Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEKAMBUH PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI


PUSKESMAS KOTA PADANG

PROPOSAL MINI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk melakukan penelitian

DISUSUN OLEH

FANNY ZARANI

1610105012

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa adalah suatu sikap positif terhadap diri sendiri ,tunbuh

kembang,memiliki aktualisasi diri,keutuhan,kebebasan diri,memiliki persepsi sesuai

kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (stuart,2006) .

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menjelaskan definisi sehat adalah keadaan

sejahtera yang meliputi fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit

atau kecacatan. Orang yang tidak berpenyakit pun belum tentu dikatakan sehat. Dia

semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

Pengertian kesehatan yang dikemukakan WHO ini merupakan suatu keadaan ideal,

dari sisi biologis, psikologis, dan sosial (Latipun, 2005).

Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia. Secara umum gangguan jiwa disebabkan karena adanya tekanan psikologis

baik dari luar individu maupun dari dalam individu. Beberapa hal yang menjadi

penyebab adalah ketidaktahuan dari keluarga dan masyarakat terhadap gangguan jiwa

ini (Hawari, 2014) Menurut Parawisata (2006), skizofrenia merupakan suatu

gangguan jiwa yang ditandai oleh adanya penyimpangan yang sangat dasar dan

adanya perbedaan dari pikiran dan persepsi disertai dengan adanya ekspresi emosi

yang tidak wajar.


Gangguan jiwa berat yang ditandai dengan disorganisasi pikiran, perasaan dan

perilaku. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang

kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi, sedangkan gejala negatif

seperti menurunnya minat dan dorongan, berkurangnya keinginan bicara dan

miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar serta terganggunya relasi personal.

Gangguan ini kadang-kadang berawal pada masa kanak-kanak tapi biasanya muncul

pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Angka kejadian pada laki-laki terjadi

lebih awal dibandingkan pada wanita. Namun, sampai saat ini skizofrenia belum

diketahui secara pasti penyebabnya, disebutkan keturunan merupakan salah satu

faktor penyebabnya (Yosep, 2010).

Skizofrenia adalah penyakit yang mempengaruhi lingkup yang luas dari proses

psikologis, mencakup kognisi, afek dan perilaku (Jeffrey S, 2005). Skizofrenia adalah

ketidakmampuan untuk melihat realita, kebingungan dalam membedakan realita dan

yang bukan. Pasien dengan skizofrenia menunjukan gejala kemunduran yang jelas

dalam fungsi pekerjaan dan sosial, mereka mengalami kesulitan dalam

mempertahankan pembicaraan, membentuk pertemanan, mempertahankan pekerjaan

atau memperhatikan kebersihan pribadi mereka (Siswanto, 2007).

Menurut penelitian yang dilakukan Krystyna Górna di Poznan, Polandia,

keparahan gejala psikopatologis akan berdampak pada kemunduran fungsi sosial dan

kualitas hidup penderita skizofrenia(Gorna, 2014). Gangguan ini sering menyebabkan

kegagalan individu dalam mencapai berbagai keterampilan yang diperlukan untuk


hidup dan menyebabkan pasien menjadi beban keluarga dan masyarakat (Allen,

2011). Menurut penelitian pada tahun 2013 yang dilakukan oleh Christos

Panayiotopoulos dari University of Nicosia di Cyprus menyebutkan bahwa penderita

skizofrenia akan susah untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, pekerjaan, dan

keterampilan yang diperlukan untuk hidup, dan keluarga penderita akan sangat

terbebani (Panayiotopoulos, 2013)

Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Hasil analisis dari

WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk skizofrenia.

Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding gangguan jiwa

lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara berkembang, 8 dari 10

orang yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan medis. Gejala

skizofrenia muncul pada usia 15-25 tahun lebih banyak ditemukan pada laki-laki

dibandingkan pada perempuan (Ashturkar & Dixit, 2013)

Dukungan sosial sangat penting terhadap pengobatan dan kesembuhan pasien

gangguan jiwa. Jika tidak ada dukungan sosial penderita tidak dapat berperan sesuai

harapan lingkungannya, sehingga apabila pasien dinyatakan sembuh dan kembali ke

lingkungannya akan kembali dirawat dengan alasan perilakunya tidak diterima

keluarga dan lingkungannya. Keadaan ini juga dipengaruhi adanya pandangan

masyarakat yang tidak menguntungkan terhadap gangguan jiwa, takut, tidak peduli,

tidak mau mengerti bahkan mengasingkan penderita, padahal kurangnya dukungan


sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kekambuhan

pada pasien gangguan jiwa (Nanda, 2015).

Dukungan sosial yang sangat berperan adalah dukungan keluarga. Keberhasilan

perawatan di pasien khususnya konsumsi obat pasien menjadi sia-sia jika tidak

ditunjang dukungan keluarga. Keluarga adalah bagian penting dalam proses

kesembuhan pasien jiwa. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita

gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan.

Keluarga harus selalu membimbing dan mengarahkannya agar klien gangguan jiwa

dapat minum obat dengan benar dan teratur, keluarga perlu menyediakan dana untuk

biaya pengobatan klien. Bukan hanya itu saja, keluarga harus memberikan pasien

perasaan nyaman, merasa dicintai meskipun saat mengalami suatu masalah,

membimbing pasien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan pasien dan

memotivasi klien untuk sembuh (Nasir & Muhith, 2011, Yosep, 2009).

Kekambuhan klien skizofrenia menimbulkan dampak yang buruk bagi keluarga,

klien dan rumah sakit. Dampak kekambuhan bagi keluarga yakni menambah beban

keluarga dari segi biaya perawatan dan beban mental bagi keluarga karena anggapan

negatif masyarakat kepada klien. Sedangkan bagi klien adalah sulit diterima oleh

lingkungan atau masyarakat sekitar. Dari pihak rumah sakit beban akan bertambah

berat karena bertambahnya klien yang dirawat sehingga perawatan yang diberikan

oleh tim medis menjadi kurang maksimal karena jumlah tenaga kesehatan tidak

seimbang dengan banyaknya pasien gangguan jiwa yang dirawat (Taufik, 2014).
Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa diperkirakan terus meningkat.

Hal ini disebabkan karena seseorang tidak bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi

dengan suatu perubahan atau gejolak hidup. Apalagi di era serba modern ini,

perubahanperubahan terjadi sedemikian cepat dan tidak menentu serta kondisi

lingkungan sosial yang semakin keras sehingga mengganggu dalam proses hidup di

masyarakat. Gangguan jiwa terjadi tidak hanya pada kalangan menengah kebawah

sebagai dampak dari perubahan sosial ekonomi, tetapi juga kalangan menengah

keatas yang disebabkan karena tidak mampu mengelola stress dalam menghadapi

masalah (Yosep, 2009). Menurut Irma dkk (2010) menunjukkan bahwa dukungan

keluarga pada pasien skizofrenia sebesar (60%), dari hasil tesebut dukungan yang

paling tinggi adalah dukungan emosional dan dukungan nyata. Selanjutnya menurut

Yoga (2011) & Taufik (2014) juga menujukkan bahwa dukungan keluarga pada

pasien skizofrenia dalam persentase tinggi yaitu (85,5%).

Skizofrenia menduduki tangga sepuluh teratas penyebab disabilitas di negara

berkembang dan hampir 1% dari populasi dunia merupakan pasien penyakit ini

(National Institute of Mental Health, 2014). Anggaran dari populasi dunia yang

berusia 18 tahun, sebanyak 1,1% menderita penyakit skizofrenia (NIMH, 2014).

Berdasarkan World Health Organization (WHO), skizofrenia merupakan penyakit

kejiwaan berat yang mengganggu lebih daripada 21 juta orang di seluruh dunia

(WHO, 2014).
Menurut data dari World Health Organization (2013), menunjukkan prevalensi

skizofrenia adalah 450 juta jiwa diseluruh dunia. Sedangkan berdasarkan national

institute of mental health (NIMH) prevalensi skizofrenia diseluruh dunia sekitar

(1,1%) dari populasi diatas 8 tahun atau sekitar 51 juta orang di dunia menderita

skizofrenia. Prevalensi skizofrenia di Negara sedang berkembang dan di negara maju

relatif sama, sekitar (20%) dari jumlah penduduk dewasa (Kurnia, 2015).

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan,

prevalensi skizofrenia/psikosis di Indonesia sebanyak 6,7 per 1000 rumah tangga.

Artinya, dari 1.000 rumah tangga terdapat 6,7 rumah tangga yang mempunyai

anggota rumah tangga (ART) pengidap skizofrenia/psikosis. Penyebaran prevalensi

tertinggi terdapat di Bali, DI Yogyakarta ,NTB dan sumatera barat dengan masing-

masing 11,1,10,4,8,9 dan 8,5 per 1. 000 rumah tangga yang mempunyai ART

mengidap skizofrenia/psikosis.

Untuk daerah Sumatera Barat terdapat (13,9 %) yang menderita gangguan jiwa

emosional dan (16,7 %) yang mengalami gangguan jiwa berat, salah satu gangguan

jiwa berat ini adalah skizofrenia. Angka penderita skizofrenia yang melakukan

kunjungan ke Unit Pelayanan Jiwa A (UPJA) RSJ. Prof. Hb.Sa’anin Padang yaitu

sebanyak 634 penderita pada Bulan November tahun 2013 (Dinkes Kota Padang,

2013). Penderita skizofrenia membutuhkan dukungan dari keluarganya karena hal ini

akan membuat klien merasa dihargai dan anggota keluarga siap memberikan

dukungan untuk menyediakan bantuan dan tujuan hidup yang ingin dicapai individu.
Keluarga harus memberikan pasien rasa nyaman, merasa dicintai meskipun saat

mengalami suatu masalah, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya,

perhatian sehingga klien yang menerima merasa berharga. Keluarga juga harus

menyediakan informasi dengan menyarankan tempat, dokter, dan terapi yang baik

bagi klien, dan menyediakan fasilitas serta dana yang mencukupi untuk proses

pengobatan klien. Selanjutnya keluarga perlu memberikan dorongan dan motivasi

yang diberikan keluarga kepada klien, memberikan penghargaan positif tehadap ide-

ide atau perasaan pasien sehingga mampu membangun harga diri klien (Friedman,

2010).

Kebanyakan orang yang mengalami skizofrenia mendapatkan pengobatan medis

sampai simtom positif mereka hilang, kemudian dipulangkan ke rumah. Kurang

sekali ada upaya rehabilitasi yang lebih menyeluruh, yang sebenarnya sangat

dibutuhkan pasien dan keluarganya. Secara umum dapat dikatakan bahwa keluarga

masih kurang memiliki informasi-informasi yang adekuat tentang skizofrenia,

perjalanan penyakitnya, dan upaya rehabilitasi serta tata laksana penanganannya

dalam jangka panjang, dari sumber-sumber yang terpercaya. Bila diperlukan,

keluarga juga dapat mencari bantuan profesional dari pihak-pihak yang terkait, seperti

bidang medis, psikologi, dan kerohanian ( Arif, 2006 ). Berdasarkan latar belakang di

atas, maka Penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan dukungan keluarga

dengan kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di puskesmas kota padang tahun

2020.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latarbelakang di atas,maka yang menjadi masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien

skizofrenia rawat jalan di puskesmas kota padang tahun 2020?

C. TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan

keluarga dengan kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di puskesmas

kota padang tahun 2020.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran dukungan emosional dengan

kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di puskesmas kota

padang tahun 2020.

2. Untuk mengetahui gambaran dukungan informasional dengan

kekambuhan pasien rawat jalan di puskesmas kota padang tahu

2020.

3. Untuk mengetahui gambaran dukungan nyata dengan kekambuhan

pasien skizofrenia rawat jalan di puskesmas kota padang tahun 2020.

4. Untuk mengetahui gambaran dukungan pengharapan dengan

kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di puskesmas kota

padang tahun 2020.


D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi pihak rumah sakit dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang

hubungan dukungan keluarga yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas

pelayanan.

2. Bagi kalangan akademik, dapat menambah ilmu pengetahuan kesehatan

masyarakat yang berkaitan dengan dukungan keluarga pasien skizofrenia yang

menjadi salah satu cara untuk mengurangi kekambuhan.

3. Sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan pengetahuan serta wawasan

Penulis tentang penyakit skizofrenia yang menjadi salah satu syarat dalam

menyelesaikan studi di stikes alifah padang.

Anda mungkin juga menyukai