Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HIDROSEFALUS

OLEH:

MUHAMMAD ILHAM MUZAKKIR


NIM.P07120419007N

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESETAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

I. KOSEP DASAR TEORI


A. Definisi Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam
ventrikelserebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani,
2001). Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan
intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi
yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari
jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya
cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)
Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:
1. Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak
dalamkandungan dan berlanjut setelah dilahirkan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah
bayidilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan
(Harsono,2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS
mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih
biaskeluar dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran
CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit
yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak (Anonim, 2003).
4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai
otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak
(meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau
cederatraumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak
atauathrophy (Anonim, 2003).

B. Etiologi Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi
ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan
anak ialah:
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau
infeksi intrauterine meliputi :
- Stenosis aquaductus sylvi
- Spina bifida dan kranium bifida
- Syndrom Dandy-Walker
- Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
- Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis
terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis
dan daerah lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
- Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan
ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma
yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III
disebabkan kraniofaringioma.
- Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

C. Fisiologi Cairan Cerebro Spinalis


1. Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan
demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus,
produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;
a. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar
b. Parenchym otak
c. Arachnoid
2. Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat
pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II
ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III,
dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu
pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna
prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna
magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis
dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di
supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus
Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.
D. Patofisiologi Hidrosefalus
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler
mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan
mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter
terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah
mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi
itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif
tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup
dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis
aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik
pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala
berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan
Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada
foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior
menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga
membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala :
Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan
dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF
melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi
total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma
normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route
kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan
terjadi keadaan kompensasi.

Pathway HIDROSEFALUS

E. Manifestasi Klinis Hidrosefalus
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia
2 tahun, dan anak diatas usia 2 tahun.
1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
a. Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
b. Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
c. Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
pelebaran vena-vena kulit kepala.
d. Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot
sign yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
e. Perubahan pada mata.
- bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan
tulang supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-
akan seperti matahari yang akan terbenam
- strabismus divergens
- nystagmus
- refleks pupil lambat
- atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
- papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra
kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

F. Komplikasi Hidrosefalus
- Peningkatan tekanan intrakranial
- Kerusakan otak
- Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,a
bses otak.
- Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
- Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam
rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus, dan kematian.
G. Pemeriksaan Penunjang Hidrosefalus
1. Pemeriksaan fisik:
a. Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting
untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
b. Transiluminasi
2. Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau
meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan
ada infeksi sisa
4. Pemeriksaan radiologi:
a. X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang
melebar.
b. USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
c. CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan
sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

H. Pentalaksanaan Medis Hidrosefalus
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan
penyuluhan genetic, penerangan keluarga berencana serta menghindari
perkawinan antar keluarga dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan
dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi.
Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung
resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada
umumnya tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid
dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol.
Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang
memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa
pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat
absorbsi. Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan
pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang
disebut:
a. Ventrikulo Peritorial Shunt
b. Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan
pengertian pada keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus
disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya
membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan
serebrospinal dari ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga
peritoneum yaitu pi8ntasan ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak
menimbulkan raksi radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan
di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama
berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a. mengurangi produksi CSS
b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi
c. Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

5. Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :


a. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus
khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
b. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A,
reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan
suatu malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar
ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.
c. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor
dengan kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih
adalah rongga peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari
ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain
rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada
periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap
kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt
yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan
intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN  HIDROSEFALUS
A. Pengkajian Keperawatan Hidrosefalus
1. Anamnesa
a. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir
menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
- Anak dapat melihat keatas atau tidak.
- Pembesaran kepala.
- Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b. Palpasi
- Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
- Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga
fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
- Luas lapang pandang
- Konvergensi.
- Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat
keatas.
- Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
3. Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
- Peningkatan sistole tekanan darah.
- Penurunan nadi / Bradicardia.
- Peningkatan frekwensi pernapasan.
4. Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari
pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
- Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “
(Mercewen’s Sign
- Opthalmoscopy : Edema Pupil.
- CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan
nalisisi komputer.-
- Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

B. Diagnosa Keperawatan Hidrosefalus
1. Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan
perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif,
ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana,
ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3. Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan
perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif,
ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
4. Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik )
b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan
perawatan sederhana, ketidakmampuan menciptakan lingkungan kondusif,
ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA
NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Resiko cidera Setelah dilakukan kunjungan 1) Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan
selama 3x diharapkan keluarga bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial
mampu menciptakan lingkungan cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya
kondusif dengan kriteria hasil: menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan
posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan
a) Keselamatan fisik dapat
malam hari siapkan lampu panggil
dipertahankan
2) Jelaskan pada keluarga pentingnya keselamatan
b) Adanya pelindung dan alat
pada anak dan cara pencegahan untuk cidera.
bantu untuk klien
3) Anjurkan pada keluarga untuk mengawasi segala
aktifitas klien yang membahayakan keselamatan.
4) Beri alat bantu misal:tongkat
2. Resiko gangguan nutrisi : Setelah dilakukan kunjungan 1) Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi
kurang dari kebutuhan tubuh selama 3x diharapkan keluarga protein.
mampu melakukan perawatan 2) Berikan klien makan dengan posisi semi fowler
sederhana dirumah  dengan kriteria dan berikan waktu yang cukup untuk menelan.
hasil: 3) Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan
a) Berat badan ideal terhindar dari bau – bauan yang tidak enak..
b) Tidak muntah 4) Timbang berat badan bila mungkin.
c) Tidak terjadi malnutrisi 5) Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
6) Berikan makanan ringan diantara waktu makan
7) Beri penjelasan pada keluarga tentang makanan
yang baik dikonsumsi anak
3. Deficit self care Setelah dilakukan kunjungan 1) Kaji ketidakmampuan klien dalam perawatan diri
selama 3x diharapkan keluarga 2) Kaji tingkat fungsi fisik
dapat menciptakan lingkungan  3) Kaji hambatan dalam berpartisipasi dalam
kondusif dengan kriteria hasil: perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi
lingkungan
a) Klien dapat melakukan
4) Jelaskan pada keluarga pentingnya kebersihan
perawatan diri dengan mandiri
diri
atau dibantu
5) Jelaskan dan ajarkan cara perawatan diri
b) Klien bersih dan tidak bau
meliputi:mandi, toileting , berpakaian.

4. Perubahan fungsi keluarga b.d Setelah dilakukan kunjungan 1) Jelaskan secara rinci tentang kondisi penderita,
situasi krisis ( anak dalam catat selama 3x diharapkan Keluarga prosedur, terapi dan prognosanya.
fisik ) menerima keadaan anaknya, 2) Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan
mampu menjelaskan keadaan contoh bila keluarga belum mengerti
penderita dengan kriteria hasil: 3) Klarifikasi kesalahan asumsi dan misskonsepsi
Keluarga berpartisipasi dalam 4) Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya.
merawat anaknya dan secra
verbalkeluarga dapat mengerti
tentang penyakit anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.

Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of America:Mosby.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.
Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-sykj201.htm

Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J. Neurol, 2000 ;


247 : 5-14.

Anda mungkin juga menyukai