Anda di halaman 1dari 11

Bahan Kuliah SESI-1

Semester IV

Tricahyono, NH
Pendidikan Geografi FKIP
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
2020

Daftar Bacaan

M. Isa Darmawijaya, 1993, Klasifikasi Tanah, Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press
Sarwono Hardjowigeno, 2011, Klasifikasi Tanah dan
Pedogenesis, Bandung : Akademika Pressindo

Djunaedi A Rachim dan Mahfud Arifin, 2011, Klasifikasi


Tanah di Indonesia, Bandung : Pustaka Reka Cipta

Mochtar Luthfi Rayes, 2017, Morfologi dan Klasifikasi


Tanah, Malang : UB Press
dan lain lain

1
Surat Al A’raaf ayat 58

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur


dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-
tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang
yang bersyukur.

Surat Qaaf ayat 11

untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami


hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah
terjadinya kebangkitan.

Surat Asy Syu'araa‘ ayat 128

Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan


untuk bermain-main (Maksudnya: untuk bermewah-mewah dan
memperlihatkan kekayaan)

2
Surat Al A’raaf ayat 7

Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu


pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad
dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-
istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-
gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-
nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
membuat kerusakan.

Surat Al Kahfi ayat 8

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula)


apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus.

Surat Al Kahfi ayat 41

atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali


kamu tidak dapat menemukannya lagi."

3
C.F. Marbut championed reliance on soil morphology instead
of on theories of pedogenesis for soil classification
because theories of soil genesis are both ephemeral
and dynamic (Soil Survey Staff (1993). Soil Survey
Manual. Washington D.C.: U. S. Government Printing
Office. Soil Conservation Service, United States
Department of Agriculture Handbook 18).
ketergantungan pada morfologi tanah, bukan pada
teori pedogenesis untuk klasifikasi tanah, karena
teori genesis tanah bersifat sementara dan dinamis

SOIL MORPHOLOGY (mofologi Tanah) - Sifat-sifat tanah


yang dapat diamati di lapangan dalam berbagai
horison tanah, dan deskripsi macam dan tatanan
horison.

Sifat-sifat yang dapat diamati dan dideskripsikan di


lapangan meliputi: komposisi, bentuk, struktur tanah
dan organisasi tanah, warna tanah dan bercak-
bercaknya, distribusi akar dan pori, bukti-bukti adanya
translokasi material seperti carbonates, iron,
manganese, carbon dan clay; serta konsistensi tanah.

Observasi lapangan biasanya dilakukan pada suatu


PROFIL TANAH.

Profil tanah merupakan potongan vertikal dua dimensi,


dalam tanah dan terikat pada salah satu sisi suatu
PEDON.

4
PEDON adalah unit tiga dimensi terkecil, tetapi tidak kurang
dari 1 m2 di permukaan tanah yang mampu menangkap
variabilitas lateral.

5
HORISON TANAH merupakan “lapisan” yang sejajar
dengan permukaan tanah, karakteristik fisiknya berbeda
dengan lapisan-lapisan di atas dan di bawahnya.

Setiap tanah mempunyai minimum satu horison,


biasanya tiga atau empat horison.

Horison dicirikan oleh sifat-sifat fisika, terutama warna


dan teksturnya.

Sifat-sifat ini dapat dideskripsikan secara absolut


(misalnya distribusi ukuran partikel, untuk tekstur tanah)
dan secara relatif dalam kaitannya dengan material
sekitarnya, misalnya Lebih kasar atau lebih-berpasir
dibandingkan dengan horison di sebelah atas atau
bawahnya.

6
MORFOLOGI TANAH
O (Organic matter): Lapisan seresah sisa-sisa tumbuhan yang
relatif masih belum mengalami dekomposisi.
A (Tanah permukaan) : Lapisan tanah mineral dengan
akumulasi bahan organik dan soil life. Lapisan ini meng-
eluviasikan iron, liat, aluminum, senyawa organik, dan
komponen terlarut lainnya. Jika eluviasi ini sangat intensif,
akan tampak horison E yang warnanya lebih terang di
bagian bawah horison A. A-horizons may also be the result
of a combination of soil bioturbation and surface processes
that winnow fine particles from biologically mounded top
soil. In this case, the A-horizon is regarded as a "biomantle".
B (Subsoil): Lapisan ini mengakumulasikan besi, liat,
aluminum dan senyawa organik, prosesnya disebut
ILUVIASI.
C (Batuan/Bahan Induk) : Lapisan batuan berukuran besar-
besar yang belum hancur. Lapisan ini mengakumulasikan
senyawa-senyawa yang dapat larut .
R (Batuan dasar): Lapisan batuan-dasar yang baru lapuk
parsial, di bagian dasar prosil tanah. Horison ini terdiri atas
massa yang kontinyus, batuan keras yang tidak dapat digali
dnegan tangan. Tanah-tanah yang terbentuk secara in situ
akan menunjukkan kesamaan dengan batuan-dasar ini.

Mengapa perlu “klasifikasi tanah” ???


nampak secara nyata bahwa tanah di
permukaan bumi kita ini sangat beragam
(warna, tekstur, struktur, dll)

maka...

untuk membedakan tanah-tanah tersebut


diperlukan klasifikasi tanah.

7
Tujuan Klasifikasi Tanah
1. Mengorganisasi atau menata tanah
2. Mengetahui hubungan individu tanah
3. Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah
4. Mengelompokkan tanah untuk :
- menafsir sifat
- Penelitian
- mengetahui lahan-lahan yg baik

Klasifikasi Tanah terdapat 2 jenis yaitu :

Didasarkan atas
sifat tanah yg
dimiliki tanpa
menghubungkan dg
tujuan penggunaan
tanah tersebut.

8
Selanjutnya...........

....dalam pengertian sehari-hari, Klasifikasi


Tanah Alami dikenal dengan.........

KLASIFIKASI TANAH

Sistem Klasifikasi Tanah yang ideal


mampu mengelompokkan tanah
dalam satu kelas yang....
1. Isogenus
Tanah yang mempunyai genesis sama
2. Isomorf
Tanah yang mempunyai kenampakan sama
3. Isofungsi
Tanah yang mempunyai fungsi sama dalam
lingkungan
4. Isotropik
Tanah yang mempunyai lokasi sama

9
Jenis-jenis “Sistem Klasifikasi Tanah”

1. Pusat Penelitian Tanah Bogor


2. FAO/UNESCO (1974)
3. USDA = Soil Taxonomy (USDA, 1975;
Soil Survey Staff, 1999; 2003).

Sistem Klasifikasi Tanah


Pusat Penelitian Tanah Bogor
Sistem Klasifikasi Tanah yang digunakan oleh
Pusat Penelitian Tanah Bogor adalah sistem yang
dikembangkan oleh Dudal-Soepraptohardjo
(1957), sistem tersebut sebenarnya mirip dengan
sistem yang berkembang di AS oleh Baldwin,
Kellog dan Thorp (1938) : Thorn dan Smith
(1949) dengan beberapa modifikasi.

10
Perkembangan selanjutnya...
Sistem menurut Dudal-Soepraptohardjo
(1957), terus disempurnakan sesuai dengan
Sistem AS yg baru (Soil Taxonomy, 1975) dan
dari USDA terutama dalam :
Definisi jenis-jenis tanah (great group)
Macam tanah (subgroup)

Sistem Dudal-Soepraptohardjo Modifikasi 1978/1982 FAO/UNESCO USDA Soil Taxonomy


(1957-1961) (PPT) (1974) (1975 – 1990)

1. Tanah Aluvial Tanah aluvial Fluvisol - Entisol


- Inceptisol
2. Andosol Andosol Andosol Andisol
3. Brown Forest Soil Kambisol Cambisol Inceptisol
4. Grumusol Grumusol Vertisol Vertisol
5. Latosol - Kambisol - Cambisol - Inceptisol
- Latosol - Nitosol - Ultisol
- Lateritik - Ferralsol - Oxisol
6. Litosol Litosol Litosol Entisol (lithic Subgrup)
7. Mediteran Mediteran Luvisol Alfisol/inceptisol
8. Organosol Organosol Histosol Histosol
9. Podsol Podsol Podsol Spodosol
10. Podsolik Merah Kuning Podsolik Acrisol Ultisol
11. Podsolik Coklat Kambisol Cambisol Inceptisol
12. Podsolik Coklat kelabu Podsolik Acrisol Ultisol
13. Regosol Regosol Regosol Entisol/Inceptisol
14. Renzina Renzina Renzina Rendoll

11

Anda mungkin juga menyukai