Anda di halaman 1dari 6

Offering : C

Prodi : Pendidikan Biologi


Mata Kuliah : Struktur dan Perkembangan Tumbuhan
Kelompok 2
1. Bunga Anggraeni 190341621700
2. Inta Alivia 190341621615
3. M. Alif H. 190341621661
4. Ponasari Baron M. 190341621688
5. Qumil Laila 190341621665
Morfologi Akar Pterydophyta
Akar tumbuhan paku umumnya mempunyai akar adventif. Akarnya tumbuh secara
horizontal di permukaan tanah atau di bawah tanah. Paku epifit rimpang memanjat pada
cabang atau batang pohon. Akar yang keluar pertama tidak dominan melainkan disusul oleh
akar lain yang semuanya muncul dari batang (Tjitrosoepomo, 2009).
1. Psilotum sp.

Psilotum sp. merupakan tumbuhan paku dengan perawakan terna kecil, rendah, dan
bercabang-cabang menggarpu. Batang tumbuhan paku purba ini terletak di bawah tanah
dengan arah pertumbuhan ke atas. Batang berbentuk silinder dengan percabangan secara
dikotomus. Tumbuhan paku ini merupakan tumbuhan paku yang paling rendah
tingkat perkembangannya paling sederhana masih belum berdaun dan belum berakar, hanya
mempunyai tunas-tunas tanah dengan rhizoid. Saat ini diakui terdapat dua jenis, Psilotum
nudum dan Psilotum complanatum.

Psilotum nudum adalah tumbuhan purba dari kelompok paku-pakuan (Pteridophyta)


yang diperkirakan sudah ada sejak periode Devonian atau sekitar 400 juta tahun yang lalu.
Tumbuhan ini disebut sebagai fosil hidup (the living fossil) karena memiliki kesamaan
dengan fosil tumbuhan di periode Devonian. P. nudum juga dikenal dengan nama kumpai
sapu atau paku garpu (skeleton fork fern) karena memiliki percabangan dikotomi
(menggarpu). Psilotum dapat ditemui didaerah tropis dan subtropis. Karena merupakan
tumbuhan purba, jaringan tumbuhan pada  P. nudum  masih sangat sederhana. Meskipun
demikian, P. nudum telah memiliki jaringan pengangkut, yaitu xilem dan floem.

Gambar 1. Tumbuhan Paku Psilotum sp.

(Sumber : Runtu, dkk, 2014)

Gambar 2. Morfologi akar Pteris

(Sumber : http://www.biologydiscussion.com/pteridophytes/psilotum-distribution-and-
phylogeny-botany73691)

2. Equisetum
Pada equisetum semua akarnya adalah adventif kecuali akar utama dari sporofit muda.
Akar muncul pada lingkaran-lingkaran dari setiap simpul rimpang yang ada di dalam tanah.
Meskipun telah hidup selama bertahun-tahun, namun akar tidak memanjang, akar tidak
langsung tumbuh tetapi dari percabangan lateral primordia yang terletak pada node dari
rimpang dan tunas udara utama.
Untuk mempelajari anatomi maka akar perlu di ptong secara melintang. Lapisan
terluar yang memiliki rambut di atasnya disebut lapisan piliferous. Tepat dibawahnya, ada
korteks yang berlapis-lapis. Pada akar yang kecil korteks dibagi menjadi dua zona, zona
terluar terdiri atas tiga hingga empat eksodermis lignifikasi berlapis. Zona dalam korteks
terdiri dari parenkim berdinding tipis dan ruang antar sel. Endodermis terdiri atas dua lapis
sel. Lapisan dalam endodermis bertindak sebagai pericycle, karena pada equisetum tidak
terdapat pericycle. Akar lateral berasal dari lapisan endodermis, diantara dua lapisan
endodermis terdapat ruang interseluler. Dan terdapat kasparian yang terdapat di lapisan luar
sel. Terdapat metaxylem besar yang dikelilingi oleh tiga hingga enam protoxylem. Setiap
protoxylem diwakili oleh trakeid tunggal. Elemen trakeid menebal secara melingkar. Sudut-
sudut diantara protoxylem sepenuhnya diisi oleh floem. Floem terdiri atas floem parenkima
dan sel tapis.

Gambar 3. Morfologi Akar Equisetum


(Sumber : Pandey, 2017)

3. Selaginellaceae
Famili Selaginellaceae jenis Selaginella caudata, ditemukan di tempat yang lembab
dan berbatuan. Beberapa jenis selaginella diantaranya Selaginella willdenowii, Selaginella
intermedia, Selaginella ornata berpotensi sebagai antioksidan karena mengandung flavonoid.
Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas.
( Hyeronimus 2013).
Daun berupa daun tunggal, berhadapan, bersusun berbaris sepanjang batang bentuk
jarum dengan panjang 1-2 mm dan berwarna hijau. Daunnya tipe mikrofil, mempunyai satu
berkas pembuluh tanpa percabangan, mempunyai lidah-lidah (ligula) pada permukaan
atasnya. Ligula berfungsi sebagai alat penghisap air (misalnya tetes air hujan) dan seringkali
dengan perantaraan suatu trakeida mempunyai hubungan dengan batas pembuluh
pengangkutan Daunnya biasanya anisofil dan tersusun pada batang dalam empat baris. Pada
jenis yang mempunyai simetri radial, daun-daun yang isofil tersusun terserak pada batang.
Batang selaginella tegak, tinggi 15 - 35 cm, keluar akar pada percabangan, batang
berbentuk bulat, liat, daun berwarna hijau, bercabang-cabang, tanpa pertumbuhan sekunder
dan putih kehijauan. Pada jenis-jenis yang simetri dorsiventral, pada percabangan batang
seringkali tumbuh cabang tanpa daun. Cabang tersebut rizofora, bersifat geotrop positif dan
pada ujungnya berkembang akar serabut. Pertumbuhan oleh sel apeks atau meristem apeks.
Stele batang pada dasarnya ialah tipe prostele. Stele terdapat di dalam rongga udara dan
diikat oleh trabekula yang merupakan modifikasi dari sel-sel endodermis.
Di dekat percabangan batang terdapat alat tambahan yang dinamakan rizofora atau
pendukung akar . rizofora bentuknya seperti batang tetapi tidak berdaun, tumbuh ke bawah
menuju tanah dan pada ujungnya tumbuh akar. Jadi, akar-akar nantinya akan keluar dari
bagin batang yang tidak berdaun tersebut. Akar pada selaginella tergolong akar serabut. Akar
pada batang selaginella tumbuh secara endogen dan dan bercabang dikotom. Pada akar tidak
mempunyai ramenta atau rambut-rambut akar. Pada gambar, anatomi dari akar selaginella
pada bagian terluar terdapat epidermis. Pada beberapa sel pidermis muncul rambut akar.
Dibawah epidermis terdapat hypodermis. Lalu, terdapat korteks. Lalu terdapat endodermis,
perisikel, protoxylem, floem dan metaxylem.
Gambar 4. Morfologi Akar Selaginella

(Sumber : Anushree, 2015)

4. Pteris sp.
Mempunyai akar dan spora sebagai alat perkembangbiakan pada tumbuhan
paku yang melekat pada daun. Akar paku ini adalah serabut yang tidak bercabang
atau monopodial. Terletak pada seluruh permukaan rimpang, bentuk akar tipis dan
kasar berwarna coklat (Widhiastuti, 2006)

Gambar 5. Morfologi Akar Pteris

(Sumber : http://www.biologydiscussion.com/pteris/pteris-distribution-and-phylogeny-
botany73691)

Daftar Pustaka
Anushree, A. 2015. AnatomyOfSelaginella .ChicagoJournals

Pandey, B.P. 2017. Botany for Degree Students (For B.Sc. 1st Semester, As per CBCS). New
Delhi: S. Chand Publishing.

Rahmadian, H. 2013. Keanekaragaman Selaginella Di Jawa Barat. Bogor : Institut Pertanian


Bogor.

Runtu, D., Engka, W., Onibala, R. 2014. Paku Purba Psilophytinae. Manado:Universitas
Negeri Manado.

Widhiastuti, Retno, dkk. 2006. Struktur dan Komposisi Tumbuhan Paku-Pakuan di


Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Jurnal Biologi Sumatera,
Vol. B8 No.2, Juli 2006, hlm 38-41. ISSN 190-5537

Anda mungkin juga menyukai