Anda di halaman 1dari 6

Hasil Uji Mekanis Material Stainless Steel SS316L Berbasis

Bahan Baku Lokal Untuk Aplikasi Pada Implant/Tulang Buatan


Barman Tambunan, I Nyoman Jujur, Muhammad Kozin, Hadi P Sulaikan

Pusat Teknologi Material - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi


Gedung BPPT II, Lt 22 Jl. MH Thamrin No. 8 Jakarta 10340
Email: barmantam@yahoo.co.uk, barman@webmail.bppt.go.id

Abstrak

Stainless steel merupakan salah satu jenis baja yang banyak digunakan dalam berbagai industri
khususnya untuk industri yang membutuhkan bahan yang memiliki ketahanan terhadap korosi tinggi
serta sifat mekanis yang baik. Indonesia memiliki pertambangan Ferro Nickel (FeNi) yang cukup
besar berlokasi di Pomalaa, Sulawesi Selatan. Dalam penelitian ini dilakukan optimalisasi bahan baku
Ferro Nikel yang telah dipadukan untuk diaplikasikan sebagai material implant/tulang buatan tipe
SS316L. Hasil riset ini belum sepenuhnya menghasilkan material baja tahan karat austenitik SS316L
sesuai standar. Saat ini telah dilakukan karakterisasi material SS316L hasil pengecoran dengan metoda
investment casting dan telah dilakukan kajian dan studi pustaka dalam rangka memperbaiki kondisi
material SS316L.

Hasil uji mekanis spesimen SS316L menunjukkan bahwa kekuatan material SS316L hasil kegiatan ini
dibandingkan dengan material SS316L Standard mempunyai nilai yang cukup baik dibandingkan
dengan data dari standard SS316L. Namun hasil uji mekanis menunjukkan masih diperlukan
penyesuain untuk memenuhi kriteria kekuatan implant/tulang buatan pada bidang kesehatan. Hasil
riset ini diyakini memiliki nilai guna yang sangat tinggi dalam pemanfaatan bahan baku stainless steel
lokal (Fe-Ni-Cr) tipe SS316L terutama untuk aplikasi pada bidang kesehatan.

Kata Kunci: Stainless Steel, FeNiCr, Uji Impact, Investment Casting, Implant

Pendahuluan

Proses pembuatan material stainless steel di Indonesia masih mengandalkan bahan baku impor. Salah
satu komponen bahan bakunya adalah Nikel (Ni) murni yang keberadaannya cukup banyak di
Pomalaa - Sulawesi. Pada pembuatan stainless steel diperlukan nikel dengan persentase yang cukup
tinggi, sehingga kebutuhan akan nikel impor cukup besar. Kegiatan ini telah menghasilkan bahan baku
stainless steel (Fe-Ni-Cr) dari FeNi lokal dengan memanfaatkan fasilitas peleburan yang ada di PT
Aneka Tambang. Selanjutnya dengan menggunakan fasilitas pengecoran dengan metoda investment
casting di Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) – Bandung telah dihasilkan implant dengan bahan
baku stainless steel SS316.

Stainless steel merupakan salah satu jenis baja yang banyak digunakan dalam berbagai industri
khususnya untuk industri yang membutuhkan bahan yang memiliki ketahanan terhadap korosi tinggi
serta sifat mekanis yang baik. Stainless steel adalah baja yang telah ditambahkan unsur chromium (Cr)
dan Nickel (Ni) yang diperlukan untuk meningkatkan ketahanan korosi yang diakibatkan oleh
terbentuknya lapisan tipis oksida krom atau Chromia (Cr 2O3) yang stabil pada permukaan baja [1,2].
Unsur lain yang mampu membentuk lapisan oksida pasif adalah Al, yang membentuk Al 2O3 yang
lebih stabil dari Chromia tapi lebih mudah diserang hot corrosion [3]. Oksida pasif yang terintegrasi
dipermukaan logam akan melindungi logam dari serangan media agresif. Pembentukan lapisan pasif
ini ditentukan oleh kimia paduannya. Penambahan unsur-unsur paduan pada stainless steels dilakukan
terutama untuk mengontrol mikrostruktur dan ketahanan korosinya dimana ketahanan korosi tersebut
akan sangat bergantung pada kestabilan lapisan oksidasinya. Hal ini akan menjadi optimal untuk
lingkungan yang berbeda oleh paduan (alloying) dengan unsur lain seperti Ni, Mo, N dan Cu.
Kestabilan fasa-fasa yang ada pada stainless steel tergantung pada keberimbangan unsur-unsur paduan
yang ada. Stainless steel yang tepat digunakan untuk aplikasi medis adalah dari jenis Austenitic
Stainless Steel (tipikal : 18%Cr, >8%Ni dan <0.1%C). Unsur paduan yang diperlukan disini dapat
dikelompokkan atas unsur-unsur penstabil austenit. Austenitic Stainless Steel memiliki katahanan
oksidasi baik, ketahanan korosi sangat baik, ketangguhan tinggi, kekuatan yang sedang, mudah
dibentuk dan mempunyai sifat mampu las yang baik. Ketangguhan dan mampulas yang baik pada
stainless steel dapat ditingkatkan antara lain dengan mengurangi unsur C dan Ni pembentuknya.
Sebagai tambahan, Austenitic stainless steel ini bersifat non-magnetik serta memiliki ketahanan creep
dan oksidasi pada temperatur tinggi baik [4]. Hal ini inilah yang menjadi pilihan dimana SS316L
merupakan stainless steel yang paling sesuai untuk aplikasi pada kesehatan atau sebagai implant.

Dalam penelitian ini dilakukan optimalisasi bahan baku Ferro Nikel yang telah dipadukan dengan
bahan lainnya yang telah menghasilkan material implant tipe SS316L. Dari hasil pengujian pada
specimen material stainless steel SS316L dalam penelitian ini belum sepenuhnya memenuhi standard
stainless steel yang diharapkan. Oleh sebab itu kegiatan optimalisasi dari proses pengecoran dengan
mengedepankan standart operating procedure (SOP) dan kontrol yang baik diharapkan kwalitas
stainless steel dengan jenis SS316L untuk aplikasi pada implant dapat tercapai.

Tata Kerja/Prosedur Percobaan

Metodologi yang telah digunakan sampai saat ini dapat dijabarkan secara singkatnya sebagai berikut:
a. Menghitung material balance dari material input yang akan dimasukan dengan SOP yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan SS316L. Dalam hal ini dilakukan pemaduan dengan kondisi
dimana produk scrap SS316L divariasikan mulai dari 50%, 70% hingga 90%.
b. Peleburan dengan dapur induksi. Kemudian semua material dimasukan dalan furnace dan
dilebur agar terjadi proses pemaduan. Proses pemaduan membatasi penggunaan scrap antara 5%
sampai dengan 50%.
c. Pengujian untuk mengetahui komposisi dari produk SS316L.
d. Pengujian mekanis produk SS316L yaitu uji impack.
e. Manufaktur prototipe tulang buatan

Bagan metodologi untuk persiapan bahan baku stainless steel SS316L dapat dilihat dalam Gambar 1
dibawah ini..

Gambar 1. Metodologi Penelitian

Sesuai dengan metodologi penelitian yang terdapat dalam gambar 1, pembuatan specimen dan implant
/ tulang buatan dilaksanakan setelah proses pengecoran. Pembuatan implant dengan bahan baku
material FeNi (Ferro Nikel) Pomalaa dan paduannya telah menghasilkan hasil produk implant / tulang
buatan dengan menggunakan proses rekayasa ulang seperti dapat dilihat dalam gambar 2.
Gambar 2. Implant / Tulang buatan dengan 6 lubang

Hasil Percobaan

Proses pembuatan material baja tahan karat austenitik SS316L telah dilakukan dengan pemaduan FeNi
(Ferro Nikel) bahan baku dari Pomalaa dengan paduannya. Setelah bahan baku berhasil dijadikan
material SS316L tahapan selanjutnya adalah melakukan karakterisk material. Sampai saat ini telah
dihasilkan karakterisasi material SS316L hasil pengecoran dan telah dilakukan kajian dan studi
literature dalam rangka memperbaiki kondisi material SS316L yang telah dihasilkan. Tabel 1
menunjukkan table komposisi stainless steel SS316L yang disesuaikan dengan standard SS316L
komersial. Selanjutnya dalam Tabel 2 menunjukkan komposisi stainless steel hasil paduan dari bahan
baku PT ANTAM Pomalaa.

Tabel 1. Perbandingan Standar SS316 dengan FeNi Pomalaa PT ANTAM

Dari studi literatur diketahui bahwa salah satu kelemahan proses casting stainless steel adalah
terbentuknya karbida yang diakibatkan pada proses pendinginannya melewati temperatur kritis
(kisaran temperature antara 700° - 800° C ). Untuk menghilangkan karbida tersebut dilakukan
perlakuan panas sampai 1100° C dan diquench (pendinginan yang tiba-tiba) dalam air, sehingga
karbida diharapkan larut dan membentuk fasa austenit murni. Tentunya dengan kadar karbon C
serendah mungkin. Dalam penelitian ini akan dicoba untuk melakukan proses perlakuan panas tersebut
dengan maksud meminimalisir karbida yang sudah terlanjur terbentuk. Dari hasil foto struktur mikro
spesimen SS316L didapat dibuktikan bahwa terbentuknya butir-butir hitam pada hasil metalography
pengecoran SS316L menandakan adanya metal karbida didalamnya. Hal ini mengakibatkan adanya
beda potensial yang cukup besar dalam batas butir didalamnya. Batas butir ini sangat berbahaya dan
sebaiknya dihindari karena akan menyebabkan terjadinya korosi dan ini membuat daya tahan dari
material menjadi lemah. Oleh sebab itu perlu dilakukan perbaikan material atau perbaikan impurity-
nya. Untuk memperbaiki impurity tersebut maka perlu diusahakan agar kadar karbon ditekan sampai
0.1% daerah SSS316L austenitik.
Tabel 2. Hasil Uji Komposisi Stainless Steel SS316L
KOMPOSISI KIMIA BIOMATERIAL
Scrap Scrap Casting Proses 3 kali
Unsur SS 316L
Ni SS316L pengujian A, B dan C
B A C
Karbon ( C ) 0.08 max 0.056 0.012 0.228 0.33 0.305
2
Silium (Si) 1.00 max 0.391 0.461 0.80 0.701
4
Mangan (Mn) 2.00 max 1.468 1.068 1.83 1.741
5
Phospor (P) 0.045 max
Belerang ( S ) 0.030 max 0.017
Nikel (Ni) 10.00 ~ 15.88 10.010 13.550 12.0 12.500
14.00 0 9
Krom (Cr) 16.00 ~ 14.54 16.580 14.530 17.1 16.800
18.00 0 5
Molibdenum 2.00 ~ 3.00 2.193 2.335 1.19 1.978
(Mo) 5

Hasil produk dengan menggunakan material SS316L telah dilaksanakan berbagai uji mekanis yang
antara lainnya telah dilakukan uji impact. Untuk informasi mengenai mechanical properties dari
SS316L standard dapat dilihat pada hasil kajian litaratur [1]. Proses pengujian untuk uji impact dapat
dijelaskan sebagai berikut.

1. Dengan menggunakan caliper/mikrometer lakukan pengukuran luas area di bawah takik dari
sampel-sampel uji. Lalu mencatat hasil pengukuran di dalam lembar data.
2. Menguji satu demi satu sampel pada: temperatur ruang dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:

• Memastikan jarum skala berwarna merah sebagai penunjuk harga impak material berada
pada posisi nol.
• Memutar handel untuk menaikan pendulum hingga jarum penunjuk beban berwarna hitam
mencapai batas merah.
• Meletakkan benda uji pada tempatnya dengan takik membelakangi arah datangnya
pendulum. Pastikan benda uji tepat berada di tengah dengan bantuan centre setting.
• Bila benda uji telah siap, Centre setting ditarik ke posisi semula. Jangan meninggalkan
centre setting ini di belakang benda uji karena akan ikut mengalami tumbukan oleh
pendulum
• Bersiap melakukan pengujian pada posisi di samping alat uji.
• Melepas tombol pada tangkai pendulum sehingga pendulum berayun dan menumbuk benda
uji.
• Melakukan pengereman dengan menarik tuas rem sehingga ayunan pendulum dapat
dikurangi
• Membaca nilai yang ditunjukkan oleh jarum merah pada skala yang sesuai (300 Joule).
Lalu menghitung harga impak material dengan rumus dasar.
• Mengulangi pengujian untuk sampel-sampel selanjutnya .

Selanjutnya hasil uji impact diperlukan sebagai data awal untuk membandingkan kekuatan
material SS316L hasil kegiatan ini dibandingkan dengan material SS316L standard. Uji
impact menunjukkan nilai yang cukup baik walaupun belum optimal dibandingkan dengan
data dari standard SS316L. Hasil uji impact dapat dilihat dalam Gambar 3 dan Table 3
dibawah ini.

Gambar 3. Penampang Patahan Hasil Uji Impact

Tabel 3. Hasil Uji Impact Stainless Steel

LAPORAN UJI IMPACT SS316L BAHAN BAKU LOKAL (PT ANTAM)


Parameter Uji 1 2 3 4 5
Tebal (mm) 5.05 5.03 5.03 4.96 5.03
Lebar (mm) 10.00 10.01 10.01 10.03 9.93
Luas Penampang (Ao) mm2 50.05 50.35 50.35 49.74 49.94
Sudut awal pendulum ( α ),o 0 0 0 0 0
Sudut akhir pendulum ( β ),o 45 29 33 26 50
Energi yang diserap (E), kgf.m 3.6 2.1 2.5 1.8 4.5
Temperatur Uji,oC 24.1 24.1 24.1 24.1 24.1
Radius nocth 1.71 1.92 1.81 2.25 1.80
Lebar Notch 2.04 2.03 2.08 2.08 2.08
Kedalaman notch 4.98 5.02 4.95 5.03 4.93

Pembahasan

Data dalam Table 3 dan Gambar 3 diatas menunjukkan menunjukkan hasil dan model patahan dari
penampang hasil patahan dari uji impact material SS316L. Masih tingginya nilai unsur karbon dari
hasil pengecoran mengakibatkan pengurangan kekuatan dan kwalitas dari Stainless Steel yang
dihasilkan. Untuk itu perlu dilaksanakan penyesuaikan dan perbaikan proses agar dapat diaplikasikan
pada implant. Sesuai dengan standard bahan baku SS316L, kandungan yang diperbolehkan untuk
Karbon ( C ) adalah antara 0.03 % sampai dengan 0.08% (low carbon steel). Hal ini akan dianstisipasi
dengan perbaikan/optimasi dapur induksi yang digunakan sebelumnya. Berdasarkan hasil studi
literature ada beberapa cara lain yang direkomendasikan agar nilai karbon dapat diturunkan pada saat
dilakukan casting. Antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan vacuum furnace (dapur fakum)
dimana proses berlangsung dalam kondisi tekanan yang diturunkan (reduced pressure). Proses ini
dikenal dengan VOD process atau Vacuum Oxygen Decarburization Process. Cara lainnya adalah
dengan melakukan injeksi Oksigen dan Argon gas pada saat proses peleburan bahan baku stainless
steel dengan memperhatikan. Proses ini dikenal dengan AOD process atau Argon-Oxygen
Decarburization process.
Kesimpulan

Dari hasil uji mekanis menunjukkan adanya perbedaan kekuatan dari hasil uji impak yang diduga
diakibatkan oleh kurang sempuranya metode peleburan. Berdasarkan hasil uji komposisi spesimen
memang terlihat kandungan karbon spesimen masih lebih tinggi yaitu 0.3% dari standar maksimal
0.08%. Penggunaan skrap stainless steel pada saat peleburan dan Ni (nikel) berlebih dan kurang bersih
diduga dapat menaikkan kandungan karbon pada produk stainless steel hasil penelitian ini. Selain itu
pula kontrol yang kurang terhadap kandungan karbón yang ada pada scrap, bahan baku paduan dan
unsur lainnya memungkinkan kondisi peleburan yang tidak optimal.

Untuk mengantisipasi hal tersebut telah dilakukan beberapa analisis dan diskusi dengan para peneliti
dalam kegiatan ini. Saran yang telah di sampaikan untuk proses pengecoran selanjutanya adalah sbb:

1. Menganalisa dan memilih skrap dengan lebih hati-hati dengan memilihanya lebih dahulu
dengan baik sebelum dipakai pada proses peleburan. Maksimum skrap yang akan digunakan
dalam proses peleburan selanjutnya adalah antara 5% sampai dengan 20%.

2. Menganalisa impurities/pengotor yang ada pada struktur mikro yang diduga menyebabkan
penurunan kekuatan mekanisnya.

Proses menghilangkan impurities (pengotor) perlu menjadi perhatian penting dalam pembentukan
material SS316L mengingat kwalitas material sebagai bahan implant merupakan factor yang sangat
penting untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan. Pengurangan kekuatan dan timbulnya
korosi pada permukaan material implant akan mengakibatkan terjadinya radang pada tubuh manusia.

Daftar Pustaka

1. Jarot Raharjo, Laporan Akhir, “Pengembangan Material Stainless Steel Produk FeNi
Pomalaa untuk Pembuatan Komponen Industri”, Proyek Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Material, BPPT, Tahun 2003.
2. Alok Nayar, “The Steel Handbook”, McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi,
2003.
3. JIS Handbook, “Ferrous Materials & Metallurgy I & II”, Japanese Standards Association,
2003.
4. Stainless Steel, A Publication of the Iron and Steel Society, March 1999

Anda mungkin juga menyukai