Anda di halaman 1dari 3

Adonara Tanah Mahar Gading Tapi Tak Pernah Lahirkan Gajah

Adonara,

Tanah mahar gading tapi tak pernah lahirkan gajah.

Waiwerang-witihama, bertabur bidadari beribu

Bila cinta yang biru dating mengetuk pintu hatimu,

Sarunglah sebilah gading.

Adonara,

Mata fajar bianglala

Sorga yang terapung antara solor dan lomblen

Ketika hari berangsur malam,

Ketika suara-suara membisu dikutup pulau

Suluh di pucuk-pucuk layar samudera yang kelam

Menjelma riak penuh cahaya

Aku tak sedang berziarah disini

Telah kulalui upacara demi upacara

Dan di telapak kaki ibu,

Ku temukan arti rumah

Maka ku lupakan nama-nama

Ku lupakan kerling mata nina yang menghadangku di teba-teba jalan


Ku lupakan harum parfum kota-kota yang gaduh

Di rahimmu yang purba

Padang-padang terbuka

Hutan hujan kemarau meranggas berpuluh-puluh waktu

Adonara,

Tak ada mold an supermarket disini

Tak ada sirkus politik dan kebun binatang

Ada hanya sebait teluh dan mantra

Menyihir siang malamku jadi seribu puisi.

Adonara,

Berabad ku sasingkan riwayatmu

Ku sangsikan bahwa di tanahmu darah adalah air

Bahwa perang adalah keberanian

Keberanian itu bukan parang dan tombak

Yang kau acung-acungkan

Tapi laut tuak manismu yang ku teguk

Bagai sajak di gunung-gunung

Sebab hidup,

Bermula dari kata berakhir pada kata.


Tapi mengapa kau asah belatih?

Dan matamu sengit seperti jagal?

Adonara,

Bukan tangan kebal kelewang yang menyentuh hatiku

Tapi relung mata ina.

Mata ina,

Yang tabah mengayuh peluh do los-los pasar

Tanpa kelu ia terus berjalan menyangga hidup yang kuyup

Sambil mengingat wajah ama.

Wajahmu yang pecah di pucuk-pucuk bandar

Adonara,

Keberanian itu bukan parang dan tombak

Yang kau acung-acungkan,

Tapi laut tuak manismu yang ku teguk

Bagai sajak di gunung-gunung.

Keberanian itu seperti wanita,

Di ranum dadanya setiap laki-laki mengibas sayap takdirnya.

Lamahala, Bara Patiradja

Anda mungkin juga menyukai