Anda di halaman 1dari 18

Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis dan Psikomotorik Siswa Pada Pembelajaran


Fisika di SMA Negeri 1 Prambanan

Sri Handayani
Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan
Jl. Ringroad Selatan, Kragilan, Tamanan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55191
Email: sri1500007013@webmail.uad.ac.id

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) terhadap kemampuan berpikir kritis dan psikomotorik siswa. Metode yang digunakan adalah
quasy eksperimen (eksperimen semu), karena peneliti tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang
muncul. Analisis data dilakukan dengan menggunakan software SPSS dari hasil pretest dan posttest. Berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan,Ada pengaruh model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa. Hal ini berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menggunakan uji mann whitney pada kelas ekperimen
dan kelas kontrol diperoleh Asymp.Sig (2-tailed) itu menunjukkan 0,042 < 0,05, sehingga H0 diterima maknanya bahwa
ada pengaruh model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Ada
pengaruh model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) terhadap kemampuan psikomotorik. Hal ini berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan menggunakan uji mann whitney pada kelas ekperimen dan kelas kontrol diperoleh
Asymp.Sig (2-tailed) itu menunjukkan 0,000 < 0,05, sehingga H0 diterima maknanya bahwa ada pengaruh model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL) terhadap kemampuan psikomotorik siswa.

Kata kunci: Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL), Kemampuan Berfikir Kritis, Psikomotorik, Pengukuran.

Abstract

This research is a quantitative study with the aim to determine the effect of the Project Based Learning (PjBL) learning
model on students' critical and psychomotor thinking skills. The method used is quasy experiment (quasi-experimental),
because researchers do not allow to control all variables that arise. Data analysis was performed using SPSS software from
the results of the pretest and posttest. Based on the results of the analysis conducted, there is the effect of the Project
Based Learning (PjBL) learning model on students' critical thinking skills. This is based on the results of the analysis that
has been done using the mann whitney test in the experimental class and the control class obtained by Asymp. Sig (2-
tailed) shows 0.042 <0.05, so H0 is accepted meaning that there is an influence of the Project Based Learning (PjBL)
learning model on students' critical thinking skills. There is an influence of the Project Based Learning (PjBL) learning
model on psychomotor abilities. This is based on the results of the analysis that has been done using the mann whitney
test in the experimental class and the control class obtained by Asymp. Sig (2-tailed) shows 0,000 <0.05, so H0 is
accepted meaning that there is an influence of the Project Based Learning (PjBL) learning model on the psychomotor
abilities of students.

Keywords: Project Based Learning (PjBL) Learning Model, Critical Thinking Ability, Psychomotor, Measurement.

belajar dengan bentuk formal maupun informal yang


I. Pendahuluan berlangsung seumur hidup. Pendidikan sendiri dapat
diartikan sebagai upaya untuk mencerdaskan bangsa,
Pendidikan merupakan hal yang sangat mengembangkan potensi, menanamkan nilai-nilai
penting dalam kehidupan kita. Dengan pendidikan moral dan agama, membina kepribadian,
kita bisa mengetahui ilmu yang belum pernah kita mengajarkan pengetahuan, melatih keterampilan,
dapat atau ketahui selama ini, dengan pendidikan memberikan bimbingan dan arahan. Pendidikan
pula kita akan tahu penerapannya dalam kehidupan pada dasarnya adalah interaksi antara pendidik dan
sehari-hari. Karena pendidikan merupakan peserta didik, untuk mencapai tujuan yang telah
pengalaman-pengalaman yang didapat dari proses

1
ditentukan serta mengoptimalkan kemampuan pada II. Kajian Pustaka
setiap individu.
Kemampuan berpikir yang dimiliki siswa A. Model Project Based Learning
diantaranya yaitu kemampuan berpikir kritis dan 1. Pengertian Project Based Learning
psikomotorik. Keterampilan berpikir sudah ada Menurut Thohir [9] model
sejak mereka lahir. Semakin sering seseorang pembelajaran project based learning
berhadapan dengan suatu yang menuntut untuk merupakan suatu model pembelajaran yang
berpikir maka akan semakin berkembang dan relatif lama. Dimana model pembelajaran ini
meningkat kemampuan berpikirnya. Berpikir kritis sering kali digunakan dalam khusus-khusus,
adalah sebuah proses pemikiran yang bersifat selalu akan tetapi lambat tahun digunakan dalam
ingin tahu terhadap informasi yang ada untuk pembelajaran eksperimen, investigasi, dan
mencapai suatu pemahaman yang mendalam. laporan penelitian. Model pembelajaran
Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk project based learning mempunyai beberapa
melakukan pekerjaan dan memecahkan jenis variasi metode, akan tetapi semua
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan di dilibatkan dalam pekerjaan yang individu
masyarakat terutama di sekolah khususnya pada maupun kelompok.
pembelajaran fisika. Dimana siswa diajarkan cara Menurut Sastrika [7] project based
berpikir yang kritis dalam berpendapat dan learning merupakan pembelajaran yang
memegang teguh pada pendapatnya. Dengan berpusat pada masalah dengan memadukan
demikian siswa akan terbiasa untuk konsep-konsep dari sejumlah komponen
bertanggungjawab. seperti pengetahuan, disiplin ilmu atau
Psikomotorik adalah suatu keterampilan yang lapangan. Pembelajaran ini berlangsung
melibatkan otot dan kekuatan fisik. Psikomotorik secara kolaboratif dalam kelompok yang
sangat penting untuk ditingkatkan dalam heterogen. Dimana peserta didik menjadi
pembelajaran khususnya pada pembelajaran fisika terdorong dalam belajar mereka, serta guru
karena pembelajaran fisika berkaitan dengan cara berperan sebagai mediator dan fasilitator
mencari tahu tentang alam secara sistematis, saja.
sehingga fisiks bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- 2. Karakteristik Project Based Learning
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga Ada delapan karakteristik project based
merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran learning menurut Buck Institute for
fisika di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana Education dalam Sari [6] yaitu (1) peserta
bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam didik membuat keputusan dan kerangka
sekitar sehingga siswa mampu berkolaborasi dengan kerja; (2) terdapat masalah yang
lingkungan yang ada disekitar mereka. pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya;
Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu (3) peserta didik merancang proses untuk
sains. Fisika merupakan hasil kegiatan yang mencapai hasil; (4) bertanggungjawab untuk
dilakukan manusia berupa pengetahuan, gagasan, mendapatkan dan mengelola informasi yang
dan konsep tentang alam sekitar melalui proses dikumpulkan; (5) peserta didik melakukan
ilmiah. Pembelajaran fisika tidak cukup dengan evaluasi secara kuntinu; (6) teratur melihat
mempelajari produk tetapi juga membuat produk, kembali apa yang mereka kerjakan; (7) hasil
baik secara proses ilmiah maupun pengembangan akhir berupa produk dan dievaluasi
sikap ilmiah siswa. Untuk itu hasil belajar tidak kualitasnya; (8) situasi pembelajaran sangat
hanya terbatas pada ranah kognitif saja, akan tetapi toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
ranah psikomotorik dan ranah afektif juga. 3. Langkah-langkah Project Based Learning
Keterampilan psikomotorik sangat penting untuk langkah-langkah project based learning
diajarkan karean keterampilan siswa akan lebih yaitu: (1) mengidentifikasi permasalahan
mengetahui dan memahami apa yang telah mereka yang ada; (2) merencanakan proyek; (3)
pelajari. menyusun target; (4) membuat proyek; (5)
monitoring ; (6) menyelesaikan proyek; (7)
menguji dan presentasi hasil proyek; (8)
mengevaluasi.
Mengidentifikasi permasalahan yang
ada adalah kegiatan dimana peserta didik
mencari permasalahan yang ada disekitarnya.

2
Kemudian merencanakan proyek adalah Keterampilan; (3) Membimbing pelatihan;
kegiatan dimana peserta didik merencanakan (4) Mengecek pemahaman dan memberikan
seperti apa proyek yang akan dibuat. umpan balik; (5) Memberikan kesempatan
Sedangkan menyusun target adalah kegiatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
dimana peserta didik menyusun target C. Kemampuan Berpikir Kritis
penyelesaian proyek yang akan dibuat. 1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis
Membuat proyek adalah kegiatan Menurut Ennis dalam Rahayu [3]
dimana peserta didik membuat proyek menyatakan bahwa berfikir kritis merupakan
seperti rencana dan target yang dibuat. suatu proses dan kemampuan yang
Kemudian monitoring adalah kegiatan yang dilibatkan dalam membuat keputusan yang
dilakukan untuk tindakan koreksi sebagai rasional dimana harus jelas apa yang harus
penyempurnaan proyek selanjutnya. dilakukan dan apa yang harus dipercaya.
Sedangkan menyelesaikan proyek adalah Membuat keputusan yang rasional tentunya
kegiatan dimana proses penyelesaian proyek tidak asal saja tapi juga membutuhkan fakta
sesuai dengan target yang ditetapkan. atau data yang jelas dan dapat dipercaya.
Menguji dan presentasi hasil proyek Fakta dan data ini dapat berupa hasil
adalah kegiatan dimana peserta didik perhitungan matematis yang kita tidak bisa
mengujikan dan mempresentasikan hasil dikerjakan peserta didik.
proyek yang dikerjakan selama ini. Lalu Menurut Angelo (1995) dalam Alfiyah
mengevaluasi adalah kegiatan pada titik [7] berpikir kritis adalah mengaplikasikan
terakhir proses pembuat proyek dan proses rasional dalam kegiatan berpikir yang tinggi
penilaian kinerja proyek untuk yang meliputi kegiatan menganalisis,
meningkatkan kualitas kinerja proyek. mengenal permasalahan dan pemecahannya,
menyimpulkan, serta mengevaluasi.
B. Model Pembelajaran Langsung (Direct Kemudian menurut Rosnawati dalam
Instruction) Saregar (2016) kemampuan berpikir kritis
1. Pengertian Model Pembelajaran Langsung tidak hanya memerlukan kemampuan
Menurut Sumargo [8] model mengingat saja, akan tetapi juga memerlukan
pembelajaran langsung adalah suatu model kemampuan kreatif.
pembelajaran yang bertujuan untuk 2. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
membantu siswa dalam mempelajari materi Indikator kemampuan berpikir kritis
pelajaran yang dilakukan secara langkah yaitu (1) Memberikan penjelasan sederhan
demi langkah. Didalam pembelajaran secara dengan memfokuskan pertanyaan; (2)
langsung guru harus menganalisis struktur Membangun keterampilan dasar dengan
materi ke dalam langkah demi langkah mengobservasi dan mempertimbangkan
sebelum menerangkan atau laporan observasi; (3) Membangun
mendemonstrasikan materi tersebut kepada keterampilan dasar dengan
siswa agar siswa paham. mempertimbangkan apakah sumber dapat
Menurut Qurnain [10] model dipercaya atau tidak; (4) Memberikan
pembelajaran langsung adalah sebuah penjelasan sederhan dengan menganalisis
pendekatan yang mengajarkan keterampilan- argumen; (5) Mengatur strategi dan taktik
keterampilan dasar dimana pelajaran sangat dengan berinteraksi dengan orang lain; (6)
berorientasi pada tujuan dan lingkungan Memberikan penjelasan sederhana dengan
pembelajaran yang terstruktur secara ketat. bertanya dan menjawab pertanyaan; (7)
Di dalam model pembelajaran langsung Mengatur strategi dan taktik dengan
terdapat dua tujuan utama siswa yaitu menentukan suatu tindakan; (8)
penuntasan konten akademik yang Menyimpulkan dengan membuat dan
terstruktur dengan baik dan perolehan menentukan hasil pertimbangan; (9)
seluruh jenis keterampilan. Menyimpulkan dengan menginduksi dan
2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran mempertimbangkan hasil induksi; (10)
langsung Menyimpulkan dengan mendeduksi dan
Langkah-langkah model pembelajaran mempertimbangkan hasil deduksi
lansung yaitu: (1) Menyampaikan tujuan menyimpulkan ; (11) Memberikan
dan mempersiapkan siswa; (2) penjelasan lanjut dengan mendefinisikan
Mendemonstrasikan pengetahuan atau istilah dan mempertimbangkan suatu

3
definisi; (12) Memberikan penjelasan lanjut E. Materi Pengukuran
dengan mengidentifikasi asumsi-asumsi. 1. Besaran, Satuan, dan Dimensi
3. Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis a. Besaran
Menurut Rofiah [4] penilaian Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur,
kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan mempunyai nilai yang dapat dinyatakan
dengan menggunakan tes tertulis selain dengan angka-angka, dan memiliki satuan
digunakan untuk mengetahui profil tertentu. Contoh: panjang, massa, dan waktu.
kemampuan siswa, juga dapat digunakan Besaran-besaran dalam fisika dapat
sebagai sarana melatih kemampuan siswa dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
untuk berpikir kritis. Soal-soal yang besaran pokok dan besaran turunan.
digunakan sebagai latihan tersebut berisi 1) Besaran Pokok
pertanyaan yang menguji siswa dalam hal Besaran pokok adalah besaran yang
pemecahan masalah. satuannya ditetapkan terlebih dahulu dan
D. Kemampuan Psikomotorik tidak diturunkan dari besaran lain. Satuan
1. Pengertian Kemampuan Psikomotorik besaran pokok disebut satuan pokok dan
Menurut Rosa [5] ranah psikomotorik telah ditetapkan terlebih dahulu
merupakan ranah yang berkaitan dengan berdasarkan kesepakatan para ilmuwan.
keterampilan (skill) atau kemampuan Tabel 2. Besaran Pokok
bertindak setelah seseorang menerima No Besaran Lambang Satuan Lambang
pengalaman belajar tertentu. Ranah ini Pokok Besaran Satuan
diukur dengan mengamati dan menilai 1. Panjang l meter m
keterampilan siswa saat melakukan 2. Massa m kilogram kg
praktikum. Penilaian hasil belajar 3. Waktu t sekon s
psikomotor mencakup: kemampuan 4. Kuat I ampere A
arus
menggunakan alat dan sikap kerja, listrik
kemampuan menganalisis suatu pekerjaan 5. Suhu T kelvin K
dan menyusun urut-urutan pengerjaan, 6. Intensita I kandela cd
kecepatan mengerjakan tugas, kemampuan s cahaya
membaca gambar dan atau simbol, 7. Jumlah N mol mol
zat
keserasian bentuk dengan yang diharapkan
dan atau ukuran yang telah ditentukan. 2) Besaran Turunan
2. Indikator Kemampuan Psikomotorik Besaran turunan adalah besaran yang
Menurut Trowbridge dan Bybee dapat diturunkan dari besaran pokok.
(1973) dalam Yunita [12] terdapat empat Satuan besaran turunan disesuaikan
indikator kemampuan psikomotorik yaitu: dengan satuan besaran pokoknya.
(1) Moving; (2) Manipulating; (3) Tabel 3. Besaran Turun
Communicating; (4) Creating. No Besaran Lambang Rumus Satuan
Moving (bergerak) merupakan kategori Turunan Besaran Turunan
yang merujuk pada sejumlah gerakan tubuh 1. Luas A panjang x lebar m2
2. Volume V panjang x lebar m3
yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan x tinggi
fisik. Kemudian manipulating 3. Percepatan a kecepatan : m/s2
(memanipulasi) merupakan kategori yang waktu
merujuk pada aktivitas yang mencakup pola- 4. Kecepatan v perpindahan : m/s
pola yang terkoordinasi dari gerakan- waktu
gerakan yang melibatkan bagian-bagian 5. Gaya F massax kg m/s2
percepatan
tubuh, misalnya tangan-jari, tangan-mata. 6. Massa jenis  massa : volume kg/m3
Selanjutnya communicating 7. Tekanan P gaya : luas kg/ms2
(berkomunikasi) merupakan kategori yang 8. Usaha dan W gaya x kg m2/s2
merujuk pada pengertian aktivitas yang energi perpindahan
menyajikan gagasan dan perasaan untuk 9. Momentum p gaya x waktu kg m/s
diketahui oleh orang lain. Serta creating 10. Daya P usaha : waktu kg m2/s3
(menciptakan) merupakan kategori yang
merujuk pada proses dan kinerja yang
dihasilkan dari gagasan-gagasan baru.

4
b. Satuan Tabel 4. Dimensi Besaran Pokok
Satuan merupakan salah satu komponen No Besaran Pokok Satuan Dimensi
besaran yang menjadi standar dari suatu 1. Panjang m [L]
besaran atau pernyataan yang menjelaskan 2. Massa kg [M]
arti dari suatu besaran. Besaran satuan untuk 3. Waktu s [T]
4. Kuat arus A [I]
satu jenis besaran pernyatan yang listrik
menjelaskan arti dari suatu besaran 5. Suhu K [ ]
memberikan kesulitan sehingga digunakan 6. Intensitas cd [J]
satuan standar sistem internasional yang cahaya
disebut Sisteme Internationale d’Unites (SI). 7. Jumlah zat mol [N]
(a) Satuan Internastional
Satuan internasional adalah satuan (b) Dimensi Besaran Turunan
yang diakui penggunaanya secara Dimensi dari besaran turunan
internasional serta memiliki standar dapat disusun dari dimensi besaran-
yang sudah baku, dimana pada awalnya besaran pokok. Tabel berikut
sistem intrrnasional disebut sebagai menunjukkan berbagai dimensi besaran
sistem meter-kilogram-sekon (MKS). turunan.
Sistem itu juga disebut sistem Tabel 5. Dimensi Besaran Turunan
sentimeter-gram-sekon (CGS). Sistem
No Besaran Turunan Satuan Dimensi
metrik memiliki keunggulan, yaitu 1. Luas m2 [L]2
satuan tiap besaran, baik besaran pokok 2. Volume m3 [L]3
maupun besaran turunannya dapat 3. Percepatan m/s2 [L][T]-2
dinyatakan dalam besaran SI, hanya 4. Kecepatan m/s [L][T]-1
dengan awalan. 5. Gaya kg m/s2 [M][L][T]-2
6. Massa jenis kg/m3 [M][L]-3
(b) Satuan Baku dan Tak Baku
7. Tekanan kg/ms2 [M][L]-1[T]-2
Standar satuan tidak baku tidak 8. Usaha dan energi kg m2/s2 [M][L]2[T]-2
sama di setiap tempat, misalnya untuk 9. Impuls dan kg m/s [M][L][T]-1
mengukur panjang dengan jengkal dan momentum
hasta, untuk mengukur luas dengan 10. Daya kg m2/s3 [M][L]2[T]-3
tumbak atau bata, untuk mengukur
massa dengan pikul atau dacin. Standar (c) Kegunaan Dimensi
satuan baku nilai satuan harus tetap, Dimensi mempunyai dua kegunaan
artinya nilai satuan tidak bergantung yaitu untuk menentukan satuan dari
pada cuaca panas atau dingin, tidak suatu besaran turunan dengan cara
bergantung pada tempat, tidak analisis dimensional dan menunjukkan
bergantung pada waktu, dan sebagainya. kesetaraan beberapa besaran yang
Mudah diperoleh kembali, artinya siapa sepintas tampak berbeda.
pun akan mudah memperoleh satuan (1) Analisis Dimensional
tersebut jika memerlukannya untuk Analisis dimensional adalah
mengukur sesuatu. suatu cara untuk menentukan
c. Dimensi satuan dari suatu besaran turunan,
Dimensi adalah cara penulisan suatu dengan cara memperhatikan
besaran menggunakan simbol (lambang) dimensi besaran tersebut.
besaran pokok. Hal ini berarti dimensi suatu (2) Kesetaraan Beberapa Besaran
besaran menunjukkan cara besaran itu Selain digunakan untuk
tersusun dari besaran-besaran pokok. Cara mencari satuan, dimensi juga dapat
penulisan dimensi dari suatu besaran digunakan untuk menunjukkan
dinyatakan dengan lambing huruf tertentu kesetaraan beberapa besaran yang
dan diberi tanda kurung persegi [ ]. terlihat berbeda. Dua besaran
(a) Dimensi Besaran Pokok dikatakan setara jika keduanya
Pada suatu sistem internasional memiliki dimensi yang sama dan
(SI), ada tujuh besaran pokok yang keduanya termasuk besaran scalar
berdimensi. Untuk lebih jelasnya maupun besaran vektor.
perhatikan tabel beriku.

5
2. Pengukuran 10 cm dengan ketelitiannya 0,1
Pengukuran adalah suatu proses mm atau 0,01 cm. Disebut jangka
membandingkan nilai suatu besaran dengan sorong karena ujungnya mirip
beberapa nilai satuan besaran tersebut yang jangka yang dapat digeser
telah ditentukan. Hasil pengukuran akan (disorong). Kegunaan dari jangka
akurat jika kita mengukur dengan alat ukur sorong adalah untuk mengukur
yang tepat. Karena setiap alat ukur memiliki diameter luar, diameter dalam,
skala tertentu maka penggunaan suatu jenis kedalaman tabung, dan panjang
alat ukur ditentukan oleh beberapa faktor benda.
yaitu ketelitian hasil ukur yang diinginkan,
ukuran besaran yang diukur dan bentuk
benda yang akan diukur. Semakin kecil skala
yang digunakan, semakin teliti hasil yang
diperoleh. Berikut dijelaskan beberapa alat Gambar 2. Jangka sorong dan bagian-
bagiannya
ukur yang sering digunakan untuk
mengukur panjang, massa, dan waktu. Bagian-bagian penting jangka
a. Alat Ukur Besaran Panjang sorong sebagai berikut:
1) Mistar (Penggaris) (a) Rahang tetap yang dilengkapi
Mistar atau penggaris adalah dengan skala utama. skala
alat ukur yang paling sering utama jangka sorong memiliki
digunakan. Skala pengukuran skala dalam cm dan mm
terkecil: 1 milimeter. Ketelitian: dengan skala terkecil 1 mm.
setengah dari skala terkecil yaitu (b) Rahang geser yang dilengkapi
0,5 mm. Jenis mistar: penggaris dengan skala nonius atau skala
yang berbentuk lurus, berbentuk vernier. Skala nonius ini dapat
segitiga yang terbuat dari plastik digeser-geser. Skala nonius
atau logam, mistar tukang kayu. merupakan skala yang
Cahaya membaca yang tepat akan menentukan ketelitian
mendapatkan hasil pengukuran pengukuran. Panjang 10 skala
yang akurat. Ketika melakukan nonius adalah 9 mm dan
pengukuran dengan mistar, posisi dibagi dalam 10 skala. Ini
mata harus melihat tegak lurus berarti 1 skala nonius (jarak
terhadap skala mistar. Hal ini antara dua garis skala nonius
untuk menghindari kesalahan yang berdekatan) sama dengan
pembacaan hasil pengukuran akibat 0,9 mm. Selisih skala utama
beda sudut kemiringan. Kesalahan dengan skala nonius adalah 1
pengukuran semacam ini disebut mm-0,9 mm=0,1 mm atau
kesalahan paralaks. 0,01 cm. Jadi, skala terkecil
pada jangka sorong adalah 0,1
mm atau 0,01 cm.
Gambar 1. Penggaris
Hasil pengukuran
2) Rolmeter (Meter Kelos) menggunakan jangka sorong
Rolmeter merupakan alat ukur berdasarkan angka pada skala
panjang yang biasanya terbuat dari utama ditambah angka pada
plastik atau pelat besi. Panjang skala nonius yang dihitung
rolmeter dapat mencapai 25-50 dari 0 sampai dengan garis
meter dengan ketelitian skala nonius yang berimpit
pengukuran sampai 0,5 mm. dengan garis skala utama.
3) Jangka Sorong 4) Mikrometer Sekrup
Jarang sorong pertama kali Mikrometer Sekrup
ditemukan oleh seorang ahli teknik merupakan alat ukur ketebalan
berkebangsaan Prancis yang benda yang relatif tipis,
bernama Pierre Vernier. Jangka misalnya kertas, seng, dan
sorong adalah alat ukur panjang karbon. Bagian-bagian dari
yang mempunyai batas ukur sampai mikrometer sekrup adalah

6
rahang putar, skala utama, 2) Neraca analisis, dua lengan,
skala putar, dan silinder neraca ini untuk mengukur
bergerigi. massa benda, misalnya emas,
batu, Kristal benda, dan lain-
lain. Batas ketelitian neraca
analisis dua lengan yaitu 0,1
Gambar 3. Mikrometer Sekrup dan bagian- gram.
bagiannya 3) Neraca digital, massa benda
Bagian-bagian penting mikrometer yang diukur menggunakan
sekrup sebagai berikut: neraca digital hasilnya langsung
(a) Skala Tetap (Skala Utama) ditunjuk dan terbaca pada
Skala tetap terbagi dalam layarnya. Ketelitian pada neraca
satuan millimeter (mm). Skala digital sampai 0,001 gram.
ini terdapat pada laras dan
berbagi menjadi dua skala,
yaitu skala atas dan skala
bawah.
(b) Skala Putar (Skala Nonius)
Skala putar terdapat pada Gambar 5. Neraca digital
besi penutup laras yang dapat 4) Neraca lengan gantung, untuk
berputar dan dapat bergeser menentukan massa benda
ke depan atau ke belakang. menggunakan neraca gantung
Skala ini terbagi menjadi 50 dengan cara menggeser beban
skala atau bagian ruas yang pemberat di sepanjang batang.
sama. Satu putaran pada skala c. Alat Ukur Besaran Waktu
ini menyebabkan skala utama Waktu memiliki standar
bergeser 0,5 mm. Jadi, satu satuan yaitu sekon. Besaran waktu
skala pada skala putar diukur dengan jam atau arioji dan
mempunyai ukuran stopwatch. Stopwatch memiliki
1 ketelitian sampai 0,1 detik. Jam ada
 0,5 mm=0,01mm. bermacam-macam, di antaranya jam
50
Ukuran ini merupakan batas analog, jam digital, jam dinding, jam
ketelitian micrometer sekrup. atom, dan jam matahari.
b. Alat Ukur Besaran Massa
Massa benda menyatakan
banyaknya zat yang terdapat dalam
suatu benda. Massa tiap benda selalu Gambar 6. Jam dan Stopwatch
sama dimana pun benda tersebut 1) Jam atau arloji, memiliki
berada. Satuan SI untuk massa ketelitian 1 sekon
adalah kilogram (kg). Secara umum 2) Stopwatch, memiliki ketelitian
alat ukur massa disebut neraca atau 0,1 detik karena skala pada
timbangan. Prinsip kerja timbangan stopwatch dibagi menjadi 10
adalah keseimbangan kedua lengan, bagian
yaitu kesetimbangan antara massa 3) Jam atom sesium, memiliki
benda yang diukur dan anak ketelitian 1 sekon tiap 3.000
timbangan yang digunakan. tahun, artinya kesalahan
1) Neraca ohaus, neraca ini untuk pengukuran jam ini kira-kira
mengukur massa benda atau satu sekon dalam waktu 3.000
logam. Batas ketelitian neraca tahun
ohaus adalah 0,1 gram. d. Alat Ukur Besaran Kuat Arus
Alat untuk mengukir kuat arus listrik
disebut amperemeter. Amperemeter
mempunyai hambatan dalam yang sangat
Gambar 4. Neraca Ohaus tiga lengan dan kecil, pemakaiannya harus dihubungkan
bagian-bagiannya
secara seri pada rangkaian yang diukur

7
sehingga jarum menunjuk angka yang Secara matematis dapat dituliskan
merupakan besarnya arus listrik yang hubungan dari berbagai termometer sebagai
mengalir. berikut:
e. Alat Ukur Besaran Suhu a) Hubungan antara Celcius dan Reamur:
Satuan besaran suhu menurut SI adalah
Kelvin (K). Namun, sealin Kelvin masih ada 5 4
TC = ( TR) oC atau TR = ( TC) oR
lagi satuan yang lain, yaitu Celcius (OC), 4 5
Fahrenheit (OF), dan Reamur (OR). Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu adalah b) Hubungan antara Celcius dan
termometer. Sebuah termometer terdiri dari Fahrenheit:
sebuah pipa kapiler (pada bagian bawah berisi
air raksa atau alkohol dan ruang hampa 5
TC = (TF-32o) oC atau
diatasnya) dan dinding kaca yang berskala. 9
Cara penggunaan termometer adalah dengan
mencelupkan termometer pada zat yang 9
TF = ( TC+32o) oF
diukur. 5
Termometer yang baik harus memenuhi
dua syarat, yaitu sebagai berikut. c) Hubungan antara Reamur dan
1) Nilai suhu yang ditunjukkan tidak Fahrenheit:
dipengaruhi oleh nilai suhu pada
pengukuran sebelumnya 4
TR = ( TF-32o) oR atau
2) Nilai suhu dapat dibaca dengan cepat 9
walaupun digunakan untuk mengukur
suhu yang sangat tepat berbeda. 9
TF = ( TR+32o) oF
Prinsip kerja termometer adalah bahwa 4
volume zat cair akan berubah apabila
dipanaskan atau didinginkan. Volume zat d) Hubungan antara Celcius dan Kelvin:
cair akan bertambah apabila dipanaskan, TK=(TC+273) K atau TC=(TK-273) oC
sedangkan apabila didinginkan volume zat
cair akan berkuramg. Naik atau turunnya zat 3. Ketidakpastian Pengukuran
cair tersebut digunakan sebagai acuan untuk a. Penyebab Ketidakpastian Pengukuran
menentukan suhu suatu benda. 1) Kesalahan Umum
Berdasarkan zat pengisinya, termometer Kesalahan umum adalah
dibedakan menjadi termometer air raksa dan kesalahan yang disebabkan oleh
termometer alkohol. Perbandingan titik tetap keterbatasan pada pengamat saat
atas, titik tetap bawah, penemu, tahun melakukan pengukuran. Kesalahan
pembuatan, serta perbandingan skala pada ini dapat disebabkan oleh
termometer Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan kesalahan membaca skala kecil dan
Kelvin adalah sebagai berikut. kurang terampilan dalam menyusun
Tabel 6. Alat Ukur Besaran Suhu dan memakai alat, terutama untuk
alat yang melibatkan banyak
Celcius Reamur Fahrenheit Kelvin
Titik tetap
kompenen.
100 C
o
80 oR 212 Fo
373 K 2) Kesalahan Sistematis
atas
Titik tetap Kesalahan sistematis adalah
0 oC 0 oR 32 oF 273 K
bawah kesalahan yang disebabkan oleh
Dibuat oleh Anders Reamur dari Daniel Kelvin alat yang digunakan atau
Celcius Prancis Gabriel dari
dari Fahrenheit Inggris
lingkungan sekitar alat yang
Swedia dari Jerman mempengaruhi kinerja alat,
Tahun 1701- 1848- misalnya kesalahan kalibrasi,
1731 1986-1736
1744 1954 kesalahan titik nol, kesalahan
Perbanding kompenen alat atau kerusakan alat,
100 80 180 100
an skala
kesalahan paralaks,perubahan suhu,
dan kelembapan.
(a) Kesalahan Kalibrasi
Kesalahan kalibrasi terjadi
karena pemberian nilai skala

8
pada saat pembuatan atau b. Kesalahan pada Pengukuran Tunggal
kalibrasi (standardisasi) tidak Pengukuran tunggal adalah
tepat. Hal ini mengakibatkan pengukuran yang hanya dilakukan sekali
pembacaan hasil pengukuran saja.
menjadi lebih besar atau lebih 1
kecil dari nilai sebenarnya. Ketidakpastiaan = x   skala
Kesalahan ini dapat diatasi
2
terkecil
dengan mengkalibrasi ulang
alat menggunakan alat yang Hasil pengukuran = x 0  x
telah terstandardisasi. c. Kesalahan pada pengukuiran Berulang
(c) Kesalahan Titik Nol Ketidakpastian pada pengukuran
Kesalahan titik nol terjadi berulang dapat dirumuskan sebgai
karena titik nol skala pada alat berikut.
yang digunakan tidak tepat x1  x 2  x3  ....  x x
x 
0  N
(1) i

N N
berimpit dengan jarum
Nx i  (x i ) 2
2
penunjuk atau jarum penunjuk x 
1
N N 1
yang tidak bisa kembali tepat
Keterangan:
pada skala nol. Akibatnya,
x0=hasil pengukuran yang mendekati
hasil pengukuran dapat
nilai benar
mengalami penambahan atau
pengurangan sesuai dengan x = ketidakpastian pengukur
selisih dari skala nol N= banyaknya pengukuran yang
semestinya. Kesalahan titik nol dilakukan
dapat diatasi dengan d. Ketidakpastian Relatif
melakukan koreksi pada Dengan adanya ketidakpastian
penulisan hasil pengukuran. dalam pengukuran, maka tingkat
(d) Kesalahan Komponen Alat ketelitian hasil pengukuran dapat dilihat
Kerusakan pada alat jelas dari ketidakpastian relative yang
sangat berpengaruh pada diperoleh dari hasil bagi nilai
pembacaan alat ukur. Sebagai ketidakpastian ( x ) dengan nilai benar
contoh pada neraca pegas. Jika dikalikan 100%.
pegas yang digunakan sudah x
lama dan arus akan
Ketidakpastian relatif =  100 %
x
berpengaruh pada pengurangan Ketidakpastian relatif dapat digunakan
konstanta pegas. Hal ini untuk mengetahui tingkat ketelitian
menjadikan jarum atau skala pengukuran. Semakin kecil nilai
penunjuk tidak tepat pada ketidakpastian relatif, semakin tinggi
angka nol yang membuat skala ketelitian pengukuran.
berikutnya bergeser. 4. Notasi Ilmiah dan Angka Penting
3) Kesalahan Paralaks a. Notasi Ilmiah
Kesalahan paralaks terjadi bila Untuk mengatasi kesulitan yang
ada jarak antara jarum penunjuk timbul ketika harus menuliskan
dengan garis-garis skala dan posisi bilangan yang sangat besar (misalnya
mata pengamat tidak tegak lurus kecepatan cahaya kurang lebih sebesar c
dengan jarum. = 300.000.000 m/s), atau sebaliknya
4) Kesalahan Acak sangat kecil (misalnya massa elektron
Kesalahan acak adalah e=0,00000000000000000016
kesalahan yang terjadi karena coulomb) digunakan notasi ilmiah atau
adanya fluktuasi-fluktuasi halus awalan metrik. Penulisan dengan cara
pada saat melakukan pengukuran. ini tidak mengubah angka penting
Kesalahan ini dapat disebabkan bilangan yang bersangkutan. Bentuk
oleh adanya gerak Brown molekul baku atau notasi ilmiah hasil
udara, fluktuasi tegangan listrik, pengukuran dapat dinyatakan dengan:
landasan bergetar, bising, dan a,…x 10n
radiasi.

9
Keterangan: 43,51 kg memiliki 4 angka
a = bilangan asli mulai dari 1 sampai penting
dengan 9 b) Angka nol yang diapit angka
n = eksponen dan merupakan bilangan bukan nol termasuk angka
bulat penting.
Aturan penulisan hasil pengukuran Contoh: 1,067 gram memiliki
dengan notasi ilmiah yaitu sebagai 4 angka penting
berikut. 450 memiliki 3 angka penting
1) Untuk bilangan yang lebih dari 10, c) Angka nol yang terletak di
pindahkan koma desimal ke kiri ssebelah kiri angka bukan nol
dan eksponennya positif. tidak termasuk angka penting.
Contoh: c = 300.000.000 m/s = Contoh: 0,077 gram
3 . 108 m/s memiliki 2 angka pennting
2) Untuk bilangan yang kurang dari 1 0,308 gram memiliki 3 angka
pindahkan koma desimal ke kanan penting
dan eksponennya negatif. d) Angka nol disebelah kanan
Contoh: e = angka bukan nol bukan angka
0,00000000000000000016 penting, kecuali angka nol
coulomb=1,6.10-19 C disebelah kanan yang diberi
b. Angka Penting tanda khusus (biasanya garis
Angka penting disebut juga angka bawah) termasuk angka
berarti atau angka signifikan, yaitu penting.
angka yang menunjukkan ketelitian atau Contoh: 1.000 kg memiliki 1
ketidakpastian alat ukur yang angka penting
digunakan. Semua angka yang diperoleh 1.0 km memiliki 2 angka
dari hasil pengukuran disebut angka penting
penting atau disebut angka tidak eksak, 2) Operasi Angka Penting
sedangkan angka yang bukan berasal a) Aturan pembulatan
dari pengukuran disebut angka eksak, Angka lebih kecil dari 5
misalnya jumlah siswa dalam satu kelas dibulatkan ke bawah,
40 anak. lebih besar dari 5
Semakin banyak angka penting dibulatkan ke atas.
dalam suatu hasil pengukuran, semakin Contoh: 2,724 dibulatkan
telitilah alat ukurnya. Angka penting menjadi 2,72
terdiri dari angka pasti dan angka 2,736 dibulatkan menjadi
taksiran (angka perkiraan atau angka 2,74
diragukan). Sebagai contoh papa Angka tepat sama dengan
pembacaan panjang rusuk kubus dengan 5, dibulatkan ke bawah
mistar diperoleh angka 17,8 cm. Angka jika angka sebelumnya
1 dan 7 adalah angka pasti karena jelas genap dan dibulatkan ke
terdapat pada skala. Angka 8 diperoleh atas jika angka
dari perkiraan sehingga disebut angka sebelumnya ganjil.
perkiraan atau angka diragukan. Angka Contoh: 93,245
perkiraan selalu berada pada posisi dibulatkan menjadi 93,24
terakhiar atau dibei tanda khusus 93,275 dibulatkan
(misalnya garis bawah atau dicetak menjadi 93,28
tebal). Dibelakang angka perkiraan Hasil operasi
bukan angka penting lagi dan tidak matematis angka penting
mempunyai arti. hanya boleh mengandung
1) Aturan-Aturan Angka Penting satu angka ragu-ragu.
a) Semua angka bukan nol adalah 3) Penjumlahan dan Pengurangan
angka penting. Angka Penting
Contoh: 12,5 cm memiliki 3 Hasil penjumlahan dan
angka penting pengurangan angka penting
hanya boleh mengandung satu

10
angka perkiraan (angka yang Struktur desain penelitian ini adalah sebagai
diragukan atau angka berikut:
perkiraan tercetak tebal). Tabel 7. Desain Penelitian Quasy Eksperiment
Contoh: 62,4 m
Kelas Tes I Perlakuan Tes II
15,32 m  A Pretest Eksperimen (PjBL) Posttest
77,72 m B Pretest Kontrol (Direct Posttest
4) Perkalian dan Pembagian Instruction)
Angka Penting
Hasil perkalian dan B. Tempat dan Waktu Penelitian
pembagian angka penting sama Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA
dengan banyaknya angka Negeri 1 Prambanan. Adapun waktu
penting dari bilangan yang pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester
memiliki angka penting paling 1/Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020.
sedikit. C. Populasi dan Sampel Penelitian
Contoh: 2,32 cm Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
2,8 cm x siswa SMA Negeri 1 Prambanan, sedangkan
6,496 cm2 = 6,5 cm2 sampel kelas yang digunakan adalah kelas X
5) Pemangkatan dan Penarikan MIPA 2 dan kelas X MIPA 4 yang masing –
Akar masing kelas terdiri dari beberapa siswa seperti
Banyaknya angka penting pada tabel 7. Teknik pengambilan sampel pada
hasil pemangkatan dan penelitian ini menggunakan random sampling
penarikan akar sama dengan sederhana atau undian.
bilangan yang dipangkatkan
atau ditarik akarnya. Tabel 8. Distribusi Siswa Kelas X MIPA
Contoh: 5,03 cm3 = 125 cm3 = No Kelas Jumlah Siswa
130 cm3 (2 angka penting) 1 X MIPA 2 36 orang
3
125 m3= 5,00 m (3 angka 2 X MIPA 4 36 orang

penting) [11]. D. Variabel Penelitian


Terdapat tiga variabel yaitu variabel yang
III. Metode Penelitian/Eksperimen mempengaruhi (variabel bebas), variabel yang
dipengaruhi (variabel terikat), dan variabel
A. Jenis Penelitian pembanding (variabel control). Adapun variabel
Jenis penelitian yang dilakukan adalah dalam penelitian ini adalah:
penelitian kuantitatif dengan metode quasy 1. Variabel bebas yaitu Model Pembelajaran
eksperiment (eksperimen semu), karena peneliti Project Based Learning (PjBL)
tidak memungkinkan untuk mengontrol semua 2. Variabel terikat yaitu kemampuan berpikir
variabel yang muncul. Rancangan yang kritis dan psikomotorik
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan 3. Variabel kontrol yaitu materi pengukuran di
menggunakan desain equivalent control group. SMA N 1 Prambanan
Desain ini melibatkan dua kelas, yaitu kelas E. Instrumen Penelitian
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen Instrumen penelitian yang digunakan dalam
adalah kelas yang memperoleh perlakuan penelitian ini yaitu RPP, LKPD, soal-soal
pembelajaran fisika menggunakan model pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis
pembelajaran Project Based Learning sedangkan dan lembar observasi psikomotorik.
kelas kontrol adalah kelas yang memperoleh F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
perlakuan pembelajaran fisika dengan Teknik dan instrumen pengumpulan data
menggunakan model pembelajaran Direct yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
Instruction (pembelajaran secara langsung). yang dilakukan menggunakan tes dan non tes
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Untuk mengetahui apakah instrumen
penelitian ini dapat digunakan dalam penelitian
ini maka instrumen penelitian ini diuji cobakan
terlebih dahulu. Agar dapat diperoleh data yang
valid dan reliabel.

11
1. Uji Soal Tes kata lain tingkat kesukaran butir item
a. Validitas soal itu adalah sedang. Tingkat
Validitas ini dihitung dengan kesukaran suatu butir item soal dapat
koefisien menggunakan product dinyatakan dengan rumus sebagai
moment yang dikemukakan oleh person berikut:
sebagai berikut: B
(2) P (4)
N  XY  ( X )( Y ) Js
rxy 
N  X 2  ( X 2)N  Y 2  ( Y 2)
Keterangan
Keterangan: P : Indeks kesukaran
rxy=koefisien korelasi B : Banyaknya siswa yang menjawab
n=banyaknya subjek yang dikenai tes soal benar
X= skor untuk butir ke-1 JS : Jumlah seluruh peserta tes
Y= total skor Tabel 11. Kriteria Uji Tingkat Kesukaran
Tabel 9. Interprestasi Indeks Korelasi “r” Kesukaran Kriteria
“Product Moment” 0,00-0,30 Soal Sukar
Besarnya “r” “Product Interpretasi 0,31-0,70 Soal Sedang
Moment” (rxy) 0,71-1,00 Soal Mudah
rxy  0,30 Tidak valid Sumber: Sari A.N[6]
rxy> 0,30 Valid d. Daya Beda
Sumber: Sari A.N[6]
Daya beda adalah untuk
b. Uji Reabilitas Soal membedakan kemampuan antara siswa
Reabilitas menunjukan suatu yang memiliki kemampuan berpikir
pengertian bahwa suatu instrument kritis yang lebih tinggi dengan
dapat dipercaya untuk digunakan kemampuan berpikir kritis yang kurang
sebagai alat. Untuk menguji reliabilitas dalam menjawab butir item soal.
instrumen, peneliti menggunakan rumus Menghitung daya pembeda setiap butir
Alpha. soal dalam penelitian ini menggunakan
 n   s 
(3)
2
rumus formula berikut:
r   1
t

 n  1  
11 2

D  PA  PB
s 
t
(5)
Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas tes BA B
Dimana PA  dan PB  B
n=Banyaknya butir item yang JA JB
dikeluarkan dalam tes. Keterangan :
1= Bilangan konstan D = Indeks yang berbeda
 st2 = Jumlah varian skor dari tiap- BA = Jumlah peserta tes yang menjawab
tiap butir item benar pada kelompok atas
2 BB = Jumlah peserta tes yang menjawab
s t =Varian total benar pada kelompok bawah
JA = Jumlah peserta tes kelompok atas
Adapun kriteria pengujiannya JB = Jumlah peserta tes kelompok
adalah: bawah
Tabel 10. Kriteria Koefisien Reliabilitas Klasifikasi daya pembeda soal adalah
Nilai Keterangan
r11<0,20 Sangat rendah
sebagai berikut:
Tabel 12. Klasifikasi Daya Pembeda
0,20  r11<0,40 Rendah
Daya Pembeda Klasifikasi
0,40  r11<0,70 Sedang 0,00 Sangat Jelek
0,70  r11<0,90 Tinggi 0,00<DP  0,20 Jelek
0,90  r11<1,00 Sangat tinggi 0,20<DP  0,40 Cukup
(Sumber: Sari A.N, 2017) 0,40<DP  0,70 Baik
c. Uji Tingkat Kesukaran DP>0,70 Sangat Baik
Tingkat kesukaran ini dilakukan Sumber: Sari A.N, [6]
untuk menguji apakah butir item soal
yang digunakan ini sebagai butir soal
yang baik, artinya butir soal tersebut
memiliki tingkat kesukaran tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sulit dengan

12
H. Teknik Analisis Data Tabel 13. Konvensi Skor menjadi Kategori
Dalam penelitian ini terdapat dua data, yaitu Rentang Skor Kuantitatif Kategori
data uji validitas dari ahli dan data kuantitatif X  Mi + 1,5SBi Sangat Baik
hasil pengukuran pretest dan posttest. Untuk Mi + 1,5SBi > X  Mi Baik
data validasi dari ahli terhadap instrumen Mi >X  Mi – 1,5SBi Cukup Baik
penelitian digunakan teknik analisis data sebagai Mi – 1,5SBi > X Kurang Baik
berikut: Sumber: Djemari Mardapi, [2]
1. Analisis Kelayakan Instrumen Tes Menurut Persamaan kriteria penilaian ideal
Ahli tersebut kemudian diubah dalam
rentang skala 1-4.
Kelayakan instrumen ditinjau 1
berdasarkan skor penilaian yang diperoleh Mi (Mean ideal) = (4  1)  2,5
2
dari dosen dan guru fisika. Adapun langkah- SBi (Simpangan Baku Ideal) =
langkah untuk menganalisis sebagai berikut.
1
Teknik analisis data untuk kelayakan (4  1)  0,5
instrumen melalui lembar validasi dilakukan 6
dengan cara sebagai berikut: Berdasarkan kriteria penilaian
a. Menghitung skor total rata-rata dari skala nilai 4 maka diperoleh kriteria
setiap komponen dengan menggunakan penilaian untuk penelitian yaitu pada
rumus: tabel 15 berikut.
Tabel 15. Kriteria Penilaian Penelitian
X
x (6) dalam Skala 4
n Rentang Rata-rata Skor Kategori
X  3,25 Sangat Baik
X= Skor rata-rata tiap aspek 3,25 > X  2,5 Baik
2,5 > X  1,75
 x = Jumlah skor tiap aspek
1,75 > X
Kurang
Sangat Kurang
n = Jumlah nilai (Sumber: Djemari Mardapi, 2012)
b. Mengkonversikan skor menjadi skala 4 Sedangkan data pretest dan
Acuan pengubahan skor menjadi posttest untuk mengetahui pengaruh
skala nilai 4 mengikuti langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning
sebagai berikut: (PjBL) terhadap kemampuan berpikir
1) Menghitung rata-rata ideal (Mi) kritis dan psikomotorik siswa
yang dapat dicari dengan menggunakan uji “t” (uji pengaruh).
menggunakkan rumus: Untuk melakukan uji “t” terdapat uji
1 prasyarat yaitu:
Mi = Mean ideal = (Skor
2 2. Analisis Data Kemampuan Berpikir Kritis
maksimum + Skor minimum) a. Uji Normalitas
Skor maksimum ideal = Jumlah Uji normalitas adalah uji yang
butir kriteria tertinggi dilakukan untuk mengetahui apakah
Skor minimum ideal = Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian
butir kriteria terendah ini normal atau tidak. Data yang diuji
2) Menghitung nilai simpangan baku adalah data kelas eksperimen dan data
ideal (SBi) yang dapat dicari kelas kontrol. Uji normalitas dengan uji
dengan menggunakan rumus: SPSS 23. Uji ini dilakukan untuk
1 mengetahui apakah kelas eksperimen
SBi  (Skor maksimum ideal - dan kelas kontrol berdistribusi normal
6 atau tidak, uji ini dilakukan dengan
Skor minimum ideal) menggunakan data hasil posttest.
c. Menentukan kriteria penilaian Pengambilan keputusan :
Pada tabel 14 berikut ini, dapat
a. Jika nilai Sig > 0,05 maka
dilihat criteria penilaian berdasarkan
data berdistribusi normal.
nilai simpangan baku yang telah
b. Jika nilai Sig < 0,05 maka
dihitung dengan menggunakan rumus
data tidak berdistrbusi normal.
diatas.

13
b. Uji Homogenitas akan dilakukan uji non parametrik yaitu uji
Uji homogenitas adalah uji yang mann withney.
digunakan untuk mengetahui kesamaan a. Uji Normalitas
antara dua keadaan atau populasi. Uji normalitas adalah uji yang
Sedangkan untuk uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah
dengan uji SPSS 23 Lavene Statistic. sampel yang diambil dalam penelitian
Uji ini dilakukan pada kelas ekperimen ini normal atau tidak. Data yang diuji
dan kelas kontrol untuk mengetahui adalah data kelas eksperimen dan data
homogen atau tidak, uji ini dilakukan kelas kontrol. Uji normalitas dengan uji
dengan menggunkan data hasil pretest SPSS 23. Uji ini dilakukan untuk
dan posttest. mengetahui apakah kelas eksperimen
Pengambilan keputusan : dan kelas kontrol berdistribusi normal
a. Jika nilai Sig > 0,05 maka atau tidak, uji ini dilakukan dengan
data homogen. menggunakan data hasil posttest.
b. Jika nilai Sig < 0,05 maka Pengambilan keputusan :
data tidak homogen. a. Jika nilai Sig > 0,05 maka
Jika data yang didapatkan dari data data berdistribusi normal.
pretest dan posttest kelas eksperimen b. Jika nilai Sig < 0,05 maka
dan kelas kontrol tidak berdistribusi data tidak berdistrbusi normal.
normal dan tidak homogen, maka dapat b. Uji Homogenitas
dilakukan uji non parametrik yaitu Uji homogenitas adalah uji yang
dengan melakukan uji mann withney. digunakan untuk mengetahui kesamaan
Uji mann withney digunakan untuk antara dua keadaan atau populasi.
menganalisis hasil-hasil pengamatan Sedangkan untuk uji homogenitas
yang berpasangan dari dua data apakah dengan uji SPSS 23 Lavene Statistic.
berbeda atau tidak. Setelah melakukan Uji ini dilakukan pada kelas ekperimen
uji normalitas dan uji homogenitas, uji dan kelas kontrol untuk mengetahui
selanjutnya yang dilakukan adalah uji homogen atau tidak, uji ini dilakukan
hasil pretest dan posttest kelas dengan menggunkan data hasil pretest
eksperimen dan kelas kontrol. Uji non dan posttest.
parametrik yang dilakukan adalah uji Pengambilan keputusan :
mann withney. a. Jika nilai Sig > 0,05 maka
c. Uji Mann Withney data homogen.
Analisis uji mann whitney b. Jika nilai Sig < 0,05 maka
dilakukan karena data yang didapatkan data tidak homogen.
untuk kelas eksperimen dan kelas c. Uji Mann Withney
kontrol tidak berdistribusi normal maka Analisis uji mann whitney
dari itu perlu dilakukan uji non dilakukan karena data yang didapatkan
parametrik yaitu untuk mengganti uji untuk kelas eksperimen dan kelas
Independent Sample T-Test. kontrol tidak berdistribusi normal maka
Pengambilan keputusan: dari itu perlu dilakukan uji non
a. Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) parametrik yaitu untuk mengganti uji
< 0,05 maka hipotesis Independent Sample T-Test.
diterima Pengambilan keputusan:
b. Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) a. Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed)
> 0,05 maka hipotesis ditolak < 0,05 maka hipotesis
3. Analisis Data Kemampuan Psikomotorik diterima
Analisis terkait dengan angket lembar b. Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed)
observasi psikomotorik merujuk pada > 0,05 maka hipotesis ditolak
lembar observasi psikomotorik yang
terdapat pada jurnal Yunita (2016). IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Teknik analisis data menggunakan uji
normalitas dan homogenitas. Jika hasil Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
lembar observasi psikomotorik tidak apakah terdapat pengaruh model pembelajaran
berdistribusi normal dan homogen, maka project based learning (pjbl) terhadap kemampuan

14
berpikir kritis dan psikomotorik siswa pada materi valid yaitu nomor soal 1, 2, 3, 4, 5, 6,
pengukuran. Penelitian ini menggunakan metode 16, 17, 18, 20, 21, 23, 24. Sedangkan
quasi eksperimen dengan desain penelitian desain butir soal yang tidak valid yaitu nomor
equivalent control group. Desain ini melibatkan dua soal 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 19,
kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas control. 22 maka butir soal tersebut tidak
Dimana kelas eksperimen adalah kelas yang dipakai.
memperoleh perlakuan pembelajaran fisika 2) Uji Reabilitas Soal
menggunakan model pembelajaran project based Dari hasil analisis reabilitas dengan
learning sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang 24 butir soal pilihan ganda didapatkan
memperoleh perlakuan pembelajaran fisika dengan 23 butir soal yang reliabel dan 1 butir
menggunakan model pembelajaran direct soal yang tidak reliabel. Butir soal yang
instruction. Penelitian dilakukan dengan mengambil reliabel yaitu nomor soal 2, 3, 4, 5, 6, 7,
sampel siswa kelas x mipa sma n 1 prambanan 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
berjumlah 144 siswa yang terdiri dari 4 kelas dan 19, 20, 21, 23, 24. Sedangkan 1 butir
tiap kelas terdiri dari 36 siswa. Penentuan sampel soal yang tidak reliabel yaitu nomor
dilakukan secara acak menggunakan teknik sampling soal 1 maka butir soal tersebut tidak
random sederhana yaitu dengan cara undian. dipakai.
Berdasarkan pengundian terdapat 2 sampel kelas 3) Uji Tingkat Kesukaran
yang akan digunakan oleh peneliti yaitu kelas x mipa Dari hasil analisis tingkat
2 dan kelas x mipa 4. Dimana kelas x mipa 2 sebagai kesukaran dengan 24 butir soal pilihan
kelas eksperimen dan kelas x mipa 4 sebagai kelas ganda didapatkan 2 butir soal dengan
kontrol. kategori sukar, 12 butir soal dengan
kategori sedang dan 10 butir soal
1. Hasil Analisis Validasi Ahli dan Validasi dengan kategori mudah.
Empiris
4) Daya Beda
a. Validasi Ahli
Dari hasil analisis daya beda
1) Validasi Rencana Pelaksanaan
dengan 24 butir soal pilihan ganda
Pembelajaran (RPP)
didapatkan 1 butir soal dengan kategori
RPP dengan model pembelajaran
sangat baik, 3 butir soal dengan
Project Based Learning (PjBL) adalah kategori cukup, 10 butir soal dengan
35,53 dengan kategori sangat baik dan
kategori jelek dan 10 butir soal dengan
rata-rata seluruh aspek dari ketiga
kategori sangat jelek.
validator untuk RPP dengan model
pembelajaran direct instruction adalah
Berdasarkan hasil analisis validasi,
36,56 dengan kategori sangat baik,
reabilitas, tingkat kesukaran dan daya
sehingga dapat simpulkan bahwa kedua
beda dapat disimpulkan bahwa terdapat
RPP layak untuk digunakan sebagai
17 butir soal yang layak untuk
panduan dalam proses pembelajaran.
diberikan kepada siswa sebagai soal
2) Validasi Lembar Kerja Peserta Didik
pretest dan posttest.
(LKPD)
LKPD dengan model pembelajaran
2. Analisis Uji Lapangan
Project Based Learning (PjBL) adalah Dari hasil analisis uji lapangan kelas
13,19 dengan kategori sangat baik dan eksperimen dan kelas kontrol maka akan
rata-rata seluruh aspek dari ketiga dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas
validator untuk LKPD dengan model untuk mengetahui normal dan homogen pada
pembelajaran direct instruction adalah hasil pretest dan posttest serta hasil lembar
3,56 dengan kategori sangat baik, observasi telah dilakukan. Adapun hasil analisis
sehingga dapat simpulkan bahwa kedua uji normalitas dan uji homogenitas yang terdapat
LKPD layak untuk digunakan dalam pada uji prasyarat sebagai berikut:
proses pembelajaran.
b. Validasi Empiris
1) Uji Validitas
Dari hasil analisis validasi dengan
24 butir soal pilihan ganda didapatkan
13 butir soal yang valid dan 11 butir
soal yang tidak valid. Butir soal yang

15
3. Analisis Uji Prasyarat 3) Uji Mann Whitney
a. Pengaruh Model Pembelajaran Project Tabel 18. Hasil Uji Mann Whitney
Based Learning (PjBL) terhadap U
n Test Statisticsa
Kemampuan Berpikir Kritis
t Hasil Kemampuan
1) Uji Normalitas Berpikir Kritis
Tabel 16. Hasil Analisis Uji Normalitas P
Mann-Whitney U 324.500
Shapiro-Wilk o Wilcoxon W
Kelas 852.500
Statistic df Sig. s Z -2.037
Eksperimen .922 29 .034 t Asymp. Sig.
t (2-tailed) .042
Kontrol .909 32 .010
Dari tabel 16 didapatkan hasil e a. Grouping Variable: Kelas
signifikansi untuk kelas eksperimen s
sebesar 0,034<0,05 maka H0 ditolak
dan H1 diterima, sedangkan untuk kelas Pada tabel 18 terlihat bahwa hasil
kontrol didapatkan hasil signifikansi dari uji mann whitney adalah nilai
sebesar 0,010<0,05 maka H0 ditolak asymp.sig (2-tailed) bernilai 0,042.
dan H1 diterima. Dari hasil H0 dan H1 Karena nilai 0,042 < 0,05 maka
kelas eksperimen dan kelas kontrol hipotesis diterima artinya terdapat
maka dapat disimpulkan bahwa kelas pengaruh antara kemampuan berfikir
eksperimen dan kelas kontrol kritis kelas eksperimen dan kelas
berdistribusi tidak normal. kontrol pada keadaan akhir dan dapat
dikatakan bahwa terdapat pengaruh
2) Uji Homogenitas kemampuan berfikir kritis siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 17. Hasil Analisis Uji Homogenitas b. Pengaruh Model Pembelajaran Project
Levene Statistic df1 df2 Sig. Based Learning (PjBL) terhadap
17.077 1 70 17.077 Kemampuan Psikomotorik
Dari tabel 17 didapatkan hasil 1) Uji Normalitas
Tabel 19. Hasil Analisis Uji Normalitas
signifikansi untuk kelas eksperimen dan
kelas kontrol sebesar 0,509>0,05, Shapiro-Wilk
Kelas
Statistic df Sig.
maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dari
Eksperimen .776 36 .000
hasil H0 dan H1 kelas eksperimen dan
kelas kontrol maka dapat disimpulkan Kontrol .948 36 .092
bahwa kelas eksperimen dan kelas Dari tabel 19 didapatkan hasil
kontrol berdistribusi homogen. signifikansi untuk kemampuan
Berdasarkan hasil analisis uji psikomotorik kelas eksperimen sebesar
normalitas dan uji homogenitas 0,000<0,05 maka H0 ditolak dan H1
disimpulkan bahwa kelas eksperimen diterima, sedangkan untuk kelas kontrol
dan kelas kontrol berdistribusi tidak didapatkan hasil signifikansi sebesar
normal dan homogen maka uji 0,092>0,05 maka H0 diterima dan H1
parametrik tidak dapat terpenuhi, oleh ditolak. Dari hasil H0 dan H1
karena itu untuk menggantikan uji kemampuan psikomotorik kelas
parametrik peneliti menggunakan uji eksperimen dan kelas kontrol maka
non parametrik yaitu dengan dapat disimpulkan bahwa kelas
menggunakan uji mann whitney. eksperimen dan kelas kontrol
Adapun hasil analisis dapat dilihat berdistribusi tidak normal.
berikut ini:
2) Uji Homogenitas
Tabel 20. Hasil Analisis Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
17.077 1 70 .000
Dari tabel 20 didapatkan hasil
signifikansi untuk kemampuan
psikomotorik kelas eksperimen dan
kelas kontrol sebesar 0,000<0,05,

16
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dari yang telah dilakukan menggunakan uji mann
hasil H0 dan H1 kemampuan whitney pada kelas ekperimen dan kelas kontrol
psikomotorik kelas eksperimen dan diperoleh Asymp.Sig (2-tailed) itu menunjukkan
kelas kontrol maka dapat disimpulkan 0,000 < 0,05, sehingga H0 diterima maknanya
bahwa kelas eksperimen dan kelas bahwa ada pengaruh model pembelajaran Project
kontrol berdistribusi tidak homogen. Based Learning (PjBL) terhadap kemampuan
psikomotorik siswa.
3) Uji Mann Whitney
Tabel 21. Hasil Uji Mann Whitney
VI. Saran
Kemampuan Psikomotorik Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
terdapat beberapa saran untuk perbaikan penelitian
yang selanjutnya sebagai berikut:
Kemampuan 1. Untuk peneliti selanjutnya disarankan agar
Psikomotorik melakukan penelitian di sekolah yang benar-
Mann-Whitney U .000
benar terdapat beberapa masalah dalam proses
pembelajaran.
Wilcoxon W 666.000 2. Untuk peneliti selanjutnya disarankan agar
Z -7.400 sebelum melakukan penelitian benar-benar
Asymp. Sig. dipersiapkan instrumen-instrumen yang akan
.000 digunakan.
(2-tailed)
3. Sebaiknya peneliti memilih waktu penelitian
a. Grouping Variable: Kelas yang benar-benar sesuai dengan apa yang
diinginkan serta diharapkan dalam penelitian
Pada tabel 21 terlihat bahwa hasil dari uji selanjutnya lebih banyak menggunakan kelas
mann whitney adalah nilai asymp.sig (2- sebagai sampel.
tailed) sebesar 0,000. Karena nilai 0,000
< 0,05 maka hipotesis diterima artinya Kepustakaan
[1] Alfiyah Nurjannah, N. S. (2014). Pengaruh Penerapan
terdapat pengaruh Project Based Learning Pembelajaran Socrates Terhadap Keterampilan Berpikir
(PjBL) terhadap kemampuan psikomotrik Kritis dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Hukum
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Newton. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika , 20-26.

Berdasarkan hasil uji mann whitney [2] Djemari Mardapi. (2012). Teknik Penyusun Instrumen Tes
dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cenfdejia Press.
dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh Project Based Learning (PjBL) [3] Rahayu, S. I. (2016). Pengaruh Model Problem Based
terhadap kemampuan psikomotrik siswa Learning Terhadap Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Elastisitas Siswa Kelas Xi Sma Negeri 7 Banda Aceh. Jurnal
Pendidikan Sains Indonesia , 105-116.

V. Kesimpulan [4] Rofiah (2013). Efektivitas Model Pembelajaran Cups:


Dampak Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat Peserta Didik Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Gisting
diambil kesimpulan sebagai berikut: Lampung. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika , 233-243.
1. Ada pengaruh model pembelajaran Project Based
[5] Rosa, F. O. (2015). Analisis Kemampuan Siswa Kelas X pada
Learning (PjBL) terhadap kemampuan berpikir Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. Jurnal Fisika dan
kritis siswa. Hal ini berdasarkan hasil analisis Pendidikan Fisika , 2.
yang telah dilakukan menggunakan uji mann
whitney pada kelas ekperimen dan kelas kontrol [6] Sari, N. A. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) Berbantuan Fotonovela Terhadap
diperoleh Asymp.Sig (2-tailed) itu menunjukkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Viii Smp Kartika II-
0,042 < 0,05, sehingga H0 diterima maknanya 2. 16.
bahwa ada pengaruh model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) terhadap kemampuan [7] Sastrika Ida Ayu Kade, I. W. (2013). Pengaruh Model
berpikir kritis siswa. Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Pemahaman Konsep
Kimia Dan Keterampilan Berpikir Kritis. Program Pascasarjana
2. Ada pengaruh model pembelajaran Project Based Universitas Pendidikan Ganesha , 2.
Learning (PjBL) terhadap kemampuan
psikomotorik. Hal ini berdasarkan hasil analisis

17
[8] Sumargo Eko, L. Y. (2014). Penerapan Media Laboratorium
Virtual (Phet) Pada Materi Laju Reaksi Dengan Model
Pengajaran Langsung. Unesa Journal Of Chemical Education.

[9] Thohir, M. A., Jumadi, & Warsono. (2018). Desain


pembelajaran fisika berbasis Web. Yogyakarta.

[10] Qurnain, A. N. (2013). Pengaruh Teknik Pembelajaran


Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Standar. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro , 1027-1033.

[11] Yulianto, H. (2014). Fisika SMA/MA Kelas XI. Jakarta.

[12] Yunita Luki, dkk. (2016). Pengembangan Instrument


Penilaian Aspek Psikomotorik Siswa SMA/MA Pada
Praktikum Titrasi Asam Basa. Jurnal pendidikan IPA
Pascasarjana UM.

18

Anda mungkin juga menyukai