NIM : 030948586
PRODI : 54/MANAJEMEN
UPBJJ : 19/BENGKULU
Dalam bahasa iklan setiap produk mengklaim bahwa produk tersebut paling berkualitas dengan
berbagai keunggulannya. Pernyataan “kualitas” menjadi senjata utama para produsen untuk
menarik hati konsumen agar membeli produknya. Konsumen pun akan merasa bangga, puas
dan menjadi pelanggan setia terhadap sebuah produk yang memiliki kualitas yang unggul.
Apalagi jika produk tersebut mampu mengangkat image (citra) bagi konsumennya. Bahkan
konsumen dapat berfungsi menjadi tenaga pemasaran produk yang efektif. Sedemikian
pentingnya kebutuhan akan kualitas baik oleh produsen maupun konsumen sehingga memiliki
arti yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup kegiatan bisnis di bidang jasa maupun
manufaktur. Hal ini dapat dilihat dengan berbagai pihak melakukan upaya peningkatan kualitas,
baik kualitas SDM, kualitas produk, kualitas air, kualitas otak, kualitas hidup, kualitas pelayanan
dan sebagainya. Kualitas telah menjadi suatu tuntutan masyarakat di era persaingan global.
Tuntutan masyarakat (konsumen) terhadap kualitas sangat beragam tergantung kebutuhan,
daya beli, selera, hobi, dan lain sebagainya. Beberapa ahli mutu mendefinisikan kualitas sebagai
berikut:
e. Gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa, yang menunjukkan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat (ISO 9000)
Berdasar definisi di atas, dimensi kualitas (mutu) sangat relatif tergantung target marketnya
(pelanggan). Kualitas dapat dinilai secara obyektif maupun subyektif. Kualitas dinilai secara
obyektif jika ada standar kualitasnya (spesifikasi) atau dilakukan bencmarking dengan produk
lain yang sejenis sedangkan kualitas dinilai secara subyektif jika ditinjau dari kepuasan
pelanggan, karena setiap pelanggan akan memiliki persepsi sendiri terhadap sebuah produk
tergantung selera, kebutuhan, daya beli dan lain-lainnya. Penilaian kualitas dari aspek
pelanggan (subyektif) inilah yang menjadi tantangan dunia industri untuk memenangkan
persaingan global. Pemahaman terhadap kebutuhan pelanggan (segmentasi pasar) menjadi
satu faktor penting untuk selalu meningkatkan kualitas dan inovasi dalam menghasilkan produk
baru guna mengikuti perubahan pasar. Namun yang perlu diingat untuk memenuhi kepuasan
pelanggan (memperoleh penilaian subyektif yang tinggi dari pelanggan) tetap tidak akan lepas
dari beberapa dimensi kualitas secara obyektif dengan standar-standar kualitas sebagai berikut.
Disamping dimensi kualitas di atas perlu pula diperhatikan tuntutan- tuntutan akan kualitas
produk di pasar global baik lokal, nasional dan internasional diantaranya adalah:
Menerapkan sistem manajemen mutu seperti ISO 9000, ISO 14000 dan lainnya
Memperoleh sertifikasi (award) seperti sertifikasi halal, ICSA, Superbrand dan lain-lainnya
Jika industri baik manufaktur maupun jasa semakin banyak memiliki keunggulan dimensi
kualitas dan memenuhi tuntutan-tuntutan kualitas seperti yang telah diuraikan di atas maka
dapat dikatakan daya saingnya tinggi. Daya saing sebuah produk akan sangat ditentukan oleh
pengelolaan sumberdaya perusahaan/industri hingga mampu memenuhi standar-standar
kualitas untuk memuaskan konsumennya dan mengangkat citra konsumen dalam
berkehidupan. Untuk mencapai standar kualitas dibutuhkan pengendalian kualitas dari proses
input, produksi hingga output serta pemberian jaminan kualitas. Konsep pengendalian mutu
terpadu (TQM) dan pelayanan prima menjadi sangat penting untuk diimplementasikan.
Implementasi pengendalian mutu terpadu dan pelayanan prima perlu didasari pengembangan
budaya kerja (budaya perusahaan).
Tahun 2000 merupakan tahun yang menjadi pertimbangan bagi ISO 9000 untuk mengadakan
revisi. ISO 9000 dipublikasikan pertama kali pada tahun 1987. Revisi yang pertama kali
dilakukan adalah tahun 1994. Revisi yang kedua dilakukan juli 1998 dan dikenal dengan ISO/TC
176, 1998a, dan pada februari 1999 yang merupakan draf kedua disebut dengan ISO/TC 176,
1999. Tahun 2000 juga dilakukan berbagai revisi untuk penyempurnaan. Revisi standar
penjaminan kualitas ISO 9000: 1994 menjadi ISO 9000: 2000 terutama lebih berfokus pada
manajemen kualitas yanh didasarkan pada delapan prinsip dasar manajemen kualitas
(Caradesus dan Karapetrovuin, 2005), yaitu berfokus pada penlanggan, kepemimpinan,
keterlibatan semua pihak, pendekatan proses, pendekatan sistem dalam manajemen,
perbaikan terus-menerus dan berkesinambungan, pendekatan faktual untuk mengambil
keputusan, serta hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan.Apabila dalam versi
lama terdapat 2 kubu yang berbeda pendapat, yaitu kubu pro-ISO 9000 menggunakan standar
ISO 9000 untuk mengidentifikasi kualitas dengan standar dan kubu pro-TQM menoleh kebawah
pada quality assurance sebagai strategi perbaikan mutu, pada ISO 9000 versi 2000 hal tersebut
tidak menjadi pertentangan lagi (Conti,2004).
3. Sebutkan dan jelaskan asumsi-asmsi yang harus dipenuhi dari model persediaan kuantitas
pemesanan dasar atau model kuantitas pemesanan ekonomis (EOQ)!
Untuk menentukan model persediaan ini, ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu:
○ Jenis permintaan independen atau tidak dipengaruhi oleh permintaan bahan baku atau
komponen lain
○ Lead time yaitu waktu antara pemesanan dilakukan hingga bahan baku sampai ditangan
pemesan diketahui oleh konstan.
○ Penerimaan bahan baku segera dan secara keseluruhan atau tidak bertahap
○ Biaya simpan dan pesan bahan baku diketahaui dengan pasti dan konstan
4. Jelaskan keunggulan dan kelemahan dari model simulasi menurut Heizer dan Render, yang
dikutip penulis pada BMP Manajemen Operasi!
○ Model simulasi dapat digunakan untuk menganalisis situasi dunia nyata yang luas dan
kompleks.
□ Setiap individu dapat membuat simulasi secara unik atau beberapa sehingga ada beragam
solusi yang ada, serta manajer harus menyusun berbagai kondisi dan hambatan terhadap solusi
yang akan diambil.