LP Neonatal Pneumonia
LP Neonatal Pneumonia
“NEONATAL PNEUMONIA”
Oleh:
Dewi Yulia Rahmayanti
NIM. 160070301111008
Oleh :
DEWI YULIA RAHMAYANTI
NIM. 160070301111008
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
NEONATAL PNEUMONIA
1. Definisi Pnemounia
a. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai pada jaringan parenkim paru
yang biasanya disebabkan karena infeksi bakteri dengan tanda dan gejala seperti
batuk, sesak napas, demam tinggi, disertai dengan penggunaan otot bantu napas
dan adanya bercak infiltrate pada jaringan paru (Depkes RI 2002). Pneumonia
adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens
infeksius (Smeltzer, 2002).
b. Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh
hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia pada anak merupakan infeksi yang serius
dan banyak diderita pada anak-anak diseluruh dunia. Pneumonia merupakan
penyebab penting infeksi neonatal dan untuk angka morbiditas dan mortalitas yang
signifikan, pada periode neonatal.
c. Pneumonia neonatal adalah infeksi paru-paru pada neonatus. Dengan menyajikan
gambaran klinis dari gangguan pernapasan, terkait dengan temuan radiologi dada
menunjukkan pneumonia dan bertahan selama minimal 48 jam. Onset bisa terjadi
pada saat lahir dan bagian dari sindrom sepsis atau setelah 7 hari dan terbatas
pada paru-paru. Tanda-tandanya mungkin terbatas pada kegagalan pernafasan
atau berlanjut ke arah syok dan kematian. Infeksi dapat ditularkan melalui plasenta,
aspirasi atau diperoleh setelah kelahiran (Caserta, 2009).
d. Pneumonia pada neonatus sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anak yang
berhubungan dengan proses persalinan. Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan
sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui aspirasi mekonium, cairan amnion, atau
dari serviks ibu. Infeksi dapat berasal dari kontaminasi dengan sumber infeksi dari
RS (hospitalacquired pneumonia), misalnya dari perawat, dokter, atau pasien lain;
atau dari alat kedokteran, misalnya penggunaan ventilator. Disamping itu, infeksi
dapat terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari masyarakat
(communityacquired pneumonia). Pada neonatus gejala dan tanda pneumonia lebih
beragam, gejala dan tanda pneumonia tidak selalu jelas terlihat. Gambaran klinis
pneumonia neonatus tidak khas, mencakup serangan apnea, sianosis, merintih,
napas cuping hidung, takipnea, letargi, muntah, tidak mau minum, takikardi atau
bradikardi, retraksi subkosta, dan demam.
e. Pneumonia neonatal merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
yang disebabkan terutama oleh bakteri, yang paling sering menyebabkan kematian
pada bayi dan anak balita. Bakteri penyebab pneumonia paling sering
adalahstreptococcus pneumonia (pneumokokus), hemophilus influenza tipe b (Hib)
dan staphylococcus aureus. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian di
antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi
pada masa neonatal. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari
tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia, Lebih dari dua juta meninggal
setiap tahun di seluruh dunia. Pneumonia neonatal merupakan penyebab signifikan
kematian pada bayi yang baru lahir, yang terjadi dalam 30 hari pertama kehidupan
bayi. Bayi dengan pneumonia yang terkomplikasi oleh infeksi melalui darah memiliki
resiko kematian. (Walukouw, 2011)
f. Pada neonatus, agen penyebab infeksi umumnya bakteri daripada virus. Infeksi ini
sering diperoleh pada saat proses persalinan, dapat berasal dari cairan ketuban
atau jalan lahir, tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari intubasi dan ventilasi.
Tanda-tanda klinis dan radiografi pneumonia pada neonatal dapat non-spesifik.
Kegagalan untuk mengobati pneumonia pada neonatal dapat mengakibatkan
kematian, karena itu semua neonatus menunjukkan tanda-tanda distress
pernapasan baik itu tanpa sebab non-infeksi yang jelas harus dipertimbangkan
untuk pemberian antibiotik secara rutin.
2. Epidemiologi/Insiden Kasus
Insiden Pneumonia neonatal diperkirakan 1% pada bayi cukup bulan, 10% pada bayi
kurang bulan, serta kejadian meningkat pada neonates yang dirawat di NICU.
Rhinovirus
Umur Penyebab tersering Penyebab terjarang
Respiratory syncytial virus
b. Infectious processes often have a honeymoon period of a few hours before sufficient
invasion, replication, and inflammatory response have occurred to cause clinical
signs.Pneumonia pascalahirIntrapartum pneumonia is acquired during passage
through the birth canal.
1) Postnatal pneumonia in the first 24 hours of life originates after the infant has left the
birth canal.Pasca kelahiran pneumonia dalam 24 jam pertama kehidupan berasal
setelah bayi lahir.
2) Postnatal pneumonia may result from some of the same processes described above,
but infection occurs after the birth process.Pasca kelahiran radang paru-paru dapat
diakibatkan dari beberapa proses yang sama seperti yang dijelaskan di atas, tetapi
infeksi terjadi setelah proses kelahiran.
3) The frequent use of broad-spectrum antibiotics encountered in many obstetrical
services and neonatal intensive care units (NICUs) often results in predisposition of
an infant to colonization by resistant organisms of unusual pathogenicity.Yang sering
menggunakan antibiotik spektrum luas yang dihadapi dalam banyak pelayanan
obstetri dan bayi baru lahir unit perawatan intensif (NICU) sering mengakibatkan
kecenderungan dari bayi untuk kolonisasi oleh organisme resisten pathogenicity
yang tidak biasa. Invasive therapies typically required in these infants often allow
microbes accelerated entry into deep structures that ordinarily are not easily
accessible.Terapi invasif yang diperlukan dalam oleh bayi sering menyebabkan
mikroba masuk ke dalam struktur yang biasanya tidak mudah diakses.
4) Enteral feedings may result in aspiration events of significant inflammatory
potential.Enteral menyusui dapat mengakibatkan peristiwa aspirasi peradangan
signifikan potensial. Indwelling feeding tubes may further predispose infants to
gastroesophageal reflux and other aspiration events.Selang makanan mungkin lebih
lanjut dapat mempengaruhi gastroesophageal reflux dan aspirasi pada bayi.These
infants are often relatively asymptomatic at birth or manifest noninflammatory
pulmonary disease consistent with gestational age, but develop signs that progress
well after 24 hours.
5)
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi
hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi
akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC,
WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan
bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk,
selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru
menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan
membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat
menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.
7. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda-tanda konsolidasi paru berupa perkusi
paru pekak, auskultasi terdapat ronchi nyaring dan suara pernapasan bronchial, inspirasi
rales dan terdapat penggunaan otot aksesori.
8. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
a. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) :
Teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple
abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi
(bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
b. Pemeriksaan laboratorium:
DL, Serologi, LED: leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri,
menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat.
Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun, bilirubin biasanya meningkat.
Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan
O2.
Pewarnaan Gram/Cultur sputum dan darah: untuk mengetahui oganisme
penyebab.
Analisa cairan lambung, bila leukosit (+) menunjukkan adanya inflamasi
amnion (risiko pneumonia tinggi).
Pemeriksaan fungsi paru-paru :volume mungkin menurun, tekanan saluran
udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia
Perbercakan retikulogranular seperti pada HMD dapat terlihat, terutama pada pneumonia
akibat S.pneumoniae grup B.
Komsolidasi pada lobus superior kiri paru akibat S. pneumonia.
Penyakit b-hemolytic streptococcal grup B. seorang bayi umur 2 hari, tampak bayangan
infiltrate yang luas pada kedua paru terutama pada paru kiri dan efusi pleura pada paru kiri.
Mediastinum terdiring ke sisi kanan.
Pneumonia aspirasi. Tampak granular kasar dengan aerasi tidak teratur dari aspirasi bahan
yang terkandung dalam cairan ketuban, seperti verniks kaseosa, sel-sel epitel, dan
mekonium.
Bayi baru lahir segera setelah lahir dengan sianosis dan gangguan pernapasan dan
menjalani operasi untuk penyakit jantung bawaan. Terdapat bayangan udara sebelum
operasi, yang diinterpretasikan sebagai edema paru. Namun, setelah operasi, dengan
tindakan aspirasi bronkial didapatkan Staphylococcus aureus.
Pneumonia pada paru kiri lobus atas: Pada hemidiaphragm kiri terlihat
menunjukkan keadaan patologi. Pada foto lateral, didapatkan kekeruhan yang luas pada
pada bagian anterior ke fissure obliq pada atas lobus.
Meskipun pneumonia neonatal tidak memiliki tanda karakteristik yang jelas, Banyak
hasil radiografi thorax yang ditemukan konsisten dengan pneumonia neonatal. Ada
beberapa tanda seperti kekeruhan yang luas pada parenkim paru yang menyerupai tanda
“ground-glass appearance” dari sindrom distress pernapasan . Tanda ini tidak spesifik
ditemukan pada proses hematogen. Aspirasi cairan yang terinfeksi dapat memberikan
gambaran serupa.
antepartum atau aspirasi intrapartum, terutama ketika bagian perifer dari paru-paru terlibat.
Densitas yang merata di bada bagian basa di kedua paru terutama paru kanan
parsial yang disebabkan oleh sumbatan lender dan debris inflamasi. Tanda air bronchogram
biasanya menunjukkan konsolidasi yang luas, tetapi tanda ini tidak pesifik dan mungkin
berkaitan perdarahan paru atau edema. Kehadiran pneumatoceles terkait dengan efusi
Dalam sebuah studi tentang radiografi thorax didapatkan 30 bayi yang di otopsi
dengan paru-paru yang terinfeksi, kelainan yang paling umum diidentifikasi adalah densitas
alveolar bilateral (77%). Dari pasien ini, sepertiga memiliki karakteristik yang luas,
perubahan densitas alveolar dengan air bronchograms yang banyak. Kehadiran efusi pleura
pada penyakit membran hialin dan transien takipnea yang menetap selama 1-2 hari
merupakan tanda yang sangat membantu membantu dalam diagnosis pneumonia neonatal.
Perubahan radiografi yang didapat dapat membantu dalam diagnosis pneumonia neonatal,
CT scan axial menggambarkan bayanngan udara ruang yang luas pada kedua paru dan
konsolidasi pada basal paru yang berhubungan dengan air bronchogram yang berasal dari
pneumonia neonatal.
Ultrasonography merupakan pemeriksaan radiografi yang berguna dalam keadaan
dalam ruang pleura dan perikardial. Ultrasonography merupkana teknik noninvasif yang
cocok untuk neonatus. Ultrasonography memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mendeteksi
efusi pleura dan mendeteksi konsolidasi di basis paru-paru. Tidak ada radiasi yang terlibat
Diagnosis differensial dari patologi paru berdasarkan volume dan densitas paru.
Aspirasi Meconium. A Tampak corakan kasar, globular, glabulated pada seluruh lapangan
paru. Volume paru meningkat. B hyperexpansion dan corakan kasar diseluruh lapangan
paru. Jantung tampak membesr
(meskipun tidak dalam kasus ini)
A B
Transient tachypnea of the newborn. A. Bayi baru lahir dengan section tampak bayangan
“strand-like” yang luas pada bagian hilus pada kedua paru. Volume paru meningkat. B.
Tampak cairan pada fissure mayor (panah hitam).
A B
A B
Hyaline membrane disease. (A) Bayi umur 1 hari, tampak bayangan reticulonodular dengan
prominent air bronchogram. (B) Bayi umur 3 hari, tampak opasifikasi paru dengan kontur
jantung dan diafragma yang menghilang.
2. Blood
Denyut nadi perifer melemah, tekanan darah biasanya normal, batas jantung
tidak mengalami pergeseran, akral dingin, sianosis, kulit pucat, icterus, CRT
memanjang (>3 det).
3. Brain
Klien dengan pneumonia berat biasanya mengalami penurunan kesadaran,
didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Perlu
dikaji tingkat kesadaran, besar dan reflek pupil terhadap cahaya
4. Bladder
Pengukuran volume output dan intake cairan, oleh karena itu perawat perlu
memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari
syok. Dikaji pula kelainan pada genetalia dan pola eliminasi urine.
5. Bowel
Dikaji apakah ada distensi pada abdomen, bising usus, bagaimana pola
eliminasi alvi, adakah kelainan pada anus.
6. Bone
Didapatkan kelemahan dan kelelahan secara fisik, dikaji pula adakah
kelainan pada tulang yang kemungkinan karena trauma persalinan atau
kongenital, bagaimana ATR (activity tonus respon).
3. Rencana Tindakan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan inflamasi bronchial,
pembentukan edema, dan penumpukan sekret. .
Tujuan: jalan napas bersih dan efektif.
Kriteria evaluasi:
1) Bunyi napas bersih, tidak ada bunyi napas tambahan.
2) Tanda vital dalam batas normal terutama frekuensi napas < 60x/menit.
3) Batuk efektif.
4) Sianosis tidak ada.
5) Tidak ada retraksi sternum dan intercostal space.
6) Nafas cuping hidung tidak ada.
Rencana intervensi
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan pergerakan dada.
Rasional: takipnea, pernafasan dangkal sering terjadi karena ketidaknyamanan.
2) Auskultasi area paru, catat penurunan atau tak ada aliran udara dan bunyi napas.
Rasional: penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan,
krakels terdengar sebagai respon terhadap pengumpulan cairan/secret.
3) Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada
pasien yang tidak mampu melakukan batuk efektif karena adanya penurunan tingkat
kesadaran.
4) Evaluasi status mental, catat adanya kebingungan, disorientasi.
Rasional: menurunnya perfusi otak dapat menyebabkan perubahan sensorium
5) Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, bronkodilator
Rasional: obat mukolitik membantu untuk mengencerkan sekret, bronkodilator
mengurangi edema dan sebagai vaso dilatasi bronkus.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak efektif Tujuan:
pola nafas efektif.
Kriteria evaluasi:
1) Pernafasan teratur (RR 30-40 kali/menit).
2) Tanda vital dalam batas normal (nadi 100-130 kali/menit).
3) Tidak ada penggunaan otot bantu napas.
4) Napas cuping hidung tidak ada.
Rencana intervensi:
1) Evaluasi frekuensi dan kedalaman pernapasan. Catat adanya upaya pernapasan
seperti dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan.
Rasional: kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, penurunan volume
sirkulasi. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah
komplikasi.
2) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi tinggi bila tidak ada
kontraindikasi. .
Rasional: merangsang ekspansi paru. efektif pada pencegahan dan perbaikan
kongesti paru.
3) Berikan oksigen dengan head box atau sesuai indikasi
Rasional: meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi.
4) Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium ( AGD ).
Rasional: untuk memantau kefektifan terapi pernapasan dan mencatat terjadinya
komplikasi.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan rasio ventilasi dan difusi
parenkim paru ditandai dengan sianosis jaringan perifer, akral dingin, pucat, CRT<3
detik.
Tujuan : mempertahankan perfusi jaringan.
Kriteria hasil:
1) Suara nafas bersih, wheezing tidak ada, ronkhi tidak ada.
2) Tanda vital dalam batas normal, denyut nadi teraba jelas.
3) Tidak sianosis, kulit tidak pucat, CRT<3 detik.
4) Akral hangat.
5) Tidak terjadi penurunan kesadaran.
Rencana intervensi:
1) Kaji frekuensi, kedalaman bernapas dan suara nafas.
Rasional: takipnea, pernapasan yang dangkal sering terjadi karena ketidaknyamanan
gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
2) Tempatkan pasien dalam incubator.
Rasional: mempertahankan suhu tubuh pasien, mencegah hipotermia, memperbaiki
metabolisme jaringan.
3) Pantau tanda vital.
Rasional : abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lebih lanjut
dan mengetahuai perubahan sesegera mungkin.
4) Pantau tingkat kesadaran .
Rasional: kekurangan aliran oksigen ke otak dapat menyebabkan hipoksia sel-sel
otak, kematian jaringan otak dan terjadinya penurunan tingkat kesadaran .
5) Pantau tanda-tanda sianosis, warna kulit, akral perifer.
Rasional: sianosis, kulit pucat, akral dingin adalah salah satu tanda hipoksia jaringan
yang berat akibat perfusi yang tidak adekuat.
6) Kolaborasi: pertahankan pemberian O2 sesuai indikasi (Head box 5-10 lt/mnt).
Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 90 mmHg.
7) Kolaborasi pemeriksaan darah lengkap.
Rasional: Hb yang rendah (<10 gr/dl) mempengaruhi suplay oksigen ke jaringan.
4. Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil yaitu bersihan jalan nafas efektif, pola nafas efektif, tidak
terjadi kerusakan pertukaran gas, perfusi jaringan adekuat, tidak terjadi hipertermi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nissen DM. Congenital and Neonatal Pneumonia. Pediatric Respiratory Reviews.
Australia: Elsevier. 2007. p195-203
3. Duke T. Neonatal pneumonia in developing countries. Arch. Dis. Child. Fetal Neonatal.
2005;90;211-219
8. Khan NA, Irion LK, Mohammed ES. Neonatal Pneumonia Imaging. Medscape. Okt 2011.
URL: http://emedicine.medscape.com/article/412059-overview
10. Holmes JE, Misra RR. Pneumonia. A-Z of Emergency Radiology. Cambridge University
press, USA: Greenwich Medical Media Ltd. 2004. P53
11. Heller OJ. Slovis LT. Hoshi Aparana. The Chest in the Neonate and Young Infant.
Pediatric Radiology. New York. Springer 2005. 3rd. p64-94
12. Sutton D. The Pediatric Chest. Textbook of Radiology and Imaging. UK. Elsevier 2003.
7th ed. P247-264.
13. Stack C, Dobbs P. Pneumonia. Essentials of Pediatrics Intensive Care. New York.
Greenwich. 2003. p11.80-81
14. Bannet NJ, Domachowske J. Pediatric Pneumonia Treatment & Management. Feb 2013.
URL: http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview
15. Bradley JS, Byington CL, Shah SS, et al: The Management of Community-Acquired
Pneumonia in Infants and Children Older Than 3 Months of Age: Clinical Practice
Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases
Society of America. Oxfordjournal. Aug 2011. URL: cid.oxfordjournal.org
16. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC
Recurrent maternal urinary tract infectionReview antenatal screening tests for infection,
such as serologic tests for syphilis and birth canal tests for species, or group B as well as
any treatment courses and testing for cure.Absence of these risk factors does not exclude
pneumonia.PATHWAY
masuk ke
masuk mll plasenta mll sal nafas menyebar ke paru Chorionic Plate
RBC,WBC, cairan
keluar masuk alveoli Hipertermi