Case Report KPSW Presbo
Case Report KPSW Presbo
Oleh
Preceptor
dr. Ody Wijaya, Sp. OG
1
I.Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.Ratu Dibalau no.1. Bandar Lampung
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
MRS :19 Juli 2013.
II. Anamnesa
Keluhan utama : Hamil cukup bulan dengan anak letak sungsang dan
keluar air-air sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit.
RPP : ± 11 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh perut terasa
mules yang menjalar sampai ke pinggang, perut mules dirasakan hilang
timbul, makin lama dirasakan makin sering dan kuat. Pasien juga mengeluh
keluar air-air dari kemaluannya sejak ± 10 jam, warnanya keruh, bau tidak
ada, banyaknya 3 kali ganti pembalut. Riwayat keluar darah lendir ada,
riwayat trauma tidak ada, riwayat bersenggama dengan suami tidak ada,
riwayat keputihan ada, riwayat minum jamu atau obat-obatan tidak ada. pasien
kemudian pergi ke bidan, dikatakan anak letak sungsang dan ketuban sudah
pecah. Lalu pasien dirujuk untuk berobat ke RSAM. Pasien mengaku hamil
cukup bulan dan gerakan anak masih dirasakan terutama di perut bagian
bawah.
2
Riwayat Haid
Menarche : 14 th
Siklus : 28 hari
Lamanya : 5 hari
Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
HPHT : 23 Oktober 2012
Taksiran persalinan : 30 Juli 2013
Riwayat Obstetri
Tahun 2009 : Pasien mengalami keguguran pada usia kehamilan 1 bulan,
dilakukan kuretase terhadap pasien di bidan daerah tempat tinggalnya di
Jakarta
Tahun 2009 : Pasien melahirkan pertama pervaginam di RS daerah Jakarta
dengan bayi lahir berjenis kelamin perempuan, dengan berat 2100gr.
Tahun 2011 : Pasien melahirkan anak kedua pervaginamdi RSBW Bandar
Lampung dengan bayi lahir berjenis kelamin laki-lakidengan berat 3000gr.
Riwayat Kontrasepsi: -
Riwayat imunisasi selama hamil
Pasien pernah mendapat suntikan imunisasi selama kehamilan 1x.
3
III. Pemeriksaan Fisik
Status Present
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
RR : 24x/menit
T : 360C
Status Generalis :
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thoraks : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas superior : dalam batas normal
Ekstremitas inferior : dalam batas normal
Status Ginekologi :
Pemeriksaan luar
Tinggi fundus uteri 3 jari bawah proc. Xyphoideus (29 cm), letak
memanjang,punggung kiri, presentasi bokong, penurunan 4/5, his (+)
2x/10’/30”, DJJ 123x/mnt, TBJ 2635 gram.
Pemeriksaan inspekulo
Porsio : livide
OUE : terbuka
Flour : negatif
Fluksus : positif
Erosi : negatif
Laserasi : negatif
Polip : negatif
Tes lakmus : positif
4
Pemeriksaan Dalam : Portio lunak, medial, eff 80 %, pembukaan 3 cm,
ketuban (-), terbawah bokong, penunjuk sakrum kiri,
Hodge II
ZA score = 7
o Paritas: (multi) = 0
o Pernah letak sungsang: (tidak) = 0
o TBJ : (< 3176 g) = 2
o Usia Kehamilan: (>37 mgg) =
o Stasion ( < -2) =
o Pembukaan serviks (5 cm) =
Laboratorium :
Hb : 8,9 gr%
Leukosit : 11.700/ul
GDS : 83 mg/dl
Trombosit : 313.000/mm3
V. Diagnosa Klinis
G4P2A1 hamil aterm dengan KPSW 10 jam inpartu kala 1 fase laten janin
tunggal hidup presentasi bokong
VI. Penatalaksanaan
Terapi:
R/ partus pervaginam
Obs DJJ, TVI, his
IVFD RL gtt XX/m
Injeksi Viccilin 1 gr/8 jam
Kosongkan kandung kemih
Akselerasi dengan Oksitosin
5
Evaluasi dengan partograf WHO modifikasi
VII. Prognosis
Follow up
Tanggal / Perjalanan Penyakit Penatalaksanaan
jam
29-07-2013 Kel : mau melahirkan dengan perut mules - R/ Terminasi
19.30 WIB Status Present Preabdominan
(VK) KU : Tampak sakit sedang -Konsul ke
Ksdrn : CM TD : 130 / 90 mmHg konsulen jaga
Nadi : 84 x/mnt RR : 20 x/mnt dr.Is Yulianto,
Suhu : 36,8ºC murmur : (-) Sp. OG.
Status Obstetrikus
PL : Tifut 3 jbPX (29cm), memanjang, puki,
terbawah bokong, penurunan 2/5, HIS
3x/10’/40”, DJJ 104x/’, TBJ : 2635 gr
VT : portio lunak, medial, eff 100%, 8 cm,
ketuban (-), terbawah bokong, HIII,
penunjuk sakrum
Dx/ : G4P2A1 hamil aterm dengan riwayat
ketuban pecah dini 23 jam kala I
fase aktif JTH Presentasi Bokong +
Gawat janin
6
menembus peritoneum. Setelah peritoneum dibuka
tampak uterus sebesar kehamilan aterm, diputuskan
untuk melakukan SSTP.
23.30 Lahir bayi laki-laki dengan BB 3100gr, PB 50 cm,
(OKA) AS 6/8 FT AGA didapatkan lilitan tali pusat
sebanyak 2x. Kedalam cairan infus
dimasukkanoksitosin 20 IU.plasenta dilahirkan
dengan tarikan ringan pada tali pusat.
23.40 Lahir plasenta lengkap dengan berat ± 500gr,
(OKA) panjang tali pusat ±48 cmdengan ukuran ±17x18cm.
Selanjutnya dilakukan pembersihan cavum uteri,
kemudian penjahitan pada uterus.
Setelah diyakini tidak ada perdarahan,dilanjutkan
reperitonealisasi dengan plain catgut no.2
7
07.30 WIB Status Present XX/m
KU : Tampak sakit sedang
Ksdrn : CM TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/mnt RR : 20 x/mnt
Suhu : 36,7ºC
Status Obstetrikus
PL : tifut setinggi pusat, kontraksi baik,
perdarahan aktif (-), lokia rubra (+)
Dx/ : P3A1 post SSTP ai KPSW 23 Jam, JTH
presbo + Gawat Janin
8
PERMASALAHAN
ANALISA KASUS
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital ibu dalam keadaan baik
dengan tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 kali permenit, pernafasan 20
kali permenit, dan suhu 36,7°C. Pada pemeriksaan luar didapatkan tinggi
fundus uteri 3 jari di bawah proccessus xiphoideus, letak janin
memanjang, punggung kiri, bagian terbawah adalah bokong dan
penurunan 3/5, denyut jantung janin 137 kali permenit, his ada
2x/10’/30’’. Pemeriksaan dalam didapatkan konsistensi portio lunak,
posisi medial, pendataran 80%, pembukaan 6 cm, ketuban (-), keruh, bau
(-), terbawah bokong, penurunan H II+, penunjuk sacrum kiri.
9
Dari semua anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan dapat
ditegakkan diagnosa pasien ini adalah G1P0A0 hamil aterm dengan riwayat
pecah ketuban 13 jam inpartu kala I fase aktif, janin tunggal hidup
presentasi bokong.
10
III. Apakah penyebab timbulnya KPSW pada kasus ini?
Berdasarkan etiologinya, terjadinya KPSW sebagian besar ditemukan pada
wanita berumur diatas 35 tahun. Hal ini mungkin juga dapat disebabkan
faktor-faktor etiologi lain yang mempengaruhinya, seperti:
1. Berkurangnya kekuatan membran ketuban akibat infeksi, terutama
infeksi ascenden dari vagina atau serviks.
2. Adanya peningkatan tekanan intra uterine pada OUI seperti serviks
inkompeten, kehamilan kembar, hidramnion, kontraksi myometrium
meningkat, DKP, HAP, dan malposisi.
3. Lain-lain, meliputi: sosial ekonomi rendah, defisiensi gizi dan vitamin
c, merokok, keturunan, dan antagonis golongan darah ABO.
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan, adanya riwayat keputihan
menunjukkan adanya kemungkinan ketuban pecah akibat adanya infeksi
yang mengakibatkan berkurangnya kekuatan membran ketuban.
Faktor ibu : panggul sempit, tumor jalan lahir, uterus yang lembek
(grandemultipara), kelainan uterus (uterus arkuatus/ bikornus), letak
plasenta di atas atau di bawah (plasenta previa); faktor janin: janin
kecil/prematur, janin besar, hamil ganda, cacat bawaan (hidrosefalus/
anensefalus), hidramnion.Oligohidramnion, kaki menjungkit. Pada kasus
ini presentasi bokong disebabkan oleh faktor janin yang berupa janin kecil.
TINJAUAN PUSTAKA
11
A. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya
DEFINISI
Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) adalah suatu keadaan pecahnya
selaput ketuban baik dalam kehamilan maupun dalam persalinan sebelum
pembukaan 3 cm (sebelum fase aktif, masih dalam fase laten).3 Terjadinya
ketuban pecah sebelum waktunya memerlukan penanganan yang serius karena
bila telah lewat dari 6-8 jam (golden periode) akan menimbulkan infeksi yang
dapat berakibat buruk terhadap ibu dan janin.
ETIOLOGI/FAKTOR PREDISPOSISI
Penyebab KPSW tidak diketahui dengan pasti. Berdasarkan hasil-hasil penelitian
didapatkan faktor-faktor predisposisi terjadinya KPSW antara lain :
1. Faktor infeksi
2. Faktor selaput ketuban
3. Faktor terjadinya perubahan tekanan intra uterine yang mendadak
4. Faktor sosio-ekonomi yang rendah seperti defisiensi gizi, vit C
5. Faktor antagonisme golongan darah A, B, O
6. Faktor keturunan
7. Faktor-faktor lainnya seperti multigravida, adanya riwayat KPSW pada
persalinan-persalinan yang lalu, hidramion, adanya malposisi, trauma vagina,
kehamilan ganda,perdarahan antepartum, adanya diproporsi sefalo-pelviks dan
hamil dengan umur yang lebih dari 35 tahun.
DIAGNOSIS
Diagnosis ada tidaknya air ketuban pada KPSW dapat ditegakkan melalui
beberapa cara antara lain:
1. Inspekulo
12
Pada pameriksaan secara inspekulo dapat terlihat adanya air ketuban keluar
dari OUE.
2. Pengambilan cairan ketuban dari forniks posterior
a. Cairan ketuban bersifat alkalis sehingga, bila cairan yang diambil dengan
menggunakan kapas lidi atau pipet ditempelkan pada kertas lakmus akan
terjadi perubahan warna merah menjadi biru.
b. Untuk menentukan ada tidaknya cairan ketuban dapat digunakan test
arboriasasi atau kristalisasi. Cara pembuatan preparat pada test ini adalah
sebagai berikut. Dengan pipet diambil cairan dan dibuat preparat apus dan
dikeringkan diudara, preparat apus kemudian diamati dengan mikroskop akan
tampak gambaran daun pakis
c. Ada tidaknya verniks kaseosa dapat diketahui melalui pemeriksaan sitologi
yaitu:
- Pewarnaan Papanicolaou
- Pewarnaan Piasianole
- Zat warna Nile Blue Sulfate3
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ketuban pecah sebelum waktunya dapat dibedakan atas
penatalaksanaan secara konservatif dan aktif.
1. Konservatif
Bila tidak didapatkan komplikasi dan usia gestasi 28-37 minggu, diberikan obat-
obatan:
- Tokolitik
- Kortikosteroid untuk pematangan paru
- Vitamin C dosis tinggi
- Antibiotik4
Komplikasi :
a. Suhu > 38,2°C
13
b. Leukosit > 15000/mm3
c. Air ketuban berbau, kental, dan hijau kuning4
Apabila setelah pengobatan diberikan air ketuban tidak lagi keluar, maka
penderita boleh pulang dengan nasihat :
a. Tidak boleh bersetubuh
b. Vagina tidak boleh diirigasi
c. Tidak memakai celana dalam, pembalut wanita atau semua yang
memudahkan terjadinya infeksi.
2. Penatalaksanaan aktif
Indikasi penatalaksanaan aktif bila :
a. Didapatkan komplikasi
b. Usia kehamilan kurang dari 28 minggu atau lebih dari 37 minggu
c. Janin mati dalam kandungan
d. Indeks tokolitik > 84
b. Dilakukan terminasi
Pervaginam bila :
Usia gestasi < 28 minggu
Janin mati4
Perabdominam bila :
Kontra indikasi tetes pitosin
14
Letak lintang
Presentasi lain yang tidak memungkinkan pervaginam
Skor Bishop < 53
B. Letak Sungsang
Prognosis ibu
Mortalitas ibu tidak banyak berbeda, akan tetapi oleh karena tindakan pervaginam
maupun perabdominam lebih sering dilakukan maka morbiditas akan lebih tinggi
bila dibandingkan dengan persalinan presentasi belakang kepala.
Prognosis janin
Mortalitas ibu tak banyak berbeda dengan presentasi belakang kepala morbiditas
akan bertambah yaitu ruptura perinei.
Pada janin mortalitas 3 kali lebih besar dibandingkan dengan presentasi belakang
kepala dan juga morbiditasnya lebih tinggi.
15
Mortalitas/morbiditas meningkat disebabkan oleh karena setelah sebagian janin
lahir maka terus akan berkontraksi dan akan mengakibatkan gangguan sirkulasi
uteroplasenter, janin akan bernafas, terjadi aspirasi air ketuban/ mekonium/ lendir/
darah.
Waktu kepala janin masuk pintu atas panggul, tali pusat terjepit antara kepala dan
panggul, sehingga bahaya anoksia akan bertambah maka kepala sudah harus lahir
sebelum 8 menit setelah tali pusat lahir.
Perdarahan intraknial disebabkan :
Kepala janin harus lahir dalam waktu yang relatif pendek sehingga
kesempatan untuk mengadakan molase tidak ada.
Tarikan yang berkelebihan pada kesukaran melahirkan kepala oleh
disproporsi kepala panggul, pembukaan belum lengkap atau kesalahan teknis.
Pertolongan terlalu cepat menyebabkan kepala yang mengadakan
kompresi sekonyong-konyong mengadakan dekompresi.
Kerusakan tulang belakang karena tarikan terlalu kuat terutama pada
daerah servikal
sering terjadi tali pusat menumbung oleh karena bagian bawah tidak menutupi
pintu atas panggul karena pertolongan dapat terjadi fraktura humerus,
klavikula, paralisis lengan karena tarikan pada pleksus brakialis.
PENATALAKSANAAN
1. Dalam kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan
kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan
pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi
luar (jika tidak ada kontraindikasi)
Versi luar sebaiknya dilakukan
pada kehamilan 34-38 minggu.
Pada umumnya versi luar sebelum
minggu ke 34 belum perlu
dilakukan karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar
sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan
16
karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah
berkurang. Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus
pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul sempit, perdarahan
(5,6,9)
antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa . Keberhasilan
versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi pada
multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat
prediksi keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor
(Bhisop-like score).
Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+
Panjang serviks (cm) 3 2 1 0
Station -3 -2 -1 +1,+2
Konsistensi Kaku Sedang Lunak
Position posterior Mid anterior
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara
lain: narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan
sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan
narkosis dihindari pada versi luar (6).
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan
dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala.
Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain
yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta
previa atau adanya tumor dalam rongga panggul (6).
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka
penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang
dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam
(5,6)
dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong .
Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna
17
(complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang
adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan
indikasi CPD, kepala fleksi. Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung
melalui tiga tahap yaitu:
18
Terjadi p e r s a l i n a n b o k o n g ,
dengan trokanter depan
s e b a g a i hipomoklion.
Setelah trokanter belakang lahir,
terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan trokanter depan,
sehingga seluruh bokong
janin lahir.
19
Bahu janin mencapai pelvic
'gutter' (jalan sempit) dan
melakukan putar paksi dalam
sehingga diameter biacromion
terdapat pada diameter
anteroposterior diameter pelvic
bagian luar.
Secara simultan, bokong
melakukan rotasi anterior 90 o.
Kepala janin kemudian masuk ke
tepi pelvik, sutura sagitalis berada
pada tepi diameter transversal.
Penurunan ke dalam pelvic terjadi
dengan flexi dari kepala.
20
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai
pusat (skapula depan).
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya
mulut.
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala
lahir.
Teknik :
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan
sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan
kelahiran.janin harus selalu disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva.
Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal
paha. Pada saat bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5
unit oksitosin intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah
bokong lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jani-jari lain
memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan
tampak teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan
hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior,
yaitu punggung janin didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya
mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut
dis es uaikan dengan gaya berat badan janin. Bers amaan dengan
dilakukannya hiferlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller
pada fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan
hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar, perut, badan lengan, dagu,
mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas
dan rawat tali pusat.
Keuntungan :
21
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong
tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling
mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang
dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit,
janin besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan
menjungkit atau menunjuk.
22
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua
melahirkan bahu dan langan oleh penolong:
1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu
dan lengan secara klasik
ini melahirkan lengan
belakang lebih dulu
karena lengan belakang
berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang
berada di bawaah simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan
penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin
sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri
penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk
menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah
dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.
Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan
kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
Keuntunga cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua
persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relative tinggi
didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang
dapat manimbulkan infeksi.
2. Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu
dan lengan secara
Mueller ialah
melahirkan bahu dan
lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan
lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu
jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada
krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan
ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di
23
bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.
Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu
belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga
mengurangi infeksi.
3. Cara lovset
Prinsip melahirkan
persalinan secara Lovset
ialah memutar badan janin
dalam setengah lingkaran
bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan
dapat dilahirkan. Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat
dilakukan pada semua letak sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak
dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul
sempit.
4. Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara
klasik.
24
Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut,
hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala
janin.
2. Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi
sehingga jari penolong tidak dimasukkan ke dalam mulut
janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher
janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan
dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin
kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena
menimbulkan trauma yang berat.
3. Cara Prague Terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang
dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong
mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak
tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan
kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin
sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion,
kepala janin dapat dilahirkan.
4. Cara Cunam Piper
Seorang asisten memegang badan janin
pada kedua kaki dan kedua lengan janin
diletakkan dipunggung janin. Kemudian
badan janin dielevasi ke atas sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu.
Pemasangan cunam piper sama
prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam
dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah
oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan
suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi
dan akhirnya seluruh kepala lahir.
25
Prosedur Ekstraksi Sungsang
1. Teknik ekstraksi kaki
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari
kaki depan dengan menelusuri bokong, pangkal
paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan
fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi
fleksi. Tangan yang dikuar mendorong fundus uterus
ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan
kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina
sampai batas lutut. Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam
kebawah sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang kemudian tarik
curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan
pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan
bokong pun lahir. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin
selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks, badan janin ditarik curam
kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang
lainnya dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual aid.
2. Teknik ekstraksi bokong
Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di
dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong
yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan
di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan
ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka
jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara
femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.
KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:
- Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
- Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
26
- Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi:
- Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan
alat-alat vital intra-abdominal.
- Infeksi karena manipulasi
- Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher,
rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan
fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-
alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati (5,6,4).
KESIMPULAN
1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien pada kasus ini
sudah tepat.
2. Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat, yaitu terapi aktif dengan
pemberian antibiotik
3. Pada kasus ini dicurigai kurangnya kekuatan dan elastisitas selaput ketuban
sehingga ketuban pecah sebelum waktunya disebabkan karena adanya
infeksi
27
DAFTAR PUSTAKA
2. Pernoll ML. Benson & Pernoll handbook of obstetric and gynaecology. 10th
ed. Boston : McGraw-Hill companies, 2001.
28
5. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising
Division, 509-536.
6. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and
outcome of 699 term singleton breeech deliveries at a single center.
Am J Obstet Gynecol 2002;187:1694-8.
7. Manuaba, I.B. 1995. Persalinan Sungsang dalam: Operasi Kebidanan
Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 174-201.
8. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2006. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi
keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 606-
622
9. Kampono, Nugroho, dkk. 2008. Persalinan Sungsang. Available from:
http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html. (Accessed: 2008, October
26).
10. Jeremy Oats and Suzanne Abraham. 2005. Llewellyn-Jones Fundamentals of
Obstetrics and Gynaecology 8th Edition. Elsevier Mosby, Edinburgh: 168-171
29