PETA KONSEP
Sebelum Sifat Koligatif Larutan, Yuk Kenali Apa Itu
Larutan?
Larutan adalah suatu komponen campuran yang terdiri atas zat terlarut beserta dengan pelarut.
Dalam larutan, kita juga mengenal konsentrasi larutan yang ditentukan dari jumlah zat terlarut di
dalamnya. Lalu, dalam stoikiometri larutan, konsentrasi zat terlarut itu dapat dinyatakan dalam
empat besaran, yaitu:
Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam setiap 1 liter larutan. Satuan dari molaritas
dinyatakan dalam mol dm3 atau mol L-1, dengan lambang M. Rumus untuk molaritas ini dapat
kita formulasikan sebagai berikut:
keterangan:
M = molaritas (mol/L)
Molalitas (m)
Molalitas adalah konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg atau
1000 gram pelarut dengan lambang m. Rumus untuk molalitas ini dapat kita formulasikan
sebagai berikut:
keterangan:
m = molalitas (mol/kg)
Fraksi mol adalah ukuran konsentrasi larutan yang menyatakan perbandingan jumlah mol
sebagian zat terhadap jumlah mol total komponen larutan dengan lambang X. Fraksi mol terbagi
atas dua bagian dengan rumus yang berbeda, yakni:
keterangan:
Normalitas (N)
Normalitas adalah besaran yang menyatakan jumlah mol ekuivalen dari zat yang terlarut dalam
tiap satuan volume larutan dengan lambang N. Rumus untuk normalitas ini dapat kita
formulasikan sebagai berikut:
keterangan:
N = normalitas
ek = mol ekuivalen
V = volume larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat-sifat yang hanya bergantung pada jumlah (kuantitas) partikel
zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis atau identitas partikel zat terlarut –
tidak peduli dalam bentuk atom, ion, ataupun molekul. Sifat koligatif merupakan sifat yang
hanya memandang “kuantitas”, bukan “kualitas”.
Sifat larutan seperti rasa, warna, dan kekentalan (viskositas) merupakan sifat-sifat yang
bergantung pada jenis zat terlarut. Sebagai contoh, larutan NaCl (garam dapur) terasa asin,
namun larutan CH3COOH (asam cuka) terasa asam. Sifat koligatif larutan ini meliputi:
Penguapan adalah perubahan wujud suatu zat, dari cair menjadi gas dengan kecepatan
penguapan yang berbeda-beda—tergantung dari jenis cairan. Banyak atau tidaknya uap pada
permukaan cairan diukur dari tekanan uapnya. Jika kondisi uap cairan sudah mencapai kondisi
jenuh, akan terjadi pengembunan dan tekanan uapnya disebut tekanan uap jenuh. Apabila suatu
zat terlarut nonvolatil dimasukkan ke dalam air murni, proses penguapan dapat terganggu
sehingga air akan lebih sulit menguap. Karena itu, jumlah uap air pada permukaan juga
berkurang dan tekanan uapnya turun.
Francois Marie Raoult mempelajari hubungan antara penurunan tekanan uap larutan dengan
konsentrasi zat terlarut dan mendapat kesimpulan: “Besarnya tekanan uap larutan sebanding
dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya.”
Kesimpulan tersebut disebut Hukum Roult dan memiliki rumus sebagai berikut:
keterangan:
X = fraksi mol
Proses terjadinya pendidihan diawali ketika kita mulai memanaskan sebuah zat. Misalnya, saat
kita memanaskan air, partikel-partikel air akan saling berpisah membentuk uap air.
Proses ini mengakibatkan kenaikan tekanan zat cair. Ketika tekanan zat cair sama dengan
tekanan lingkungan luar maka terjadilah peristiwa pendidihan. Pada saat air mencapai temperatur
100ºC,tekanannya menjadi 1 atm (≈760 torr ≈ 760 mmHg ≈ 101.325 Pa), sama dengan tekanan
udara di luar. Hal ini menunjukan bahwa titik didih air adalah 100ºC.
Bagaimana jika ke dalam air ditambahkan zat terlarut misalnya gula pasir? Partikel-partikel gula
pasir akan menghambat proses penguapan molekul air sehingga untuk mencapai tekanan uap air
sama dengan tekanan udara luar, diperlukan temperatur yang lebih besar lagi. Dengan demikian,
apabila ke dalam air ditambahkan zat terlarut maka titik didih larutan akan naik. Jadi kenaikan
titik didih larutan dapat ditentukan sebagai selisih antara titik didih larutan dengan titik
didih pelarut.
keterangan:
ΔTb = kenaikan titik didih larutan
m = molal larutan
Jadi begini , proses pembekuan itu terjadi ketika suatu zat telah mencapai titik beku. Titik
beku (Tf) akan tercapai apabila temperatur saat tekanan uap zat padat, sama dengan tekanan
uap zat cair. Jika kalian mengetahui bahwa titik beku air sebesar 0ºC, itu artinya tekanan uap
air dalam bentuk cair pada temperatur 0ºC sama dengan tekanan uap air dalam bentuk padat.
jika temperatur yang diperoleh saat zat cair dan zat padat berada pada kesetimbangan,
(pada 760 mmHg) disebut dengan titik beku normal.
Apabila ke dalam sebuah zat pelarut ditambahkan zat terlarut, maka akan terjadi proses
penurunan tekanan uap jenuh larutan. Kemudian, adanya penurunan tekanan uap jenuh
larutan akan mengakibatkan penurunan titik beku larutan. Dapat dikatakan bahwa, larutan
akan membeku pada temperatur yang lebih rendah. berdasarkan penjalasan tadi, dapat
dinyatakan bahwa penurunan titik beku larutan adalah selisih antara titik beku pelarut dengan
titik beku larutan. Besarnya penurunan titik beku larutan diberi lambang ∆Tf. Harga
∆Tf ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut dan tidak ditentukan oleh sifat zat
terlarutnya. Nilai ∆Tf ditentukan berdasarkan rumus Bekmann dan Roult seperti berikut ini.
∆Tf = m . Kf
keterangan:
Tekanan osmotik adalah tekanan hidrostatis yang mengimbangi gerak molekul-molekul pelarut
melewati dinding semipermeabel. Lebih jelasnya ketika dua larutan dengan konsentrasi yang
berbeda dipisahkan oleh suatu membran semipermeable membran yang hanya dapat dilewati
partikel pelarut namun tidak dapat dilewati partikel zat terlarut maka terjadilah fenomena
osmosis. Osmosis adalah peristiwa perpindahan selektif partikel-partikel pelarut melalui
membran semipermeabel dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah ke
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi.
(Sumber: Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change
(5thedition). New York: McGraw Hill)
Perhatikan Gambar diatas, tekanan osmosis didefinisikan sebagai tekanan yang diberikan untuk
menahan perpindahan netto partikel pelarut dari larutan dengan konsentrasi pelarut tinggi
menuju larutan dengan konsentrasi pelarut rendah. Bila tekanan eksternal sebesar tekanan
osmosis diberikan pada sisi larutan, maka ketinggian pelarut dan larutan akan kembali seperti
semula. Rumusnya :
keterangan:
V = volume
T = suhu
Sifat koligatif larutan elektrolit kuat
Pendekatan sifat koligatif larutan elektrolit kuat sedikit berbeda dengan sifat koligatif larutan
nonelektrolit. Hal ini dikarenakan sifat elektrolit yang dapat terdisosiasi menjadi ion-ion dalam
larutan, misalnya satu unit senyawa CaCl2 dapat terdisosiasi menjadi 3 partikel ketika dilarutkan,
yakni 1 ion Ca2+ dan 2 ion Cl− .Oleh karena itu, perlu ikut diperhitungkan faktor van’t Hoff (i)
pada perhitungan larutan elektrolit.
Dimana n = jumlah ion terdisosiasi dari 1 unit formula senyawa; α = derajat disosiasi senyawa
SOAL-SOAL :
1. Sebanyak 23 gram gliserol (mr = 92) dicampur dengan 27 gram air . tentukanlah :
a. fraksi mol terlarut
b. fraksi mol zat pelarut
2. Tentukan titik didih dan titik beku larutan 54 gram belerang S8 dalam 400 gram asam
asetat. Asam asetat murni mendidih pada 118,3oC dan dan membeku pada 16,6 oC pada
tekanan 1 atm (Kb CH3COOH = 3,1oC/m; Kf CH3COOH = 3,6oC/m; Ar S = 32)
3. Sebanyak 47 gram Ca(OH)2 dilarutkan kedalam 260 gram air. larutan tersebut mendidih
pada suhu 102,6˚C, jika Mr 74 berapa persen derajat ionisasi basa tersebut ?
4. Pada suatu zat nonelektrolit (Mr = 40) memiliki banyak 30 gram dilarutkan didalam 900
gram air. Penurunan pada titik beku larutan ini yaitu 1,550°C. Berapa gram pada zat yang
harus dilarutkan didalam 1,2 kg air agar mendapatkan larutan dari penurunan titik beku
yang setengahnya pada penurunan titik beku diatasnya!
5. Diketahui Mr Urea (CO(NH2)2) = 60 g/mol, Kf air = 1,86 C/m, dan tekanan uap
0
pelarut air pada suhu 25 0C sebesar 23,75 mmHg, dan tekanan uap larutan
urea pada 25 0C sebesar 22,56 mmHg. Titik beku larutan urea tersebut adalah