Anda di halaman 1dari 3

Name : Gustia Mega Putri

Class : English Literature 6A

NIM : 403170873

Sejarah Semantik

Semantik di dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Inggris semantik, dari bahasa Yunani
Sema (Nomina) 'tanda': atau dari verba samaino 'pendaftaran', 'berarti'. Istilah ini digunakan
oleh para pakar bahasa untuk menyebut bagian bahasa yang disebut makna. Semantik
merupakan bagian dari tiga bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi-sintaksis)
dan semantik.Istilah semantik baru muncul pada tahun 1984 yang dikenal melalui American
Philological Association 'organisasi filologi amerika' dalam sebuah artikel yang berjudul
Reflected Meaning: Sebuah poin dalam Semantik. Istilah semantik sendiri sudah ada sejak abad
ke-17 saat disetujui melalui frase semantik filsafat. Sejarah semantik dapat dibaca di dalam
artikel “Laporan Semantik Kata (Word, No.4 th 1948: 78-9). Breal melalui artikelnya yang
berjudul “Le Lois Intellectuelles du Language” mengungkapkan istilah semantik sebagai bidang
baru dalm keilmuan, di dalam bahasa baru istilah ilmiah murni historis (semantik historis).

Semantik sejarah ini membahas tentang semantik yang berhubungan dengan bahasa tidak-luar,
misalnya perubahan makna dengan logika, psikologi, dst. Karya Breal ini berjudul Essai de
Semanticskue. (akhir abad ke-19).

Reisig (1825) sebagai salah seorang ahli klasik mengungkapkan konsep baru tentang tata
bahasa (tata bahasa) yang memuat tiga unsur utama, yaitu etimologi, studi asal-usul kata kunci
dengan perubahan bentuk dengan makna makna; sintaksis, tata kalimat dalam semasiologi,
ilmu tanda (makna). Semasiologi sebagai ilmu baru pada 1820-1925 itu belum disadari sebagai
semantik. Istilah Semasiologi sendiri adalah istilah yang dikemukakan Reisig. Berdasarkan
pemikiran tersebut maka perkembangan semantik dapat dibagi dalam tiga masa pertumbuhan,
yaitu:

1. Masa pertama, diterbitkan setengah abad termasuk di dalamnya kegiatan reisig; maka ini
disebut Ullman sebagai 'Undergound' periode.

2. Masa Kedua, yaitu semantik sebagai sains murni historis, ada pandangan semantik historis,
dengan pertimbangan karya klasik Breal (1883)

3. Masa perkembangan ketiga, studio makna ditandai dengan pergantian karya filolog Swedia
Gustaf Stern (1931) yang berjudul “Makna dan Perubahan Makna Dengan Referensi Khusus ke
Bahasa Inggris.
Hubungan semantik dengan psikologi dan filsafat

 Hubungan semantik dengan ilmu psikologi

Abdul Chaer (2003:2) menyatakan bahwa psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menjadikan
jiwa sebagai objek kajiannya. Terkadang seseorang menggunakan bahasa dalam suasana yang
berbeda-beda. Ketika jiwa dalam suasana bahagia maka bahasa yang diproduksi tentu akan
berbeda dengan bahasa yang diproduksi ketika jiwa dalam keadaan yang tidak tenang. Dalam
berkomunikasi menggunakan kalimat dengan orang lain tentu kalimat yang dihasilkan oleh
penulis atau pembicara bergantung pada suasana hati maupun keadaan jiwanya. Akan berbeda
kalimat yang dihasilkan oleh orang yang sedang bahagia dengan orang yang sedang sedih dan
berbeda pula kalimat yang dihasilkan oleh orang yang terganggu jiwanya dengan orang yang
sehat jiwanya. Sebagai contoh :

• Ucha sedang malas bertemu dengan Sri

• Iswani ingin melompat dari lantai tiga gedung FKIP

• Sapu itu terlihat terbang tadi malam

Contoh yang pertama, Ucha sedang malas bertemu dengan Sri dapat dimaknai oleh seorang
psikolog dengan mengaitkan makna kalimat ini dengan keadaan jiwa atau suasana hati penulis
atau pembicara.

 Hubungan semantik dengan ilmu filsafat

Filsafat memiliki arti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala
yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Kalimat-kalimat yang ditulis atau diujarkan seseorang
akan berbeda segi analisis maknanya menurut ahli filsafat yang disebut filsuf. Biasanya filsuf
akan mempermasalahkan makna dari sebuah kata itu sampai ke akar-akarnya yang dalam
pengertian disebutkan sebagai sebab dan asal. Dalam ilmu filsafat, bahasa yang memproduksi
kalimat-kalimat untuk berkomunikasi dipertanyakan asal penamaannya. Filsuf memang orang
yang sanggup mempertanyakan kebenaran sampai ke dasar-dasarnya. Tidak heran jika mereka
memiliki pandangan luas dan tidak ingin dibatasi pemikirannya terhadap kebenaran sesuatu.
Perhatikan analisis mereka terhadap kalimat berikut.

• kelompok satu sedang mempresentasikan makalah mereka.

• dosen kami merupakan lulusan luar negeri

contoh kalimat pertama akan dianalisis pemaknaannya oleh ahli filsafat antara lain:

• mengapa manusia yang berkumpul lebih dari satu orang itu disebut kelompok?
• mengapa setiap yang di awal atau yang menjadi yang pertama itu disebut satu? bukan sati
atau sata?

• mengapa menampilkan atau menyajikan sesuatu untuk khalayak ramai itu disebut
presentasi?

• mengapa digunakan kata makalah? bukan makalih, makeleh, atau sebagainya?

Anda mungkin juga menyukai