Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN EMPOWERING

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Komunitas pada


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto

OLEH :
1. Utari Dwi Zwastika Alriyani Yoshida (201903017)
2. Devi Agustina (201903018)
3. Roudzatul Fuaidah (201903019)
4. Erta Agustin Suhardini (201903020)
5. Chandra Amar Imam Malik (201903021)
6. Evin (201903022)
7. Silvy Arifianti (201903023)
8. Riska Putri Widiyanti (201903024)
9. Dwi Rindayu Farista (201903025)
10. Ayu Kusumah Rokhmatul Izzati (201903026)
11. Ainur Riski (201903027)
12. Yayuk Diah Widio Wati (201903028)
13. Dwi Anggita Sari (201903029)
14. Wahyu Suhartini (201903030)
15. Ananda Nurul Masyitah (201903031)
16. Erna Nur Juhrotul Laili (201903032)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan  dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling
berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling
berkepentingan. Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan,
praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian
merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas.
Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang
dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh  masyarakat, maka
dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam sistim pelayanan kesehatan.
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa
perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu : penataan pendidikan tinggi
keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan
keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan.
Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif
seperti makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan atau keperawatan
yang diselenggarakan, makin sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan
atau keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat, bertambahnya
kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan. Oleh karena alasan -alasan di atas
maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu
perlu adanya manajemen keperawatan. Manajemen Keperawatan harus dapat
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di rumah sakit maupun di
masyarakat, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan
aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis antar
disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan. Perawat memberikan pelayanan
dan asuhan menggunakan suatu sistem management of nursing care delivery
(Woke,1990). Dalam studinya, Woke menyebutkan manajemen pelayanan
keperawatan di rumah sakit terintegrasi dengan pelayanan kesehatan lain,
karena sasaran yang ingin dicapai ialah pasien. Pelayanan keperawatan di
berbagai negara relatif sama, hanya saja di Indonesia memiliki keunikan
tersendiri mengingat faktor kemajemukan pendidikan perawat (Nurachmah,
2000).
Kemajemukan ini membawa dampak pada tidak konsistennya sistem
pelayanan keperawatan. Fungsi manajemen tidak mampu diperankan oleh
perawat di sebagian besar rumah sakit di Indonesia. Salah satu fungsi
manajemen ialah directing dimana didalamnya terdapat kegiatan supervisor
adalah 1) Kepala ruang rawat (Karu). Karu bertanggung jawab dalam
supervisi keperawatan kepada pasien. Karu merupakan ujung tombak tercapai
tidaknya tujuan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Ia bertanggungjawab
mengawasi perawat pelaksana dalam melakukan praktik keperawatan. 2)
Pengawas perawatan. Pengawas bertanggung jawab terhadap supervisi
pelayanan keperawatan pada areanya yaitu beberapa Karu yang ada pada Unit
Pelaksana Fungsional (UPF).
Pengawasan dan Pengendalian merupakan proses akhir dari proses
manajemen, dimana dalam pelaksanaannya proses pengawasan dan
pengendalian saling keterkaitan dengan proses-proses yang lain terutama
dalam perencanaan. Dalam proses manajemen ditetapkan suatu standar yang
menjadi acuan, diantaranya yaitu : visi-misi, standar asuhan, penampilan
kinerja, keuangan, dan lain sebagainya. Dengan demikian dalam
pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan apakah setiap tahapan proses
manajemen telah sesuai dengan standar atau tidak dan jika ditemukan adanya
penyimpangan maka perlu dilakukan pengendalian sehingga kembali sesuai
standar yang berlaku.

1.2  Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan supervisi?
b. Apa saja model-model supervisi?
c. Apa tujuan supervisi?
d. Apa saja karakteristik supervisi?
e. Apa saja fungsi supervisi?
f. Apa saja prinsip supervisi?
g. Apa saja teknik supervisi?
h. Apa saja elemen proses supervisi?
i. Apa saja area supervisi?
j. Bagaimana langkah-langkah supervisi?

1.3  Tujuan
a. Mengetahui definisi supervisi.
b. Mengetahui model-model supervisi.
c. Mengetahui tujuan supervisi.
d. Mengetahui apa saja karakteristik supervisi.
e. Mengetahui fungsi supervisi.
f. Mengetahui apa saja prinsip supervisi.
g. Mengetahui teknik supervisi.
h. Mengetahui apa saja elemen proses supervisi.
i. Mengetahui area supervisi.
j. Mengetahui langkah-langkah supervisi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Supervisi


Supervisi adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah
hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahannya sesuai dengan
rencana, perintah, tujuan atau kebijakan yang telah ditentukan (Mc Farland,
1988 dalam Harahap, 2004).
Supervisi mempunyai pengertian yang luas, yaitu segala bantuan
dari pemimpin atau penanggung jawab keperawatan yang tertuju untuk
perkembangan para perawat dan staf lain dalam mencapai tujuan asuhan
keperawatan. Kegiatan supervisi berupa dorongan, bimbingan dan
kesempatan untuk pertumbuhan keahlian dan ketrampilan perawat.
Menurut Yura dan Helen (1981), supervisi adalah mengawasi,
meneliti dan memeriksa, yang dipandang sebagai proses dinamis dengan
memberikan dorongan dan berpartisipasi dalam pengembangan diri staf dan
pelaksanaan keperawatan.
Sedangkan menurut Kron T.(1987), supervisi adalah merencanakan,
mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan
memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus-menerus pada setiap
tenaga keperawatan dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap
tenaga keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik,
trampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki.
Menurut Swansburg dan Swansburg (1990), supervisi adalah suatu
proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan staf keperawatan untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya. Supervisi mengandung pengertian yang
demokratis dimana bukan hanya mengawasi apakah seluruh staf
keperawatan menjalankan tugas sebaik-baiknya sesuai dengan intruksi atau
ketentuan yang telah dibuat, tetapi berusaha bersama perawat memperbaiki
pelayanan keperawatan yang diberikan. Oleh karena itu, staf keperawatan
yang disupervisi bukan sebagai pelaksana pasif, melainkan partner kerja
yang memiliki ide-ide, pendapat dan pengalaman yang perlu didengar,
dihargai dan diikut sertakan dalam usaha-usaha perbaikan proses
keperawatan.
2.2 Model – Model Supervisi
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat
diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):
1. Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan
masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi
dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam
mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi
negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat
pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun
keberhasilan yang telah dilakukan
2. Model ilmiah
kukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya
mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang
dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu,
dilakukan secaraberkesinambungan, dilakukan dengan prosedur,
insrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang
objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.
3. Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana
dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan
kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan
standar keperawatan.
4. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat
pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan
saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan
terbuka dam mempermudah proses supervisi.
2.3  Tujuan Supervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfir kerja, dan
jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan
tugas. Oleh karena itu, tujuan supervisi diarahkan pada :
1. Mengorientasikan kegiatan mengorientasikan staf dan pelaksana
keperawatan.
2. Melatih staf dan pelaksana keperawatan.
3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk
menimbulkan kesadaran dan mengerti peran dan fungsinya sebagai staf,
dan difokuskan kepada pemberian pelayanan kemampuan staf dan
pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
(Arwani,-2004).
4. Memberikan layanan dan bantuan kepada staf dan pelaksana
keperawatan apabila menghadapi kendala dalam pelaksanaan
Tujuan dalam supervisi kinerja perawat dalam pendokumentasian adalah
peningkatkan ketrampilan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.
Hasil akhir yang dicapai adalah meningkatnya kepuasan kerja perawat dan
kualitas layanan (Muncul-Wiyana,2008).
2.4  Karakteristik Supervisi
Dalam keperawatan, supervisi yang baik apabila memiliki karekteristik :
a. Mencerminkan kegiatan asuhan keperawatan yang sesungguhnya.
b. Mencerminkan pola organisasi/struktur organisasi keperawatan yang ada.
c. Kegiatan yang berkesinambungan yang teratur atau berkala.
d. Dilaksanakan oleh atasan langsung (Kepala unit/Kepala Ruangan atau
penanggung jawab yang ditunjuk).
e. Menunjukkan kepada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas
asuhan keperawatan.
2.5 Fungsi Supervisi
a. Untuk mengatur dan mengorganisasi proses pemberian pelayanan
keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan
keperawatan tentang staf dan SOP
b. Menilai dan memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi proses
pemberian pelayanan asuhan keperawatan
c. Briggs, mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi dalam keperawatan
ialah mengkoordinasi, menstimuli dan mendorong kearah peningkatan
kwalitas asuhan keperawatan
2.6 Prinsip Supervisi
Menurut Keliat (1993) prinsip supervisi keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi RS.
b. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan
hubungan antar manusia, kemampuan menerapkan prinsip manajemen
dan kepemimpinan.
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas dan terorganisir dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan dan kebijakan dan uraian tugas standar.
d. Supervisi adalah proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan
e. perawat pelaksana.
f. Supervisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan misi,
falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik untuk mencapai tujuan.
g. Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi efektif,
h. merangsang kreativitas dan motivasi.
2.7 Teknik Supervisi
a)      Langsung
Teknik supervisi dimana supervisor berpartisipasi langsung dalam
melakukan supervisi. Kelebihan dari teknik ini pengarahan dan
petunjuk dari supervisor tidak dirasakan sebagai suatu perintah, selain
itu umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan langsung saat ditemukan
adanya penyimpangan.
Supervisi cara langsung dapat dilakukan pada kegiatan yang
sedang berlangsung. Pada supervisi secara langsung seorang supervisor
dapat terlibat kegiatan secara langsung agar proses pengarahan dan
pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai sutu perintah. Pada kondisi
ini, umpan balik dan perbaikan dapat sekaligus dilakukan tanpa
bawahan merasakan sebagai suatu beban. Proses supervisi langsung
dapat dilakukan dengan cara perawat pelaksana melakukan secara
mandiri tindakan keperawatan didampingi supervisor. Selama proses
supervise, supervisor dapat memberikan dukungan, reinforcement, dan
petunjuk, kemudian supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi untuk menguatkan yang telah sesuai dengan apa yang
direncanakan dan memperbaiki segala sesuatunya yang dianggap masih
kurang. Agar pengarahan, petunjuk dan reinforcement efektif maka
harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti pengarahan harus
lengkap tidak terputus dan bersifat partial, mudah dipahami
mengggunakan kata-kata yang tepat, menggunakan alur yang logis, dan
jangan terlalu kompleks.
b)     Tidak Langsung
Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan sehingga supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan. Cara ini biasanya dilakukan melalui laporan baik tertulis
maupun lisan. Cara tidak langsung ini memungkinkan terjadinya salah
pengertian (misunderstanding) dan salah persepsi (mispersepsi) karena
supervisor tidak melihat secara langsung tindakan-tindakan yang
dilakukan.
2.8 Elemen Proses Supervisi
a. Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuan dalam menilai
dan mengarahkan penyimpangan yang terjadi.
b. Fakta empirik di lapangan, sebagai pembanding untuk pencapaian tujuan
dan menetapkan kesenjangan
c. Adanya tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas maupun
upaya memperbaiki
2.9 Area supervisi keperawatan
a. Standar praktek keperawatan atau SOP sebagai acuan .
b. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan kesenjangan
c. Tindak lanjut berupa upaya mempertahankan kualitas maupun upaya
memperbaiki
2.10 Langkah-langkah supervisi
a. Mengidentifikasikan kelemahan atau kekurangan staf
b. Menentukan metode perbaikan dan peningkatan kinerja
c. Memberikan bimbingan dan fasilitas yang diperlukan dalam perbaikan
dan meningkatkan kinerja
d. Memonitoring hasil perbaikan dan peningkatan kinerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi
memberikan pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan
tugasnya secara efektif-dan-efisien.
Supervisor diharapkan mempunyai hubungan interpersonal yang
memuaskan dengan staf agar tujuan supervisi dapat tercapai untuk
meningkatkan motivasi, kreativitas dan kemampuan perawat yang pada
akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

3.2 Saran
Dengan hasil kesimpulan tadi, penulis memberikan kesimpulan bahwa
Supervisi mengandung pengertian yang demokratis dimana bukan hanya
mengawasi apakah seluruh staf keperawatan menjalankan tugas sebaik-
baiknya sesuai dengan intruksi atau ketentuan yang telah dibuat, tetapi
berusaha bersama perawat memperbaiki pelayanan keperawatan yang
diberikan
PENILAIAN EMPOWERING
(SUPERVISI)
No Aspek penilaian Skor penialian Nilai
.
1 2 3 4
1. Tahap persipan
a. Alat dan bahan
b. Waktu dan tempat
c. Persiapan materi
2. Tahap pelaksanaan
a. Salam
b. Perkenalan
c. Penjelasan tujuan
d. Penguasaan materi
e. Memotivasi remaja dalam
mengikuti kegiatan
f. Mempersiapkan
penyelenggaraan kegiatan
(anggota dan pembagian
tugas)
g. Berkomunikasi secara efektif
dengan peserta
h. Kemampuan mengembangkan
dan menympaikan ide selama
proses berlangsung
i. Pemateri mempersiapkan
presentasi dengan baik
j. Pemateri menyimpulkan
informasi yang telah
disampaikan sebelum
menyajikan konsep yang baru
k. Menggunakan teknik
bertanya dan menjawab
secara tepat dan sesuai
l. Menggunakan teknik
reinforcement positif secara
tepat dan sesuai
m. Kemampuan mendorong
diskusi secara aktif.
n. Memakai madia dan metode
presentasi dengan tepat
o. Pembagian waktu diatur
dengan baik
p. Masalah didiskusikan secara
tepat
q. Sikap kader saat pelaksanaan
r. Pencatatan data remaja yang
masih sering mengkonsumsi
rokok dan belum bisa
mengatasi permasalahannya
tentang merokok
s. Melaporkan data remaja
yang masih sering
mengkonsumsi rokok dan
belum bisa mengatasi
permasalahannya tentang
merokok
3. Tahap penutup
a. Melakukan evaluasi (feedback)
b. Melakukan penyimpulan tentang
masalah yang dibahas
c. Mengucapkan salam penutup
PENGORGANISASIAN

Supervisor :
Erna Nur Juhrotul Laili (201903032)
Ainur Riski (201903027)
Kader :
Erta Agustin Suhardini (201903020)
Fasilitator :
Chandra Amar Imam Malik (201903021)
Peserta :
1. Utari Dwi Zwastika Alriyani Yoshida (201903017)
2. Devi Agustina (201903018)
3. Roudzatul Fuaidah (201903019)
4. Evin (201903022)
5. Silvy Arifianti (201903023)
6. Riska Putri Widiyanti (201903024)
7. Dwi Rindayu Farista (201903025)
8. Ayu Kusumah Rokhmatul Izzati (201903026)
9. Yayuk Diah Widio Wati (201903028)
10. Dwi Anggita Sari (201903029)
11. Wahyu Suhartini (201903030)
12. Ananda Nurul Masyitah (201903031)

Anda mungkin juga menyukai