Kavitas
Kavitas
1
• RESTORASI RESIN KOMPOSIT
• Partial veneers
• Full veneers
• modifikasi kontur gigi
• penutupan/perapatan diastema
5. Semen (untuk restorasi tidak langsung)
6. Restorasi sementara
7. Periodontal splinting
2
• KONTRAINDIKASI RESTORASI KOMPOSIT
Kontraindikasi utama dari penggunaan resin komposit sebagai material restorasi
adalah berhubungan dengan faktor-faktor yang muncul seperti isolasi, oklusi dan operator.
Jika gigi tidak dapat diisolasi dari kontaminasi cairan mulut maka resin komposit atau bahan
bonding lainnya tidak dapat digunakan. Hal ini terjadi karena resin komposit bersifat sangat
sensitif dan memerlukan ketelitian. Bila terkontaminasi cairan mulut, kemungkinan restorasi
akan lepas (Summitt dkk., 2006).
Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit
sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit kekuatan menahan tekanan oklusi
lebih rendah dibandingkan amalgam. Diperlukan memperkuat sisa struktur gigi yang tidak
dipreparasi dengan prosedur restorasi komposit. Adanya perluasan restorasi hingga mencapai
permukaan akar, menyebabkan adanya celah pada pertemuan komposit dengan akar.
Penggunaan liner pada area permukaaan akar dapat mengurangi kebocoran, celah dan
sekunder karies. Tumpatan menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak pada
pasien dengan tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism, karena bahan komposit mudah
aus. Pasien dengan insidensi karies tinggi serta kebersihan mulut tidak terjaga juga dianjurkan
untuk tidak menggunakan tumpatan resin komposit (Baum, et al., 1995).
• FAKTOR ISOLASI
Agar restorasi komposit dapat berhasil (untuk memulihkan fungsi, tidak mengganggu
jaringan, dan retensi pada gigi), komposit harus berikatan dengan struktur gigi, yaitu email
dan dentin. Struktur gigi yang dibonding memerlukan lingkungan yang terisolasi dari
kontaminasi cairan mulut atau kontaminan lainnya. Kontaminasi tersebut akan menghalangi
pembentukan ikatan. Jika daerah operasi dapat diisolasi dengan baik, maka prosedur bonding
yang dilakukan akan berhasil. Hal ini berlaku untuk penggunaan restorasi komposit, bonded
amalgam, atau ionomer kaca, serta bonding restorasi tidak langsung dengan penggunaan agen
penyemenan yang tepat. Jika daerah operasi tidak dapat sepenuhnya dilindungi dari
kontaminasi, maka yang digunakan adalah sebuah restorasi nonbonded amalgam, karena
kehadiran cairan mulut tidak menyebabkan masalah klinis yang signifikan dengan amalgam.
3
• FAKTOR OKLUSAL
Material resin komposit kurang resisten dibandingkan dengan amalgam, namun
penelitian menyatakan bahwa daya resistensi resin komposit tidak jauh berbeda dengan
amalgam. Pada pasien dengan kekuatan oklusal yang besar, bruxism atau restorasi pada
seluruh permukaan oklusal penggunaan amalgam lebih baik dibandingkan dengan resin
komposit. Namun pada gigi dengan dengan tekanan oklusal yang normal dan kontak oklusal
normal pada struktur gigi penggunaan resin komposit baik sebagai bahan restorasinya.
• KEMAMPUAN OPERATOR
Preparasi gigi untuk restorasi dengan resin komposit relatif mudah dan tidak
kompleks apabila dibandingkan dengan amalgam, namun dalam hal isolasi gigi, penempatan
etsa, primer dan bahan adhesif pada struktur gigi, insersi, finishing dan polishing dari resin
komposit lebih sulit dari restorasi amalgam. Dan menurut Jordan (1988), restorasi dengan
komposit lebih sulit digunakan pada gigi posterior, prosedur finishing yang lama, serta
proteksi pulpa menjadi lebih faktor kritis dibandingkan dengan amalgam karena komposit
merupakan material yang bersifat toksik. Dan waktu yang dibutuhkan untuk penambalan lebih
lama dan operator harus lebih berhati-hati (Baum, et al., 1995). Untuk itu operator harus
memberikan perhatian yang besar dan detail pada penyelesaian restorasi komposit secara
sempurna. Kemampuan dan pengetahuan dari penggunaan material dan keterbatasannya
sangat dibutuhkan oleh operator dalam menggunakan resin komposit sebagi bahan restorasi.
• CLINICAL TECHNIQUE
a. Initial Clinical Procedure
Hal-hal yang diperlukan dalam tahap prosedur klinik adalah pemeriksaan lengkap,
diagnosis, dan rencana perawatan sebelum akan pasien dijadwalkan untuk menjalani suatu
operasi (dalam hal ini tidak termasuk kondisi gawat darurat).Sebelum melakukan prosedur
restorasi, hendaknya mempelajari kembali secara singkat mengenai rekam medis pasien,
rencana perawatan, dan ronsen foto yang ada.
4
b. Preparation of the Operating Site
Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi atau bahkan tidak
melakukan preparasi pada gigi sama sekali, maka diperlukan pembersihan area operasi
dengan menggunakan slurry pumice untuk menghilangkan plak, pelikel, dan pewarnaan
superfisial. Menghilangkan kalkulus dengan beberapa instrumen juga diperlukan. Tahapan-
tahapan tersebut akan menciptakan area yang baik untuk dilakukan bonding. Prophy paste
terdiri dari flavoring agents, gliserin, atau fluoride yang berperan melawan kontaminan dan
sebaiknya diberikan untuk mencegah kemungkinan timbulnya masalah saat prosedur etsa
asam.
c. Shade selection
Perhatian khusus harus kita berikan saat kita mencocokkan warna gigi dengan
komposit material. Umunya gigi berwarna putih dengan berbagai derajat variasi dari abu-
abu,kuning, atau orange. Juga berbeda-beda sesuai translusensi, ketebalan, serta distribusi
dari enamel dan dentin dan juga usia pasien. Faktor lain juga mempengaruhi seperti
fluorosis, efek tetrasiklin,dan perawatan endodontik.
Kebanyakan pabrik menyediakan shade guide untuk material yang spesifik, yang
pada umunya tidak dapat diganti dengan material dari pabrik lain. Beda pabrik akan beda
shade guidenya. Pencahayaan yang baik sangat dibutuhkan ketika melakukan pemilihan
warna. Pencahayaan alami lebih diutamakan disini. Ketika memilih warna yang tepat,
shade guide diletakkan dekat dengan gigi untuk menentukan warnanya secara umum.
Kemudian seseorang yang lain mencocokkan dengan label shade guide yang spesifik
disamping area yang direstorasi. Sebagian label shade sebaiknya diletakkan berdekatan
dengan bibir pasien untuk mendapatkan efek yang natural. Area servikal biasanya lebih
gelap daripada area incisal. Pemilihan warna sebaiknya dilakukan secepat mungkin.
Beberapa dokter kadang meminta bantuan asistennya untuk membantu menentukan warna
yang tepat. Pemilihan warna final bisa dicek oleh pasien dengan menggunakan hand
mirror.
5
d. Isolasi dengan Cotton Roll
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva, lidah
yang mengganggu penglihatan, dan gingiva yang berdarah adalah sedikit dari masalah-
masalah yang harus diatasi sebelum prosedur kerja yang teliti dan tepat dapat dilakukan.
Beberapa metode dapat dilakukan untuk mengisolasi daerah kerja, seperti penggunaan
rubber dam dan cotton roll (Baum dkk, 1995).
Absorben seperti cotton roll dapat digunakan untuk mengisolasi gigi sebelum
dilakukan perawatan. Penggunaan cotton roll merupakan alternatif, dan dilakukan apabila
penggunaan rubber dam dianggap tidak praktis, atau tidak dapat digunakan. Cotton roll
memungkinkan terjadinya kontrol kelembapan sehingga mendukung sifat bahan anastesi.
Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva
(Roberson dkk, 2002). Isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton roll efektif dalam
menghasilkan isolasi jangka pendek, seperti dalam prosedur polishing, penempatan sealant,
dan aplilan topikal fluoride (Chandra & Chandra, 2008).
Cotton roll kering dijepit dengan cotton roll holder atau pinset, yang dipegang oleh
asisten dokter gigi. Apabila cotton roll telah dibasahi seluruhnya oleh saliva, asisten dokter
gigi bertanggung jawab untuk mengganti dengan cotton roll yang kering. Kadang-kadang,
saliva pada cotton roll yang telah basah dapat dihisap dengan suction, sehingga
penggantian cotton roll tidak perlu dilakukan. Beberapa produk untuk memegang cotton
roll dalam berbagai posisi telah tersedia di pasaran. Tetapi, cotton roll holder harus sering
dikeluarkan dari mulut untuk mengganti cotton roll yang telah basah, sehingga penggunaan
cotton roll holder ini dianggap tidak praktis dan membuang waktu, oleh karena itu cotton
roll holder jarang digunakan. Walaupun demikian, cotton roll holder mempunyai
keuntungan, yaitu dapat digunakan untuk meretraksi pipi dan lidah dari gigi, sehingga
menyediakan akses dan pandangan yang baik ke daerah operasi (Roberson, 2002).
Menempatkan cotton roll ukuran sedang pada vestibulum fasial dilakukan untuk
mengisolasi gigi rahang atas (Roberson, 2002). Menurut Anonim (1996), terdapat dua hal
penting yang perlu diperhatikan untuk memudahkan isolasi gigi rahang atas adalah:
6
1. Atur posisi pasien pada supine position dengan kepala dimiringkan ke belakang dan
dagu menghadap ke atas. Posisi ini meningkatkan kontrol kelembapan secara
signifikan, sekaligus memudahkan pandanghan ke daerah operasi.
2. Dengan menggunakan kaca mulut selama prosedur perawatan. Tempatkan kaca mulut
pada sisi distal dari gigi yang diisolasi, sehingga didapatkan finger rest yang tepat.
Selain memungkinkan adanya indirect vision, penempatan kaca mulut juga berperan
dalam menjaga agar lidah tetap jauh dari gigi. Kaca mulut juga menahan pasien,
sehingga pasien tidak dapat menutup mulut selama prosedur perawatan.
Untuk mengisolasi gigi pada rahang bawah, cotton roll ukuran sedang diletakkan
pada vestibulum fasial, dan cotton roll ukuran besar diletakkan diantara gigi dan lidah.
Penempatan cotton roll pada vestibulum dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan
penempatan cotton roll pada lingual gigi mandibula lebih sulit untuk dilakukan.
Penempatan cotton roll pada lingual gigi mandibula dapat dilakukan dengan memegang
ujung mesial dari cotton roll dan menempatkan cotton roll pada daerah yang diinginkan.
Jari telunjuk atau jari pada sisi tangan yang lain digunakan untuk menekan cotton roll ke
arah gingiva sambil memutar cotton roll dengan penjepit ke arah lingual gigi.
Gigi lalu dikeringkan dengan menggunakan air syringe. Setelah cotton roll
ditempatkan, saliva ejector dimasukkan ke dalam mulut dan diatur posisinya. Perlu
diperhatikan bahwa sebelum mengeluarkan cotton roll dari mulut, sebaiknya cotton roll
dibasahi dengan air terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya perpindahan epitel pipi,
dasar mulut, dan bibir (Roberson, 2002).
7
dengan menggunakan resin komposit. Preparasi dengan desain ini lebih cocok digunakan
pada kavitas klas III, IV, dan V.
Keuntungan dari bevel pada margin enamel untuk restorasi resin komposit adalah
perlekatan resin pada enamel rods menjadi lebih baik. Selain itu, keuntungan lain adalah
ikatan antara resin dengan email menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi,
mengurangi marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian marginal. Bevel
pada bagian cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih menyatu dengan struktur
gigi sehingga tampak lebih estetik.
Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini biasanya tidak
ditempatkan pada permukaan oklusal gig posterior atau permukaan lain yang berkontak
tinggi karena pada preparasi konvensional sudah didesain sedemikian rupa dimana
perlekatannya memanfaatkan enamel rods pada permukaan oklusal. Bevel juga tidak
ditempatkan pada bagian proksimal jika penggunaan bevel ini akan memperluas
cavosurface margin. Preparasi bevel conventional jarang digunakan untuk restorasi resin
komposit pada gigi posterior.
8
yang baik antara komposit dan permukaan dentin atau sementum dan memberikan retensi
pada material komposit di dalam gigi.
Pada restorasi komposit kelas 1 dan 2 yang sedang sampai besar, dibutuhkan
bentuk resistensi yang cukup, seperti pada desain preparasi konvensional menggunakan
amalgam. Bur inverted cone ataupun bur karbid dibutuhkan untuk preparasi gigi,
menghasilkan desain preparasi yang sama seperti pada preparasi amalgam, tetapi luasnya
lebih kecil, perluasannya lebih sedikit, dan tanpa preparasi retensi sekunder. Bur inverted
cone akan membuat hasil preparasi yang kasar bila menggunakan diamond dan
menggunakan bentuk desain konservatif dari ekstensi oklusal fasiolingual.
Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak dibutuhkan (dengan
amalgam wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari preparasi bisa lebih dari
90 derajat. Sudut oklusal cavosurface tumpul, sehingga masih belum dapat membentuk
dinding yang konvergen. Penggunaan bur diamond menghasilkan permukaan yang kasar,
peningkatan area kontak, dan peningkatan retensi potensial, namun dapat menghasil
menghasilkan smear layer yang lumayan tebal. Efek ini menyebabkan perlunya
peningkatan agitasi dari primer ketika dilakukan bonding pada area yang kasar. Sistem
self-etching bonding bisa menyebabkan terjadinya efek negative pada smear layer, karena
asam yang dikandung semakin sedikit. Penggunaan istrumen putar tergantung keinginan
operator, yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilannya.
Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada amalgam dan
restorasi komposit, banyak operator lebihmenggunakan restorasi komposit ketika
melakukan preparasi kelas 1 dan 2 pada kavitas posterior yang besar, atau untuk
membentuk kavitas yang lebih kecil. Karena pentingnya bentuk struktur gigi maka
restorasi komposit kelas 1 dan 2 konvensional harus dilakukan dengan sesedikit mungkin
perluasan fasiolingual dan harus diperluas sampai area pit dan fisur pada permukaan
oklusal ketika sealant diperlukan.
9
preparasi modified ini tidak dipreparasi hingga kedalaman dentin. Perluasan margin dan
kedalaman pada teknik ini diperoleh dengan melebarkan (ke arah lateral) dan kedalaman
dari lesi karies atau kerusakan yang lain.
Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan sekonservatif
mungkin dan untuk mengandalkan ikatan komposit pada struktur gigi untuk
mempertahankan restorasi di dalam mulut. Round burs atau diamond stone dapat
digunakan untuk jenis preparasi ini, yang akan menghasilkan disain marginal yang serupa
dengan beveled preparation, struktur gigi yang dibuang sedikit.
• BOX-ONLY
• Indikasi:
Teknik ini hanya dipergunakan pada permukaan proksimal saja.
• Instrument:
Inverted cone bur atau round diamond stone/bur.
• Cara kerja:
1. Box proksimal dipreparasi dengan menggunakan inverted cone bur atau round
diamond stone/bur dengan posisi sejajar sepanjang axis mahkota gigi.
2. Preparasi diteruskan ke arah gingival hingga mencapai marginal ridge.
3. Kedalaman inisial proximal aksial dipreparasi sedalam 0,2 pada dentinoenamel
junction.
10
1. Round diamond stone/bur diarahkan dengan tepat pada ketinggian
occlusogingival.
2. Jalan masuk instrument berasal dari gigi yang berdekatan, pertahankan
permukaan lingual atau facial dari gigi terdekat tersebut.
3. Kedalaman inisial aksial 0,2 mm pada dentinoenamel junction.
Sudut pada oklusal, fasial, dan gingival cavosurface margin sebesar 90o atau
lebih. Preparasi dengan teknik ini hampir serupa dengan preparasi kelas III pada gigi
anterior.
• PULPAL PROTECTION
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, proteksi pulpa untuk restorasi komposit
diindikasikan untuk prosedur pulp capping secara langsung. Walaupun beberapa penulis
menyarankan penggunaan resin-bonding agen, buku ini merekomendasikan penggunaan liner
dari kalsium hidroksida untuk pembukaan pulpa vital. Karena material komposit merupakan
bahan yang retentif dan kuat, maka penggunaan base pada preparasi yang dalam biasanya
tidak diperlukan.
11
harus diulang. Untuk preparasi yang melibatkan area proksimal dari gigi anterior, matriks
polyester diletakkan diantara gigi sebelum asam di aplikasikan untuk menghindari etsa pada
gigi yang berdekatan.
12
dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3
menit setelah pengerasan awal.
13
kita harus berhati-hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin.
Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia
dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan.
14
2. Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika
mempertimbangkan segi estetik
3. Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal
4. Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat
5. Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan
6. Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan untuk mahkota
7. Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur gigi yang
melemah
8. Jarak faciolingual preparasi kavitas tidak melebihi 1/3 jarak intercuspal. (Summit dkk,
2001)
15
Gambar 4. Celah pada permukaan akar
16
9. melekat pada permukaan gigi secara mekanis, yaitu melalui mikropit yang ada pada
permukaan email
Kegagalan restorasi resin komposit dapat disebabkan oleh faktor berikut, perbedaan
masing-masing koefisien termal ekspansi diantara resin komposit, dentin dan enamel,
penggunaan oklusi dan pengunyahan yang normal, dan kesulitan karena adanya
kelembaban, mikroflora yang ada, lingkungan mulut bersifat asam, maka akibat
kegagalan ini dapat terjadi kebocoran tepi pada resin komposit.
10. Sifat iritasinya terhadap jaringan pulpa serta adaptasi yang tidak baik terhadap dinding
kavitas.
Sifat iritasi resin komposit erat hubungannya dengan sifat kimia bahan tersebut.
Sayegh menyatakan bahwa resin komposit merupakan bahan tumpat yang bersifat toksik
terhadap jaringan pulpa. Ini berarti resin komposit dapat mengiritasi serta mengakibatkan
17
radang pulpa. Namun lebih lanjut Brannstrom mengemukakan bahwa iritasi pulpa ini
terutama di sebabkan oleh kebocoran yang terjadi melalui tepi tumpatan serta diikuti oleh
invasi mikroorganisme dan cairan mulut melalui tubuli dentin. Kebocoran tersebut
terutama disebabkan oleh pengerutan yang terjadi selama polimerisasi resin komposit.
Keadaan demikian dapat mengakibatkan kegagalan adaptasi bahan tersebut terhadap
dinding kavitas.
b. Tooth Preparation
Terdapat tiga tipe dalam preparasi komposit, yaitu konvensional, beveled
conventional, dan modifikasi. Konvensional preparasi dapat digunakan untuk
meningkatkan resistance form yang dapat meminimalkan terjadinya fraktur pada gigi dan
bahan komposit pada saat selesai preparasi. Preparasi konvensional ini juga digunakan
pada gigi dengan area preparasi yang luas serta memiliki tekanan oklusal yang besar.
Desain bevel konvensional, preparasi konvensional, atau kombinasi keduanya, dasar
18
kavitas yang rata untuk menerima tekanan oklusal, kekuatan gigi, serta konfigurasi dari
permukaan restorasi merupakan unsur-unsur yang dapat membantu dalam menahan
kemungkinan frakturnya gigi dan restorasi.
Restorasi kavitas kecil hingga sedang preparasinya dapat menggunakan preparasi
modifikasi, yang biasanya tidak memiliki karakteristik resistance form pada preparasi
konvensional. Preparasi jenis modifikasi ini memiliki pelebaran pada bagian cavosurface
tanpa adanya bagian yang datar pada pulpa atau axial wall. Preparasi ini biasanya lebih
membulat dan lebih kecil, sehingga lebih bersifat konservatif pada gigi. Pada preparasi
jenis ini dapat digunakan cutting instrument.
Berbagai tipe cutting instrument dapat digunakan pada preparasi kelas I, secara umun
ukurannya sesuai dengan lesi yang ada, dan ketajamannya dapat berguna dalam
pembentukan retensi dan resistensi yang diinginkan. Bila permukaan oklusal yang akan
direstorasi lebih luas, maka dapat kita gunakan disain boxlike preparation, preparasi ini
menghasilkan resistensi dan retensi yang besar terhadap terjadinya fraktur.
• TEKNIK PREPARASI
a. CONVENSIONAL
Untuk preparasi kelas I yang besar dengan komposit, masukkan inverted cone
diamond lewat distal area pit pada permukaan oklusal, posisikan sejajar dengan sumbu
akar dan mahkota. Saat diantisipasi bahwa seluruh panjang mesiodistal dari sentral groove
yang akan dipreparasi, lebih mudah memasukkan bagian distal terlebih dulu dan
kemudian melintasi mesial.
Teknik ini memungkinkan penglihatan yang lebih baik untuk operator selama
melakukan preparasi. Siapkan pulpal floor untuk kedalaman inisiasi awal 1,5 mm, yang
diukur dari sentral groove (Gb. 5) . Setelah daerah groove sentral dibuang, facial atau
lingual diukur kedalaman, ini akan lebih besar, biasanya sekitar 1,75 mm, tetapi
ini tergantung pada kecuraman dari kecondongan cuspal (Gb. 6). Biasanya kedalaman
awal ini adalah kira-kira 0,2 mm dalam (internal) di Dej. diamond dipindahkan ke mesial
19
(Gb. 7) untuk menyertakan sisa lain, mengikuti groove sentral, sebaik turun naiknya DEJ
(Gb. 8).
Perluasan permukaan bukal dan lingual dan lebar mengikuti karies, material
restorasi lama, atau kesalahan. Mempertahankan kekuatan cuspal dan marginal ridge
sebanyak mungkin. Meskipun ikatan akhir restorasi komposit akan membantu
memulihkan beberapa kekuatan melemah, permukaan yang tidak dipreparasi, lingual
mesial, atau distal struktur gigi, bentuk outline harus sebagai konservatif mungkin di
daerah ini. Perluasan pada cups harus seminimal mungkin. Perluasan sampai marginal
ridge harus menghasilkan kira-kira 1,6 mm ketebalan gigi sisa struktur (diukur dari
perluasan internal ke kontur proksimal) untuk premolar dan kira-kira 2 mm untuk
geraham (Gb. 9). Perluasan terbatas tergantung oleh dukungan dentin pada marginal ridge
email dan cups. Diamond berjalan sepanjang groove dan menghasikan pulpal floor yang
datar dan mengikuti naik turunnya DEJ. Jika perluasan mengharuskan pengurangn cups,
ini sama kira-kira 1,5 mm kedalaman dipertahankan, biasanya menghasilkan pulpal floor
naik ke oklusal (Gb. 10).
20
Gambar 6. Mesiodistal initial pulpal depth preparation follows DEJ. A, Mesiodistal cross-section of premolar. B,
Move cutting instrument mesially. C, Follow contour of DEJ.
21
Gambar 7. Mesiodistal extension. Preserve dentin Gambar 8. Faciolingual extension. Maintain initial 1.5-
support of marginal ridge enamel. A, Molar. mmpulpal depth up cuspal inclines.
B, Premolar.
22
Gambar 9. Groove extension. A, Cross-section through facial and lingual groove area. B, Extension through cusp
ridge at 1.5 mm initial pulpal depth; facial wall depth is 0.2 mm inside the DEJ. C, Facial view.
Gambar 10. Beveling a facial groove extension. Coarse diamond creates a 0.5-mm bevel width at a 45-degree
angle. A, Facial view. B, Occlusal view.
b. MODIFIED
Preparasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ketebalan yang cukup
bagi bahan restoratif. Semua tepi harus mempunyai butt-joint cavosurface angle 90º
untuk mendapatkan kekuatan tepi bagi bahan restorasi. Semua tepi dan sudut harus dibuat
23
membulat untuk menghindari tekanan pada restorasi dan gigi, sekaligus mengurangi
kemungkinan terjadinya fraktur.
Bur carbide atau diamond yang digunakan untuk preparasi gigi harus yang
berbentuk tappered supaya dinding fasial dan lingual divergen ke arah oklusal. Bentuk
divergen ini akan mempermudah insersi pasif untuk restorasi. Ujung mata bur harus bulat
supaya sudut yang dibentuk tidak tajam, sehingga dapat mengurangi stress internal.
Derajat divergensi di antara 2º-5º pada setiap dinding. Sepanjang preparasi, instrument
potong digunakan untuk membuat dinding vertikal sejajar aksis panjang mahkota gigi.
Preparasi pada oklusal dengan kedalaman 1,5-2 mm. Kebanyakan komposit dan
keramik memerlukan isthmus dan groove dengan kelebaran 1,5mm untuk mengurangi
fraktur pada restorasi. Dinding fasial dan lingual dipreparasi sehingga cusps datar dan
halus. Idealnya, tidak boleh ada undercut yang menghalangi insersi bahan restorasi. Jika
ada undercut yang kecil, bisa ditutupi dengan menggunakan liner semen ionomer.
Dinding pulpa juga harus rata dan halus. Jika sisa karies atau bahan restorasi yang
sebelumnya akan dibuang, dindingnya direstorasi dengan liner/base light-cured semen
ionomer. Margin gingival dikurangi seminimal mungkin karena margin pada enamel
lebih sering digunakan untuk bonding.
Apabila bagian dari dinding fasial atau lingual mempunyai karies, maka preparasi
dilebarkan (dengan gingival shoulder) disepanjang transitional line angle agar kerusakan
dapat dihilangkan. Dinding aksial pada pelebaran ini di preparasi untuk mendapatkan
ketebalan restorasi yang mencukupi. Cusp haruslah di capping jika preparasi melebihi 2/3
atau lebih dari groove primer ke ujung cusps. Jika cusps di capping, preparasi dikurangi
1,5-2mm dan mempunyai cavosurface angle 90º. Apabila cusps dikapping, terutama
centric cusps, shoulder haruslah dibuat dengan cavosurface margin fasial dan lingual
menjauhi dari kontak gigi antagonis.
• TEKNIK RESTORASI
Matrix tidak di perlukan pada preparasi restorasi karena konturnya dapat dikontrol
secara langsung pada saat material komposit dimasukan ke dalam preparasi seperti pada
restorasi klas V. Hal ini benar terutama pada pemakaian lightcured material dimana
24
mempunyai working time yang lebih lama, sehingga operator dapat membuat kontur pada
restorasi apabila material restorasi masih berada dalam keadaan yang belum terpolimerisasi.
25
lebih lama (1 menit atau lebih) pada gigi susu dan gigi yang mengalami fluorosis
karena keduanya bersifat melawan prosedur etsa.
• Konsentrasi asam
Konsentrasi 30%-50% adalah yang paling efektif dan banyak terdapat di pasaran.1,3
Konsentrasi 37% merupakan konsentrasi terbanyak di pasaran. Konsentrasi lebih dari
50% dapat menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat pada
permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut.
• Tipe asam yang digunakan
Ada 2 macam tipe asam yang dapat digunakan untuk etsa yaitu gel dan larutan encer.
Tipe larutan encer mudah untuk digunakan tetapi sangat sulit untuk mengontrol flow
cairan.2,3 Gel fosforik dengan viskositas tinggi seperti Caulk Gel Etchant atau
Ultradent Etching Gel lebih mudah untuk dikontrol secara klinis.2 Dalam
pembuatannya, gel tersebut seringkali dibuat dengan menambah silika koloidal atau
butiran polimer ke dalam asam.
Pada umumnya etsa dipasok dalam bentuk gel agar peletakan bahan dapat lebih
dikendalikan. Selama peletakan usahakan agar gelembung udara antara kedua bahan tidak
masuk karena jika ada gelembung udara daerah tersebut tidak dapat teretsa. Setelah
dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik, kemudian enamel dikeringkan.
Tanda keberhasilan etsa tampak pada permukaan enamel yang berwarna putih salju.
Enamel ini harus dijaga agar tetap kering sampai resin diletakkan, tujuannya untuk
membentuk ikatan yang baik. Kontak dengan saliva atau darah misalnya, walaupun hanya
sebentar dapat menghalangi pembentukan resin tag yang efektif dan mengurangi
kekuatan ikatan. Jika terjadi kontaminasi, kontaminan harus segera dibersihkan, enamel
dikeringkan serta dietsa kembali selama 10 detik (lebih singkat dari waktu etsa awal).
b. TEKNIK PRIMER
Primer harus diaplikasikan pada semua struktur gigi yang dipreparasi dengan
menggunakan microbrush atau applicator. Pabrik akan menentukan lama aplikasi bahan
primer serta lama penyinaran. Apabila sudah dilapisi dengan primer maka dentin
26
seharusnya mengkilap secara rata, dan jika terdapat bagian yang kering maka harus diberi
lapisan primer lagi.
c. PENEMPATAN ADHESIF
Jika sistem bonding tidak menyatukan primer dan adhesive, maka bonding
adhesive diaplikasikan. Microbrush atau applicator digunakan untuk mengaplikasikan
bahan adhesive semua bagian atau struktur gig yang telah di etsa dan di primer. Harus
diperhatikan agar bahan adhesive tidak mengalir ke bagian yang lain. Apabila sudah
diaplikasikan, bahan adhesive dipolimerisasi dengan penyinaran cahaya. Setelah
polimerisasi material komposit akan terikat secara langsung dengan bahan adhesive
tersebut.
27
• KONTURING DAN POLISHING KOMPOSIT
Konturing dapat dimulai dengan segera setelah penyinaran light-cured materi
komposit selesai polimerisasinya atau 3 menit sesudah pengersan materi self-cured.
Permukaan oklusal dibentuk dengan round, 12-bladed carbide finishing bur atau bentuk yang
serupa untuk finishing diamond. Special carbide-tipped carvers (carbide carvers;brasseler
USA, Savannah,Ga) digunakan untuk menghilangkan kelebihan komposit yang panjang di
daerah tepi oklusal. Finishing dilakukan dengan piloshing cups atau point atau keduanya
setelah oklusi diperoleh. Setelah itu dilakukan pembentukan anatomi oklusal komposit gigi
sehingga juga diperoleh seni dalam insersinya .
Tahapan:
1. Diamond fine 8274-016 (red band) 2. Diamond ET 6 Fine (red band) digunakan untuk
digunakan untuk membuat kontur dan membuat kontur dan antomi oklusal gigi. Ujung
meperbaikii morfologi oklusal gigi. Ujung instrument ditempatkan dengan tepat di tengah
28
cups, kemiringan instrument diletakkan fossa dan diarahkan daru bukal maupun sisi
dengan benar pada fossa dari arah bukal atau lingual. Bisa digunakan untuk fossa sebelah mesial
lingual maupun distal.
3.ET6UF(30 blade white band) carnide digunakan
untuk finishing restorsai komposit. Instrumen ini 4.H274uf-016 (30 blade white band)
digunakan untuk restorasi komposit dan digunakan untuk menfinishing, dan membuat
menfinishing bagian magin gigi. kontur dari oklusal gigi agar sesuai dengan
anatomi.
29
5.Ujung diamond imprehnated(green)DC1M 6 Pada akhir polishing, maka digunakn ujung dari
digunakan untuk mengawali polishing yang fine (gray)polishing sehingga dapat diproduksi kilau
ditempatkakn pada tengah fossa dan diarahkan yang bagus pada gigi
dari bukal maupun lingual.
.
30
8.Hasil akhir dari Poloshing, sehingga restorasi
komposit terlihat mengkilat
31
Restorasi indirect tooth-colored dapat dipertimbangkan untuk merestorasi kerusakan
pada kelas I dan II atau dapat digunakan juga untuk mengganti restorasi yang luas,
khususnya pada bagian faciolingual dan disarankan untuk menutup cups/tonjol. Restorasi
yang luas paling baik direstorasi dengan restorasi adhesive sehingga lebih memperkuat
struktur gigi. Materi restorasi indirect tooth-colored dapat lebih tahan lama dibandingkan
dengan direct komposit jika ditempatkan pada restorasi yang luas pada bagian oklusal
posterior, khususnya dalam mempertahankan permukaan oklusal dan kontak oklusal.
Resistensi yang didapatkan dari materi indirect khususnya pada restorasi luas bagian
posterior melibatkan semua kontak oklusal. Tanpa bagian terbesar yang mencukupi,
maka keberadaan restorasi komposit/ indirect keramik akan mudah fraktur terutama pada
bagian molar.
3. Faktor ekonomi
Beberapa pasien menginginkan perawatan dental yang terbaik dengan tanpa
memperhatikan biayanya. Untuk pasien yang seperti ini, maka restorasi indirect-tooth
colored diindikasikan tidak hanya untuk restorasi yang luas, tetapi juga untuk restorasi
dengan ukuran yang sedang (biasanya dapat direstorasi dengan materi restorasi direct,
misalnya komposit).
32
Oleh sebab itu, pada area yang terlalu kering, penumpatan dengan teknik ini harus
dihindari karena keawetan restorasi tidak akan optimal.
3. Preparasi subgingiva yang terlalu dalam
Preparasi dengan batas subgingiva yang terlalu dalam harus dihindari sebab akan
menimbulkan kesulitan saat dilakukan pencetakan.
33
Ceramic merupakan material inert dengan biokompatibiltas yang sempurna dan respon
jaringan yang baik.
34
Restorasi indirek, terutama inlay atau onlay keramik, sulit untuk diperbaiki meski hanya
pecah sebagian. Bila pecah terjadi pada restorasi, inlay atau onlay kompist dapat
diperbaiki menggunakan sistem adesif dan resin komposit aktivasi sinar. Kekuatan
ikatan restorasi komposit indirek dan direk relative sama. Namun jika sebuah inlay atau
onlay keramik pecah, perbaikannya tidak sama dengan inlay atau onlay komposit. Karena
inlay atau onlay keramik diindikasikan untuk daerah yang terkena tekanan oklusal tinggi
serta estetik yang diutamakan, perbaikan dengan komposit direk tidak dianjurkan karena
komposit tidak sesuai untuk area yang terlihat dari luar.
7. Try in dan polishing yang sulit
Restorasi komposit dapat dipolish intraoral dengan instrument dan material yang sama
untuk memolish restorasi komposit direk, meski beberapa area tepi sulit untuk dipolish.
Namun, keramik lebih sulit dipolish karena dapat terjadi marginal gap dan kekerasan
permukaan keramik.
Gambar 11. Onlay dan inlay komposit pada working model (Alex, 2003)
35
Gambar 12. Onlay dan inlay komposit pada gigi (Alex, 2003)
Restorasi inlay dengan menggunakan bahan komposit pada gigi molar diketahui
memiliki tingkat kegagalan 50%, hal ini mengindikasikan bahwa bahan restorasi komposit
lebih baik digunakan pada gigi molar (Roberson dkk.,2002) .
Keuntungan menggunakan teknik indirek restorasi komposit adalah diperoleh tooth
reinforcement, menjaga stuktur gigi, integritas tepi yang tepat, dan wear resistance yang mirip
dengan enamel. Restorasi ini juga memberikan wear compatibility yang sesuai dengan gigi
antagonis, kontak proksimal yang tahan lama, dan morfologi dan estetik gigi yang tepat
(Terry dan Touati, 2001).
Berikut ini merupakan fabrikasi inlay/onlay komposit menurut Roberson dkk. (2002):
1. Restorasi komposit indirek pertama-tama dibentuk pada working model gigi yang
dipreparasi.
36
2. Penempatan komposit dilakukan per lapisan, tiap lapisan disinar dengan light curing unit
untuk polimerisasi.
3. Apabila sudah didapatkan bentuk yang sesuai, restorasi tersebut dilapisi gel khusus untuk
mengeluarkan udara dan menghindari terbentuknya lapisan permukaan oxygen-inhibited.
4. Curing akhir dilakukan dengan menginsersi inlay pada alat seperti oven.
37
5. Dilakukan trimming, finishing dan polishing.
38
belakang (premolar maupun molar). Macam dari indirect restorations diantaranya adalah :
Inlay, Onlay, dan Crown atau mahkota tiruan.
Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan dari logam tuang yang dibuat di dental lab
kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya gigi yang
dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi yang karies dan sudah berlubang besar atau gigi
dengan tambalan yang kondisinya sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara direct
dengan amalgam ataupun resin komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan
lama karena patah atau lepas.
Teknik preparasi gigi untuk onlay dan inlay berbeda karena langkah-langkah
pembuatannya juga berbeda. Permukaan gigi premolar & molar tidak rata melainkan ada
tonjol-tonjol (cusps). Inlay adalah tambalan yang berada di antara cusp, sehingga ukurannya
biasanya tidak begitu luas. Sementara onlay biasanya lebih luas dan menutupi salah satu atau
lebih tonjol gigi tersebut. Dapat dikatakan onlay adalah merekonstruksi kembali gigi yang
kerusakannya sudah sangat luas.
39
dibawa ke dental lab untuk diproses selanjutnya. Gigi pasien lalu ditutup dengan tambalan
sementara. Pada kunjungan kedua, inlay/onlay dicobakan dan direkatkan ke gigi secara
permanen. Dinding-dinding direstorasi sampai mencapai bentuk yang ideal dengan bantuan
liner/base material restorasi komposit atau light-cured glass-ionomer.
Tujuan dasar dari preparasi onlay dan inlay adalah menghasilkan ketebaan yang
adequate untuk menampung material restoratif dan pola insersi yang pasif. Dinding-dinding
kavitas membentuk sudut 90° dan sejajar satu sama lain.
Bur yang digunakan adalah bur carbide atau diamond yang berbentuk tapered yang
dapat membentuk dinding facial dan lingual divergen ke oklusal. Bentuk ini dapat
memudahkan terciptanya insersi dan removal hasil restorasi ssecara pasif. Sudut divergensi
yang optimal tidak diketahui secara pasti, tapi dapat diprkirakan sebesar 2°-5°
Komposit dan keramik menganjurkan agar luas isthmus dan pemanjangan groove
minimal 1,5 mm untuk mengurangi kemungkinan tejadinya fraktur pada restorasi. Lantai
pulpa harus halus dan rata. Garis cavosurface sebaiknya membentuk sudut 90° karena inley
komposit dan keramik sifatnya mudah retak. Jika pada permukaan facial ataupun lingual gigi
terdapat karies ataupun kerusakan lainnya, maka pelebaran preparasi harus dilakukan dengan
penambahan gingival shoulder. Jika tonjol-tonjl gigi harus ditutup, maka harus dilakukan
pengurangan terhadap tonjol tersebut sebesar 1,5-2 mm dengan sudut cavosurface sebesar
90°.
Aksiopulpal line angle dibuat tajam, dan aksiogingival line angle diberi groove(alur).
Dinding-dinding dibuat tegak atau sedikit divergen ke arah oklusal untuk memudahkan afdruk
malam atau pemasangan inley. Retensi dan resistensi diperoleh dengan membentuk dinding-
dinding kavitas sejajar satu dengan yang lain, dinding-dinding yang lurus, dasar yang datar
dan sudut-sudut yang tajam.
40
Gambar 13. The lower left first molar with an open distal contact and subgingival carious lesion.
Gambar 14. The facial amalgam is easily removed using a Fissurotomy bur.
Gambar 16. Amalgam removal is initiated, and the onlay prepared simultaneously.
41
Gambar 17. Continued removal of the remaining occlusal core and completion of the truing of the axial walls.
Gambar 18. This same bur is used to remove the most distal portion of the remaining defective amalgam and decay
while continuing to create an inlay box preparation.
Gambar 19. The nearly completed onlay preparation prior to removal of any remaining unsupported enamel.
42
Gambar 20. The laboratory-fabricated ceramic polymer onlay immediately following resin bonding.
• IMPRESSION
Sistem tooth-colored indirect inlay/onlay mengharuskan preparasi gigi dan gigi-gigi
disebelahnya tercetak sesuai dengan interoklusal gigi-gigi yang dicetak, barulah restorasi
tersebut boleh diproses di laboratorium.
Setelah gigi selesai dipreparasi sesuai bentuknya, pencetakan harus segera dilakukan
agar mendapat bentuk cetakan preparasi gigi yang akurat. Material (bahan) cetak harus
mampu mencetak semua permukaan gigi yang telah dipreparasi. Hal ini tidak selalu dapat
dicapai jika gingiva yang mengelilingi gigi yang telah dipreparasi tersebut menghalangi
material (bahan) cetak untuk mencapai seluruh permukaan gigi. Oleh karena itu, retraksi
gingiva sering dilakukan dengan tujuan untuk membuka perlekatan gingiva dari bagian
serviks gigi secara sementara. Tahap dari retraksi gingiva yaitu sebagai berikut : (1) pastikan
bagian gigi yang akan dicetak dalam kondisi kering dan bersih, dapat menggunakan cotton
rolls, dri-angles, dan saliva ejector jika diperlukan. (2) Tempatkan benang retraksi gingiva
mengelilingi gigi yang telah dipreparasi. (3) Tunggu kurang lebih 4 menit. (4) Kemudian cuci
dan keringkan daerah gigi yang akan dicetak.
Tahap pencetakan gigi setelah dilakukan retraksi gingival, yaitu :
(1) Semprotkan material cetakan dengan menggunakan syringe dengan hati-hati hanya
mengelilingi gigi yang telah dipreparasi.
43
(2) kemudian segera masukkan sendok cetak yang juga telah diberi material cetakan agar
dapat mencetak keselurahan gigi dalam 1 rahang.
• TAHAP PRE-ELIMINASI
Penggunaan rubber-dam sangat dianjurkan untuk menghindari kontaminasi
kelembaban dari dari gigi yang dipreparasi atau permukaan restorasi saat sementasi dan untuk
meningkatkan akses serta memudahkan penglihatan saat pengerjaan restorasi. Setelah
penghilangan restorasi sementara, seluruh semen sementara dibersihkan dari dinding
preparasi.
44
kepada operator yang telah berpengalaman di mana letak dan derajat ekses kontak. Kertas
artikulasi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kontak proksimal yang terlalu tebal.
Abrasive disk digunakan untuk menyesuaikan kontur proksimal dan hubungan kontak. Ketika
menyesuaikan intensitas dan lokasi kontak proksimal, successively finer grits dari abrassive
disk digunakan untuk memoles permukaan proksimal karena daerah ini tidak dapat dipoles
setelah sementasi.
Jika kontur proksimal tidak overkontur, dan restorasi masih tetap tidak pas, preparasi
harus dicek kembali untuk residual material sementara atau debris. Jika preparasi bersih,
interferensi internal atau marginal juga dapat mencegah restorasi untuk pas pada tempatnya.
Ketika interferensi telah diidentifikasi menggunakan inspeksi visual yang teliti pada margin
atau menggunakan material ”fit-checker”, harus dilakukan penyesuaian pada restorasi, pada
preparasi, atau pada keduanya. Interferensi jarang terjadi karena keakuratan material impresi
kontemporer dan sistem keramik, dan laboratorium biasanya menggunakan die-spacer pada
aspek internal dari preparasi untuk menghindari kesulitan pada saat penempatan restorasi. Jika
terjadi diskrepansi yang besar antara preparasi dengan inlay atau onlay, cetakan baru harus
dibuat.
Ketepatan marginal dicek kembali setelah keseluruhan restorasi telah ditempatkan.
Sedikit ekses kontur dapat dihilangkan, jika akses memungkinkan, dengan menggunakan
instrumen fine-grit diamond atau bur 30-fluted carbide finihing. Penyesuaian ini dilakukan
setelah restorasi disemenkan untuk menghindari fraktur marginal. Kebanyakan restorasi
sewarna gigi indirek mempunyai jarak marginal yang lebih besar daripada restorasi dari emas.
• SEMENTASI
Untuk menghasilkan bonding yang baik, maka permukaan internal dari inlay/onlay
harus diberikan perlakuan tertentu lebih dulu. Teknik dan material yang digunakan bervariasi
tergantung pada sistem restorasi yang digunakan. Untuk inlay/onlay komposit, matriks dari
resin telah terpolimerisasi sehingga bonding site pada permukaan internal restorasi telah siap
untuk berikatan secara kimiawi dengan semen komposit. Untuk meningkatkan perlekatan
semen dengan restorasi komposit, beberapa sistem memerlukan penggunaan pelarut sebelum
melakukan sementasi untuk membuat permukaan dalam dari restorasi menjadi lebih halus.
Sistem lain merekomendasikan air abrading / sandblasting dengan menggunakan partikel
45
aluminium oxide yang abrasif pada permukaan internal restorasi. Hal ini dapat meningkatkan
kekasaran permukaan dan meningkatkan luas permukaan area untuk bonding.
Asam hidrofluoric biasa digunakan untuk mengetsa permukaan internal dari
inlay/onlay keramik. Asam tersebut meningkatkan dukungan permukaan, meningkatkan luas
permukaan untuk berikatan dan menghasilkan ikatan mikromekanis semen komposit dengan
restorasi keramik. Etsa dengan menggunakan asam hidrofluoric biasanya dilakukan di
laboratorium. Operator harus memperhatikan permukaan internal dari restorasi untuk
memastikan bahwa proses etsa sudah berhasil dengan baik, yang terlihat dari adanya suatu
penampakan putih yang opaque serupa dengan penampakan email setelah dietsa. Pengetsaan
keramik yang langsung dilakukan dihadapan pasien biasanya memerlukan waktu selama 2
menit untuk mengaplikasikan asam hidrofluoric pada permukaan internal inlay/onlay. Setelah
dietsa, diberikan silane coupling agent untuk memfasilitasi perikatan kimiawi pada semen
komposit.
Prosedur sementasi yang biasanya dilakukan adalah dengan menggunakan strip
matriks yang dapat dibuat dari plastik bening yang dipotong kecil-kecil dan diaplikasikan
pada masing-masing sisi proksimal gigi dan dengan menggunakan wedge (perlu diketahui
juga bahwa penggunaan matriks ini bukan merupakan suatu keharusan). Setelah itu dapat
dilakukan try-in inlay/onlay untuk melihat ketepatan ukuran. Dilakukan pengetsaan pada
permukaan preparasi, setelah itu dilakukan bonding pada email atau dentin. Pada umumnya,
langkah terakhir dalam bonding (misalnya unfilled resin) juga diaplikasikan pada permukaan
internal restorasi yang telah sebelumnya dietsa dan diberikan silane (self-adhesive, semen
yang berbasis semen). Komposit dual-core biasanya dicampur dan diinsersikan pada preparasi
dengan menggunakan syringe atau instrument yang berbentuk paddle. Setelah itu, permukaan
internal dari restorasi dilapisi dengan semen komposit lalu inlay dapat segera diinsersikan
pada gigi yang telh dipreparasi dengan tekanan yang tidak begitu keras. Untuk menempatkan
inlay dengan tepat pada restorasi biasanya digunakan ball burnisher yang digetarkan dengan
lembut sedikit demi sedikit. Jika terdapat kelebihan pada semen komposit dapat dikurangi
dengan menggunakan thin-bladed composite instrument, brushes atau eksplorer. Perlu
diperhatikan oleh operator untuk berhati-hati dalam menghilangkan komposit dari permukaan
marginal antara gigi dengan inlay. Setelah pas, dilakukan proses light-curingdari arah oklusal,
fasial, dan lingual masing-masing selama 60 detik. Namun dapat juga disesuaikan dengan
46
rekomendasi pabrik. Untuk lebih jelasnya mengenai langkah-langkah dalam melakukan
sementasi dapat dilihat dari gambar 1-4 yang ada di bawah ini.
Gambar 21. aplikasi asam hydrofluoric pada permukaan internal sebuah inlay keramik
Gambar 22. strip matriks yang berupa plastik bening ditempatkan pada bagian proksimal gigi (gambar kiri) dan
inlay diinsersikan pada gigi (gambar kanan)
Gambar 23. A terlihat enamel dan dentin yang dietsa dengan menggunakan asam fosfor
B Semen komposit diaplikasikan pada inlay
C Setelah itu dilakukan aplikasi dengan sistem adhesif
D Inlay keramik diinsersikan pada gigi
47
Gambar 23 E dan F sebelum dilakukan proses light cure, kelebihan semen komposit dihilangkan dengan
menggunakan eksplorer, brushes atau IPC carver. Lalu pada gambar F dilakukan proses light-cure dari sisi oklusal,
fasial dan lingual
48
yang mengandung pumice, silca, alumina, atau tinoxide dengan bantuan sikat (brushes),
rubber cups, atau dental tapes. Setelah pemolesan akhir, restorasi resin komposit dapat diberi
lapisan tipis glaze untuk meningkatkan kehalusan permukaan (Chandra dkk., 2007).
Gambar 24. Finishing dengan egg-shaped 30-bladed Gambar 25. Polishing dengan silicone carbide bur
tungsten fine finishing bur
49
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1996. Achieving Cotton Roll Isolation, J Am Dent Assoc. 127 (3): 354.
Baratieri LN, Ritter AV, Felippe PJ, Luis A. 1998. Direct Posterior Composite Resin
Restoration: Current Concepts For The Technique. Pract Priodont Aesthet Dent.
10(7):875-886.
Baum L, Phillipis RW, Lund MR. 1995. Textbook of Operative Dentistry. Edisi 3, W.B.
Saunders Company. Philadelphia.
Chandra S. 2008. Textbook of Operative Dentistry. Edisi 1. Jaypee Brothers Medical Publisher.
India.
Devlin, Hugh. 2006. Operative Dentistry, A Practical Guide to Recent Innovations. Springer.
Germany.
Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. 2002. Sturdevant’s Art & Science Opertrive Dentistry,
Edisi 4. Mosby. Missouri.
Summitt JB, Robbins JW, Hilton TJ, Schwartz RS. 2006. Fundamentals of Operative Dentistry,
A Contemporary Approach. Quintessence Publishing Co, Inc. Chicago.
Hermina TM. 2003. Perbaikan Restorasi Resin Komposit. Fakultas Kedokteran Gigi, Bagian
Pedodonsia, Universitas Sumatera Utara. Digitized by USU digital library.
http://www.ispub.com/journal/the_internet_journal_of_dental_science/volume_7_number_2_20/
article/clinical-evaluation-of-different-posterior-composite-restorative-materials-in-class-i-
and-class-ii-restorations-an-in-vivo-study.html
50