Anda di halaman 1dari 9

PREMI ASURANSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di
Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam
menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Demikian pula di dunia usaha dalam menjalankan
kegiatannya menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat mengganggu kesinambungan usahanya.

Asuransi merupakan metode yang paling banyak dipakai untuk menangani risiko. Asuransi menjanjikan
perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap risiko yang dihadapi perorangan maupun risiko yang
dihadapi perusahaan.

Disamping itu, usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan menjadi penting perannya
karena dari kegiatan perlindungan risiko. Perusahaan asuransi menghimpun dana masyarakat dari
penerimaan premi. Dengan peranan asuransi tersebut maka makin terasa kebutuhan akan hadirnya
industri perasuransian yang kuat dan dapat diandalkan.

Didalam asuransi terdapat premi yakni pembayaran dari tertanggung kepada penanggung sebagai
imbalan jasa atas pengalihan risiko kepada penanggung.

Dengan demikian dalam pembahasan makalah kami akan dibahas lebih lanjut mengenai premi asuransi.

B. Rumusan Masalah

Dari makalah yang kami buat ini, yang dapat kami paparkan adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian premi asuransi?

2. Apa fungsi premi asuransi aktuaria dan penentuan tarif?

3. Apa saja komponen premi asuransi dan jenis tarif asuransi?

4. Bagaimana pembayaran premi?

5. Bagaimana pengembalian premi?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Premi Asuransi

Premi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung, sebagai imbalan jasa atas pengalihan
risiko kepada penanggung. [1]

Premi adalah sesuatu yang diberikan sebagai hadiah, sumbangan atau sesuatu yang dibayar sebagai
tambahan (ekstra) perangsang.

Dalam skop asuransi, premi merupakan:

1) Imbalan jasa atas jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung untuk mengganti
kerugian yang mungkin diderita oleh tertanggung.

2) Imbalan jasa atas jaminan perlindungan yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung
dengan menyediakan sejumlah uang (benefit) terhadap risiko hari tua maupun risiko kematian (asuransi
jiwa).[2]

B. Fungsi Premi Asuransi Aktuaria Dan Penentuan Tarif

1. Fungsi Premi Asuransi

Premi sangat penting bagi penanggung, karena dengan premi yang berhasil dikumpulkan dan para
tertanggung (yang jumlahnya cukup banyak) dalam waktu yang relative lama, akan membentuk
sejumlah dana yang cukup besar, dan dari dana tersebut perusahaan asuransi akan mampu:

a. Mengembalikan tertanggung kepada posisi (ekonomi) seperti sebelum terjadi kerugian.

b. Menghindari tertanggung dari kebangkrutan sedemikian rupa, sehingga mampu berdiri pada posisi
seperti keadaan sebelum terjadinya kerugian.

Sedang bagi tertanggung premi juga sangat penting, karena premi yang harus dibayar adalah unsur
biaya baginya, yang akan mempengaruhi kegiatan/tingkat konsumsinya. Oleh karena itu, tinggi-
rendahnya premi pada umumnya akan menjadi pertimbangan utama bagi tertanggung apakah dia akan
menutup risiko dengan asuransi atau tidak.
2. Aktuaria Dan Penentuan Tarif

Pekerjaan menghitung premi pada asuransi adalah merupkan fungsi yang sangat penting. Maka pada
setiap perusahaan asuransi ada bagian yang khusus menangani pekerjaan ini. Bagian atau orang yang
berfungsi mengerjakan tugas ini disebut aktuaria/aktuaris.[3]

Pekerjaan penentuan premi asuransi berkisar antara value judgment sampai highly scientifik.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan tarif, antara lain:

a. Situasi persaingan.

b. Kondisi/struktur perekonomian.

c. Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah.

Dengan demikian penentuan tarif premi asuransi menjadi tidak mudah, sangat rumit dan membutuhkan
kehati-hatian, sebab bila terlalu rendah tidak akan dapat menutup biaya operasi (cost of operation),
sedang bila terlalu tinggi jumlah pembeli polis akan sedikit.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan tarif premi asuransi umumnya menyangkut
(terutama pada asuransi kerugian):

a. Jenis barang yang diasuransi.

b. Kondisi pertanggungannya.

c. Jenis alat pengangkut barang yang diasuransikan.

d. Cara penimbunan/pengaturan barang dalam pengangkutan.

e. Jangka waktu pertanggungan.

Dalam menentukan tarif harus diupayakan terciptanya jumlah ideal yang sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya, yaitu tarif yang dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan untuk mengganti
kerugian yang terjadi dan memberikan sedikit keuntungan untuk kelangsungan hidup perusahaan yang
bersangkutan.

C. Komponen Premi Asuransi dan Jenis Tarif Asuransi

1. Komponen Premi Asuransi

Macam-macam dan komponen dari tarif premi asuransi antara lain sebagai berikut:

a. Premi dasar
Premi dasar adalah premi yang dibebankan kepada tertanggung ketika polis dibuat atau dikeluarkan.
Yang perhitungannya didasarkan pada:

a) Data dan keterangan yang diberikan oleh tertanggung kepada penanggung pada waktu penutupan
asuransi pertama.

b) Luasnya risiko yang dijamin oleh penanggung sesuai yang dikehendaki oleh tertanggung.

b. Premi tambahan

Data dan keterangan yang disampaikan oleh tertanggung kepada penanggung ketika menutup asuransi
atau interestnya tidak selalu sama dengan keadaan yang sebenarnya atau pada saat polis
ditandatangani, karena pada saat itu data atau informasinya belum lengkap atau tertanggung
menghendaki perubahan kondisi pertanggungan.

c. Reduksi prima

Dalam hal-hal tertentu penanggung dapat memberikan pengurangan terhadap premi yang dikenakan.

d. Tarif kompeni

Untuk menghindari persaingan tidak sehat antar perusahaan asuransi, organisasi perusahaan-
perusahaan asuransi biasanya menyusun dasar tarif asuransi yang harus dipakai sebagai pedoman para
anggotanya dalam menentukan tarif premi asuransi yang akan dikenakan kepada para nasabahnya.[4]

2. Jenis Tarif Asuransi

Ada dua jenis tarif asuransi yaitu:

a. Manual atau Class Rate

Yaitu tarif premi asuransi yang berlaku untuk semua risiko sejenis.

b. Merit Rating

Yaitu metode penentuan tarif premi asuransi dimana tiap risiko dipertimbangkan berdasarkan keadaan
masing-masing.

D. Pembayaran Premi

1. Pembayaran Premi
Premi dibayar ketika polis dikeluarkan oleh penanggung. Umumnya penanggung belum mau
mengeluarkan polis sebelum premi dibayar lunas (kecuali bila ada persetujuan mengenai pembayaran
premi dengan cicilan).

Mengenai kewajiban tertanggung untuk menyelesaikan pembayaran premi asuransi kepada Penanggung
berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Menyimpang dari Pasal 257 KUHD (“Perjanjian pertanggung ada seketika setelah hal itu diadakan,
hak dan kewajiban kedua belah pihak dari penanggung dan dari tertanggung berjalan mulai saat itu,
bahkan sebelum polis ditandatangani”) tanpa mengurangi ketentuan yang diatur dalam poin 2 di bawah,
adalah prasyarat dari tanggung jawab penanggung atas risiko yang diasuransikan, yaitu bahwa premi
yang terutang harus dibayar lunas dan secara nyata telah diterima seluruhnya oleh pihak penanggung
dengan ketentuan:

1) Jika jangka waktu pertanggungan selama 45 (empat puluh lima) hari kalender atau lebih, maka
pelunasan pembayaran premi harus dilakukan dalam tenggang waktu 45 hari kalender dihitung dari
tanggal mulai berlakunya polis (pertanggungan).

2) Jika jangka waktu pertanggungan kurang dari 45 (empat puluh lima) hari kalender, pelunasan
pembayaran premi harus dilakukan dalam tenggang waktu sesuai dengan jangka waktu pertanggungan
yang disebutkan dalam polis.[5]

b. Apabila jumlah premi yang sudah ditentukan tidak dibayar sesuai dengan cara dan dalam jangka
waktu seperti yang ditentukan pada titik 1 di atas, maka Polis menjadi batal dengan sendirinya terhitung
mulai tanggal berakhirnya tenggang waktu tersebut di atas dan Penanggung dibebaskan dari semua
tanggung jawab sejak tanggal yang dimaksud, tanpa mengurangi jaminan asuransi yang telah menjadi
tanggung jawab Penanggung sebelum tanggal itu, dengan tidak mengurangi premi untuk jangka waktu
tersebut, yaitu sebesar 25% dari premi satu tahun.

2. Perhitungan Premi

Nilai asuransi satu kendaraan bermotor Rp. 8.000.000,- sesuai dengan harga sebenarnya. Untuk harga
pertanggungan Rp 3.000.000,- preminya 5% dan untuk harga pertanggungan Rp 5.000.000,- preminya
3%. Harga pertanggungan TJH Rp. 1.000.000,- dengan premi 1%.

Perhitungan premi untuk jaminan selama satu tahun:

1) Premi dasar: 5% x Rp 3.000.000,- = Rp 150.000

Premi dasar: 3% x Rp 5.000.000,- = Rp 150.000

Premi TJH : 1% x Rp 1.000.000,- = Rp 10.000

Rp 310.000

2) Ke dalam jumlah premi ini ditambah bea materai dan biaya polis.[6]
3. Cara Pembayaran Premi

Premi dibayar di muka untuk jaminan selama satu tahun (12 bulan), namun dapat diangsur secara
semester atau triwulan.

1) Cicilan secara semester

Semester pertama sebesar 65% dari premi satu tahun,

Semester kedua sebesar 35% dari premi satu tahun.

2) Cicilan secara triwulan:

Triwulan pertama sebesar 40% dari premi satu tahun,

Triwulan kedua sebesar 40% dari premi satu tahun,

Triwulan ketiga sebesar 10% dari premi satu tahun,

Triwulan keempat sebesar 10% dari premi satu tahun.

E. Pengembalian Premi

Pengembalian premi (restorno) adalah pengembalian premi dari penanggung kepada tertanggung. Ini
terjadi karena perjanjian gugur sebelum penanggung menanggung bahaya atau baru menanggung
sebagian, kelebihan pembayaran premi insurable interestnya tidak ada, kondisi jaminan dipersempit dan
sebagainya.

Untuk memproses pengembalian premi diperlukan biaya administrasi dan jasa bagi karyawan yang
menyelasaikan restorno tersebut.

Pengembalian premi terbagi atas tiga hal yaitu:

1) Restorno karena perjanjian gugur

Dalam hal ini 282 KUHD menentukan:”dalam segala hal dimana persetujuan asuransi tidak berlaku
untuk seluruhnya atau sebagiannya menjadi gugur, asalkan tertanggung berbuat dengan itikad baik
penanggung harus mengembalikan premi baik seluruhnya maupun sebagian yang tidak ditanggung
bahayanya.

2) Restorno atas kelebihan premi

Bila premi yang telah dibayar ternyata lebih besar dari premi yang seharusnya dibayar, maka
kelebihannya harus dikembalikan kepada tertanggung.

3) Restorno karena insurable interest tidak ada


Sejumlah barang atau hak diasuransikan dan premi telah dibayar lunas pada saat polis dikeluarkan. Bila
ternyata terbukti dengan sah bahwa tertanggung tidak mempunyai insurable interest terhadap barang
tersebut, maka perjanjian menjadi batal sehingga seluruh premi yang telah diterima harus dikembalikan
kepada tertanggung.[7]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Premi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung, sebagai imbalan jasa atas
pengalihan risiko kepada penanggung.

2. Premi sangat penting bagi penanggung, karena dengan premi yang berhasil dikumpulkan dan para
tertanggung (yang jumlahnya cukup banyak) dalam waktu yang relative lama, akan membentuk
sejumlah dana yang cukup besar. Sedang bagi tertanggung premi juga sangat penting, karena premi
yang harus dibayar adalah unsur biaya baginya, yang akan mempengaruhi kegiatan/tingkat
konsumsinya.
3. Premi dasar adalah premi yang dibebankan kepada tertanggung ketika polis dibuat atau
dikeluarkan.

4. Premi dibayar ketika polis dikeluarkan oleh penanggung. Umumnya penanggung belum mau
mengeluarkan polis sebelum premi dibayar lunas (kecuali bila ada persetujuan mengenai pembayaran
premi dengan cicilan).

5. Pengembalian premi (restorno) adalah pengembalian premi dari penanggung kepada tertanggung.
Ini terjadi karena perjanjian gugur sebelum penanggung menanggung bahaya atau baru menanggung
sebagian, kelebihan pembayaran premi insurable interestnya tidak ada, kondisi jaminan dipersempit dan
sebagainya.

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, apabila ada kekurangan maupun kesalahan dalam penulisan kami
mohon maaf. Kritik dan saran yang mendukung senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Djojosoedarso Soeisno. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta: Salemba

Empat.

Salim A Abas. 2000. Asuransi dan Manajemen Risiko. Jakarta: PT Rajagrafindo.

Veithzal Rivai, Basri Modding dkk. 2003. Manajemen Kelembagaan Keuangan, Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.
[1] Djojosoedarso Soeisno, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Jakarta, Salemba Empat,
2003, hlm., 127

[2] Veithzal rivai, basri modding dkk, Manajemen Kelembagaan Keuangan, Jakarta, PT Rajagrafindo
Persada, 2003, hlm., 190

[3] Djojosoedarso Soeisno, Op. Cit., hlm., 128

[4] Ibid, hlm., 129-130

[5] Ibid, hlm., 148

[6] Salim A Abas, Asuransi dan Manajemen Risiko, Jakarta, PT Rajagrafindo, 2000, hlm., 96-97

[7] Djojosoedarso Soeisno, Op. Cit., hlm., 131-132

Anda mungkin juga menyukai