipe Stress Analysis Using Caesar II 46
36
Bab II Piping Design Loads
2.5 Vibration
• Rotating equipment seperti pompa, kompresor, turbine,
motor, dsb. merupakan sumber getaran mekanikal yang
terkadang dapat menjadi cukup besar.
• Putaran operasi peralatan tersebut menghasilkan beban
harmonic sinusoidal unbalance pada sistem perpipaan.
• Gaya eksitasi peralatan dapat menghasilkan
gaya/tegangan yang besar, kecuali proses balancingnya
hampir sempurna atau ada tumpuan khusus untuk
mencegah getaran yang bterjadi.
• Jika frekuensi/putaran operasi rotary equipment dekat
dengan frekuensi pribadi sistem perpipaan, tambahan
beban akibat resonansi dapat diterima oleh sistem
perpipaan.
Training on Pipe Stress Analysis Using Caesar II 47
37