TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
1. Mons pubis
2. Labia mayora
Terdiri dari 2 buah lipatan kulit dengan jaringan lemak di bawah nya
yang berlanjut ke bawah sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu
menjadi perinium
3. Labia minora
Merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang terletak di sebelah dalam labia
mayora, labia minora tidak memiliki lemak subkutan.
4. Klitoris
Merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang terletak pada titik temu
labia minora di sebelah anterior , sebagai salah satu zona erotik yang
utama pada wanita.
5. Vestibulum
1
Adalah rongga yang di kelilingi oleh labia minora .
6. Perinium
Struktur ini membentang dari fourchette ( titik temu labia minora di
sebelah posterioranus
a. Vagina
Fungsi vagina :
b. Uterus
Fundus uteri
Korpus uteri
2
terus di produksi sehingga kadar nya tetap berada di atas
nilai ambang perdarahan haid dan amenorea merupakan salah
satu tanda pertama untuk kehamilan.
c. Tuba fallopi
d. Ovarium
B. Defenisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998).
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Sofian, 2012).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
perut dan dinding rahim. Tujuan dasar pelahiran adalah memelihara kehidupan atau
kesehatan ibu dan anak. Atau SC adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
3
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
C. Etiologi
1. Indikasi yang berasal dari ibu ( etiologi ).
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul) ada,
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II,
komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas permintaan, kehamilan
yang disertai penyakit ( jantung, DM ), gangguan perjalanan persalinan ( kista
ovarium, mioma uteri dan sebagainya ).
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau
forseps ekstraksi.
Menurut Mochtar (1998) faktor dari ibu dilakukannya sectio caesarea adalah
plasenta previa , panggul sempit, partus lama, distosia serviks, pre-eklamsi dan
hipertensi. Sedangkan faktor dari janin adalah letak lintang dan letak bokong.
Menurut Manuaba (2001) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio
caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
2. KPD (Ketuban Pecah Dini)
3. Janin Besar (Makrosomia)
4. Kelainan Letak Janin
5. Bayi kembar
6. Faktor hambatan jalan lahir
7. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
4
D. Tujuan
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya
perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio
caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika
perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio
caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan
pada placenta previa walaupun anak sudah mati.
5
dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda
biasanya baru terjadi dalam persalinan.
d. Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang
telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya
dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan
luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum
menutup luka rahim.
4. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim
kira-kira 10cm
Kelebihan:
a. Penjahitan luka lebih mudah
b. Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke
rongga perineum
d. Perdarahan kurang
e. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih
kecil
Kekurangan:
a. Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang
banyak.
b. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
E. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa
sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri
mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
6
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara
mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf
- saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang
bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2000), antara lain :
1. Nyeri akibat luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
6. Emosi labil
7. Terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang paham
prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Tucker (1998) adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan EKG
2. JDL dengan diferensial
3. Pemeriksaan elektrolit
4. Pemeriksaan HB/Hct
5. Golongan darah
7
6. Urinalisis
7. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
8. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
9. USG
H. Komplikasi
1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala
infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina
ikut terbuka atau karena atonia uteri
3. Luka kandung kemih
4. Embolisme paru - paru
Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
8
2. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
3. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa
air putih dan air teh.
4. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari
ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
5. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
6. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
9
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Perawatan luka
1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar
cairan tidak terlalu banyak jangan mengganti pembalut
2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri
plester untuk mengencangkan
3) Ganti pembalut dengan cara steril
4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat
jahitan kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC
e. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah
suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kien multipara
d. Data riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
yang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah klien operasi.
2) Riwayat kesehatan dahulu
10
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
maksudnya apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama
(plasenta previa)
3) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga klien ada juga
mempunyai riwayat persalinan yang sama (plasenta previa).
11
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka jahitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri (pengecilan uteri oleh kontraksi uteri),
pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayinya
12
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada bisisng
usus atau tiak ada. Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya
hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur,
adanya hemoroid.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung
atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri
(histamin, prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam
pembedahan (section caesarea)
b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan /
luka kering bekas operasi
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
prosedur pembedahan, penyembuhan dan perawatan post
operasi
d. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan
anestesi dan pembedahan
13
e. Gangguan mobilitas fisik b.d Nyeri
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NIC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian secara
berhubungan keperawatan selama … x 24 komprehensif tentang nyeri
dengan jam diharapkan nyeri klien meliputi lokasi, karakteristik,
pelepasan berkurang / terkontrol durasi, frekuensi, kualitas,
mediator nyeri dengan kriteria hasil : intensitas nyeri dan faktor
(histamin, Klien melaporkan presipitasi.
prostaglandin) nyeri berkurang / 2. Observasi respon nonverbal dari
akibat trauma terkontrol ketidaknyamanan (misalnya
jaringan dalam Wajah tidak tampak wajah meringis) terutama
pembedahan meringis ketidakmampuan untuk
(section Klien tampak rileks, berkomunikasi secara efektif.
caesarea) dapat berisitirahat, dan 3. Kaji efek pengalaman nyeri
beraktivitas sesuai terhadap kualitas hidup (ex:
kemampuan beraktivitas, tidur, istirahat, rileks,
kognisi, perasaan, dan hubungan
sosial)
4. Ajarkan menggunakan teknik
nonanalgetik (relaksasi progresif,
latihan napas dalam, imajinasi,
sentuhan terapeutik.)
5. Kontrol faktor - faktor lingkungan
yang yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (ruangan, suhu,
cahaya, dan suara)
6. Kolaborasi untuk penggunaan
kontrol analgetik, jika perlu.
2. Risiko tinggi Setelah diberikan asuhan 1. Tinjau ulang kondisi dasar /
terhadap infeksi keperawatan selama … x 24 faktor risiko yang ada
berhubungan jam diharapkan klien tidak sebelumnya. Catat waktu pecah
dengan trauma mengalami infeksi dengan ketuban.
jaringan / luka kriteria hasil : 2. Kaji adanya tanda infeksi (kalor,
bekas operasi Tidak terjadi tanda - rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)
(SC) tanda infeksi (kalor, 3. Lakukan perawatan luka dengan
rubor, dolor, tumor, teknik aseptic
fungsio laesea) 4. Inspeksi balutan abdominal
Suhu dan nadi dalam terhadap eksudat / rembesan.
14
batas normal ( suhu = Lepaskan balutan sesuai indikasi
36,5 -37,50 C, frekuensi 5. Anjurkan klien dan keluarga
nadi = 60 - 100x/ menit) untuk mencuci tangan sebelum /
WBC dalam batas sesudah menyentuh luka
normal (4,10-10,9 10^3 / 6. Pantau peningkatan suhu, nadi,
uL) dan pemeriksaan laboratorium
jumlah WBC / sel darah putih
7. Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb
dan Ht. Catat perkiraan
kehilangan darah selama prosedur
pembedahan
8. Anjurkan intake nutrisi yang
cukup
9. Kolaborasi penggunaan antibiotik
sesuai indikasi
3. Ansietas Setelah diberikan asuhan 1. Kaji respon psikologis terhadap
berhubungan keperawatan selama … x 6 kejadian dan ketersediaan sistem
dengan jam diharapkan ansietas pendukung
kurangnya klien berkurang dengan 2. Tetap bersama klien, bersikap
informasi kriteria hasil : tenang dan menunjukkan rasa
tentang prosedur Klien terlihat lebih empati
pembedahan, tenang dan tidak gelisah 3. Observasi respon nonverbal klien
penyembuhan, Klien mengungkapkan (misalnya: gelisah) berkaitan
dan perawatan bahwa ansietasnya dengan ansietas yang dirasakan
post operasi berkurang 4. Dukung dan arahkan kembali
mekanisme koping
5. Berikan informasi yang benar
mengenai prosedur pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan
post operasi
6. Diskusikan pengalaman / harapan
kelahiran anak pada masa lalu
7. Evaluasi perubahan ansietas yang
dialami klien secara verbal
15
4. Defisit Setelah dilakukannya 1. Kaji keadaan umum klien
perawatan diri tindakan keperawatan 2. Bantu pasien dalam memenuhi
b/d kelemahan selama...x24jam diharapkan kebutuhan personal hygiene
fisik akibat deficit perawatan diri klien terutama mandi
tindakan terpenuhi dengan kriteria 3. Bantu klien merapikan rambutnya
anestesi dan hasil: 4. Ajarkan pada klien atau keluarga
pembedahan Tubuh pasien bersih dan bagaimana cara memandikan
tidak merasa gerah diatas tempat tidur dengan
Personal hygiene klien menggunakan waslap (terutama
dapat terpenuhi terutama pada pasien caesaria) dan berikan
mandi informasi tentang pentingnya
Rambut klien dapat perawatan diri.
tertata dengan baik
klien maupun keluarga
dapat mengaplikasikan
bagaimana cara
memandikan diatas
tempat tidur
5. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik keperawatan selama ...x 24
Observasi
b.d Nyeri jam, mobilitas fisik dapat
- Identifikasi adanya nyeri atau
meningkat dengan kriteria
keluhan fisik lainnya
hasil :
- Identifikasi toleransi fisik
- Pergerakan ekstremitas↑
melakukan pergerakan
- Kekuatan otot↑
- Monitor frekuensi jantung dan
- ROM↑
tekanan darah sebelum mobilisasi
- Nyeri ↓
- Kecemasan↓
Terapeutik
- Kaku sendi ↓
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi
- Gerakan terbatas↓
dengan alat bantu
- Kelemahan fisik ↓
- Fasilitasi melakukan pergerakan
jika perlu.
- Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
- Edukasi tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan
16
DAFTAR PUSTAKA
17