LEPAS PANTAI
Oleh :
MOCHAMAD REIZAL ATH THARIQ
1207112185
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri yang bergerak dalam bidang minyak dan gas bumi memiliki resiko tinggi di sektor hulu, yaitu
pada kegiatan pengelolaan dan pengeboran. Selain itu pada sektor hilir yaitu pada kegiatan pengolahan dan
distribusi juga memiliki resiko yang hampir sama dengan sektor hulu. Resiko ini meliputi aspek finansial,
kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun penyakit akibat kerja dan dampak lingkungan. Industri yang
bergerak dalam bidang minyak dan gas bumi memiliki resiko tinggi di sektor hulu, yaitu pada kegiatan
pengelolaan dan pengeboran.
Selain itu pada sektor hilir yaitu pada kegiatan pengolahan dan distribusi juga memiliki resiko yang
hampir sama dengan sektor hulu. Resiko ini meliputi aspek finansial, kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun
penyakit akibat kerja dan dampak lingkungan. Melihat keadaan tersebut diperlukan suatu manajemen yang
berorientasi pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri perminyakan. Indonesia telah
memiliki undang – undang mengenai keselamatan kerja yaitu Undang – Undang No. 1 Tahun 1970. Selain itu
terdapat pula beberapa peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Perkembangan ilmu manajemen
yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah berhasil menurunkan angka kecelakaan dan
penyakit akibat kerja pada berbagai industri di dunia. Selain bidang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan,
juga diperlukan aspek Lindung Lingkungan (LL). K3 dan LL merupakan aspek organisasi bisnis yang tidak
hanya memerlukan pengetahuan mendalam akan latar belakang maupun tata cara pelaksanaannya, tetapi juga
bagaimana perusahaan menaati peraturan yangberkaitan dengan K3 dan LL. Pemahaman K3 dan LL ini
berawal dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan prilaku (behaviour). Salah satu faktor yang
mempengaruhi prilaku manusia dalam hal yang berkaitan dengan K3 dan LL adalah persepsinya terhadap K3
dan LL serta pelaksanaannya dalam perusahaan yang bersangkutan. Persepsi ini dipengaruhi oleh aspek
internal dan aspek eksternal.
Aspek internal merupakan aspek yang berkaitan dengan sifa atau karakter individu karyawan serta
motivasi karyawan. Sedangkan aspek eksternal meruapak aspek yang berkaitan dengan kepemimpinan serta
pengelolaan aspek K3 dan LL seperti komitmen pimpinan dan karyawan terhadap pelaksanaan, kebijakan
yang diberlakukan, program dan penerapan program K3 dan LL. Persepsi atau bagaimana pandangan
penilaian karyawan terhadap K3 dan LL dalam perusahaan menjadi semakin penting dalam mewujudkan
budaya yang mendukung K3 dan LL yang akan memberikan kontribusi yang besar untuk meningkatkan
performance dan citra perusahaan secara keseluruhan. Perkembangan bidang keselamatan dan kesehatan
lingkungan mengikuti upaya pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuk
sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan. Untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan ini diperlukan suatu sistem politik yang menjamin partisipasi aktif masyarakat dalam
pengambilan keputusan, sistem ekonomi yang mampu menghasilkan surplus dan berdasarkan kemampuan
sendiri yang berlanjut, sistem sosial yang memberikan penyelesaian terhadap ketegangan akibat
pembangunan yang tidak selaras, sistem produksi yang menghormati kewajiban untuk melestarikan ekologi,
sistem teknologi yang dapat menemukan jawaban terhadap permasalahan lingkungan yang ada secara terus
menerus.
2.2 Tujuan
Untuk mengetahui Kecelakaan kerja tambang minyak lepas pantai, mengetahui peran K3 dalam
mencegah kecelakaann kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja serta meningkatankan
sistem manajeman K3 pertambangan minyak mianyak lepas pantai di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kegiatan Eksplorasi dan Produksi Lepas Pantai
Seiring dengan semakin berkurangnya cadangan minyak dan gas di daratan (on-shore); maka
perusahaan-perusahaan migas mulai agresif mengembangkan aktivitas operasinya ke kawasan lepas pantai.
Jika ditinjau dari sudut proses sistemnya, aktifitas ekplorasi serta produksi minyak dan gas di darat maupun di
lepas pantai tidak jauh berbeda, kecuali lingkungan kerja yang menuntut perbedaan infrastrukur (bangunan)
penunjang. Seperti yang kita ketahui, kegiatan eksplorasi dan produksi migas termasuk ke dalam kategori
aktivitas dengan tingkat bahaya tinggi; sementara itu lingkungan operasi di lautan lepas juga mengandung
potensi bahaya yang juga tergolong tinggi. Dengan dua sumber bahaya sekaligus, yaitu proses sistem dan
marine hazards, boleh disimpulkan bahwa operasi minyak lepas pantai, merupakan operasi dengan resiko
yang sangat tinggi.
Marine hazard (bahaya laut) adalah bahaya yang timbul atau berpotensi timbul akibat kerasnya
lingkungan laut seperti korosif atmosfir, kondisi laut, cuaca buruk (badai, angin topan, dll.), gempa bumi atau
bencana alam lain serta bahaya terkait transportasi air dan udara. Sementara bahaya sistem proses contohnya
adalah bahaya yang terkait peralatan, proses, cara penanganan material, serta kegiatan yang berulang-ulang.
Resiko yang timbul dari bahaya-bahaya tersebut diatas bervariasi menurut keadaan lingkungan lautnya; baik
itu dangkal, dalam maupun jenis aktivitas operasinya seperti pengeboran, instalasi lepas pantai, operasi
produksi, operasi pendukung, dan kegiatan transportasi produk.
Variabel-variabel lain yang menentukan dalam proses penilaian risiko adalah jenis struktur lepas
pantainya; apakah tipe struktur yang tetap, struktur mengambang, ataupun struktur bawah laut. Dari kegiatan
up-stream hingga down stream, semua aktivitas lepas pantai melibatkan pekerjaan-pekerjaan dengan resiko
yang sangat tinggi. Dengan demikian maka tuntutan pengelolaan resiko dengan baik adalah keharusan yang
bertujuan untuk mencapai kesalahan fatal di angka nol, tidak ada kecelakaan, tingkat kerusakan kecil terhadap
aset, maupun minimnya angka polusi. Pengelolaan resiko harus dilakukan pada setiap tahapan pekerjaan
mulai dari studi kelayakan, Front End Engineering Design (FEED), Engineering (E), Pembelian (P),
Konstruksi (K), Instalasi (I), maupun pada proses pengeboran, produksi, perbaikan and maintenance,
transportasi hasil produksi maupun kegiatan-kegiatan penunjang laninnya seperti mobilisasi staf, peralatan
dan material.
Pekerjaan migas lepas pantai tidak hanya diperankan oleh perusahaan minyak dan gas nya sendiri,
melainkan oleh semua kontraktor dan vendor yang terlibat dalam seluruh tahapan rantai-pasoknya (supply
chain) dari hulu ke hilir; hal ini menunjukkan bahwa komitmen akan pengelolaan resiko dengan baik adalah
komitmen semua pihak yang terlibat, bukan hanya perusahaan minyak dan gas buminya saja. Hanya dengan
pengelolaan resiko yang baik, maka tujuan-tujuan operasi tersebut dapat dicapai yang akhirnya bermuara
pada keberlanjutan perusahaan itu sendiri. Menggunakan standar Internasional, seperti OHSAS 18001 : 2007
sangat membantu perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam semua rantai pasok kegiatan migas lepas pantai
dalam hal mengelola resiko-resiko Keselamatan & Kesehatan Kerja secara konsisten dan efektif yang
muaranya adalah juga untuk meningkatkan nilai keberlanjutan perusahaan dalam jangka panjangnya. Dengan
sedikit usaha dan pengeluaran, maka kita akan mendapatkan Return on Investment yang baik untuk
perusahaan kita dimasa depan. Dengan komitmen manajemen yang tinggi, perencanaan yang matang,
dukungan sumber daya memadai, implementasi yang efektif, pengendalian yang teliti serta perbaikan yang
terus-menerus maka tujuan-tujuan pengelolaan resiko dapat dicapai dan secara berkelanjutan dapat
ditingkatkan dari waktu ke waktu.
2.2 Kondisi Tambang Minyak
Sebuah kilang minyak adalah pabrik proses industri dimana minyak mentah diproses dan dimurnikan
menjadi produk petroleum berguna. Minyak yang mentah atau tak diproses tidak begitu berguna dalam
bentuknya saat dipompa keluar dari dalam tanah. Maka diperlukan proses untuk menguraikannya menjadi
bagian-bagian dan memurnikannya sebelum penggunaan dalam bahan padat seperti plastik dan busa, atau
sebagai bahan bakar fosil petroleum seperti dalam halnya mesin otomotif dan pesawat terbang. Seperti yang
kita ketahui, kegiatan eksplorasi dan produksi migas termasuk ke dalam kategori aktivitas dengan tingkat
bahaya tinggi; sementara itu lingkungan operasi di lautan lepas juga mengandung potensi bahaya yang juga
tergolong tinggi. Dengan dua sumber bahaya sekaligus, yaitu proses sistem dan marine hazards, boleh
disimpulkan bahwa operasi minyak lepas pantai, merupakan operasi dengan resiko yang sangat tinggi.
3 Berakibat serius pada Cair atau padat dapat Mudah meledak tetapi
keterpaan singkat dinyalakan pada suhu memerlukan penyebab
meskipun ada panas dan tumbukkan
pertolongan biasa kuat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan kerja tambang minyak adalah suatu hal yang harus diciptakan. Peran K3 sebagai suatu
sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3
diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian.
Sistem manajemen Resiko Pertambangan minyak lepas pantai adalah suatu proses interaksi yang
digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya
di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, gas beracun, suhu yang ekstrem,
dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar akan menghasilkan
lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja. Pentingnya kebutuhan pengelolaan
K3 dalam bentuk manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen
perusahaan yang lain. Integrasi tersebut diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk mengelola K3
dengan menerapkan suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
3.2 Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan kecelakaan
kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan, kerugian pada diri pekerja,
bahkan kerugian pada Negara. Oleh karena itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara
maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat khusunya masyarakat pekerja di
pertambangan tersebut guna meminimalisir segala kerugian yang dapat terjadi.
Daftar Pustaka
Gayle Woodside and Diana Kocurek, Environmental, Safety and Health Engineering, 1997
Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
James R. Mihelcic, Fundamentals of Environtment Engineering, Jhon Wiley and Son, Inc, Canada,1999
Olishifski, Julian B, and Mc Elroy, Frank E, Fundamentals of Industrial Hygiene, National Safety Council, Chicagi,
Illinois,1971
Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka
Binaman Pressindo.
Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung
Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung Agung, 1985
-------------------,1990. Upaya kesehatan kerja sektor informal di Indonesia. [s.]:Direktorat Bina Peran
Masyarakat Depkes RT.