Anda di halaman 1dari 34

UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : Rani Puteri Azaria

Kelas : DKV/A

NIM : 09100319

Mata kuliah : Pengantar Ilmu Komunikasi

Dosen : Fadlul Rahman, S.Hum., M.Hum

JAWABAN

1. Komunikasi sebagai proses dasar bagi kehidupan manusia adalah sebagai berikut:
a. Manusia sebagai makhluk social membutuhkan interaksi dengan sesama untuk
berbagi rasa, bertukar pikiran dan kehendak, baiak secara langsung, verbal maupun
non verbal. Hak ini secara alami tertanam dalam diri setiap individu, dan secara alami
pula dilakukan sejak lahir. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan
satu sama lain baik secara individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari- hari.
Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. (Onong Uchana
Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2002), hlm. 8
b. Komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ia diperlukan untuk mengatur
tatakrama pergaulan antar manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi
pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat,
apakah ia seorang dokter, dosen, manajer, pedagang, pramugari, pemuka agama,
penyuluh lapangan, pramuniaga, dan lain sebagainya. Sehingga, keberhasilan dan
kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karir mereka,
banyak ditentukan oleh kemampuannya berkomunikasi.
Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui hasrat
orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis
melalui lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti
setiap lambang itu dalam bentuk bahasa verbal.
Usaha-usaha manusia untuk berkomunikasi lebih jauh, terlihat dalam berbagai
bentuk kehidupan mereka di masa lalu. Pendirian tempat-tempat pemukiman di
daerah aliran sungai dan tepi pantai, dipilih untuk memudahkan mereka dapat
berkomunikasi dunia luar dengan memakai perahu, rakit, dan sampan. Pemukulan
gong di Romawi dan pembakaran api yang mengepulkan asap di Cina adalah simbol-
simbol komunikasi yang dilakukan oleh para serdadu di medan perang. Dan masih
banyak lagi usaha manusia untuk berkomunikasi dengan simbol atau lambang.
Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan
umat manusia. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya diakui oleh
hampir semua agama.
Disamping itu, komunikasi telah memperpendek jarak, menghemat biaya,
menembus ruang dan waktu. Komunikasi berusaha menjembatani antara pikiran,
perasaan, dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya. Komunikasi membangun
kontak-kontak manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha
memahami kehendak, sikap dan perilaku orang lain. Komunikasi membuat cakrawala
seseorang menjadi makin luas. Sebagai contoh, sebuah konferensi yang
diselenggarakan untuk ASEAN misalnya peserta tidak perlu beramai-ramai ke
Singapore. Mereka cukup menekan tombol komputer yang dihubungkan dengan
satelit, maka terbukalah kesempatan untuk berdialog dengan peserta lainnya yang
tetap tinggal di negara masing-masing.
Begitu besarnya pengaruh komunikasi dalam kehidupan kita maka Peter Drucker
seorang analis manajemen Amerika manilai bahwa: di negara-negara yang sudah
maju, maka setiap pembelanjaan dalam bentuk dollar, selain untuk makanan dan
pakaian dihabiskan untuk kepentingan komunikasi. Drucker membuktikannya dengan
menunjuk pembayaran telepon, telex, perangko, pajak TV, radio, surat kabar,
seminar, menonton, rekreasi, buku, majalah, komputer semuanya untuk memenuhi
kebutuhan informasi.
Dengan penjelasan diatas bahwa dapat disimpulkan bahwa komunikasi penting
dalam kehidupan manusia. Mulai dari masa lalu dengan menggunakan lambang atau
simbol, sampai adanya satelit yang menghubungkan manusia dengan lingkungan
sekitarnya. Begitupun dalam pekerjaan tidak lepas dari komunikasi untuk mencapai
karir yang lebih baik lagi. Oleh sebab itu, komunikasi tetap ada dan dilakukan oleh
setiap manusia baik dengan non verbal maupun verbal. (Cangara, Hafied.
2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta)

2. Pandangan Komunikasi menurut para ahli :

a. Harold Lasswell

Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa?


mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa?
(who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell 1960).

Analisis 5 unsur menurut Lasswell (1960):

1. Who? (siapa/sumber). Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang


mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu
komunikasi,bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai
komunikator.

2. Says What? (pesan). Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada


penerima(komunikan),dari sumber(komunikator)atau isi informasi.Merupakan
seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud
sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna,symbol untuk menyampaikan
makna,dan bentuk/organisasi pesan.

3. In Which Channel? (saluran/media). Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari


komunikator(sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung(tatap
muka),maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik dll).

4. To Whom? (untuk siapa/penerima). Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang


menerima pesan dari sumber.Disebut
tujuan(destination)/pendengar(listener)/khalayak(audience)/komunikan/penafsir/peny
andi balik(decoder).
5. With What Effect? (dampak/efek). Dampak/efek yang terjadi pada
komunikan(penerima) setelah menerima pesan dari sumber,seperti perubahan
sikap,bertambahnya pengetahuan, dll.

Contoh: Komunikasi antara guru dengan muridnya. Guru sebagai komunikator harus
memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada murid atau
komunikan.Setelah itu guru juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik
secara langsung(tatap muka) atau tidak langsung(media).Setelah itu guru harus
menyesuaikan topic/diri/tema yang sesuai dengan umur si komunikan,juga harus
menentukan tujuan komunikasi/maksud dari pesan agar terjadi dampak/effect pada
diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan.

Kesimpulan: Komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada


komunikan(penerima) dari komunikator(sumber) melalui saluran-saluran tertentu
baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect
kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator.Yang memenuhi 5
unsur who, says what, in which channel, to whom, with what effect. (Mulyana,
Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya) hlm. 10

b. Claude Elwood Shannon

- Secara ringkas proses komunikasi Shannon dan Weaver bisa dijelaskan seperti
berikut : komunikator (sender) mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang
lain dengan mengirimkan suatu pesan siapa mengatakan apa melalui apa kepada
siapa apa akibatnya? pesan Sinyal diterima sinyal sumber pengirim penerima
destinasi Sumber gangguan 18 kepada orang yang dimaksud. Pesan (message)
yang bisa verbal atau non verbal itu disampaikan melalui sebuah media atau bisa
secara langsung maupun tidak langsung. Komunikan (receiver) menerima pesan
yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam
bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri. Komunikan memberikan
umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya,
apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksu oleh si pengirim.
Dengan kata lain, model ini mengasumsikan bahwa sumber informasi
menghasilkan pesan yang dimungkinkan.

- Menurut Liliweri (2011 : 66-68) Model Komunikasi Shannon dan Weaver ini
meliputi 8 unsur suatu proses komunikasi yang masing – masingnya dapat
dibedakan, namun tidak dapat dipisahkan, yaitu :

a) Sumber (source) Pihak yang menciptakan pesan, dalam komunikasi manusia


yang dimaksud sumber adalah seseorang yang memprakarsai komunikasi.

b. Pesan (message) Sesuatu maksud atau informasi yang dikirim oleh sumber
kepada penerima.

c. Transmitter Alat untuk menangkap sinyal audio dari sumber lalu mengubahnya
menjadii sinyal elektronik kemudia sinyal itu 19 ditransmisi melalui jaringan
telepon. Transmisi merupakan istilah umum yang digunakan dalam teori informasi
dari Shannon yang dapat menjelaskan pelbagai macam jenis pemancar. d. Sinyal
(signal) Sesuatu yang mengalir melalui saluran. Ada beberapa sinyal paralel dan
juga sinyal serial.

e. Saluran “tempat” lewatnya sinyal, dan “tempat” itu misalnya udara, cahaya,
listrik, gelombang radio, kertas dan sistem pos.

f. Noise Gangguan yang menghambat transmisi pesan dari pengirim kepada


penerima, gangguan menghambat kecapatan lajuanya transmisi pesan.

g. Receiver Penerima yang dalam konsep Shannon, penerima menggunakan


instrumen telepon, namun dalam komunikais tatap muka instrumen ini yaitu telinga
(suara) dan mata (gerakan).

h. Destination Pihak atau seseorang atau sekelompok yang menjadi penerima pesan
yang telah diproses memahami maksud pesan dari pengirim. 20 Dalam proses
komunikasi Model Shannon dan Weaver ini ada tiga komponen tambahan yaitu :
1. Redundansi Adalah jumlah informasi dan frekuensi perulangan transmisi suatu
informasi yang diakibatkan oleh atau untuk mengatasi noise dalam proses untuk
mencapai efek yang diinginkan.

2. Entropi Adalah ukuran untuk menentukan jumlah informasi manakah yang


seharusnya mempunyai peluang paling besar untuk dikirim. Berarti bahwa setiap
sistem komunikais dengan entropi rendah akan memerlukan banyak redundansi
untuk mengatasi kebisingan, sebaliknya sistem dengan entropi tinggi memerlukan
hanya sedikit redundansi. Ini merupakan kelebihan dari model Shannon dan
Weaver yang dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan komunikasi.

3. Kejituan (fidelity) Yakni akibat lanjutan dari entropi yang merupakan indikator
untuk menentukan tingkat kejituan atau ketepatan makna pesan dari penerima.
Dalam Suatu konsep yang sangat penting dalam model Shannon dan Weaver adalah
gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang
dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Dalam prakteknya, proses
penyampaian pesan memang 21 tidak lepas dari namanya gangguan yang timbul
dan suatu sumber gangguan. Apabila gangguan tidak cepat diatasi maka makna dari
pesan yang akan disampaikan akan berubah. Model komunikasi Shannon dan
Weaver dapat diterapkan kepada konteks – konteks komunikasi lainnya seperti
komunikasi antarpribadi, komunikasi publik atau komunikasi massa.

c. Schramm

Terdapat tiga model komunikasi Schramm, yaitu :

1. Model komunikasi Schramm pertama yaitu : Pengirim pesan – penerima


pesan di awal tahun 1940an yang didasarkan pada teori peluru atau teori
jarum hipodermik dan merupakan salah satu teori komunikasi
massa khususnya teori efek media massa.
2. Model komunikasi Schramm kedua yaitu : Pengirim pesan – pesan –
penerima pesan
3. Model komunikasi Schramm ketiga yaitu : Pengirim pesan – pesan –
saluran/media – penerima pesan. Model komunikasi ini kemudian
dikembangkan menjadi pengirim pesan – pesan – saluran – penerima pesan –
efek.

A. Model Komunikasi Schramm Pertama

Model komunikasi Schramm sejatinya berakar dari model komunikasi Shannon


dan Weaver. Perbedaannya adalah bahwa model komunikasi Shannon dan
Weaver bersifat matematis dan teknologis sedangkan model komunikasi Schramm
bersifat psikologis.

B. Model Komunikasi Schramm Kedua

Model Komunikasi Schramm


Dalam model komunikasi Schramm dijelaskan bahwa pengirim pesan
mengirimkan informasi kepada penerima pesan. Penerima pesan kemudian
menafsirkan pesan berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan umpan balik yang
diberikan kepada pengirim pesan.

Konsep utama dalam model komunikasi Schramm adalah bidang pengalaman


(field of experience), konteks hubungan (context of the relationship), konteks
lingkungan sosial mempengaruhi bidang referensi, penggunaan metafora, serta
model mental.

 Bidang pengalaman

Bidang pengalaman adalah hal-hal yang mempengaruhi pemahaman dan


penafsiran pesan seperti budaya, latar belakang sosial, kepercayaan,
pengalaman, nilai, dan aturan. Pesan yang sama dapat ditafsirkan secara
berbeda oleh orang yang berbeda. Jika kata-kata dan tanda yang digunakan
oleh partisipan komunikasi  sangat umum maka dapat dikatakan mereka
berkomunikasi secara lebih efektif.

 Konteks hubungan

Mereka yang terlibat dalam komunikasi, pada umumnya memiliki banyak


hal untuk dibicarakan dengan orang lain. Pesan yang disampaikan oleh
pengirim pesan kepada penerima pesan tentunya sangat penting bagi
keduanya. Komunikasi yang terjalin akan menjadi lebih mudah jika sebuah
pengirim pesan dan penerima pesan memiliki hubungan yang dekat.
Contohnya saja, masing-masing dari kita pasti memiliki sahabat. Dengan
sahabat, kita dapat berbagai cerita dan pengalaman masing-masing. Kita
dapat bercerita banyak kepada sahabat kita karena memiliki kedekatan
hubungan yang sangat erat. Kita menjadi lebih mudah untuk
mengungkapkan siapa sebenarnya diri kita kepada sahabat kita. Hal inilah
yang dikupas dalam teori penetrasi sosial.

 Konteks lingkungan sosial mempengaruhi bidang pengalaman

Ketika kita memasuki situasi tertentu, maka kita akan berkomunikasi


berdasarkan situasi yang ada. Kita akan berperilaku dan berkomunikasi
berdasarkan tempat, waktu, alasan, serta latar belakang situasi yang kita
hadapi. Terkadang, kita akan berperilaku secara berbeda ketika kita
dihadapkan pada berbagai tujuan.

 Menggunakan metafora

Seringkali metafora digunakan guna mempermudah kita berkomunikasi


dengan orang lain. Ketika seseorang menghubungan dengan satu hal dengan
yang lain maka akan menjadi lebih mudah dalam menjelaskan dan
menafsirkannya.
 Model-model mental

Bidang pengalaman seringkali tumpang tindih dengan kondisi mental dan


kondisi sosial seseorang.

C. Model Komunikasi Schramm Ketiga atau Model Komunikasi Relasional

Dalam model komunikasi relasional yang dirumuskan pada tahun 1973, Schramm
menekankan pada efek komunikasi terhadap penerima pesan. Schramm
menggunakan komponen efek dan analisis efek dari model komunikasi Berlo
(1960). Secara implisit Schramm menyarankan sebuah komponen yaitu komponen
interaksi ketika ia berbicara tentang khalayak yang aktif, selektif dan manipulatif
dalam model komunikasi relasional. Lebih lanjut ia berpendapat bahwa sebagian
besar perubahan dramatis dalam teori komunikasi umum dalam kurun waktu lebih
dari empat dekade telah mengesampingkan gagasan khalayak yang pasif karena
sejatinya dalam proses komunikasi, khalayak adalah mitra seutuhnya bagi
komunikator.

d. Djenamar, SH

Dalam buku ‘Komunikasi dan pidato’, M. Djenamar. SH mengemukakan


komunikasi adalah sebuah seni dalam menyampaikan informasi, ide, gagasan
seseorang kepada orang yang lain.

e. Deddy Mulyana

Dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Deddy Mulyana


mendefinisikan komunikasi sebagai prose penyampaian informasi, gagasan,
emosi, keterampilan, dsb yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang
atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dll.
3. Prinsip – prinsip komunikasi sebagai berikut :

1. Komunikasi Adalah Proses Simbolik

Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan susanna K. Langer dalah
kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang.” Manusia memang satu-satunya
hewan yang menggunakan lambing dan itulah yang membedakan manusia dengan
mahluk lainnya. Ernst Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia atas mahluk
lainnya adalah keiistimewaan mereka sebagai Animal Symbolicum.

Lambang Atau symbol adalah sesuau yang digunakan untuk menunjuk sesuatu
lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambing meliputi kata-kata
(pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang maknanya disepakati bersana.
Misalnya memasang bendera di halaman rumah untuk menyatakan penghormatan atau
kecintaan kepada Negara. Kemampuan manusia menggunakan lambing verbal
memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antar manusia dan
objek (baik nyata ataupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut.

Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda. Hubungan antara
tanda dengan objek juga dapat direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon
dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga
dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai
dengan kemiripan. Misalnya patung Soekarno adalahikon Soekarno dan foto Anda
pada KTP anda adalah ikon anda. Rambu-rambu lalu-lintas di jalan raya yang
menunjukan arah, adanya pom bensin masjid atau rumah makan di depan, atau kondisi
jalan (berbelok, menanjak atau menurun) juga termasuk ikon.

Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks adalah tanda secara alamiah
merepresentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering diunakan untuk indeks
adalah sinyal (signal) yang dalam bahasa sehari-hari  disebut juga gejala (symptom).
Indeks muncul berdasarkan hubungan antar sebab dan akibat yang punya kedekatan
ekistensi. Misalnya, awan gelap adalah indeks hujan yang akan turun, sedangkan asap
merupakan indeks api. Namun, bila asap itu disepakati sebagai tanda bagi masyarakat 
untuk berkumpul, misalnya seperti dalam kasus suku primitif, maka asap menjadi
lambang karena maknanya telah disepakati bersama. Contoh lain, menguap adalah
gejala ngantuk atau bosan sedangkan berkeringat adalah gejala kepanasan, kecapekan
atau kegugupan; tertawa sebagai gejala senang atau gembira; dan menangis sebagai
gejala sakit, sedih, terharu atau bahagia. Kontroversi bisa saja muncul mengenai
perilaku yang tidak disengaja, seperti muka yang merah karena rasa malu atau suara
keras atau tinggi karena marah. Apakah perilaku-perilaku tersebut indeks atau
lambang? Ekspresi muka yang merah karena rasa malu atau suara keras dan tinggi itu
tampakya lebih tepat disebut indeks atau isyarat alamiah (natural gesture), namun
sering juga dianggap lambing Karena orang-orang sepakat bahwa wajah yang bersemu
merah biasanya menunjukkan rasa malu, sedangkan suara yang keras dan tinggi
menunjukkan kemarahan.

 Lambang bersifat sebarang, manasuka atau sewenang-wenang

Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata
(lisan atau tulisan), isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan, tempat tinggal,
jabatan, olahraga, hobi, peristiwa, hewan, tumbuhan, gedung, alat (artefak), angka,
bunyi, waktu dan sebagainya. Semua itu bisa menjadi lambang.

Lambang hadir di ke mana-mana dan tidak henti-hentinya menerpa kita: gossip


antartetangga, tagihan listrik, nuku yang kita baca, lagu lewat radio, berita di TV,
suara adzan, spanduk di pinggir jalan, sticker bertuliskan Kopassus di kaca belakang
sebuah mobil, lampu lalulintas, bunyi peluit polisi, gerutan pengamen jalanan,
tangisan bayi dalam gendongan pengemis, kalung bertanda salib yang dikenakan
seorang wanita tionghoa, blus putih dan rok abu-abu yang dikenakan seorang remaja
putri, rayuan pelayan took dan sebagainya. Namun alam tidak memberikan penjelasan
kepada kita mengapa manusia menggunakan lambang-lambang tertentu untuk merujuk
pada ha-hal tertentu, baik yang konkret ataupun yang abstrak. Kita tidak punya alasan
mengapa kita menyebut hewan yang mengeong itu kucing bukan kambing atau gajah.
Penyebutan itu semata-mata berdasarkan kesepakatan saja karena kita pun bisa
menyepakati huruf X yang merepresentasikan wanita; atau menyepakati angka 1 yang
merepresentasikan wanita; atau menyepakati angka 1 yang merepresentaasikan suku
sunda, angka 2 suku Jawa, dan angka 3 suku Minang. Lambang-lambang partai
politik, misalnya kepala banteng untuk PDI-Perjuangan, pohon beringin untuk Partai
Golkar dan matahari untuk Partai Amanat Nasional juga tercipta dan  tersosialisasikan
berdasrkan prinsip itu. Partai-partai itu boleh saja bertukar lambang kalu mereka
sepakat melakukan hal itu. Sebagian pembeli pakaian bekas di Bandung, tahu bahwa
label L, S, M, dan XL pada pakaian (sedang) dan extra large (besar), small (kecil)
medium (sedang)dan Extra Large (ekstra longgar), kata-kata sunda yang artinya
mendekati makna asli label-label tersebut.

 Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna; kitalah yang memberi makna pada
lambang

Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang itu sendiri.
Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata mempunyai makna yang ia
maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk memberi makna
( yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Persoalan akan timbul bila para
peserta komunikasi tidak memberikan makna yang sama pada suatu kata. Pernah
seorang professor menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menulis sebuah naskah
buku yang baru. Ia memberikan naskah tersebut kepada sekertarisnya dengan perintah
“brun this for me, will you?” (“tolong bakar ini”). Ia meminta sekertarisnya itu untuk
memfotokopi naskah buku yang baru. Ia meminta sekertariatnya itu untuk
memfotokopi naskah buku tersebut. Dan ia menggunakan jargon
perkantoran burn  (bakar). Akhrinya, hasil kerja keras itu musnah menjadi asap dalam
tempat pembakaran.

Dengan kata lain sebenarnya tidak ada hubungan yang alami antara lambang
dengan referent (objek yang dirujuknya). Anda dapat mengatakan bahwa anda tentara
atau memakai baju tentara, meskipun anda sama sekali bukan tentara. Anda mengau
anda mencintai seseorang, padahal yang anda rasakan justru malah sebaliknya. Atau,
anda mengacungkan jempol kepada kawan anda yang baru selesai menyanyi di
panggung, padahal ada sebenarnya menganggap penampilannya buruk. Dengan
demikian, juga tidak da kaitan  antara munculnya kupu-kupu di dalam rumah dengan
akan datangnya tamu, seperti juga tidak ada hubunga alamiah antara  pertarungan
darah Udin (wartawan harian Bernas) ke laut denga kepastian menemukan pembunuh
Udin, seperti yang dipercayai polisi penyidik. Kita tahu, pembunuh Udin itu hingga
sekarang belum pernah ditemukan.

 Lambang itu bervariasi

Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat
lain, dan dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. Begitu juga makna yang
diberikan kepada lambang tersebut. Untuk menyebut benda yang anda baca sekarang
ini orang Indonesia menggunakan kata buku, orang Jepang hon, orang Inggris book,
orang Jerman buch. Pendek kata, kita hanya memerlukan kesepakatan mengenai suatu
lambang. Kalau kita sepakat semua, bisa saja menamai benda berkaki empat yang
biasa kita duduki dengan “meja” bukan “kursi”.

Contoh Peristiwa Prinsip 1:

 Lambang bersifat sebarang, manasuka atau sewenang-wenang:

Suatu merk dapat menjadi lambang kekayaan seseorang dimata masyarakat ,


contohnya saat mahasiswa disuatu pusat pembelanjaan memakai pakaian dengan merk
Vans maka orang-orang yang melihat mahasiswa tersebut dapat menebak kalau
mahasiswa tersebut adalah seorang yang memiliki tingkat ekonomi menengah keatas,
namun disaat mahasiswa yang  lain memakai pakaian Vans , atau merk Vans yang
dipalsukan sehingga harganya jauh lebih murah, maka standard ekonomi orang
tersebut dimata orang-orang yang melihatnya akan menurun. Orang-orang bisa
memprediksikan kalau mahasiswa tersebut  merupakan orang dengan perekonomian
menengah kebawah hanya karena pakaian yang ia kenakan merupakan pakaian 
dengab merk palsu , karena sudah pasti pakaian tersebut murah harganya

 Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna; kitalah yang memberi makna pada
lambang:

Sebenarnya duduk didepan pintu rumah bukanlah sesuatu yang aneh, namun karena
alas an-alasan yang ditakuti orang , eprti saat duduk di depan pintu rumah takut
mengganggu orang-orang yang akan keluar atau masuk, akhirnya duduk di depan
pintu rumah digambarkan sebagai suatu yang terlarang dan akan membawa sial.

 Lambang itu bervariasi:

Kata ‘hot’dalam bahasa inggris memiliki arti panas, namun kata ‘hot’ juga dapat
diartikan bermacam-macam, seperti seksi, menggairakan, luar biasa, dan lain
sebagainya. Contohnya saat rani mengatakan “that’s really hot!!” maka dalam kalimat
ini, dapat diartikan hot sebagai kata ‘keren’.

2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi

Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (we cannot not communicate). Tidak berarti
bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih-alih, komunikasi terjadi bila seorang
memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.

Cobalah anda minta seseorang untuk tidak berkomunikasi. Amati sulit baginya untuk
berbuat demikian karena setiap perilakunya sulit punya potensi untuk ditafsirkan.
Kalau ia tersenyum, ia ditafsirkan bahagia; kalau ia cemberut, ia ditafsirkan ngambek.
Bhakan ketika kita berdiam diri sekalipun, sebenarnya kita mengkomunikasikan
banyak pesan. Orang lain mungkin akan menafsirkan marah, atau bahkan sebagai
malas atau bodoh.
Contoh Peristiwa Prinsip 2:

Saat seseorang tidak sengaja batuk di sebelah orang lain, orang yang batuk itu
bertindak sebagai komunikator secara tak langsung, sebab ia menyampaikan
komunikasi, namun tanpa ia sadari. Walaupun begitu, orang di sebelahnya sebagai
komunikan dapat dengan sadar menerima pesan tersebut sebagai suatu komuikasi.
Setelah tau si komunikator batuk, si komunikan dapat merespon, dengan berpikir kalau
orang yang di sebelahnya sedang sakit batuk, sampai berdiri dan mencari tempat
duduklain untuk menghindari si komunikator yang batuk.

3. Komunikasi Punya Dimensi Sisi dan Dimesi Hubungan

Dimensi isi disansi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi, secara
nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi yaitu apa yang
dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara
mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta
komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh,
kalimat “aku benci kamu” yang diucapkan dengan nada menggoda mungkin sekali
justru sebaliknya. Seorang gadis yang mengatakan “Ih, jahat, kamu” kepada seorang
teman prianya seraya mencubit sang pemuda, sebenarnya tidak memaksudkan jata jaha
itu dalam arti sebenarnya, melainkan mungkin sebaliknya, sebagai tanda gemas
campur senang kepada sang pemuda.

Tidak semua orang menyadari bahwa pesan yang sama bisa ditafsirkan berbeda bila
disampaikan dengan cara berbeda. Ketika para aktivis Partai Rakyat Demoktratik
(PRD) diperiksa di pengadilan di Jakarta tahun 1997, Prof. Dr. Deliear Noer seoarang
saksi ahli , mengemukakan bahwa pernyataan manifesto politik partai tersebut.
Meskipun erkesan keras adalah hal yang biasa atau wajar karena diekspresikan anak-
anak muda.” Namun rupanya pemerintah dan pengadilan menafsirkan yang lan,
sehingga para aktivis PRD pun sebenarnya apa yang dikatakan saksi itu adalah hal
yang lumrah dan banyak benarnya.

Pengaruh pesan juga akan berbeda bila disajikan dengan media yng berbeda. Cerita
yang penuh dengan kekerasan dan sensualitas yang disajikan televisi boleh jadi
menimbulkan pengaruh yang jauh lebih hebat, misalnya dalam bentuk peniruan oleh
nak-anak atau remaja, bila dibandinkan dengan peyajian cerita yang sama lewat ajalah
atau radio, karena televisi memiliki sifat audio-visual, sedangkan majalah nya
mempunyai sifat visual sajada radio mempunyai sifat audio saja.

Contoh Peristiwa Prinsip 3:

Saat seseorang ingin meminjam uang, ia bisa meminjam uang dari ibu maupun
temannya, dan dalam hal ini pesan yang ia sampaikan akan berbeda karena ia jauh
lebih hormat kepada ibunya dibandingkan kepada adiknya. Contoh saat meminjam
uang dari ibu, ia akan berkata, “permisi, bu. Boleh tidak aku pinjam uang untuk
membayar buku?” dalam hal ini,, ia meminjam dan menjelaskan tentang kegunaan
uang yang akan ia pinjam, karena ia ingin ibunya tau kegunaan uang tersebut jadi
ibunya tidak akan marah. Sedangkan saat meminjam uang dari si temannya, ia akan
berkata, “Dik,aku pinjem uangmu ya. Nanti pasti aku kembalikan”. Dalam hal ini, si
kakak meminjam uang tanpa menjelaskan untuk apa uang tersebut. Namun ia lebih
menekankankalau ia pasti akan mengembalikan uang itu, karena bagi si adik uang itu
tentu harus dikembalikan karena ia membutuhkannya, namun jika dengan ibu, uang itu
bisa diberikan secara Cuma-Cuma karena sang ibu melihat kalau anaknya memang
benar-benar membutuhkan uang tersebut untuk belajar.

4. Komunikasi Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan

Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang


tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika anda melamun sementara orang
memperhatikan anda) hingga komukasi yang benar-benar direncakan dan disadari
(ketka anda menyampaikan pidato). Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya
komunikasi. Meskipun kita sama sekalitidak bermaksud menyampakan pedan kepada
orang lain. Perilaku kita potensial ditafsirkan orang lain. Kta tidak
dapatmengendalikan orang ain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku
kita. Membatasi komunikasi sebagai proses disengaja adalah menganggap komunikasi
sebagi instrument, seperti dalam persuasi .

Dalam komunikasi, biasnaya kesadaran kita lebih tinggi dalam situasi khusus daripada
dalam situasi rutin, misalnya ketika anda sedang diuji secara lisan oleh dosen anda
atau ketika anda berdialog dengan orang asing yang berbahasa Inggris dibandingkan
dengan ketika anda sedang bersanda gurau dengan keluarga atau kawan-kawan anda.
Akan tetapi, konsep”kesengajaan”ini sebenarnya pelik juga. Misalnya apakah ketika
seorang dosen memberikan kuliah “Pengatntar Ilmu Komunikasi”, ia betul-betul
menyengajainya, sehingga dari menit ke menit ia tahu persis kata-kata yang akan
diucapkannya, intonasinya, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerk-gerik anggota
tubuh yang ditampilkannya.

Kadang-kadang komukasi yang disenagja dibuat tampak tidak sengaja, banyak


pengacara menganjurkan klien mereka berpakaian dengan cara tertentu di ruang
pengadilan. Misalnya, dalam suatu pengadilan di Amerika Serikat, Patty Hearst
mengenakan pakaian tua dan konservatif ang meliputi blus yang besr dan logger,
sesuai dengan perintah pengacaranya F.Lee Bailey. Pakaian tua yang digunakan untuk
melunakkan fakta bahwa ia kaya, dan blus yang kebesaran digunakan untuk
memberikan kesar bahwa berat badannya melorot untuk menumbuhkan simpati para
juri.

Jadi, niat atau kedengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk
berkomunikasi. Dalam komunikasi antara orang-orang berbeda budaya
ketidaksengajaan berkomunikasi ini lebih relevan lagi untuk kita perhatikan. Banyak
kesalahpahaman antarbudaya sebenernya disebabkan oleh perilaku sesorang yang
tidak disengaja yang dipersepsi, ditafsirkan dan direpons oleh orang dari budaya lain.
Tindakan memperlihatkan sol sepatu di Korea, atau menyentuh wanita di Arab Saudi
yang diperkenalkan kepada anda yang sebenarnya tidak anda sengaja, dapat
menyampaikan pesan negates yang menghambat pertemuan tersebut.

Contoh Peristiwa Prinsip 4 :

Dalam hal ini komunikator melakukan komunikasi dengan berbagai tingkat kesadaran.
Saat sedang marah dan ia menampar wajah orang yang sedang ia marahi, ia bisa
melakukan itu dengan tingkat kesengajaan yang sangat rendah karena ia sudah gelap
mata. Namun saat berpidato,sang komunikator tentu akan menjalankan pidato tersebut
dengan tingkat kesengajaan yang tinggi.

5. Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu

Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk
iklim,suhu,intensitas cahaya,dan sebagainya),waktu,sosial,dan psikologis.Waktu juga
mempengaruhi makna terhadap suatu pesan.misalnya:

1. Dering telepon pertama itu mungkin berita sangat penting (darurat), misalnya untuk
mengabarkan orang yang sakit keras, kecelakaan, atau meninggal dunia, atau upaya
orang jahat untuk mengetes apakah dirumah ada orang atau tidak .
2. Dering telepon pada tengah malam atau dini hari akan dipersepsikan lain bila
dibandingkan dengan dering telepon pada siang hari.
3. Kunjungan seorang mahasiswa kepada teman kuliahnya yang wanita pada malam
minggu akan dimaknai lain dibandingkan dengan kedatangannya pada malam biasa.

 
Kehadiran orang lain, sebagai konteks sosial juga akan mempengaruhi orang-orang
yang berkomunikasi. Pengaruh konteks waktu dan konteks sosial terlihat pada suatu
keluarga yang tidak pernah tersenyum atau menyapa siapa pun pada hari-hari biasa,
tetapi mendadak menjadi rumah pada hari lebaran.

Suasana psikologis peserta komunikasi tidak pelak mempengaruhi juga suasana


komunikasi. Misalnya , komentar seorang istri mengenai kenaikan harga kebutuhan
rumah tangga dan kurangnya uang belanja pemberian suaminya yang mungkin akan
ditanggapi dengan kepala dingin oleh suaminya dalam keadaan biasa atau keadaan
santai, boleh jadi akan membuat sang suami berang bila istri menyampaikan komentar
tersebut saat suami baru pulang kerja dan baru dimarahi habis-habisan oleh atasannya
hari itu.

Contoh Peristiwa Prinsip 5 :

Saat sedang di rumahnya sendiri, seseorang bisa bertindak sesukanya tanpa


mempedulikan sopan santun, sebab ia merasa sedang di rumahnya sendiri. Namun saat
ia sedang bertemu dirumahorang lain, perilakunya bisa berubah drastis demi
menghormati sang tuan rumah, ia bisa berubah menjadi jauh lebih sopan dan lebih
tidak banyak bicara, hanya karena ruang dan waktunya berbeda.

6. Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi

Prinsip ini mengasumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan pada
perilaku komunikasi manusia. Dengan kata lain, perilaku manusia, minimal secara
parsial, dapat diramalkan. Misalnya ,

1. Setiap bangun tidur , kita akan merasa cemas dan takut,karena kita tidak dapat
menduga apa yang akan orang lakukan terhadap kita.
2. Ketika anda memasuki sebuah toko, anda dapat menduga bagaimana perilaku verbal
dan nonverbalsi pelayan toko yang tidak anda kenal.
3. Tidak mungkin orangtua, suami atau istri Anda tiba-tiba menendang Anda begitu tiba
dirumah sore hari, padahal pagi hari sebelum Anda berangkat kuliah atau kerja Anda
pamit kepada mereka dengan hangat.

Contoh Peristiwa Prinsip 6:

Di Indonesia, setelah makan, seseorang yang ingin bersendawa akan berusaha


menahannya atau melakukannya tanpa suara karena merasa itu adalah suatu tindakan
yang tidak sopan, sebab ia sebagai komunikator akan memprediksikan reaksi orang-
orang di sekitarnya, dan tentunya ia akan malu jika dianggap jorok dan tidak sopan.
Namun di Arab, seseorang yang melakukan sendawa setelah makan akan dianggap
menghormati masakan tuan rumah, karena sendawa di Arab diartikan sebagai suatu
kepuasan akan makanan yang dihidangkan. Jadi, oang Arab akan memprediksikan
reaksi orang-orang di sekitarnya sebelum akan bersendawa, dan saat ia merasa itu
tidak apa-apa dan ia akan dianggap menghormati masakan tuan rumah sebagai
bersendawa, maka ia akan bersendawa tanpa merasa malu.

7. Komunikasi Bersifat Sistemik

Setiap individu adalah suatu system yang hidup (a living system). Setidaknya dua
system dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu: Sistem Internal dan Sistem
Eksternal. System internal adalah seluruh system nilai yang dibawa oleh individu
ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia cerap selama sosialisasinya dalam
berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat setempat, kelompok suku,
kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok sebaya, tempat kerja, dan
sebagainya). Istilah-istilah lain lain yang identik dengan system internal ini adalah
kerangka rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (field of experience),
struktur kognitif (cognitive structure), pola piker (thinking patrens), keadaan internal
(internal states), atau sikap (attitude). Pendeknya, system internal ini mengandung
semua unsure yang membentuk individu yang unik, termasuk  cirri-ciri
kepribadiannya, intelegensi, pendidikan, pengetahuan, agama, bahasa, motif,
keinginan, cita-cita, dan semua pengalaman masa lalunya, yang pada dasarnya
tersembunyi. Dalam konteks inin, setiap individu adalah suatu system internal. Jumlah
sistem internal ini adalah sebanyak individu yang ada.

Berbeda dengan sistem internal, sistem eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam
lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat
fisik peserta komunikasi, kegaduhan disekitarnya, penataan ruangan, cahaya dan
temperatur ruangan. Misalnya, bagi orang yang patah hati, nyayian sentimental yang ia
dengarkan di ruangan itu sangat mengharu-birunya yang membuatnya menitikkan
airmata, sementara bagi orang yang disampingnya lagu itu bahkan menyebalkannya
karena bersifat cengeng. Maka dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah produk dari
perpaduan antara sistem internal dan sistem eksternal. Lingkungan dan objek
mempengaruhi komunkasi kita,namun persepsi kita atas lingkungan kita juga
mempengaruhi cara kita berperilaku. Prinsip nomor tujuh ini berkaitan erat dengan
prinsip nomor lima yang kita bahas sebelumnya.

Contoh Peristiwa Prinsip 7 :

Riko kurang menyukai kebiasaan buruk temannya, Rian yang suka menjelek-jelekan
teman-temannya di belakang. Secara nternal, Riko terus berpikir, bagaimana caranya
menasehati Rian tentang kebiasaan buruknya itu tanpa menyakiti perasaannya atau
membuatnya marah. Akhirnya secara eksternal pesan itu Riko sampaikan lewat
perkataan, “ Rian, saya sebagai teman yang peduli kepadamu mau  menasehatimu,
menurutku sebaiknya kamu berusaha menghilangkan kebiasaan buruk itu, sebab
menjelek-jelekkan orang di belakang itu bukanlah hal yang baik.”

 
8. Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para
pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Misalnya , penjual yang datang
ke rumah untuk mempromosikan barang dianggap telah melakukan komunikasi efektif
bila akhirnya tuan rumah membeli barang yang ia tawarkan, sesuai dengan yang
diharapkan penjual itu, dan tuan rumahpun merasa puas dengan barang dibelinya.

Dalam kenyataanya, tidak pernah ada dua manusia yang persis sama, meskipun
mereka kembar yang dilahirkan dan diasuh dalam keluarga yang sama, diberi makanan
yang sama dan dididik dengan cara yang sama. Namun kesamaan dalam hal-hal
tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingkat pendidikan, atau tingkat ekonomi
akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan  pada gilirannya karena
kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif. Kesamaan bahasa
khususnya akan membuat orang-orang yag berkomunikasi lebih mudah mencapai
pengertian bersama dibandingkan dengan orang-orag yang tidak memahami bahasa
yang sama.

Makna suatu pesan, baik verbal ataupun nonverbal, pada dasarnya terikat-budaya.
Makna penuh suatu humor dalam bahasa daerah hanya akan dapat ditangkap oleh
penutur asli bahasa bersangkutan. Penutur asli akan tertawa terbahak-bahak
mendengar humor tersebut, sementara orang-orang lain mungkin akan bengong
meskipun mereka secara harfiah memahami kata-kata dalam humor tersebut.

Contoh Peristiwa Prinsip 8 :

Karena Santi yang berasal dari Indonesia berteman dengan Ashraf yang berasal dari
Malaysia, maka komunikasi di antara mereka berdua dapat berjalan dengan efektif,
sebab kehiduan sosial-budaya di Indonesia dan Malaysia tidak jauh berbeda. Namun
saat Ashraf yang dari Malaysia berkenalan dengan Miho yang dari Korea, komunikasi
diantara mereka berdua tidak berjalan dengan sangat efektif, sebab kehidupan sosial-
budaya antara Korea dan Malaysia sangatlah berbeda.
 

9. Komunikasi Bersifat Nonsekuensial

Komunikasi dalam dasarnya ialah komunikasi dua arah, tidak ada komunikasi yang
berjalan satu arah. Karena pada saat kita berbicara atau berkomunikasi, pendengar
akan sellau memberikan responnya, baik berupa balasan berbicara atau pesan secara
nonverbal, seperti ekspresi muka berupa senyuman, gerakan tangan, anggukan, dan
lain-lain. Sehingga, pesan nonverbal tersebut bisa diartikan sebagai “pembicara” atau
pemberi pesan.

Berberapa pakar komunikasi seperti Frank Dance, Kincaid, dan Schramm memiliki
sifat sirkuler dan memusat, sementara Tubss menggunakan komunikator 1 dan
komunikator 2 untuk kedua pihak yang berkomunikasi. Komunikasi sirkuler ditandai
hal seperti berikut :

1. Orang-orang yang berkomunikasi dianggap memiliki status yang setara, misalnya


komunikator A dan komunikator B, mereka menerima dan mengirim pesan pada saat
yang sama. Jadi, setiap orang dapat menjadi pemberi, penerima, sumber, dan sasaran.
2. Proses komunikasi berjalan dua arah dan menimbulkan timbal balik dan tidak ditandai
dengan satu garis linier (satu-arah)
3. Tidak membedakan pesan dengan umpan balik, karena di setiap umpan balik memiliki
pesan sehingga tidak bisa dibedakan.
4. Komunikasi sebenarnya terjadi melalui proses rumit, bukan hanya sekedar isi, namun
mulai dari komunikasi intrapribadi, proses kimiawi dalam otak, hingga gerakan bibir
yang mengeluarkan bunyi.

Meskipun bersifat sirkuler, namun sebenarnya proses komunikasi tidak berpola secara
kaku, namun dapat juga berjalan secara linier, sirkuler, helikal, atau tatanan lainnya.
Bisa saja beroperasi seperti yang dijelaskan, baik semua mau pun sebagian, atau acak.
Namun dalam sirkuler dianggap lebih tepat untuk menandai proses komunikasi.
Contoh Peristiwa Prinsip 9 :

Raisa menyampaikan idenya kepada Chelsea, lalu untuk menyampaikan kepada Raisa
bahwa ia mengerti maka ia mengangguk. Begitupun dengan Raisa yang kembali
melanjutkan pembicaraan karena ia merasa bahwa Chelsea sudah cukup mengerti
dengan informasi yang sebelumnya diterangkan

10. Komunikasi bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional

Komunikasi merupakan suatu proses yang tak berujung, melainkan berkesinambungan


(continous). Bahkan sebuah kejadian yang sangat sederhana dapat menjadi
rumit.Komunikasi sebagai proses dianalogikan oleh Heraclitus pada abad 6 SM bahwa
“seorang manusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali.” Yang
berarti, meskipun seseorang dapat melakukan suatu hal berulang-ulang, namun proses
dalam melaksanakan hal tersebut dapat berbeda yang membuat perbedaan dalam suatu
hal tersebut. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan manusia tidak
pernah ada saat yang sama dua kali.

Dalam proses komunikasi, para peserta komunikasi harus saling mempengaruhi,


seberapa kecil pun, baik verbal maupun nonverbal, sehingga memberikan dampak
yang mempengaruhi pada komunikasi tersebut. Proses tersebut berjalan secara
berkesinambungan dan dinamis sehingga dapat disebut transaksi. Transaksi
menunjukkan bahwa para peserta komunikasi saling berhubungan.

Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah
bahwa peserta komunikasi berubah, mulai dari bertambahnya pengetahuan, hingga
berubahnya pandangan. Ada yang mengalami perubahan secara perlahan-lahan ada
juga yang secara langsung dan cepat berubah, salah satunya dengan cuci otak.
Implisit dari komunikasi sebagai suatu proses yang dinamis dan transaksional adalah
proses penyandian (encoding) dan penyandian-balik (decoding) yang terjadi serempak,
bukan bergantian, sehingga dapat disebut sebuah komunikasi sebagai transaksi.

Pandangan dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa Anda mengalami


perubahan sebagai adanya hasil dari terjadinya komunikasi. Perspektif transaksional
memberi penekanan terhadap dua sifat komunikasi, yaitu serentak dan saling
mempengaruhi. Para pesertanya menjadi saling bergantung, dan komunikasi mereka
hanya dapat dianalisis berdasarkan konteks peristiwanya.

Contoh Peristiwa Prinsip 10:

Suatu komunikasi dapat merubah pandangan komunikasi. Contoh, pada awalnya Rani
sangat tidak menyukai bisnis MLM, ia bahkan pernah berjanji tidak akan bergelut di
dalamnya. Namun setelan Andi menghabiskan bisnis Tianshi mengadakan prospek
pada Rani selama dua jam, pandangan Rani terhadap MLM bisa berubah drastis,
bahkan Rani bisa menjadi anggota bisnis MLM Tianshi dan menjadi anggota yang
sangat aktif.

11. Bersifat Irreversible

Suatu peristiwa yang berlangsung dalam suatu waktu, peristiwa tersebut akan
berlangsung sekali dan tidak dapat “diambil kembali”. Sebagai suatu contoh seseorang
tidak sengaja memukul wajah seseorang hingga hidungnya retak. Anda akan meminta
maaf dan dia akan memaafkannya. Namun tak akan mengubah realitas bahwa
hidungnya tetap retak.

Sama seperti menyampaikan pesan, saat pesan itu disampaikan ke khalayak, maka
Anda tidak bisa menghilangkan efek dari pesan tersebut apalagi mengendalikan
pengaruh pesan tersebut bagi khalayak. Orang Inggris memiliki suatu jngkapan yang
terkenal yaitu “To forgive but not to forget.” Yang berarti kita bisa memaafkan
kesalahan, namun tidak bisa melupakannya.

Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu


berubah. Proses ini mengingatkan kita untuk berhat-hati dalam menyampaikan
informasi kepada khalayak, karena efeknya tidak bisa kita tiadakan bahkan hanya
sekedar diralat. Terutama saat informasi itu disampaikan untuk pertama kalinya,
seperti saat persentasi karena kesan pertama cenderung abadi .

Contoh Peristiwa Prinsip 11 :

Pesan yang telah disampaikan lewat komunikasi tidak akan dapat di tarik kembali,
contohnya saat Syahrini yang berprofesi sebagai penyanyi meluncurkan sebuah lagu,
ia mengatakan kalau judul lagu tersebut masih belum pasti, namun karena pada bagian
refrain lagu itu banyak terdapat kata-kata “ Sesuatu”, akhirnya Syahrini pun
mengizinkan masyarakat menyebut judul itu “ Sesuatu”. Namun setelah beberapa
bulan berlalu, akhirnya Syahrini mengatakan bahwa lagu tersebut berjudul “ Sesuatu
yang Ada di Hatimu”, namun masyarakat tetap merasa bahwa lagu itu berjudul
“Sesuatu” sebab pesan itu sudah sangat melekat di pikiran masyarakat. Akhirnya
Syahrini tidak mempermasalahkan tentang judul sebenarnya dari lagu itu, sebab ia
sudah pernah member izin masyarakat untuk menyebut judul lagunya sebagai
“Sesuatu”, dan izin dari Syahrini itu sudah tidak bisa ditarik kembali.

12. Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah

Banyak masalah atau konflik dapat terjadi, namun komunikasi bukanlah panasea atau
“obat mujarab” yang mampu meredam itu semua karena berkaitan dengan masalah
struktural. Agar komunikasi menjadi efektif, diperlukan penyelesaian dalam masalah
struktural ini. Komunikasi antara berbagai etnik , baik antara warga Tionghoa dengan
warga pribumi.
Hubungan antara warga Tioanghoa dan warga pribumi akan semakin efektif bila
warga Tionghoa pun diperbolehkan menjadi pegawai negeri dan anggota TNI , tidak
hanya sebagai pedagang atau pegawai bank swasta seperti yang terjadi selama ini.

Contoh Peristiwa Prinsip 12 :

1. Contohnya seperti ingin menyelesaikan masalah dan melakukan komunikasi efektif


dengan warga Papua, tidak akan tercapai karena pemerintah sebelumnya atau sedang
memperlakukan masyarakatnya dengan semena-mena.
2. Ketika kita datang ke pasar tradisional kita akan menjumpai banyak pengunjung yang
melakukan tawar menawar barang. Tapi dari sekian banyak tawar menawar yang
terjadi tidak sedikit calon pembeli yang akhirnya mengurungkan niat untuk m

.(Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : PT.


Remaja Rosdakarya)
4. Komponen Komunikasi
1. Komunikator /Sumber/Pengirim Pesan (Communicator/Source/Sender)
Dalam proses komunikasi, yang menjadi sumber komunikasi adalah sender atau
pengirim pesan. Komunikator adalah seseorang yang mengirimkan pesan. Terdapat
beberapa faktor dalam diri komunikator yang menentukan efektivitas komunikasi yaitu
sikap komunikator dan pemilihan berbagai simbol yang penuh makna. Yang dimaksud
dengan sikap komunikator adalah bahwa komunikator harus memiliki sikap yang
positif. Sementara itu, yang dimaksud dengan pemilihan berbagai simbol yang penuh
makna yang dilakukan oleh komunikator adalah bahwa pemilihan simbol-simbol yang
tepat bergantung pada siapa yang menjadi khalayak sasaran dan bagaimana situasi
lingkungan komunikasi 
Dengan demikian, untuk menjadi komunikator yang baik, terdapat beberapa hal yang
harus kita pertimbangkan, diantaranya adalah :

 kita harus mengenali siapa yang menjadi komunikate/penerima pesan/khalayak


sasaran.
 pesan yang akan kita kirimkan kepada komunikate/penerima pesan/khalayak
sasaran harus jelas.
 kita juga harus memahami mengapa kita mengirimkan pesan kepada
komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran.
 hasil apakah yang kita harapkan.

Jika sebagai komunikator kita tidak mempertimbangkan hal-hal di atas, maka proses
komunikasi akan menemui kegagalan

2. Pesan (Message)
Yang dimaksud dengan pesan adalah informasi yang akan kita kirimkan kepada
komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran. Pesan yang kita kirimkan dapat berupa
pesan-pesan verbal maupun pesan nonverbal. Agar pesan menjadi efektif, maka
komunikator harus memahami sifat dan profil komunikate/penerima pesan/khalayak
sasaran, kebutuhan khalayak sasaran, serta harapan dan kemungkinan respon yang
diberikan oleh komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran terhadap pesan yang
dikirimkan.

Hal ini sangat penting baik dalam komunikasi tatap muka maupun komunikasi
bermedia. Tanpa adanya pesan, maka kita tidak memiliki alasan untuk melakukan
komunikasi. Jika kita tidak dapat mengemas informasi dengan baik, maka kita belum
siap untuk memulai proses komunikasi

3. Encoding
Encoding adalah proses mengambil pesan dan mengirim pesan ke dalam sebuah bentuk
yang dapat dibagi dengan pihak lain. Informasi yang akan disampaikan harus dapat di-
encode atau dipersiapkan dengan baik. Sebuah pesan harus dapat dikirimkan dalam
bentuk dimana komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran mampu
melakukan decode atau pesan tidak akan dapat dikirimkan.
Untuk dapat melakukan encode sebuah pesan, maka kita sebagai komunikator harus
memikirkan apa yang komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran butuhkan agar
dapat memahami atau melakukan decode sebuah pesan. Kita harus menggunakan
bahasa yang dapat dengan mudah dimengerti dan konteks yang dikenal baik oleh
komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran. Orang yang melakukan encode disebut
dengan encoder.
4. Media atau Saluran Komunikasi (Channel)
Media atau saluran komunikasi adalah media atau berbagai media yang kita gunakan
untuk mengirimkan pesan. Jenis pesan yang kita miliki dapat membantu kita untuk
menentukan media atau saluran komunikasi yang akan kita gunakan. Yang termasuk ke
dalam media atau saluran komunikasi adalah kata-kata yang diucapkan, kata-kata yang
tercetak, media elektronik, atau petunjuk nonverbal. Dalam komunikasi modern, yang
dimaksud media atau saluran komunikasi sebagian besar merujuk pada media
komunikasi massa seperti radio, televisi, dan lain-lain serta internet sebagai media
komunikasi. Pemilihan media atau saluran komunikasi yang tepat dapat menentukan
sukses tidaknya komunikasi yang kita lakukan

5. Decoding
Decoding terjadi ketika komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran menerima pesan
yang telah dikirimkan. Dibutuhkan keterampilan komunikasi untuk
melakukan decode sebuah pesan dengan baik, kemampuan membaca secara
menyeluruh, mendengarkan secara aktif, atau menanyakan atau mengkonfirmasi ketika
dibutuhkan.
Jika sebagai komunikator kita menemui orang yang mengalami kesulitan atau
kelemahan dalam keterampilan komunikasi, maka kita perlu untuk mengirim ulang
pesan dengan cara berbeda. Atau, kita dapat membantu komunikate/penerima
pesan/khalayak sasaran untuk memahami pesan dengan cara memberikan informasi
tambahan yang bersifat menjelaskan atau mengklarifikasi. Orang yang menerima pesan
disebut dengan decoder.
6. Komunikate/Penerima pesan (Communicatee/Receiver)
Komunikasi tidak akan terjadi tanpa kehadiran komunikate/penerima pesan. Ketika
komunikate/penerima pesan menerima sebuah pesan, maka ia akan menafsirkan pesan,
dan memberikan makna terhadap pesan yang diterima. Komunikasi dapat dikatakan
berhasil manakala komunikate/penerima pesan/ menerima pesan sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh komunikator (Baca juga : Komunikasi Asertif).

7. Umpan Balik (Feedback)


Apapun media atau saluran komunikasi yang digunakan untuk mengirimkan pesan, kita
dapat menggunakan umpan balik untuk membantu kita menentukan sukses tidaknya
komunikasi yang kita lakukan. Jika kita berada dalam komunikasi tatap muka dengan
komunikate/penerima pesan, maka kita dapat membaca bahasa tubuh dan memberikan
pertanyaan untuk memastikan pemahaman. Jika kita berkomunikasi secara tertulis maka
kita dapat mengetahui sukses tidaknya komunikasi melalui respon atau tanggapan yang
kita peroleh dari komunikate/penerima pesan.

Dalam beberapa kasus, umpan balik memiliki peran yang tak ternilai dalam membantu
kita sebagai komunikator untuk memperbaiki keterampilan komunikasi. Kita dapat
belajar apa yang berjalan dengan baik dan apa yang tidak sehingga kita dapat berlaku
secara efisien ketika kita melakukan komunikasi di lain waktu.
8. Konteks (Context)
Yang dimaksud dengan konteks dalam proses komunikasi adalah situasi dimana kita
melakukan komunikasi. Konteks dapat berupa lingkungan dimana kita berada dan
dimana komunikate/penerima pesan berada, budaya organisasi, dan berbagai unsur atau
elemen seperti hubungan antara komunikator dan komunikate. Komunikasi yang kita
lakukan dengan rekan kerja bisa jadi tidak sama jika dibandingkan dengan ketika kita
berkomunikasi dengan atasan kita. Sebuah konteks dapat membantu menentukan gaya
kita berkomunikasi.

9. Gangguan (Noise)
Dalam proses komunikasi, gangguan atau interferensi dalam
proses encode atau decode dapat mengurangi kejelasan komunikasi. Gangguan dalam
proses komunikasi dapat berupa gangguan fisik seperti suara yang sangat keras, atau
perilaku yang tidak biasa. Gangguan dalam proses komunikasi juga dapat berupa
gangguan mental, gangguan psikologis, atau gangguan semantik. Dalam proses
komunikasi, gangguan dapat berupa segala sesuatu yang dapat mengganggu dalam
proses penerimaan, penafsiran, atau penyediaan umpan balik tentang sebuah pesan.
10. Efek (Effect)
Yang dimaksud dengan efek dalam proses komunikasi adalah pengaruh atau dampak
yang ditimbulkan komunikasi yang dapat berupa sikap atau tingkah laku
komunikate/penerima pesan. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila sikap serta
tingkah laku komunikate/penerima pesan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
komunikator. Namun, apabila efek yang diharapkan oleh komunikator dari
komunikate/penerima pesan tidak sesuai maka dapat dikatakan komunikasi menemui
kegagalan.

Menurut Soeganda Priyatna (2004 : 13), efek yang ditimbulkan dari proses komunikasi
dapat kita lihat dari adanya pendapat pribadi, pendapat publik, ataupun pendapat
mayoritas.
 Pendapat pribadi adalah dampak yang ditimbulkan dari komunikasi dan dapat
berupa sikap atau pendapat yang diberikan oleh komunikate/penerima pesan tentang
masalah tertentu.
 Pendapat publik atau pendapat umum adalah suatu penilaian sosial tentang hal
yang penting dan memiliki arti sebagai hasil dari tukar pikiran yang dilakukan oleh
setiap individu secara sadar dan rasional. Pendapat publik umumnya ditujukan untuk
mobilisasi massa.
 Pendapat mayoritas adalah pendapat terbanyak dalam masyarakat atau publik.

Hambatan – hambatan Komunikasi

Salah satu komponen komunikasi yang dapat mengganggu jalannya proses komunikasi
adalah gangguan atau noise. Gangguan atau hambatan komunikasi adalah sebuah istilah
yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai gangguan dan hambatan dalam
komunikasi antara komunikator dan komunikate/penerima pesan. Komunikasi dapat
dikatakan berhasil apabila pesan yang dikirimkan mengalami sedikit distorsi. Gangguan
atau hambatan komunikasi dapat berupa gangguan atau hambatan fisik, gangguan atau
hambatan psikologis, gangguan atau hambatan budaya, gangguan atau hambatan
semantik, gangguan atau hambatan teknis atau melubernya informasi.
Berikut ini adalah beberapa jenis hambatan komunikasi yang sering terjadi, diantaranya:

 Hambatan fisik terjadi manakala komunikator tidak dapat melihat komunikate


secara fisik, misalnya karena letak geografi.

 Hambatan psikologis terjadi karena setiap individu memiliki perbedaan dalam


hal sikap, minat, dan motivasi yang karenanya dapat membuat masing-masing individu
melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda. Perbedaan ini dapat menciptakan
hambatan komunikasi.

 Hambatan sosial budaya terjadi karena setiap individu memiliki latar belakang


budaya yang berbeda sehingga akan berbeda pula ketika mengirimkan dan menerima
pesan  (Baca juga :  Unsur Komunikasi Antar Budaya – Teori Komunikasi Antar
Budaya).

 Hambatan linguistik terjadi manakala dalam proses komunikasi kita memberika


ekspresi yang tidak tepat, penafsiran yang tidak tepat, menggunakan kata-kata yang
ambigu serta penggunaan kosa kata yang tidak sesuai.

 Hambatan teknis terjadi manakala ketika kita sebagai komunikator


menggunakan teknologi untuk mengirim pesan. Misalnya, tata suara yang buruk, sinyal
video yang lemah, dan lain-lain (Baca juga : Jenis-jenis Penyiaran).

 Hambatan luberan informasi terjadi manakala begitu banyaknya informasi yang


ada namun kita memiliki keterbatasan dalam menyerap informasi yang ada.

.(Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : PT.


Remaja Rosdakarya)

5. Encoding dan Decoding

a. Penyandingan Pesan (Encoding )

Penyandingan pesan diperlukan untuk mengubah ide dalam otak kedalam suatu
sandi yang cocok dengan Transmitter. Dalam komunikasi tatap muka signal yang
cocok dengan alat-alat suara adalah berbicara. Signal yang cocok dengan otot-otot
tubuh dan indera adalah anggukan kepala, sentuhan dan kontak mata.

Pada komunikasi yang menggunakan mesin, di mana alat-alat yang digunakan


sebagai perluasan dari indera, penyandian pesan juga berasal dari tubuh tetapi
diperluas melalui jarak jauh dengan transmitter. Misalnya radio adalah perluasan
dari suara manusia, televisi perluasan dari mata dan begitu juga dengan alat
komunikasi lainnya.

b. Penerima Pesan ( Decoding)

Istilah Shannon mengenai penerima dan decoding atau penginterpretasian pesan


seperti berlawanan dengan istilah penyandian pesan. Pada komunikasi tatap muka
kemungkinan transmitter menyandikan pesan dengan menggunakan alat-alat
suara dan otototot tubuh. Penerima dalam hal ini adalah alat-alat tubuh yang
sederhana yang sanggup mengamati signal.

Misalnya telinga menerima dan menguraikan sandi pembicaraan, mata menerima


dan menguraikan sandi gerakan badan dan kepala, kilatan mata dan signal lainnya
yang dapat dilihat mata. Jelaslah jika seorang individu pada komunikasi tatap
muka kekurangan satu atau lebih organ tubuh maka penerimaan pesan akan
menjadi macet. Onong Uchjana Effendy ( 2006 : 18 ) 

Anda mungkin juga menyukai