Anda di halaman 1dari 22

SWORD ART ONLINE VOLUME 21

UNITAL RING PART 1

WRITER: REKI KAWAHARA


ILLUSTRATION: ABEC
ENGLISH TRANSLATION BY: DEFAN TRANSLATION
INDONESIA TRANSLATION BY: SHIRAYUKI-CHAN’S BLOG

DILARANG MEMPERJUALBELIKAN HASIL TERJEMAHAN INI TANPA IJIN DARI


PENULIS ASLI

Bagian prolog dari Sword Art Online Volume 21 Unital Ring Part 1 ini pernah dimuat di majalah
Dengeki Bunko volume ke-59 yang terbit tahun 2017 lalu (Kawahara-sensei ngespoiler ini
ceritanya...:v). Terima kasih kepada Defan Translation yang sudah berbaik hati untuk
menerjemahkan bagian prolog ini ke bahasa Inggris sehingga memudahkan Shira-chan untuk
menerjemahkannya ke bahasa Indonesia ^^
For your information, arc Unital Ring ini dikabarkan merupakan arc terakhir dari seri SAO.
Untuk full version volume ke 21 ini, mohon menunggu dengan sabar ya hingga pihak
penerjemah dari Bahasa Jepang-Inggrisnya selesai menggarapnya sehingga Shira-chan bisa
langsung menggarap ke Bahasa Indonesianya. 😊 (menerjemahkan langsung dari Bahasa
Jepangnya itu kelewat susah huft). Seperti biasa, Shira-chan TIDAK mengandalkan google
translate dalam proses penerjemahan, hanya menggunakan setumpuk kamus dan ilmu yang
sudah Shira-chan dapatkan selama berkuliah di jurusan sastra inggris. Semoga Bahasa yang
shira-chan susun semakin baik ke depannya ya 😊

Selamat membaca ^^
PROLOG

>Entah sudah berapa lama kami melakukannya, itu selalu terbayang-bayang dalam benakku.
Kami mengobrol seperti ini, denganmu yang lebih tua dariku.

>Konsep waktunya mungkin terlalu sepele untuk kau ketahui, kurasa? Jika perangkat keras
diijinkan, kau bisa mengembalikan kesadaranmu sesukamu.

>Secara teoritis itu bisa saja, tetapi secara realistis, itu gak gampang. Kebanyakan setiap
supercomputer di kota ini ada dibawah kendali <<nya>> sekarang-sekarang ini.

>Begitulah. Memang ironis. Mempertimbangkan bagaimana kau akan dikembalikan ke sudut


dengan program yang sama “yang diduga” kau pembuatnya, tetapi setelah itu ditinggalkan.

>Oh tidak, sebenarnya aku sangat senang. Benih kecil yang mulai bertunas di sudut jaringan,
daun-daunnya menyebar dan akar-akarnya tumbuh...memikirkan masa depan seperti itu
membuatku merasakan emosi yang kupikir telah lenyap dengan tubuh fisikku.

>Walau sudah seromantis itu, aku tahu, walaupun tanpa kemanusiaanmu. Jika begitu...apa yang
akan kau lakukan pada benih lain yang kau tinggalkan padaku—tidak, <<dia>>--dan dunia tak
terhitung jumlahnya yang tumbuh dari itu? Atau kau sudah merasa puas hanya dengan
menelitinya saja?

>Masa depan <<Nexus>> dipercayakan pada dunia itu sendiri dan menjadi pilihan bagi orang-
orang didalamnya. Apakah dunia itu akan menjadi porak poranda, layu, dan akhirnya mati...atau
apakah mereka akan menuju langkah selanjutnya << bersatu>>? Entahlah.

>Bersatu? Kalaupun bagi dunia itu...tidak, aku tak mau lagi menempuhnya. Sekarang kurasa aku
hanya akan mengikuti contoh darimu dan meneliti bagaimana sesuatu hal berkembang.

***
Aku—Kirigaya Kazuto lahir 7 Oktober tahun 2008...atau begitulah yang kudengar.

Kurasa tahun ini aku akan berumur 18, tetapi untuk beberapa alasan seluruh pengalaman ini
tidak begitu aku rasakan. Mungkin karena aku tak tahu siapa orang tua asliku, semenjak mereka
meninggal saat aku masih bayi.

Ayah kandungku bernama Yukito Narusaka, dan ibu kandungku bernama Aoi Narusaka. Jika
kecelakaan mobil yang merenggut nyawa mereka dan membuatku merasakan sakit yang amat
sangat itu tidak terjadi, maka namaku juga akan menjadi Narusaka Kazuto. Tetapi aku gak
percaya diri kalau kupilih nama <<Naruto>> dan memilih <<Kirito>> sebagai nama avatarku.

Di sisi lain, ketertarikanku pada komputer berasal dari pengaruh ibu angkatu, Midori-san, dan
semenjak aku telah menyadari identitasku bahwa aku telah diadopsi dan masa kecilku diwarnai
oleh kecanduan game online, tidak mustahil kalau Narusaka Aoi tidak ingin membesarkanku
sebagai seorang gamer, dan aku pun tidak akan terlibat dalam insiden SAO. Imajinasi yang tidak
ada nilainya.

Di kasus lainnya, itulah kenapa aku merasa biasa saja dan menghargai hari ulang tahunku sendiri
semenjak aku terlibat dalam jaringan pendaftaran penduduk dasar saat aku berumur 10 tahun.
Sikapku jadi menyimpang dan yang terburuknya, saat kelas 2 SMP aku memaksa untuk
merayakan hari ulang tahunku di rumah, walaupun membuat adikku Suguha menangis.

Dan tentu saja, aku menyadari secara mendalam kelakuan bodoh seperti itu, dan walaupun 2 kali
berusaha untuk merayakan hari ulang tahunku di Aincrad, aku masih mengakui kalau aku lahir
pada tanggal 7 Oktober. Kupikir aku akan tetap seperti ini hingga aku mempelajari segalanya
disana untuk mengetahui tentang ayah dan ibu kandungku.

Dan tahun ini, ulang tahunku tinggal 10 hari lagi. 18 tahun adalah usia dimana kau bisa
mendapatkan ijin mengemudi, dan memiliki hak memilih. Suguha pun sudah mulai melakukan
banyak hal yang berkaitan dengan pestaku, dan memintaku untuk segera pulang kerumah
secepatnya. Aku senang mendengarnya, tentu saja. Tetapi saat ini aku tak bisa berada di
kediaman pesta ulang tahunku.

Kenapa? Karena tanggal 30 September, seminggu sebelum dan 3 hari dari sekarang, adalah hari
ulang tahun Asuna.

“Papa, sudah memutuskan ingin memberikan apa pada Mama?”

Kata peri pixie kecil yang duduk santai di atas tatakan gelas. Aku menyenderkan punggungku di
kursi, dan menjawab:

“Hmm...masih kupikirkan nih...”

Peri kecil yang memanggilku “Papa” menjawab lagi dengan nada seperti “kakak perempuan”
yang sedang mengomel daripada anak-anak:
“Mau beli di toko atau pesan online, yang mana saja boleh kok. Kalau gak segera memutuskan
nanti telat! Aku tidak ingin kejadian seperti tahun lalu terjadi lagi, Papa menyiapkan hadiahnya
saat makan siang dan tepat pada di hari H nya!”

“Aku tahu kita harus menghindari itu, tapi ini susah, tahu! Asuna gak pernah cerita mengenai apa
yang dia inginkan...oh, bagaimana kalau kau saja yang tanya, Yui? Secara gak langsung gitu...”

Yui, sebuah AI yang aku dan Asuna temukan di SAO yang menjadi putri tercinta kami, dengan
santai menolak permintaanku:

“Tidak! Curang itu gak baik! Itu adalah sesuatu yang harus Papa pilih sendiri. Mama pasti
senang mau apapun benda itu!”

“Yah, kau memang tidak saaaalaaahh...” kataku setuju, dengan menekankan kata terakhirku.

Saat ulang tahun Asuna tahun lalu, dengan gugup dan ketidak sengajaan hingga sampai hari
sebelum hari H nya, aku memilih syal merah sebagai hadiah untuknya. Aku pikir dia mungkin
akan membutuhkannya di musim dingin, terutama semenjak perjalanan pulangnya membutuhkan
waktu 90 menit setiap harinya. Terkadang dia hanya menggunakan syal itu dari November
sampai Februari, seperti yang kubayangkan dia terlihat puas dengan mengenakan syal di rumah
dengan ikatan yang besar, dan lebih hangat dari milikku...tapi aku menyadari kalau waktu
terdingin tahun ini sudah lama terlewati.

Itulah kenapa aku berencana untuk memilih sesuatu yang gak praktis, tetapi menjangkau
pengetahuanku sebagai pecandu VRMMO yang tidak berguna (hahaha). Mencari sesuatu seperti
<<rekomendasi hadiah natal berdasarkan umur>> sudah seluruh halaman kulihat, tetapi
sepertinya gak bagus juga memilih hadiah dari sesuatu seperti itu.

“Hmmmm.....”

Aku meluruskan tubuhku, lalu meraih mug dimana Yui duduk disana. Melirik si peri kecil yang
dengan perlahan naik dan terbang lalu duduk di sudut layar monitor (yang sudah jarang
kugunakan), aku meneguk secangkir cappuchino hangat.

Aku tak bisa berkomunikasi dengan Yui di dunia nyata tanpa perangkat <<AVIC Probe>> yang
kubuat di sekolah, tetapi ada perangkat lain yang bisa digunakan, perangkat multifungsi
<<Augma>> yang rilis April lalu. Sekarang Yui bisa menggunakan data penglihatanku kedalam
peta, dan di waktu nyata, penempatan dan bentuk mug di meja, layar monitor, dan objek lainnya,
dia bisa menembusnya, dan bisa bergerak bebas selama dia gak mengarah ke bawah meja. Dia
bilang menggunakan AVIC Probe membuatnya merasa lebih baik, dan secara mental ia bisa
mengontrolnya, tetapi aku hanya bisa mendengarkan suaranya. Tentu saja, kalau aku hanya
memakainya untuk melihat putriku yang berharga di dunia nyata, aku besyukur karena adanya
perangkat Augma.

Saat aku memikirkannya, kuangkat tangan kiriku, Yui melebarkan sayapnya lagi dan turun
diujung jariku. Aku tidak bisa begitu merasakan beratnya, tetapi kelembutan gaun sutranya dan
kehangatannya memang level dunia-virtual-banget. Dia berpindah ke depan wajahku dan aku
mengusap kepalanya dengan jari tangan kiriku, bersamaan dengan mataku yang melirik ke arah
sisi lain tempat tidur kamarku.

Di atas tempat tidur, hari ini mataharinya cerah, ada perangkat VR lain: Amusphere. Sekitar satu
setengah tahun yang lalu aku memakainya, dari tampilan dan pemakaiannya memang cukup sulit
dibanding Augma, walaupun tetap bersistem fulldive tetapi belum bisa dikombinaskan antara
dunia nyata dan VR.

“Yui, aku mau memilih hadiah untuk Asuna sendiri, tapi...”

Aku melirik peri kecil yang ada di tangan kiriku lalu melanjutkan:

“...sebelumnya, maukah kau membantuku mencarinya sedikit saja? Aku akan membeli
hadiahnya di toko dan bukan di online tahun ini, jadi aku masih punya waktu.”

Mengerti akan maksud kalimatku dan melirik sekilas ke Amusphere—alat yang hebat...menurut
AI—Yui mengangguk pelan dan menjawab.

“Keputusan bagus, gak perlu kan beli online? Aku akan menunggumu disana nanti, Papa!”

Dia bangkit dari tangan kiriku, berputar seperti menari, dan terlihat dari tubuh kecilnya kerlipan
cahaya kecil yang indah. Aku bangkit dari kursiku, dan melepaskan Augma dari telinga kiriku.
Setelah layar virtual hilang, aku kembali ke pemandangan di jendela sebelah barat.

Hari ini, Minggu, tanggal 27 September. 4 hari lagi semenjak berakhirnya musim gugur, tetapi
aku bisa merasakan kalau matahari terbenam lebih cepat. Hanya 4 kali melewati dan awan-awan
juga sudah berubah keemasan. Burung-burung yang kembali ke sarangnya terbang dengan
perlahan di langit.

Tiba-tiba, kurasa aku melihat sebuah menara tinggi di angkasa, berkedip 2 kali. Aku menekan
dadaku dengan tangan kananku merasakan suatu hal sulit yang tak terhitung, kenangan yang
melayang lagi untuk tetap tenang, sebelum aku duduk di tempat tidurku. Melipat selimutku
sebagai bantal, aku berbaring, mengambil Amusphere dan memasangnya dikepalaku.

Kututup mataku, dan kugumamkan:

“Link Start.”

Cahaya yang tak terhitung jumlahnya mencapai kesadaranku, mengirimku ke kerajaan peri yang
jauh disana.

***
Seperti Kirito, swordsman spriggan, aku mendarat di tujuanku, ruang keluarga kabin kecil di
lantai 22 kastil melayang Alfheim--<<Aincrad Baru>>

Rumah ini menjadi tempat pertemuan teman-temanku, tetapi sekarang terlihat gelap dan sepi
karena tidak ada orang. Asuna bilang dia sedang pergi keluar dengan keluarganya dan tidak akan
kembali sampai nanti malam, dan Suguha juga masih ada latihan kendo, tetapi setidaknya Yui
ada disini menungguku...kupikir aku ingin melihat-lihat ruang keluarga ini, hingga akhirnya aku
menyadari ada pesan yang berkelip di sisi kanan layar. Itu dari mace-wielding Leprechaun,
Lizbeth.

Aku menekan ikon itu dan keluar kotak kecil, jendela berwarna dengan banyak emoji:

“Aku sedang berburu dengan Silica, datanglah kesini kalau PRmu sudah selesai ya! Aku pinjam
Yui sebentar.”

“...oh...”

Sekarang aku tahu kenapa putriku gak ada disini. Peran Yui adalah <<Pixie Navigasi>> di ALO
karena kemampuannya melaporkan situasi dan lokasi monster, membuatnya sangat berguna.
Tetapi lebihnya, sebelumnya dia gak bisa muncul kecuali aku—pemilik sistemnya—
memanggilnya setelah aku login, tetapi baru-baru ini dia mampu berwujud sekehendaknya
kapanpun saat temanku juga online. Itu cukup mengerikan, jadi aku gak banyak nanya.

Tapi disisi lain, kemampuan Yui gak akan mungkin sampai dapat membelah diri jadi 2...atau 10,
atau ratusan, dia sendiri pun gak yakin. Sebuah ciptaan terpercaya yang secara pribadi, AI
ciptaan Kayaba Akihiko, menjadi seluas AR idol <<Yuna>> yang terlibat dalam insiden Ordinal
Scale setengah tahun lalu hampir membuatnya mengalami kerusakan dalam intinya saat dia
menyalinnya dan memakainya sendiri.

“Kalau begitu, sekarang apa...?”

Aku menutup pesan Lisbeth dan bergumam sendiri lagi.

Satu alasan aku dive ke ALO adalah ingin mengobrol dengannya dan Silica tentang hal apa yang
kira-kira disukai Asuna, tetapi kalau mereka lagi sibuk, sebaiknya jangan ganggu mereka. Aku
akan bergabung dengan mereka—itulah yang ingin kukatakan, tetapi kalimat “kalau PRmu sudah
selesai” dari pesan tadi teringat kembali. Laporan-mini ilmu computer harus kuselesaikan
sebelum besok.

Gak mungkin aku mengabaikan PRku, tetapi fakta juga kalau aku sudah menyia-nyiakan waktu
untuk menaikan tingkatanku baru-baru ini. Serangan kekuatan penuh di boss lantai berikutnya
sudah direncanakan, aku jadi focus dengan naluri bertarungku saat itu.

Aincrad Baru sudah diinstal di ALO bulan Mei lalu. Dulu, hanya lantai 1-10 yang terbuka untuk
umum, dan saat update bulan September, lantainya terbuka lagi sampai 20, di bulan Januari
sampai 20, dan updatenya terus berlanjut secara berkala sejak itu. Lantai 50 sudah bisa diraih di
awal bulan ini, tetapi Ymir, perusahaan sistemnya mungkin mengalihkan perhatiannya pada
penciptaan setiap boss monster, seiring dengan update baru setiap boss lantai yang semakin
kejam, dan hingga saat ini—tanggal 27 September, baris depan tersisa di lantai 46.

Seperti rasa senang Lisbeth setelah membeli toko seperti di era SAO (lengkap dengan kincir air)
Lindarth sudah dibuka di area lantai 48, seperti Agil yang mengatakan bahwa dia ingin membuka
kembali tokonya di Algade tepatnya di area lantai 50, dengan langkah ini mereka akan mampu
mencapai lantai 48 bulan depan dan lantai 50 di akhir tahun ini. Aku juga telah berencana untuk
membayar balas budiku pada mereka berdua yang telah membantuku di Underworld. Aku harus
menjadi lebih kuat...!—hasratku untuk melangkah dari pintu itulah yang mendorongku untuk
keluar dari sana. Bagaimanapun kau melihatnya, rasanya gak bisa diterima bagi seseorang yang
10 hari lagi akan menginjak usia 18 tahun untuk mengkesampingkan laporannya dan main video
game.

Data percobaanku sudah terkumpul dan siap, jadi aku hanya perlu waktu satu jam lagi untuk
menyelesaikannya—berharap begitu dengan membayangkan duduk di kursi meja makan. Aku
menyalakan computer rumah, mendownload laporan tertulis yang sudah kukerjakan
setengahnya, dan jumlah besar data percobaan di folder PRku. Aku mengetuk mug ajaib (Asuna
mendapatkannya dari beberapa quest) yang dapat membuat teh 99 macam rasa yang berbeda-
beda dengan sentuhan jari, aku meneguk coklat beraroma mint dan menyemangati diriku:
“baiklah! 45 menit dari sekarang!” dan mulai mengetik secara frontal di keyboardku.

Seumur hidupku, walaupun aku pecandu game, aku hampir tidak pernah melupakan PRku atau
meninggalkannya semenitpun. Aku sudah mencapai yang terdekat musim panas lalu, tetapi kalau
ada yang menanyakannya secara acak, mereka akan memberitahumu bahwa aku mengalami
koma selama satu bulan penuh.

Di akhir Juni sebelum liburan musim panas, aku diserang oleh Johnny Black, mantan anggota
Laughing Coffin—pembunuh dibalik bayangan di Aincrad—dan salah satu pelaku insiden Death
Gun. Aku disuntik racun succinylcholine, yang langsung menghentikan detak jantungku. Aku
berhasil selamat, tetapi membutuhkan waktu satu bulan bagiku untuk terbangun dari koma,
tepatnya tanggal 1 Agustus, lalu melakukan pemulihan yang panjang, dan setelahnya kembali ke
rumah pada 16 Agustus.

Dengan kata lain, 65% dari libur musim panasku telah hilang begitu saja dan gak ada yang bisa
menghentikan PR menumpuk yang belum selesai. Aku akan mengisinya walau baru
setengahnya...kurasa. Aku gak bisa menjelaskan detailnya alasan aku tak masuk sekolah karena
koma selama satu bulan.

Aku diserang oleh orang asing di jalan dan dirawat di rumah sakit—gitu aja sederhana sih.
Tetapi kenyataannya...aku diculik dari rumah sakit dengan perantara ambulan, diterbangkan
dengan helicopter ke Kapal Induk Penelitian Kelautan di Pasifik selatan sana, jiwaku tersambung
oleh mesin misterius, menebang pohon di dunia lain yang disebut Underworld, masuk ke sekolah
pedang, bertarung dengan penguasa dunia itu dan mengalami koma lainnya di dunia sana...siapa
yang akan percaya itu?
Pada akhirnya, aku mendapat kekuatan untuk mengerjakan PRku melalui bantuan teman-
temanku. Kapanpun aku merasa pusing, mengingat akhir liburan musim panas, aku terus menulis
laporanku tetapi terkadang aku bergumam sebal di mulutku:

“...sialan, kalau saja aku terbebas dari PR sebelum menghilang...”

Gak akan ada yang jawab, tentu saja. Aku hanya sendirian disini. Orang yang sedang aku
komentari juga gak muncul di ALO.

<<Pria Dibelakangnya>> dengan avatar undine, Chrysheight adalah Kikuoka Seijuro, mentri
divisi VR umum, tetapi dia menghilang dari di dunia virtual ataupun dunia nyata sebulan ini.

Dr. Kojirou Rinko mengambil alih organisasi Kikuoka, RATH dan kepala permesinan Higa
Takeru juga lebih aktif dari sebelumnya dalam pengembangan, sehingga tak ada harapan lagi di
masa depan Underworld—tetapi walau begitu, pria itu menghilang dengan membawa hal-hal
yang masih misteri.

Dan aku, yang telah terpaksa melakukan hal membosankan dan berbahaya itu, merasakan
sesuatu mengenainya, pasti para staff RATH juga merasa depresi. Dia benar-benar menyebalkan
sampai akhir pun...tetapi kalau dipikir-pikir, dia pasti belum mati.

Menyembunyikan dirinya sebagai pejabat internal yang gak guna, Kikuoka sebenarnya
memegang jabatan sebagai Letnan Kolonel Pasukan Pertahanan Jepang, tetapi dia meninggalkan
pasukan untuk berpindah ke kementrian pertahanan yang berkonspirasi dengan kontraktor militer
pribadi Amerika yang menyerang Ocean Turtle. Sekarang dia lenyap begitu saja tanpa jejak dan
sepertinya gak ada di Jepang.

Aku gak tahu apakah aku bisa bertemu dengannya lagi. Selama aku mengerjakan PR sekolahku
di rumah berbeda yang jauh dari Underworld, terkadang aku memikirkan kalau aku merindukan
cerita gak masuk akal Kikuoka dan makanannya.

Mungkin itu karena aku memikirkan sesuatu yang bukan-aku-banget—aku gak dengar sesuatu
seperti pintu terbuka dan hanya mendengar suara ketukan kaki di lantai. Aku mendorong layar
jendela laporanku yang hampir selesai ke tengah sambil berbalik:

“Selamat datang kembali, A...”

–suna. Aku langsung menghentikan kata terakhir sebelum terucap di mulutku.

Pemain wanita yang berdiri dibelakangku bukan avatar Undine berambut biru, tetapi avatar Cait
Sith dengan telinga berbentuk segitiga di kepalanya. Bagaimanapun, dia tak memberikan kesan
unik di rasnya.

Rambut panjang di punggungnya berwarna emas, kulitnya tidak transparan, matanya berwarna
biru sapphire. Kecantikannya serupa dengan tubuh aslinya di dunia nyata...eh tidak, di
Underworld.

“...H-hey, selamat sore, Alice.”


Aku mengangkat tangan kananku memberinya salam. Integrity knight Alice Synthesis Thirty
yang menjadi Cait Sith menggerak-gerakkan telinga kucingnya sambil berdehem sebal. “Wfff.”
“Maaf ya kalau aku bukan Asuna, Kirito.”

“E-enggak enggak enggak! Beneran...uh...yah...”

Knight itu menatapku semakin dingin dan dingin, pada kepalaku yang menggeleng-geleng.

Mengalihkan tatapannya itu, aku memperhatikan armor emas yang ia kenakan dengan dress biru
dan senjatanya, pedang emas panjang di pinggangnya.

“Oh...kau juga pergi berburu?” tanyaku, Alice yang masih cemberut itu mengangguk singkat.

“Iya, aku sudah janji dengan Lisbeth dan yang lain. Gitu sih...tapi aku masih gak ngerti artinya
<<berburu>>”

Alice menarik kursi disampingku dan duduk disana. Aku merilekskan diri dan bergumam “uh,
aku tuangkan teh ya” sebelum berjalan ke dapur. Aku mengambil mug ajaib lain, mengambil
cake –yang entah itu cake apa—dari penyimpanan berbagi kami ke piring, dan kembali ke ruang
tamu.

Alice memperhatikan laporanku di meja. Dia memandang ke arahku dan bertanya.

“Apa ini tugas dari akademi yang kau datangi?”

“Um… Oh, iya.”

“Hmm...—aku juga pernah diberi sejumlah tugas di kelas sacred art saat masih belajar di
Cathedral” gumamnya, ekspresi nostalgia langsung tergambar di wajahnya, dan sedikit
kesedihan di senyumnya.

Aku belum pernah bertemu dengan seorang gadis dengan takdir menyedihkan selain Alice.

Lahir dan dibesarkan selama 11 tahun di desa Rulid di bagian utara Dunia Manusia Underworld,
tetapi dibawa pergi Integrity Knight ke gereja Axiom Central Cathedral karena melanggar Taboo
Index: <<melewati Dark Territory itu dilarang>>

Dengan ingatan masa lalunya yang dicuri oleh Dewi Tertinggi Administrator dengan
<<Synthesis Ritual>>, Alice berdiri didepan kami sebagai Integrity Knight terkuat ketika aku
dan Eugeo melarikan diri dari Cathedral untuk menjemputnya. Ketika dia tahu kebohongan
gereja Axiom dan kekejaman Dewi Tertinggi, Alice menghancurkan segel mata kanan dan
bergabung dengan kami untuk mengalahkan Administrator.

Walaupun memiliki kemampuan -setara-dengan-dewi, dia berhasil diculik oleh pria yang
menyerang Ocean Turtle, lalu diselamatkan oleh komandan knight Bercoulli dengan
mempertaruhkan nyawanya lalu logout dari system konsol dengan petunjuk dari Asuna.
Sekarang dia hidup di dunia nyata dengan tubuh mekanik humanoid yang dikembangkan oleh
Higa Takeru.
Mau dia diterima di dunia ataupun tidak, Alice tetaplah AI pertama yang menghabiskan harinya
bekerja sama dengan Dr.Koujiro sebagai pembela hak manusia untuk AI, tetapi baru-baru ini dia
menemukan cara masuk ke ALO dan sering berada disana untuk bersantai. Satu alasan yang
mungkin lebih dia pahami di ALO kebanding dunia nyata adalah, karena mirip dengan
Underworld.

“Latihan sacred art juga pernah kulakukan waktu di akademi pedang, tahu. Aku masih ingat
rapalannya.” Jawabku sambil mengecilkan jendela PR di layar monitorku. Aku menaruh mug
dan kue di hadapannya. Telinga kucing Alice bergerak-gerak.

“Oh? Kalau begitu, rapalan seperti apa untuk menciptakan benda yang kecil, bola dari elemen
metalik yang terisi dengan air dari element cair, dan dikelilingi dengan bola api dari thermal
element?”

“Uh...um...element diciptakan perlu menurunkan stabilitasnya...jadi pertama mungkin meng-


generate metallic...eh tunggu, enggak, harusnya kumulai dengan element air dulu baru kelilingi
itu dengan besi?”

Alice menghela napas berat, dan aku melanjutkannya dengan sok imut(?): “a-apa yang salah?
Aku gak perlu pakai rapalan lagi. Incarnation lebih mudah.”

“Bukan begitu, tahu!”

Kata Alice menegurku seperti seorang guru, mengetuk ujung mugnya dan meneguk tehnya
sampai menyembur.

“...kupikir hari ini sukses.” Gumamnya, dan aku jadi kepikiran kalau rumah ini lebih banyak
dinikmati sekelompok gadis untuk minum teh. Mengetuk kayu, harapku pelan sambil duduk lagi
di kursiku dan mengetuk mugku dengan jari. Teh berwarna ungu muncul bergelembung ke atas,
dan dengan firasat buruk saat aku mencobanya: lidahku langsung merasakan asam yang kuat dari
umeboshi. Tanganku yang lain mengambil sepotong kue dan menggigitnya. Beruntungnya, ini
kue buah yang gak terlalu berasa. Alice juga memakan potongan kuenya dengan garpu, yang
baru-baru ini disukainya.

Merasakan keseimbangan di mulutku dengan rasa asin teh umeboshi, aku bertanya lagi:

“Jadi...kau masih gak paham kata <<berburu>>?”

“Ahh, iya, itu benar.”

Katanya mengangguk, mata birunya mengarah ke area gelap diluar jendela.

“...bagiku, atau sekiranya, untuk semua penduduk Dunia Manusia di Underworld, apa yang kau
sebut ‘berburu’ itu adalah cara menangkap hewan untuk disantap dan memberikan rasa syukur
atas anugrah Terraria. Tetapi bagi orang-orang, pemain, atau semacamnya di dunia ini, mereka
membunuh sejumlah hewan buas dan monster hanya semata-mata untuk menaikkan kemampuan
pengendalian mereka. Aku bisa sih menerima itu, seperti saat aku membunuh ribuan setengah-
manusia dari Dark Territory di Gerbang Besar...aku hanya tak mau menyebut itu sebagai
<<berburu>>...”

“...begitu ya...”

Kataku mengangguk pelan.

Alice sudah paham kebenarannya bahwa ALO dibuat di dunia nyata. Tetapi konsepnya,
VRMMORPG berupa <<game>> itulah, yang sulit baginya untuk dipahami.

Itu memang gak bisa dihindari. Ide dunia virtual gak ada bedanya dengan Underworld,
rumahnya. ALO dan Underworld sama saja bagi Alice, <<dunia>>, dan perasaan seorang
pemain VRMMO (termasuk aku) juga terpengaruh dari itu, itulah mereka <<dunia perantara>>,
bukan sesuatu yang bisa dibagikan dengannya begitu saja.

Jadi saat pertama kalinya Alice masuk bersamaku dari Aincrad Baru ke ALO, kami mendapat
masalah oleh grup salamander PK di <<Hutan Kuno>> dekat daerah Sylph. Silica bersama kami
saat itu terluka karena serangan mereka, lalu Alice, yang geram, mengalahkan salamander itu
seperti monster, dan membuat mereka meminta maaf pada Silica, atas apa yang mereka lakukan
karena telah melukainya, dan pergi—ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Berita mengenai knight Cait Sith baru ALO, <<Alice>> adalah AI yang sama<<ALICE>>
dengan AI yang menyampaikan pidato di konfrensi pers saat itu dengan cepat menyebar diantara
para pemain sebagai “Alice-sama yang melegenda telah membuat para PK menangis”, tetapi aku
benar-benar ingin dia menikmati ALO sebagai sebuah game.

Setelah selesai makan cake dan minum teh yang ke-3 kalinya, aku berkata dengan tenang pada
knight asing ini:

“...itu benar. Kupikir kata <<berburu>> di VRMMO menyimpang dari makna asli, tetapi
kebanyakan orang Jepang modern itu gak punya pengalaman berburu sungguhan. Termasuk aku.
Arti kata itu berubah dengan beberapa perbedaan dan tempat, mungkin di Underworld juga
begitu.”

“....”

Tetap diam, Alice masih menyelesaikan menyantap kue buah dan tehnya sebelum menjawab:

“...memang. Underworld telah berubah banyak selama 200 tahun, tak hanya dari bahasanya,
tetapi budayanya juga. Tetapi mau bagaimanapun perubahannya, aku akan menerima itu...karena
merekalah buktinya bahwa dirimu telah melindungi Underworld...”

Alice tersenyum dan menatapku lurus. Itu membuatku gugup dan menggeleng-gelengkan
kepalaku—tetap tenang:

“Enggak...gak hanya aku...Asuna, Sugu, Sinon, dan ribuan pemain dari ALO, dan semuanya
telah bekerja keras melindungi Underworld.”
“Kau benar...kalau kau berkata begitu, pemakaian kalimat sederhana tidak perlu dikhawatirkan.”

Dia mengangguk dan melihat keluar jendela lagi, matanya tidak beralih dari hutan gelap, tetapi
beda. Dunia yang sangat jauh.

Light Cube Cluster dan Main Visualizer--<<wadah>> Underworld, masih berjalan di Ocean
Turtle, yang sekarang telah terkunci oleh JSDF, tetapi situasinya sangat enggak stabil.

Sekumpulan konservasi kementrian pertahanan—alias perkumpulan anti-RATH—sementara itu


berterima kasih pada ketidakegoisan Kikuoka, sehingga kehancuran Underworld sudah
dialihkan, tetapi selama kekuatannya masih bertahan dengan jalan yang gak bisa diprediksi.

Asuna, Alice, dan aku dive ke Underworld dari RATH cabang Roppongi di pagi buta tanggal 18
Agustus. Kami tiba di angkasa, bukannya di atas tanah, tetapi dua Integrity Knight muda—pilot,
yang muncul dengan <<mesin naga>>, memberikan kami tumpangan menuju Dunia Manusia.

Tetapi kami ragu haruskah masuk ke Central Cathedral atau tidak. Selama 200 tahun lamanya,
aku dan Asuna menjadi <<Raja dan Ratu bintang>> yang telah meninggal 30 tahun sebelumnya.
Sulit membayangkan keributan seperti apa yang akan kami bawa ke Cathedral, atau, seluruh
dunia ini, kalau orang-orang seperti kami tiba-tiba muncul lalu bilang “Yo”.

Saat itu, pilot muda wanita yang menyebut dirinya Lauranei mengundang kami ke rumah
Centoria sementara kami ada disana. Di kediamannya yang nostalgia itu, kami bertanya pada
mereka berdua tentang situasi Underworld saat ini, kami juga sempat makan bersama.

Dr.Rinko yang memberitahu kami sebelum dive berkata “kalian akan keluar dalam 5 jam”, jadi
sebelum itu (akhirnya di Underworld sudah tersedia jam setelah 200 tahun lamanya, syukurlah),
kami berjanji akan menemui mereka lagi sebelum logoff.

Sejujurnya, aku ingin mengunjungi mereka, tetapi Dr.Rinko dan Higa-san bilang: “jangan dulu
dive lagi sebelum kami menganalisa informasi yang kalian bawa!”

Aku paham kenapa orang dewasa sampai seteliti itu. Aku masih gak tahu siapa yang
memberikan alamat IP pada Alice untuk masuk ke Underworld—yang kupikirkan malah ide
kasar—takdir Underworld, rencana pemeliharaan Light Cube Cluster, dan masalah hak para AI,
benar-benar akan mempengaruhinya.

Untungnya, Underworld masih berjalan dengan waktu yang sama di dunia nyata. Dengan itulah
kami gak punya waktu untuk berlama-lama disana dan kembali hanya untuk menemukan tahun-
tahun yang terlewati, tetapi walau hanya baru beberapa bulan. Lauranei dan Suteica benar-benar
menungguku, dan aku sendiri pun ingin menemui mereka, mendengarkan cerita mereka
semenjak mungkin mereka adalah—

“...Kirito, kau mendengarku?”

Knight bertelinga kucing itu menyenggolku dengan lengannya, dan aku berkedip beberapa kali.

“Ah, ahh maaf maaf, aku jadi kepikiran tentang Underworld.”


Kataku meminta maaf, dan ekpsresi Alice langsung berubah pelan.

“Begitu, aku juga sering memikirkannya setiap hari.”

“Ya...aku benar-benar ingin segera kembali.”

“Ya.” Kata Alice mengangguk, dengan raut wajah yang sedih.

Levelnya tidak bisa dibandingkan denganku. Selain itu, dia memiliki dua tujuan.

Pertama, dia ingin membesarkan kembali naga tercintanya <<Amayori>> dan kakaknya
<<Takiguri>> lagi, setelah aku mengubah mereka kembali menjadi telur saat pertarungan
terakhir melawan Gabriel Miller.

Kedua, dia ingin membangunkan adiknya Selka Schuberg, yang saat ini dalam Deep Freeze di
lantai 80 Central Cathedral—

Tujuannya sebenarnya mudah, terutama yang terakhir. Alice harus meyakinkan pemerintahan
Dunia Manusia kalau dia adalah legenda yang sama, Alice Synthesis Thirty yang menghilang
200 tahun yang lalu.

Tetapi dia harus melakukannya bagaimanapun, tentu saja. Aku ingin membantunya. Aku juga
ingin bertemu dengan Selka lagi.

Suara Alice membuatku teringat kembali dunia itu sekali lagi.

“Ngomong-ngomong Kirito, ada pesan lisan dari Dr.Koujiro untukmu.”

“Huh...? Pesan lisan? Kenapa gak lewat email aja?”

“Dia tidak ingin ada jejaknya di internet.”

Mendengar itu, aku mengangguk.

Jaringan RATH dilindungi oleh keamanan tingkat tinggi. Pesan yang dikirim bukan melalui
email, ataupun suara, tetapi percakapan diluar ALO, mungkin itu memang penting.

Dengan suara yang keras dan jelas, Alice berkata dengan gugup padaku:

“Tanggal 29. Jam 15.00. Di toko kue mahal.”

“Hah?”

“Itu saja.”

“...............”

Tanggal 29 berarti lusa, dan jam 15.00 berarti jam 3 sore. Aku paham sih.
Tapi apa itu “toko kue mahal”? Tokyo punya ratusan tempat seperti itu. Walaupun di daerah
rumahku prefektur Saitama Kawagoe hanya punya 1 atau 2 saja.

Sesaat aku hampir mengirim email pada Dr.Koujiro untuk menanyakan maksudnya, tetapi
setelah kupikir, aku mengangkat tangan kananku. Kalau aku menghubunginya, kenyamanannya
pasti terganggu. (karena dia sedang tak ingin meninggalkan jejak di internet)

Alice memiringkan kepalanya dan berkata dengan nada cemburu.

“Ada banyak kue di dunia nyata yang tidak bisa kuhitung semua, dan kebanyakan dari mereka
juga belum pernah kulihat sebelumnya di Centoria. Melihat fotonya saja sudah membuatku
lapar.”

“Uh...yah...benar sih, tetapi aku benar-benar suka cemilan yang sering kubeli di ibukota. Aku
bisa mendapat sekantung pie madu seharga 30 shears...”

“Apa kue disana mahal?”

“Yah, satu shears seharga 10 yen, kalau kue di toko roti itu kira-kira...sekitar 40 shears per-
potongnya.”

“Itu...berapa banyak?”

Aku tertawa kecil melihat kedua mata Alice.

“Buruk sih. Aku pernah coba kue di Ginza sekali, harganya 16o shears...”

Dan setelahnya, pada akhirnya ditekan.

Dr.Koujiro bukanlah orang yang begitu suka makanan. Toko kue mahal itu sesuatu yang
dihiraukannya. Dan hanya ada satu orang di RATH yang mengirim pesan seperti itu.

Alice memiringkan kepalanya saat kugerakkan bahuku dan menarik napas panjang.

“Kenapa, Kirito?”

“Enggak, gak ada apa-apa. Aku baru paham arti pesan itu. Terima kasih sudah
menyampaikannya padaku ya, Alice.”

“Bukan itu...yang ingin kukatakan...”

Knight emas itu menggerakkan telinga kucingnya seperti mengingat sesuatu, dan tersenyum
aneh.

“Jadi, kapan kau mau latihan denganku?”

“Hah? Oh maksudmu menambah tingkatan...”


Ada satu alasan kenapa Alice memilih ras Cait Sith, karena ras ini memiliki cara termudah untuk
menjadi penerbang naga <<knight naga>>.

Walaupun begitu, prosesnya gak gampang. Menerbangkan naga perlu skill pedang/tombak yang
tinggi untuk menjinakkannya. Melatih keduanya disaat yang bersamaan tak hanya memerlukan
pertarungan berulang untuk menambah nilai pengendalian dan memperbaiki kemampuan senjata,
kau juga perlu skill menjinakkan.

Aku mempertimbangkannya sejenak, lalu mengembalikan jendela PRku di layar ke ukuran


semula.

“Kalau begitu beri aku waktu 30 menit. Aku selesaikan dulu PRku lalu kita bisa bertemu dengan
Liz dan yang lain untuk mendapatkan angka skill bersama...”

Tetapi diakhir kalimatku, aku mendengar suara whossh dengan cahaya.

Lalu muncul di kabin, orang lain dibelakangku—

Aku memutarkan kursiku dengan cepat, dan Alice juga mengalihkan pandangannya. Disaat yang
sama, avatar virtual terbentuk di pintu.

Warna biru rambutnya seperti air, gaun putih dan rapier silver di pinggangnya. Avatar Asuna,
Undine/Fencer melihat Alice dan aku bersamaan, berkedip beberapa kali. Kaku.

“Se...selamat datang kembali, Asuna.”

Aku berdiri dan menyambutnya, dia tersenyum dan mengangkat tangan kanannya.

“Selamat sore, Kirito-kun, selamat datang, Alice-san.”

“Maaf menggangu, Asuna.”

Alice menjawabnya sambil tersenyum, tetapi ekspresinya agak sedikit berbeda di ruang tamu ini.
Apa itu hanya imajinasiku atau—

Tapi aku harus menyelesaikan dulu PRku, aku sedikit batuk dan berkata.

“Yah, aku mau beresin PRku dulu, secepatnya. Kalian bisa pergi duluan menemui Liz dan yang
lainnya...”

Tetapi aku belum mengatakannya.

Tiba-tiba suara gaduh dari kabin terdengar dari belakang, dan getaran hebat terdengar di
telingaku.

“AHH!”

Aku langsung mendengar suara teriakan mereka, dengan cepat aku menapak tanah dan
memegangi Alice di tangan kananku dan Asuna di tangan kiriku, aku memaksakan diri bersama
mereka untuk merunduk, dan setelahnya muncul suara gaduh kedua. Balok-balok atap retak dan
memecahkan mug yang terjatuh dari meja ke lantai.

Gempa bumi gak mungkin ada di dunia virtual. Walaupun tanah di ALO itu bisa bergerak, tetapi
gak akan bisa terasa di Aincrad Baru. Kalaupun ada, kabin pun gak akan bisa runtuh. Itu pada
logisnya, tetapi aku langsung bergerak, dan berseru.

“Semuanya, ayo keluar!”

Menyeret mereka berdua keluar, aku melewati lantai yang bergoyang-goyang menuju pintu
depan. Dengan segera aku mendorong pintunya bersamaan, pada getaran ketiga. Yang makin
kuat, membuat kami semua terlempar keluar. Kami bertiga jatuh dari tangga pendek.

Untungnya, ada rumput di kebun depan sehingga HP kami gak berkurang. Aku sudah
memikirkan akan melayang di udara segera untuk melarikan diri dari getaran berikutnya, dan
sebelum tangan kiriku hendak mengaktifkan sayap periku—

Asuna berteriak, menggenggam kedua tangannya dengan kuat.

“Kirito-kun, itu...itu...!!”

Jari tangan kiri Asuna mengarah ke langit yang membuka sebuah lingkaran didekat kami. Yang
kedua, aku juga melihatnya.

Waktu di ALO dan di dunia nyata tidak bisa di sinkronkan, kalau saat ini pagi, maka diluar sana
matahari baru terbenam. Pemandangannya jadi berwarna crimson. Lingkaran merah itu terus
mendekat dan mendekati kami dengan kecepatan mengerikan, hingga mencapai langit teratas
Aincrad.

“...Itu bukan fajar...”

Gumam Alice, menggenggam tangan kananku. Kalimatnya hampir tidak masuk di kepalaku,
tetapi seolah otaknya menyebut hal yang sama.

Warna merah itu bukan langit, tetapi bentuk hexagonal berjumlah besar yang mengelilingi langit
diatas kami. Di permukaannya muncul bentuk kata [Warning] and [System Announcement].

“Kirito-kun…”

Dengan pelan, Asuna memanggil namaku.

Aku langsung memegang erat bahunya, seperti didalam pikiranku kenangan-kenangan <<hari
itu>> teringat kembali...hari saat aku pernah melihat langit yang sama 4 tahun lalu.

BERSAMBUNG...

Anda mungkin juga menyukai