BAB IV.1 Bahasa Indonesia
BAB IV.1 Bahasa Indonesia
PENULISAN KALIMAT
1. STRUKTUR KALIMAT
Yanti (2017) menyatakan bahwa, dalam ragam resmi, kalimat terdiri atas subjek (S),
predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.) dan keterangan (K).
Contoh:
Para aktivis itu sering berorasi di depan Gedung DPR-MPR.
S P K
26
Stadion itu ramai dikunjungi supporter sepak bola.
Seperti kalimat sebelumnya, subjek kalimat ini adalah stadion itu.
Preposisi adalah kata depan. Subjek tidak didahului proposisi, seperti dari, dalam, di,
kepada, pada. Jika kata-kata tersebut ditambahkan di depan subjek, kata tersebut tidak lagi
berfungsi sebagai subjek.
Misalnya:
Dua kalimat diatas menunjukkan penggunaan preposisi yang mendahului subjek, sehingga
fungsi subjek itu sendiri telah berubah menjadi keterangan. Perbaikan yang dapat
dilakukan terhadap ke dua kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
Seminar itu membicarakan situasi perkembangan bahasa Indonesia.
Indonesia sedang menyelenggarakan pilkada di berbagai daerah.
27
2.1.6 Dapat berupa Verba atau Adjektiva
Disamping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva. Biasanya disertai kata
penunjuk itu.
Contoh:
Merokok itu tidak baik.
Kasar itu tidak selalu jahat.
Keterpurukan ekonomi dan politik bangsa ini ialah karena penataan yang rapuh pada
S P K
masa lampau.
28
Predikat kalimat pertama adalah tidak menangis, dan predikat tersebut berupa verba.
Predikat kalimat kedua adalah tidak cantik, dan berupa adjektiva. Sedangkan kalimat
ketiga memiliki predikat bukan pimpinan, yang berupa nomina.
Kalimat yang subjeknya berupa nomina, dapat disertai modalitas, yang merupakan kata-
kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin,hendak, dan mau.
Contoh:
Semua orang ingin sukses.
Ibu hendak arisan di rumah bu Bambang.
Predikat kalimat ketiga adalah ingin sukses, dan kalimat ke empat adalah hendak arisan.
Predikat yang ditandai oleh kata-kata aspek atau modalitas hanya untuk predikat berupa
verba dan adjektiva. Predikat yang berupa nomina, jika terdapat kata-kata aspek dan
modalitas, perlu ditambah kata menjadi (atau dijadikan).
Contoh:
Ia telah menjadi dosen teladan tahun ini.
Inul sudah menjadi penyanyi dangdut terkenal.
Velly hendak menjadi dosen.
29
2.3.1 Berada langsung di belakang predikat
Objek tidak memiliki kebebasan tempat, selalu menempati posisi di belakang predikat,
baik urutan dasar maupun urutan variasi.
Contoh:
Dia memenangkan lomba catur tingkat dunia.
Guruh Soekarno Putra menciptakan lagu Mahadaya Cinta.
30
Bur Rasuanto menulis riwayat hidup dalam sajak, cerpen, dan novel.
Panglima Sudirman tidak mau menyerah kepada musuh.
Pada contoh ini, kata musuh bukan objek, karena unsur ini didahului oleh preposisi
kepada. Unsur ini menjadi satu kesatuan dengan preposisi kepada, sehingga kepada
musuh merupakan frase preposisi yang berfungsi sebagai keterangan.
Jika preposisi kepada ditiadakan dan verba menyerah dijadikan transitif
menyerahkan, kalimat tersebut menjadi kalimat transitif, dan musuh menjadi objek.
Misalnya:
Panglima Sudirman tidak mau menyerahkan musuh.
2.4 Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang kehadirannya bersifat wajib. Namun, pelengkap
tidak dapat dijadikan subjek pada kalimat pasif seperti halnya objek. Pelengkap dibagi
menadi dua macam, yaitu pelengkap predikat dan pelengkap objek.
Contoh:
Usulan itu merupakan saran belaka.
S P Pel.
Pelengkap pada kalimat pertama adalah pelengkap predikat, dan pada kalimat kedua
adalah pelengkap objek.
2.5 Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberi informasi lebih lanjut tentang
sesuatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya memberi informasi tentang tempat,
waktu, cara, dan sebagainya.
31
tetap gramatikal, asalkan unsur utama terpenuhi, yaitu adanya unsur subjek, predikat, dan
(objek).
Contoh:
Kemarin hujan turun deras.
Dalam kalimat ini, jika keterangan ditiadakan, kalimat tetap gramatikal, yaitu:
Hujan turun deras.
Keterangan tempat:
di rumah, ke pasar, di depan, dan sebagainya.
Keterangan alat:
dengan pisau, dengan garpu, dengan cek, dan sebagainya.
Keterangan cara:
dengan hati-hati, seenaknya saja, dengan marah, sambil tertawa, dan sebagainya.
Keterangan modalitas:
harus, barangkali, sesungguhnya, sepatutnya, dan sebagainya.
32
Keterangan aspek:
akan, sedang, sudah, dan telah.
Keterangan tujuan:
agar bahagia, bagi kita, untuk anaknya, supaya aman, dan sebagainya.
Keterangan sebab:
karena hemat, sebab jatuh, lantaran panik, dan sebagainya.
Keterangan akibat:
hingga, akibatnya, sehingga, menjadi.
Keterangan aposisi:
Keterangan yang saling menggantikan.
Misalnya:
Bapak Presiden, Joko Widodo,………
Keterangan tambahan:
Bersifat memberi penjelasan nomina (subjek atau objek), tetapi berbeda dari keterangan
aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan
keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Misalnya:
Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Siswanto tidak dapat menggantikan mahasiswa tingkat lima. Jika hal itu dilakukan,
makna kalimat akan berbeda.
Keterangan pewatas:
Bersifat memberi pembatas pada nomina yang berkedudukan sebagai subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan,
keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.
Contoh:
Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
33
Pada kalimat tersebut, tidak semua mahasiswa mendapat beasiswa, melainkan hanya
yang mempunyai IP tiga lebih.
Keterangan syarat:
Keterangan ini menambahkan keterangan syarat terjadinya suatu peristiwa, yaitu jika
dan bila.
Keterangan kuantitas:
Keterangan ini menambahkan keterangan kuantittas pada sebuah kalimat yang
disertainya.
Misalnya:
sebesar, sebanyak-banyaknya, dua kali sehari, tiga kilo, lima orang, dan sebaginya.
Keterangan penyerta:
Keterangan ini menambahkan keikutsertaan pada subjek atau pada objek.
Contoh:
bersama temannya, dengan timnya, dengan kelompoknya, bersama orangtuanya, dan
sebagainya.
3. KALIMAT MAJEMUK
Kalimat majemuk adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua kalimat dasar.
Jenis kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia terbagi atas tiga macam, yaitu kalimat
majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
Kalimat diatas terdiri dari dua kalimat tunggal, yaitu Rina belajar dan Rhanda menonton
televisi. Kedua kalimat tunggal tersebut mempunyai kedudukan setara atau sejajar, dan
dapat berdiri sendiri.
34
Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu (a) kalimat
majemuk setara gabungan, (b) kalimat majemuk setara pilihan, (c) kalimat majemuk
setara urutan, dan (d) kalimat majemuk setara perlawanan.
35
Kalimat majemuk setara perlawanan adalah susunan kalimat yang di dalamnya terdapat
sekurang-kurangnya dua kalimat tunggal dan hubungan antar kalimat tunggal tersebut
memperlihatkan hubungan yang berlawanan. Kalimat ini ditandai dengan kata penghubung
tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Contoh:
Banyak orang yang sering memikirkan masalah berat badan, tetapi mereka sangat malas
berolahraga.
Suami saya bukan berbaju kuning, melainkan berbaju biru.
Ada tiga ciri untuk membedakan induk kalimat dan anak kalimat, yaitu (1) derajat, (2) kata
penghubung, dan (3) kemandirian. Derajat dalam induk kalimat adalah lebih tinggi
daripada anak kalimat. Kata penghubung yang digunakan dalam kalimat majemuk
bertingkat dapat digunakan untuk membedakan induk kalimat dan anak kalimat.
Kemandirian merupakan ciri induk kalimat. Sebaliknya, anak kalimat tidak bisa berdiri
sendiri.
Kata penghubung penanda anak kalimat adalah walaupun, meskipun, jika, maka, karena,
sebab, sebelum, setelah, kendatipun, sekalipun, bahwa, supaya, ketika, sehingga, agar, dan
sebagainya.
Contoh:
Jika anda mau mendengarkan, saya senang sekali.
AK IK
Apabila tergugat bersedia untuk berunding, penggugat akan senang sekali.
AK IK
36
Keinginan itu selalu tertunda karena Anwar lebih berkonsentrasi ke lembaga pendidikan di
luar negeri, sedangkan orangtuanya memilih pendidikan di dalam negeri.
4. KALIMAT EFEKTIF
4.1 Definisi:
Kalimat efektif adalah kalimat yang tepat guna dan bisa
menyampaikan maksud atau gagasan kepada pendengar atau
pembacanya.
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang menimbulkan kerancuan
dan ketidakjelasan makna bagi pendengar atau pembacanya.
a. Kesepadanan:
Kesapadanan merupakan keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang
digunakan. Kesepadanan kalimat bisa terlihat dari kesatuan pokok pikiran suatu kalimat
yang kompak dan kesepadanan pikiran yang baik.
Contoh :
Dalam musyawarah itu menghasilkan lima keputusan (salah)
Musyawarah itu menghasilkan lima keputusan (benar)
Di Sekolah kami mengadakan lomba baca puisi (salah)
Sekolah kami mengadakan lomba baca puisi (benar)
b. Kesejajaran
37
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat
tersebut. Jika bentuk pertama memakai verba, yang kedua juga harus memakai verba. Dan
apabila kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat
selanjutnya juga harus menggunkan kata kerja berimbuhan me-.
Contoh :
Bapak menolong anak itu dengan dipapahnya kepinggir jalan (salah)
Bapak menolong anak itu dengan memapahnya kepinggir jalan (benar)
c. Ketegasan
Ketegasan merupakan suatu perlakuan, penekanan, atau penonjolan terhadap suatu ide
pokok dari suatu kalimat. Untuk membuat penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa
cara yang harus dilakukan, yaitu :
Meletakkan ide pokok itu didepan kalimat
Contoh :
- Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan pada kesempatan lain (salah)
- Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini (benar)
38
Menggunakan partikel penegasan, seperti partikel –lah, -pun, dan –kah.
- Contoh :
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
d. Kecermatan
Kecermatan adalah tidak menggunakan kata yang mempunyai banyak makna atau tafsiran
ganda, dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh :
e. Kehematan
Kehematan adalah menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain dengan wajar dan yang perlu
saja. Namun, perlu diingat bahwa tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Penggunaan kata
yang berlebihan akan merusak maksud kalimat.
Contoh :
f. Kepaduan
Kepaduan adalah menggunakan gabungan kata supaya informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah dan bisa dipahami.
39
Kalimat tidak berkepanjangan dan tidak mencerminkan cara berpikir yang bukan
simetris.
Kalimat menggunakan bentuk aspek, agen, verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat
yang berpredikat pasif.
Kalimat tidak harus menyelipkan kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata
kerja dan objek penderita.
Contoh :
Makalah ini membahas tentang desain interior pada rumah adat (salah).
Makalah ini membahas desain interior pada rumah adat (benar).
g. Kelogisan
Kelogisan bisa disebut juga dengan masuk akal atau bisa diterima oleh akal sehat. Maksud
kelogisan dalam kalimat efektif adalah kalimat itu dapat dengan mudah dipahami.
Contoh :
Saya mengajar mata kuliah Jurnalistik di kampus (salah).
Saya mengajarkan mata kuliah Jurnalistik di kampus (benar).
4.3 Contoh:
N Kalimat Tidak Efektif Kalimat Efektif
o.
a. Sungguh sangat benar-benar Sungguh beruntung nasib orang
berun tung nasib orang itu. itu.
40
pahlawan .
g. Dia berhasil terhindar daripada Dia berhasil menghindar dari
kebakaran yang mengerikan kebakaran yang mengerikan itu.
itu.
h. Pertemuan tadi dihadiri oleh Rapat tadi dihadiri oleh pimpinan
pimpin an dan para anggota- dan para anggotanya.
anggotanya.
i. Mendingan belajar daripada Sebaiknya belajar daripada
bermain di luar. bermain di luar.
j. Para hadirin dipersilahkan Hadirin dipersilahkan berdiri.
berdiri.
k. Di dalam buah tomat Di dalam buah tomat terkandung
mengandung Vitamin A. Vitamin A.
l. Anak-anak itu saling pukul- Anal-anak itu saling pukul.
memukul.
m. Kita harus berfikir maju ke Kita harus berfikir maju agar
depan agar menjadi orang menjadi orang sukses.
sukses.
n. Mobil itu mundur ke belakang Mobil itu mundur dengan hati-
dengan hati-hati. hati.
41
42