PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bersifat progresif dan irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika
elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah
lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun (Smeltzer & Bare,
2015).
jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun
dengan angka kematian sebesar 850.000 jiwa per tahun. The United States
Renal Data System (USRDS) mencatat bahwa jumlah pasien yang dirawat
karena End Stage Renal Disease (ESRD) secara global diperkirakan 3.010.000
(59%). PGK juga menempati beban biaya kesehatan paling tinggi kedua di
1
2
Indonesia setelah penyakit jantung. Pada tahun 2000 terdapat sebanyak 2.617
pasien yang menjalani hemodialisis dengan beban biaya yang ditanggung oleh
Askes sebesar Rp. 32,4 milyar dan pada tahun 2004 menjadi 6.314 kasus
(0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74 tahun (0,5%),
tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun (0,6%). Selain itu, diketahui
prevalensi pada jenis kelamin laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan
salah satu terapi yang dipertimbangkan pada pasien dengan gagal ginjal kronik
(GGK) tahap akhir. Terapi penggantian ginjal dapat berupa dialysis dan
suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan
paling umum dijalani oleh pasien GGK. Ketika seseorang memulai terapi
ginjal pengganti (hemodialisis) maka ketika itulah klien harus merubah seluruh
aspek kehidupannya. Klien harus mendatangi unit hemodialisa secara rutin 2-3
penurunan hemoglobin yang lazim terjadi pada pasien gagal ginjal, pengaturan
kalium, kalsium, Fe dan lain-lain. Hal tersebut menjadi beban yang sangat
(3,4 % - 74%) dan ketidakpatuhan mengikuti program diet (1,2 – 82,4 %).
kegagalan klien dalam mengikuti program terapi gagal ginjal. Penelitian yang
GGK dengan sikap pasien patuh dan tidak patuh. Hal tersebut antara lain
keluarga.
dianggap tidak patuh jika mereka sudah melewatkan satu atau lebih sesi dialisis
dalam satu bulannya, memperpendek waktu dialisis dengan satu atau lebih sesi
dengan lebih dari 10 menit perbulan, memiliki tingkat kalium serum lebih
besar dari 6 mEq/L, kadar fosfat serum lebih besar dari 7,5 mg/ dl, atau IDWG
lebih besar dari 5,7 % dari berat badan. Melewatkan satu atau lebih dialisis
5
cairan (Widiany, 2017; Chironda & Bhengu, 2016; Efe & Kocaöz, 2015).
Bukittinggi, dimana data menunjukan bahwa jumlah pasien gagal ginjal kronis
6
yang menjalani tindakan hemodialisa pada tahun 2016 sebanyak 7767 tindakan
yang terdiri dari 122 pasien baru, 7645 pasien lama. Pada tahun 2017 jumlah
tindakan hemodialisa sebanyak 8591, yang terdiri dari 127 pasien baru dan
8464 pasien lama. Pada tahun 2018 jumlah tindakan hemodialisa sebanyak
9029, yang terdiri dari 185 pasien baru dan 8844. Pada tahun 2019 bulan
hemodialisis.
tidak dapat membatasi intake cairan. Pada pasien yang patuh, mereka
melakukan pembatasan intake cairan dengan jumlah kurang lebih yang telah
dianjurkan oleh perawat dan dokter asal tidak sampai merasakan dampak
kelebihan cairan seperti edema dan sesak nafas. Sedangkan pasien yang tidak
patuh, tidak melakukan pembatasan intake cairan dengan alasan haus. Jika
dilihat dari pengetahuan pasien tentang pembatasan intake cairan, pasien sudah
tahu tentang pentingnya pembatasan intake cairan tapi pasien tekadang tidak
melakukannya sesuai dengan yang dianjurkan dokter dan perawat karena alas
an haus dan lupa, dan keluarga juga tidak bisa terlalu melarang ketika pasien
tidak patuh dalam pembatasan intake cairan tersebut dengan alasan kasihan
dengan pasien. Dalam pembatasan intake cairan pasien hemodialisa ada peran
perawat yang sangat penting dalam asupan cairan pasien, disini perawat sudah
dalam asupan cairan pasien, tapi mungin belum secara keseluruhan dipahami
7
dan diikuti oleh pasien, buktinya masih ada pasien yang masih belum patuh
B. Rumusan Masalah
cairan pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa di Rsud Dr.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
pasien hemodialisa.
pasien hemodialisa.
D. Manfaat Penelitian
Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
Agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan
hemodialisa.
9
4. Bagi Peneliti
Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai aplikasi ilmu yang
E. Ruang Lingkup
kepatuhan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa di
dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang HD, peran persepsi pasien
dalam penelitian ini adalah kepatuhan pasien gagal ginjal kronik dengan
A. Gagal Ginjal
1. Definisi
Gagal ginjal dapat terjadi dari suatu situasi akut atau dari persoalan-
persoalan kronis. Gagal ginjal akut merupakan suatu keadaan klinis yang
2. Etiologi
Pada gagal ginjal akut, fungsi ginjal hilang secara cepat. Daftar dari
a. Faktor prerenal
10
11
cairan yang sedikit sekali, konsumsi obat seperti diuretik (water pills)
b. Faktor renal
satu faktor renal yang menyebabkan gagal ginjal akut. Ini adalah suatu
penyaringan di ginjal.
Goodpasture.
pengaliran urin yaitu obstruksi dari kantung kemih atau ureter yang
saluran kemih.
prostat.
3. Klasifikasi
mL/min/1.73 m
4. Patofisiologi
kreatinin serum dan kadar blood urea nitrogen (BUN) dengan rusaknya
lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak. Pada tahap ini, kadar
ini berbeda-beda karena tergantung dari kadar protein dalam diet. Pada
stadium ini, kadar kreatinin serum juga mulai meningkat melebihi kadar
mulai timbul. Stadium berat dan stadium terminal gagal ginjal kronik
disebut gagal ginjal stadium akhir atau uremia. Gagal ginjal stadium akhir
timbul apabila sekitar 90% dari massa nefron telah hancur, atau hanya
sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai LFG hanya 10% dari
14
menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan
tubuh. Urin menjadi isoosmotis dengan plasma pada berat jenis yang tetap
mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal,
dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialysis (Smeltzer & Bare, 2015).
5. Manafestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada klien dengan CKD dapat
2) Foetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur
parotitis.
b. Kulit
3) Urea fros, akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat, (jarang
dijumpai)
c. Sistem Hematologi
yang berkurang.
(adenosin difosfat)
3) Ensefalopati metabolik
mioklonus, kejang.
4) Miopati
proksimal.
e. Sistem Kardiovaskular
f. Sistem endokrin
sekresi insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens keratinin < 15
berkurang.
metabolisme.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada stadium yang cepat pada insufisiesi ginjal, analisa urine dapat
ginjal, batas kreatinin urin rata-rata dari urine tampung selama 24 jam.
Analisa urine rutin dapat dilakukan pada stadium gagal ginjal yang
mana dijumpai produksi urin yang tidak normal. Dengan urin analisa
yang progresif dapat terjadi output urin yang kurang dan frekuensi
urin menurun.
Monitor kadar BUN dan kadar kreatinin sangat penting bagi pasien
protein.
b. Pemeriksaan Radiologi
infeksi.
c. Biopsi Ginjal
dan terarah sehingga diagnosis penyakit ginjal yang tepat dapat dipenuhi.
diperhatikan seperti umur, berat badan, jenis kelamin, dan kreatinin serum.
a. Ureum
Gugusan amino dicopot dari asam amino bila asam itu didaur
ulang menjadi sebagian dari protein lain atau dirombak dan akhirnya
28/60 bagian dari berat ureum, karena itu konsentrasi ureum dapat
mempunyai kadar rata-rata ureum yang sedikit lebih tinggi dari wanita
karena tubuh pria memiliki lean body mass yang lebih besar. Nilai
tetapi pangan yang baru saja disantap tidak berpengaruh kepada nilai
merupakan indeks LFG yang lebih cermat dibandingkan BUN. Hal ini
terutama karena BUN dipengaruhi oleh jumlah protein dalam diet dan
b. Kreatinin
diikat. Akan tetapi sebagian kecil dari kreatin itu secara irreversibel
ginjal. Nilai normal untuk pria adalah 0,5 – 1,2 mg/dl dan untuk
wanita 0,5 – 1 mg/dl serum. Nilai kreatinin pada pria lebih tinggi
karena jumlah massa otot pria lebih besar dibandingkan jumlah massa
otot wanita.
disamping itu massa otot juga menyusun secara perlahan, maka ada
ekskresi per 24 jam kurang dari normal. Ini bisa didapat pada pasien
kreatinin bila fungsi ginjal menurun; pada dialisis kadar ureum lebih
dulu turun dari kreatinin. Jika kerusakan ginjal berat dan permanen,
glomerulus.
dan BUN hampir selalu disatukan (dengan darah yang sama). Kadar
biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN meningkat dan
atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada
B. Hemodialisis
metabolism berupa larutan (ureum dan kreatinin) dan air yang ada pada
Prinsip kerja fisiologis dari hemodialisis adalah difusi dan ultra filtrasi.
visikositas dan ukuran dari molekul. Saat darah dipompa melalui dialyser
dengan ultrafiltrasi.
27
waktu yang pendek, tetapi sering ada periode waktu dari beberapa bulan
dirujuk kepada ahli nephrologis. Pasien dengan kreatinin di atas 300 mmol
konseling bagi gangguan ginjal tahap akhir ini harus diberikan oleh tim
haemodialysis.
darah yang melalui dialyser. Bersihan yang optimal pada produk sisa
femoralis.
kiri pasien.
perawat yaitu :
perifer.
atau bengkak.
pada fistula.
sakit terdekat.
diantaranya
yaitu:
1) Trombosis
kerusakan permanen.
2) Aneurisma
menggunakan kanula.
3) Steal sindrom
masker.
polyetrafluoroethylene (PTFE).
perifer.
1) Dosis Hemodialisis
mengukur volume
dializer.
(untuk HD 3X seminggu).
hemodialisis, dengan
33
Rumus :
2) Adekuasi Hemodialisis
3) Durasi Hemodialisis
1,2) dan juga pasien merasa lebih nyaman. Selain itu, dana
lengkap.
benar.
3. Pre Hemodialysis
a. Informed consent
dialysis. Istilah ”dry weight” merujuk pada berat dimana tidak ada
perawat yang dilatih dalam hal skill klinis rutin tentang latihan cairan
Dry weight : 66 Kg
pasien.
d. Kontrol infeksi
Saat ini pasien dan staf di unit ginjal harus waspada terhadap resiko
tertular, tidak hanya dengan Hepatitis B tetapi juga dengan virus darah
dialisis pada shift tersendiri pada mesin khusus tetapi tidak pada
Fasilitas MRSA pada unit ginjal harus tersedia dan harus dilengkapi
dengan tim kontrol infeksi lokal. Pasien dengan koloni MRSA harus
cuci tangan, pakaian pelindung, pelindung mata dan mesin yang tidak
e. Pemasangan kanula
darah.
4. Intra Hemodialysis
a. Hipotensi
resiko hipotensi.
b. Mual muntah
Mual dan muntah bisa berhubungan dengan hipotensi. Ini bisa terjadi
c. Kram
ketidakseimbangan.
benda asing. Contoh membran pasien, kimia steril spt ETO dan
Reaksi alergi bisa tipe A atau tipe B. Tipe A adalah reaksi anaphylatic
berat yang muncul pada 5 menit pertama, tandanya bisa mulai dengan
gatal dan menjadi gatal yang hebat termasuk dyspnea dan perasaan
membran sintetik.
f. Hemolisis
Pompa darah yang modern memiliki tekanan yang rendah dan tidak
tinggi dihasilkan dari hambatan akses venous atau aliran darah yang
nyeri, dyspnea dan mungkin perasaaan mau pingsan. Jika ada indikasi
g. Emboli udara
pada sisi kiri dengan posisi kepala lebih rendah dari badan.
Pembekuan terjadi jika anti koagulasi tidak cukup, jika aliran darah
tidak cukup atau berhenti atau jika ada udara dalam sirkuit. Pertukaran
tekanan pada sirkuit akan terjadi sebagai akibat dari pembekuan. Jika
5. Post Hemodialysis
tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan dalam
hematom, edema atau perdarahan, untuk mencegah hal ini perawat dapat
berikut :
1) Gangguan Hemodinamik
Hypotensi.
lebih banyak.
2) Anemia
gastrointestinal.
hemodialysis (HD).
43
disebabkan alergi
pada dialyzer. Apabila hal ini terjadi solusi yang paling baik
adalah dengan
5) Infeksi
darah rendah, juga dapat menyebabkan nausea dan rasa lelah yang
berlebihan.
terlalu cepat saat terapi berlangsung. Hal ini dapat terjadi apabila
7) Gangguan Kulit
4) Emboli udara
7) Reaksi Pyrogenik
lebih dari 20 kali jika tidak ada komplikasi yang dirasakan pasien.
C. Konsep Kepatuhan
hemodialisis. Hal ini menimbulkan kejenuhan yang luar biasa dari pasien
pada pasien dengan model perawatan akut dan model perawatan kronik.
efektif.
dan faktor penguat. Ketiga faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
ini.
ini adalah manfaat social dan manfaat fisik serta ganjaran nyata atau
tidak nyata yang pernah diterima oleh pihak lain. Sumber dari faktor
keterampilan petugas).
a. Usia
b. Perbedaan Gender
c. Pendidikan
pendidikan pasien
d. Lamanya HD
pada fisik pasien, namun lebih jauh emosional, psikologis dan social
pasien.
f. Motivasi
persistensi.
hemodialisis.
i. Dukungan keluarga
1. Pengertian Pengetahuan
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta
a. Kesadaran(Awareness),dimanaorangtersebutmenyadaridalamartimeng
3. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (Know)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsang yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang
paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
lain-lain.
54
c. Aplikasi (Application)
d. Analisis (Analysis)
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain,
kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
telah ada.
f. Evaluasi(Evaluation)
4. Jenis Pengetahuan
a. Pengetahuan implisit
b. Pengetahuan eksplisit
dan sebagainya.
berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial
(coba) dan Error (gagal atau salah atau metode coba salah adalah
coba-coba).
4) Jalan pikiran
a. Pendidikan
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan
59
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua
objek tersebut.
b. Informasi/media massa
Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula
tersebut.
c. Pekerjaan
2012).
pengetahuan seseorang.
61
e. Lingkungan
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan
f. Pengalaman
secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang
kerja.
g. Usia
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap
sebagai berikut:
menambah pengetahuan.
2012).
7. Pengukuran Pengetahuan
angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek
(Ismail, 2012).
63
1. Pengertian
dengan memberikan nutrisi dan layanan kesehatan yang adekuat. Pada saat
dengan pasien.
perhatian dari orang lain yaitu yang berarti dalam kehidupan individu yang
sakit.
berikut:
b. Aprasial support, yang meliputi bantuan orang lain untuk menilai dan
dan diperhatikan.
atau umpan balik yang diperoleh dari orang lain, sehingga individu
untuk berprilaku positif dan menerima edukasi tentang pembatasan cairan yang
didukung pendapat Zaitun (2007) dalam Afriani (2009) bahwa seseorang yang
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Astuti dkk (2017) pada pasien
gagal ginjal kronik dengan terapi hemodialisa yang baik tentang adanya
keluarga yang kuat dan ketersediaan keluarga untuk mengontrol atau mengatasi
pasien terutama dalam mengkonsumi cairan atau minuman (Astuti et al, 2017).
66
1. Peran Perawat
a. Pengertian
sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun
dari luar dan bersifat stabil (Budiono et al, 2015). Jadi peran perawat
profesinya. Peran yang dimiliki oleh seorang perawat antara lain peran
peneliti.
3) Pencegahan penyakit
4) Pendidik
5) Konseling
6) Kolaborasi
keperawatan.
8) Peneliti
70
Peran perawat ini sangat penting yang harus dimiliki oleh semua
keperawatan pasien.
dan bertindak.
dari pasien maupun perawat lain sebagai suatu hal yang biasa
keperawatannya.
71
derajat kesehatannya.
dan keterampilannya.
a. Pengertian Kualitas
bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan
berkualitas.
73
suatu keadaan sesuatu yang dihasilkan dan jasa atau layanan, baik
b. Pelayanan
adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu
pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak nyata dan tidak
lebih sering.
c. Pelayanan Keperawatan
Widyana, 2016) .
dan kiat keperawatan baik sakit maupun sehat agar menjadi mandiri
dan tidak tergantung pada orang lain dalam merawat dirinya sendiri.
baik berarti pasien mendapat layanan yang cepat, diagnosis dan terapi
3) Mudah dicapai
4) Mudah dijangkau
5) Berkualitas
telah ditetapkan
keperawatan meliputi:
1) Keselamatan pasien
78
2) Perawatan diri
3) Kepuasan pasien
4) Kecemasan
5) Pengetahuan
planning.
79
G. Kerangka Teori
Dari berbagai konsep diatas, maka kerangka teori dapat dilihat pada skema
A. Kerangka Konsep
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara
variable yang satu dengan variable yang lainnya, atau antara variable yang satu
dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
faktor yang berhubungan dengan kepatuhan asupan cairan pada pasien gagal
tahun 2019.
Pengetahuan tentang HD
Kepatuhan Asupan
Cairan Pasien CKD
Dukungan Keluarga yang Menjalani
Hemodialisa
Presepsi Pasien tentang
Pelayanan Perawat
80
81
B. Definisi Operasional
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimilki atau didapat oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
modus
3 Persepsi Persepsi yang Menggunaka 1 = kurang, Ordinal
pasien dirasakan oleh n kuesioner jika skore
terhadap pasien terhadap yang
pelayanan kualitas diperoleh <
perawat pelayanan mean,
keperawatan median,
modus
2 = baik,
jika skore
yang
diperoleh ≥
mean,media
n, modus
Variabel Dependent
1 Kepatuhan Kepatuhan Menggunaka 1 = Tidak Ordinal
responden dalam n modifikasi patuh, jika
mengikuti kuesioner skore yang
program dialisis ESRD-AQ diperoleh <
baik restriksi 6 item 800
cairan, nutrisi, 2 = Patuh,
konsumsi obat- jika skore
obatan dan yang
kunjungan setiap diperoleh ≥
sesi hemodialisa 800
sesuai dengan
yang disarankan
oleh dokter,
perawat atau
tenaga kesehatan
lainnya
(Sumber : Kim et al., 2011)
C. Hipotesa
83
hemodialisa.
pasien hemodialisa.
hemodialisa.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
terjadi pada obyek penelitian secara simultan dan dalam waktu yang bersamaan
faktor yang berhubungan dengan kepatuhan asupan cairan pada pasien gagal
hemodialisa.
84
85
1. Populasi
2. Sampel
atau responden yang kebetulan ada atau bersedia di suatu tempat dan
a. Kriteria inklusi :
3) Mampu berkomunikasi.
b. Kriteria eksklusi :
D. Pengumpulan Data
1. Data Primer
ceklis (√) pada pilihan jawaban yang tersedia, dan menuliskan jawaban
singkat.
2. Data Sekunder
E. Pengolahan Data
atau terbaca.
data angka atau bilangan. Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan
pemberian tanda, symbol, kode bagi tiap – tiap data. Kegunaan dari
coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
kesalahan atau tidak. Peneliti akan memeriksa data yang benar – benar
dibutuhkan oleh peneliti dan mengahpus data – data yang tidak dibutuhkan
pada setiap variabel. Data – data yang didapatkan oleh peneliti merupakan
F. Etika Penelitian
institusi tempat penelitian yang dalam penelitian ini adalah RSUD Dr. Achmad
3. Confidentiality (kerahasiaan)
G. Analisa Data
1. Analisis Univariat
asupan cairan pada pasien GGK dengan hemodialisa. Analisis univariat ini
(Notoatmodjo, 2010).
2. Analisis Bivariat
yang sesuai. Hasil analisis diambil berdasarkan p value, bila p value ≤ 0,05
maka hasil statistik dinilai bermakna artinya ada hubungan antara dua
variabel. Jika p value > 0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak
Ahrari, S., Moshki, M., & Bahrami, M. (2014). The Relationship Between Social
Support and Adherence of Dietary and Fluids Restrictions among
Hemodialysis Patients in Iran. Journal of Caring Sciences, 3(1), 11–19.
https://doi.org/10.5681/jcs.2014.002
Astuti, P., Ghofar, A., & Suwandi, E. W. (2017). Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Pembatasan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan
Hemodialisa. Jurnal EDUNursing, 1(2), 89–99. https://doi.org/ISSN : 2549-
8207
Efe, D., & Kocaöz, S. (2015). Adherence to diet and fluid restriction of
individuals on hemodialysis treatment and affecting factors in Turkey. Japan
Journal of Nursing Science, 12, 113–123. https://doi.org/10.1111/jjns.12055
Guyton, & Hall. (2005). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Kim, Y., L.S., E., Phillips, L. R., Pavlish, C., & Kopple, J. D. (2011). The End-
Stage Renal Disease Adherence Questionnaire (ESRD- AQ): Testing The
Psychometric Properties in Patients Receiving In-Center Hemodialysis.
Nephrol Nursing Journal, 37(4), 377–393.
Perry, & Potter. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC.
Rendy, M. C., & Margareth, T. (2015). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah :
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Smeltzer, & Bare. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC.