Anda di halaman 1dari 20

Nama : Karen Erlangga

NPM : 3335170015
Tugas : Metode Penelitian
No Judul Tujuan Variabel Metode Hasil
.
1. EKSTRAK BIJI Tujuan dari Penelitian ini  Pembuatan Ekstrak Biji Alpukat Deterjen cair
ALPUKAT penelitian ini adalah dilakukan Biji alpukat dicuci dan dipotong-potong ekstrak biji alpukat
SEBAGAI untuk menentukan dengan kecil dan selanjutnya dikering-anginkan 28% (b/b) dapat
PEMBUSA efektivitas ekstrak mencampurkan selama satu minggu. Biji alpukat kering digunakan sebagai
DETERJEN: biji alpukat sebagai konsentrasi diblender hingga halus, lalu disaring pengganti SLS
“PEMANFAATAN aditif dalam ekstrak biji dengan ayakan 65 mesh. Ekstraksi biji 28%. Sifat fisik
POTENSI BAHAN produksi deterjen. alpukat 14%; alpukat dilakukan dengan cara maserasi. deterjen cair
ALAM DAN 28%; 42%; Sebanyak 250 g serbuk simplisia biji buah ekstrak biji alpukat
MENEKAN BIAYA 56% dan 70% alpukat kering direndam dalam 2,5 L memiliki sifat fisik
PRODUKSI” dengan bahan etanol 70% selama 24 jam, kemudian yang hampir sama
deterjen disaring sehingga diperoleh filtrat. Ampas dengan deterjen
lainnya. diremaserasi selama dua hari. Tahap cair berbahan aktif
selanjutnya sisa pelarut pada filtrat SLS 28% (b/b),
diuapkan dengan rotary evaporator. yaitu memiliki pH
Ekstrak dikeluarkan dari labu evaporasi 8,18 dengan tinggi
dan dimasukan dalam cawan petri, busa 4,88 cm dan
kemudian disimpan di dalam desikator viskositas sebesar
(Marlinda dkk, 2012). 1.406 cp.

 Uji Saponin
Sebanyak 2 g sampel serbuk buah alpukat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan akuades hingga
seluruh sampel terendam. Sampel
dididihkan selama 2-3 menit, dan
selanjutnya didinginkan, kemudian
dikocok kuat-kuat. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya buih
yang stabil (Marlinda dkk, 2012)
Formulasi Deterjen Cair Formula deterjen
cair yang digunakan diadopsi dari formula
Fauziah,dkk (2010) seperti terlihat pada
Tabel I. Formulasi deterjen menggunakan
SLS 28 % (b/b) digunakan sebagai kontrol
dalam penelitian ini. Proses pembuatan
deterjen cair dilakukan dengan
mencampurkan bahanbahan penyusunnya
pada suhu 60°-80°C hingga homogen.
Produk detergen cair kemudian
dikarakterisasi.

 Pembuatan Formula Detergen


Proses pembuatan deterjen cair dilakukan
dengan mencampurkan bahan-bahan
penyusunnya pada suhu 60°-80° C hingga
homogen. Proses pertama yang dilakukan
dalam pembuatan deterjen cair adalah
dekstrin dan air yang dicampur hingga
homogen (sediaan A). Ekstrak biji buah
alpukat (14 %, 28 %, 42 %, 56 %, 70 %)
dicampurkan dengan LAS, STPP, dan
H2O2, lalu diaduk sampai homogen
(sediaan B). Sediaan A dan sediaan B
dicampur hingga homogen dan
ditambahkan parfum.

 Uji pH
Uji pH penting dilakukan untuk melihat
apakah ada pengaruh deterjen saat kontak
dengan kulit. Menurut SNI (06-0475-
1996) standar nilai pH untuk deterjen cair
adalah 6-8 pada suhu 25°C.

 Uji Viskositas
Sebanyak 120 mL sampel formula uji
diukur viskositasnya dengan spindle
nomor dua dengan kecepatan 30 rpm.
Nilai yang terbaca dikalikan dengan faktor
konversi 10 dengan satuan centipoises
(cp). Standar Nasional Indonesia tidak
mencantumkan nilai viskositas yang harus
dipenuhi oleh produk deterjen cair.
Stephan Co., salah satu produsen
surfaktan di Amerika menyatakan nilai
viskositas sediaan pembersih cair berada
didalam kisaran 500 cp hingga 2000 cp.

 Uji Kestabilan Busa


Pengukuran kestabilan busa dilakukan
dengan melarutkan sampel formula uji ke
dalam air. Sebanyak 5 mL formula uji
dimasukkan ke dalam tabung ulir 10 mL,
lalu dikocok hingga busa terbentuk. Busa
yang terbentuk kemudian diukur tinggi
busa dengan menghitung perbandingan
antara tinggi busa dan tinggi keseluruhan
(larutan + busa). Stabilitas busa dihitung
dengan melihat berapa lama busa
terbentuk (menit) (Sukkary dkk, 2007).

 Analisa Data
Data hasil uji pH, viskositas dan
kestabilan busa dianalisis secara statistic
menggunakan One-Way ANOVA dan
dilanjutkan dengan Uji Tukey pada taraf
kepercayaan 95%. Parameter adanya
perbedaan yang signifikan ditunjukkan
oleh nilai signifikansi kurang dari 0,05.
2. BIODEGRADABLE untuk mengetahui Bahan baku Termasuk analisis sifat fitokimia karena Formula detergen
DETERGEN DARI efektivitas ekstrak berupa Estrak memerlukan: tingkat pH, viskositasdan cair ekstrak daun
SAPONIN DAUN daun waru dan daun waru, stabilitas busa waru berkisar
WARU DAN sebagai aditif dalam bunga tanjung  Pembuatan Ekstrak Daun Waru antara (2,70 –
EKSTRAKSI produksi detergen dan biji alpukat dan Bunga Tanjung 4,88) cm, lebih
BUNGA TANJUNG Mula-mula daun waru dan bunga tanjung rendah dari
dicuci hingga bersih kemudian dipotong- formula deterjen
potong kecil. Setelah itu dikeringdan cair berbahan
dianginkan selama satu minggu. Daun kimia konsentrat
waru dan bunga tanjung yang telah kering sebesar 5,94 cm
diblender hingga halus. Ekstraksi daun
waru dan bunga tanjung dilakukan dengan
cara maserasi. Sebanyak 250 g serbuk
simplisia daun waru dan bunga bunga
tanjung kering direndam dalam 2,5 L
etanol 70% dalam waktu 24 jam, lalu
disaring sehingga diperoleh filtrat.Tahap
selanjutnya yaitu sisa pelarut pada filtrat
diuapkan dengan menggunakanrotary
evaporator. Ekstrak dikeluarkan dari labu
evaporasi dan dimasukan ke dalam cawan
petri, lalu disimpan di dalam desikator.
 Pembuatan Formula Detergen
Proses pembuatan detergen cair dilakukan
dengan mencampurkan bahanbahan
penyusunnya pada suhu 60°-80° C sampai
homogen. Proses pertama yang dilakukan
dalam pembuatan detergen cair adalah
dekstrin dan air yang dicampur hingga
homogen (sediaan A). Ekstrak daun waru
dicampurkan dengan LAS,STPP
kemudian diaduk sampai homogen.
Ekstrak Daun Waru dicampur hingga
homogen kemudian ditambahkan ekstrak
bunga tanjung.
Uji:
1. Uji Kandungan Saponin
2. Uji Ph
Uji Kestabilan Busa
3. SINTESIS Tujuan dari Variabel yang  Proses Sulfonasi Sulfonasi Kondisi proses
SURFAKTAN penelitian mengenai digunakan surfaktan MES sulfonasi terbaik
METIL ESTER sintesis surfaktan dalam Dilakukan dengan mereaksikan POME dari rasio mol
SULFONAT DARI MES dari bahan penelitian ini dan natrium metabisulfit (Na2S2O5) reaktan dan lama
PALM OIL baku nabati yang terdiri dari dengan rasio mol 1:0,5, serta penambahan reaksi adalah 1:1,5
METHYL ESTER sangat potensial di variabel tetap katalis CaO 1% w/w POME. 100 ml selama 6 jam.
DAN NATRIUM Indonesia yaitu Palm dan variabel POME dimasukkan kedalam reaktor leher Karakteristik
METABISULFIT Oil Methyl Ester berubah. empat, selanjutnya ditambahkan Na2S2O5 surfaktan yang
DENGAN (POME) dengan Variabel tetap sebanyak 58,288 gr dan katalis CaO dihasilkan pada
PENAMBAHAN menggunakan agen adalah volume 0,8561 gr. Reaksi sulfonasi berlangsung penelitian ini
KATALIS KALSIUM pensulfonasi yang POME 100 ml selama 4 jam pada temperatur 80o C dan mampu
OKSIDA ekonomis dan (85,61 gr), kecepatan pengadukan 450 rpm. Setelah menurunkan
diharapkan produk Komposisi proses sulfonasi selesai campuran hasil tegangan
yang dihasilkan katalis CaO 1% reaksi dilakukan pemisahan secara permukaan air dan
memberikan w/w POME gravimetri. Tujuan dilakukan pemisahan tegangan
karakterisasi (0,8561 gr), adalah untuk memisahkan MES dengan antarmuka xilen-
surfaktan MES yang temperatur katalis yang digunakan. MES adalah fasa air sebesar 33,85
mendekati surfaktan sintesis 80o C cair yang berada dilapisan atas dan CaO mN/m dan 5,5
MES referensi. dan kecepatan berada pada fasa padat yang terdapat pada mN/m, pH 2,48,
pengadukan lapisan bawah. Proses sulfonasi dilakukan Densitas 0,8954
450 rpm.
juga dengan perbandingan rasio mol yang g/cm3, dan
Variabel berbeda yaitu 1:1 dan 1:1,5 serta variasi Viskositas 2,13 cP.
berubah adalah waktu 5 dan 6 jam.
waktu sulfonasi  Proses Pemurnian MES
4, 5 dan 6 jam Proses pemurnian MES dilakukan dengan
serta rasio molpencucian menggunakan aquades. Proses
POME: pemurnian ini bertujuan untuk melarutkan
Na2S2O5 garam-garam dan kotoran yang masih
adalah 1:0,5;
terkandung didalam surfaktan MES.
1:1 dan 1:1,5. Aquades yang digunakan dipanaskan
terlebih dahulu sampai suhu 50o C dan
ditambahkan kedalam corong pisah yang
telah berisi surfaktan MES. Aquades yang
telah tercampur dengan surfaktan MES
dikocok terlebih dahulu dan didiamkan
selama 90 menit agar garamgaram dan
kotoran yang masih terkandung didalam
surfaktan MES dapat terlarutkan. Proses
pencucian dilakukan sebanyak 3 kali.
 Analisa Produk
3. Produk MES dianalisa
menggunakan Fourier Transform
Infrared (FT-IR). FT-IR digunakan
untuk mengidentifikasi gugus SO3
yang bereaksi dengan Metil Ester.
Uji produk MES lainnya adalah
densitas, viskositas, pH, tegangan
permukaan, dan tegangan
antarmuka.
4. ISOLASI DAN Tujuan dari Komposisi Penelitian ini menggunakan rancangan Daun mahkota
IDENTIFIKASI penelitian ini adalah ekstrak yang deskriptif dengan teknik analisa kualitatif dewa mengandung
SAPONIN PADA untuk mengisolasi beragam untuk isolasi dan identifikasi saponin dari saponin steroid.
EKSTRAK DAUN dan mengidentifikasi ekstrak daun mahkota dewa (Phaleria Hal ini dibuktikan
MAHKOTA DEWA saponin dalam macrocarpa) dengan ekstraksi maserasi. dengan adanya
DENGAN ekstrak daun Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam busa stabil pada uji
EKSTRAKSI Phaleria macrocarpa penelitian ini antara lain: mahkota dewa busa dan
MASERASI dengan ekstraksi segar, asam klorida 2N, kloroform 10 ml, menghasilkan
maserasi. aquades, methanol, pereaksi Liebermann cincin warna hijau
Burchard (5 ml asam asetat anhidrat pada uji warna.
ditambah 5 ml asam sulfat pekat). Daun mahkota
Ekstraksi dilakukan dengan metode dewa memiliki
maserasi menggunakan pelarut metanol. potensi untuk
Sebanyak 10 g simplisia dari buah dimanfaatkan
mahkota dewa segar dimasukkan kedalam sebagai sumber
erlenmeyer kemudian direndam dengan saponin steroid
metanol sebanyak 60 ml. Erlenmeyer yang dapat
ditutup dengan alumunium foil dan dikembangkan
didiamkan selama 3 hari dengan sesekali menjadi obat
dikocok. Selanjutnya, hasil ekstrak komersial alami.
disaring untuk memperoleh filtrat I dan
simplisia yang telah diekstrak. Simplisia
yang sudah diekstrak kemudian diekstrak
kembali dengan metanol sebanyak 40 ml
dan didiamkan selama 2 hari dengan
sesekali dikocok. Hasil ekstrak (filtrat II)
dicampurkan dengan filtrat I, sehingga
diperoleh ekstrak cair. Masing-masing
sampel mahkota dewa segar dan kering
sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang telah berisikan
aquades 10 ml, dikocok dan ditambahkan
satu tetes larutan asam klorida 2N.
Tabung reaksi tersebut didiamkan dan
diperhatikan ada atau tidak adanya busa
stabil. Sampel mengandung saponin jika
terbentuk busa stabil dengan ketinggian 1-
3 cm selama 30 detik. Masing-masing
sampel mahkota dewa segar dan kering
sebanyak 2 ml dimasukkan kedalam
tabung reaksi yang telah berisikan
kloroform 10 ml dipanaskan selama 5
menit dengan penangas air sambil
dikocok. Selanjutnya, ditambahkan
beberapa tetes pereaksi Lieberman
Burchard. Jika terbentuk cincin coklat
atau violet maka menunjukkan adanya
saponin triterpen, sedangkan warna hijau
atau biru menunjukkan adanya saponin
steroid.
5. ANALISIS DAN Untuk mengetahui  Preparasi sampel Sampel Hasil identifikasi
IDENTIFIKASI kandungan saponin daun bidara dibersihkan dengan air, ekstrak daun
SENYAWA pada tanaman bidara dirajam kemudian dikeringkan di bidara
SAPONIN DARI udara terbuka selama 2 hari, kemudian menggunakan GC-
DAUN BIDARA dilanjutkan pengeringan menggunakan MS sebagai data
(Zhizipus mauritania oven pada suhu 40 oC selama 7 jam. pendukung FTIR
L.) Setelah kering dihancurkan menunjukan
menggunakan blender agar didapatkan adanya senyawa
serbuk sampel atau simplisia. saponin dengan
 Uji pendahuluan bobot molekul
1. Uji busa Sampel sebesar 873,0
daun bidara sebanyak 0,5gram g/mol pada waktu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang retensi 19,287
telah berisikan aquades 10 mL, kemudian menit namun
dikocok dan ditambahkan satu tetes puncak yang
larutan asam klorida 2 N. Tabung reaksi dihasilkan tidak
tersebut didiamkan dan diperhatikan ada dominan.
atau tidak adanya busa stabil. Sampel
mengandung saponin jika terbentuk busa
stabil dengan ketinggian 1-3 cm selama 30
detik.
2. Uji warna
Sampel sebanyak 0,5gram dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang telah berisikan
kloroform 10 mL, dipanaskan selama 5
menit dengan penangas air sambil
dikocok. Kemudian ditambahkan
beberapa tetes pereaksi Lieberman
Burchard (LB). Jika terbentuk cincin
coklat atau violet maka menunjukkan
adanya saponin triterpen, sedangkan
warna hijau atau biru menunjukkan
adanya saponin steroid.

D. Ekstraksi sampel
Ekstraksi dilakukan dengan metode
maserasi menggunakan pelarut etil asetat.
Sebanyak 100 gram sampel daun bidara
dimasukkan ke dalam erlenmeyer
kemudian direndam dengan etil asetat
sebanyak 600 mL. Erlenmeyer ditutup
dengan alumunium foil dan didiamkan
selama 3 hari dengan sesekali dikocok.
Kemudian hasil ekstrak disaring untuk
memperoleh hasil filtrat I dan sampel
yang telah diekstrak (ampas). Ampas
diekstrak kembali dengan etil asetat
sebanyak 400 mL dan didiamkan selama 2
hari dengan sesekali dikocok. Hasil
ekstrak (filtrat II) dicampurkan dengan
filtrat I, kemudian dievaporasi pada suhu
40 oC hingga diperoleh ekstrak kental. `
E. Analisis FTIR dan GC-MS
Identifikasi dilakukan dengan cara diambil
sedikit sampel ekstrak yang mengandung
saponin dengan menggunakan sudip
kemudian diidentifikasi dengan
spektrofotometer FTIR dengan bilangan
gelombang 4000-400 cm-1. Identifikasi
menggunakan GC-MS dengan cara
mencocokan bobot molekul dan pola
fragmentasi dari senyawa yang diuji pada
library system GC-MS, diperkuat dengan
referensi bobot molekul senyawa aktif
saponin berdasarkan literatur.
6. Isolation and Mengetahui Waktu retensi,  The method of extraction was the Barringtonia
Identification of kandungan pada thin layer maceration with methanol solvent. asiatica seeds have
Triterpenoid Saponin Barringtonia asiatica chromatography Formulating the crude extract of three triterpenoid
From Baringtonia alkaloid, Saponin, Tannin dan saponin
asiatica Kurz Seeds Terpenoid tests compounds 2.4-
Samples of B. asiatica seeds was cleanly bis-(1.1-dimethyl
washed with running water and mashed ethyl)-,
with a blender. 450 grams of B. asiatica methylcarbamate;
seed powder was macerated in a closed 4-Dodecylphenol;
vessel for 3x24 hours and was and 2.6 bis-(1.1-
occasionally shaken in a shaker containing dimethylethyl)-4-
methanol solvent. The solvent was methyl-,
filtrated by filter paper and was methylcarbamate
evaporated afterwards in a rotary which are potential
evaporator within the temperature of 35- to be the
37oC (48-50 rpm). After that, we analyzed biopesticide.
the content of alkaloid, flavanoid, and
saponin based on Alkaloid Test was
performed by adding 0.1 gram of the
extract into 3 mL of chloroform and 3
drops of ammoniac. The chloroform
fraction was separated and acidified by ten
drops of H2- SO4 2M. The acid fraction,
then, was added with Meyer and Wagner
reagents. The presence of alkaloid was
evident when the white deposit was made
by Meyer reagent and the brown deposit
by Wegner reagent. Saponin Test was
performed by putting 1 gram of extract
into a beaker containing 100 mL of water,
and was boiled for 5 minutes. Then, it was
filtered, and the filtrate was tested. Ten
mL of filtrate was incubated in a closed
test tube for 10 minutes. The occurrence
of saponin was identified when stable
froth/foam formation was made. Tannin
test was performed by mixing 0.1 gram of
extract with 2 mL of water and boiled for
3 minutes. It was filtered, and the filtrate
was added with a drop of FeCl3 1 % (b/v).
The dark blue or black colour exposed the
existence of tannin. Triterpenoid test was
performed by giving 0.1 gram of extract to
2 mL of ethanol 30%, heated and filtered.
The filtrate was evaporated and added
with eter by 1:1 ratio. The eter layer was
added with Lieberman Burchard reagent
(three drops of acetic acid anhydride and
one drop of concentrated H2SO4). The
red colour revealed the presence of
triterpenoid.

 Analyses of Thin Layer


Chromatography and Column
Chromatography
Thin Layer Chromatography was
performed by following [13] method in
which silica gel adsorbent coated plate
and methanol:chloroform: water (1:1:10)
were treated as mobile phase. Then, its
Retension factor (Rf) was calculated by
dividing “the distance achieved by eluted
compounds” with “the distance achieved
by elution liquid." The column
chromatography was performed by
methanol: chloroform: water (1:1:10)
solvent and silica gel column. The Rf
analysis of column chromatography was
tested by thin layer chromatography.

 Analysis of GC-MS
The extraction result of saponin was
analyzed by GC-MS to determineits
structure. The GC-MS under following
conditions: the injector tempera ture was
305,000C; the carrier gas, helium (He),
the speed of gas flow were 25,9 cm/sec;
the pressure of carrier gas was 13,7 kPa;
the column type was Rastek Rxi-5MS; the
column temperature was 70,00C; the
ionization system was Electron impact
(EI), and the ionization energy was 70 Ev
7. Utilization of natural The purpose of this negative control Metode ekstraksi limbah daun kelapa Based on the
surfactants from study was to find out (K-) by adding Limbah daun kelapa yang telah disimpan effectiveness of
saponin compound of the results of the distilled water dalam keadaan steril kemudian dipotong detergency power
coconut leaf waste effectiveness of and positive kasar, kemudian potongan dihaluskan based on
(Cocos Nucifera L.) as detergent detergency control (K +) by menggunakan blender untuk mendapatkan organoleptic tests,
an environmentally against stains on adding 440 gram limbah daun kelapa. Limbah the second
friendly liquids white cloth based on detergent yang tercampur kemudian ditempatkan treatment (P2) was
detergent organoleptic tests contained on pada tabung gelas, kemudian diberi etanol the best treatment
and to determine the the market, and 96% sebanyak 2 liter secara berkala untuk with the largest
results of there are 3 melakukan proses maserasi. Maserasi average value of
measurement tests treatment dilakukan selama 2 x 24 jam, kemudian 3.10 or faded
for pollution levels groups, namely etanol disaring menggunakan filter dan evenly with the
with parameters of P1, P2 and P3, filtrat dikumpulkan dalam botol. Setiap edges of the stain
COD (Chemical respectively ekstrak kemudian diuapkan menggunakan that fades. Thus, it
Oxygen Demand), with rotary vacuum evaporator. can be concluded
DO (Dissolve concentrations • Efektivitas detergensi deterjen cair daun that P2 with a 5%
Oxygen) and pH of 2.5%, 5% kelapa pada noda pada kain putih concentration of
levels in each and 10% berdasarkan uji organoleptik coconut leaf
treatment respectively. Tes organoleptik adalah tes yang extract was a
didasarkan pada proses penginderaan. detergent with the
Sensing diartikan sebagai proses fisio- most optimum
psikologis, kesadaran atau pengenalan detergency power
perangkat sensorik pada sifat-sifat objek effectiveness
karena rangsangan yang diterima oleh value. • The results
perangkat sensorik yang berasal dari of measurements
objek-objek ini. Tes organoleptik of pollution levels
dilakukan pada 30 responden dengan of washed
meminta responden untuk memberikan wastewater were
penilaian mengenai kain yang telah dicuci found that P2 or
dengan deterjen di setiap perawatan. the second
treatment has a
minimum
pollution level.
The DO value is
9.2 mg / L, the
COD value was
7.9 mg / L and
with a pH value of
5.02.
8. Future prospects of Tujuan : Untuk Pra-perawatan JSO mentah: The highest
biobased detergent mengetahui Jatropha berbagai suhu JSO mentah 30 mL disaring menggunakan biodetergent yield
derived from Jatropha c. biji minyak (JSO) pada hasil kertas saring dan diikuti dengan (88%) was found
c. seeds oil (JSO) digunakan sebagai biodiesel pemanasan 100◦C. Selanjutnya, komposisi at the potassium
bahan baku potensial (JASOB) pada JSO pra-perlakuan (10 mL) dianalisis hydroxide
sintesis biobased konsentrasi menggunakan kromatografi gas- concentration of
detergent alkali konstan spektrometri massa (GC-MS0, Agilent 0.8 M, treatment
(biodetergent). (5M) GC, dilengkapi dengan kolom kapiler time of 2 h and
(DB-5HT, diameter dalam 0,25 mm dan operation
ketebalan film 0,20μm) Perawatan ini tiga temperature of
kali direplikasi, JSO yang sudah dirawat 80°C. The
siap disintesis untuk bioenergi. physicochemical
• Sintesis Biji Jatropha Oil Biodetergent properties of the
(JASOB): examined JASOB
JSO yang diolah (20 mL) dicampur was indicated at
dengan berbagai konsentrasi basa seperti the foam height
KOH (0,2M - 1,2 M), suhu (40◦C - 90 ° (0.7-2.3),
C) dan waktu (30 menit - 180 menit) emulsification
menggunakan labu pengaduk bak (500 with oil (D), hard
rpm) ). Kemudian, 5 mL asam sulfat 3M water interface (L)
dan 5 mL hidrogen peroksida and pH (8-9).
ditambahkan These
performances of
ke dalam campuran sampai busa muncul JASOB fulfilled
dan surut. Pada saat yang sama, pH the required
dipantau tepat waktu pada kisaran 8,0 - essential criteria of
9,5. Selanjutnya, digosok menggunakan detergent standard
natrium klorida jenuh, disaring dan
dikeringkan dalam oven pada suhu 60 ° C
selama 24 jam. Biodiesel yang dihasilkan
dianalisis mengenai emulsifikasi minyak,
pH, tinggi busa dan uji air keras.
Verifikasi emulsifikasi minyak: Verifikasi
emulsifikasi minyak dilakukan dengan
campuran 4 tetes JSO dan 5 mL
biodetergen ke dalam tabung analisis.
Tabung dikocok dengan hati-hati dan
dibiarkan selama 2 menit. hingga 10 mnt.
Kemudian, emulifikasi lapisan minyak
yang terbentuk dibandingkan dengan
deterjen yang dikomersialkan untuk tiga
kali analisis replikasi. • pengukuran pH:
Pengukuran pH dijalankan dalam 2 tabung
reaksi. Kedua tabung diisi oleh 2 g
biodiesel yang diperoleh dan dicampur
dengan 100 mL air suling. Setiap larutan
diaduk dengan batang gelas, dan batang
pengaduk digunakan untuk menyentuh
selembar kertas pH. PH kedua sampel
dibandingkan dengan standar biodiesel. •
Pemeriksaan Foamibility: Pemeriksaan
kelemahan dioperasikan dalam tabung
dengan sumbat. Tabung didistribusikan
dengan 2 g biodetergen yang disintesis,
dan beragam dengan 100 ml air suling.
Pencampuran diguncang dengan cepat dan
dibiarkan selama 2 menit. dan 10 mnt.
Ketinggian busa diukur secara tidak sadar,
dan
dibandingkan dengan deterjen komersial.
9. EXTRACTION OF bertujuan untuk Variasi pelarut Prosedur Ekstraksi Daun S. mahagony Hasil
TANNINS AND mengekstrak tanin yang digunakan (sumber tanin) dan buah S. rarak (sumber menunjukkan
SAPONINS FROM dari daun mahoni untuk ekstraksi saponin) dikeringkan dengan oven pada bahwa 75% air +
PLANT SOURCES (Swietenia adalah air, suhu 50 oC selama 12 jam, dan kemudian 25% metanol
AND THEIR mahagony) dan metanol, aseton ditumbuk dengan saringan 0,5 mm. Bahan merupakan pelarut
EFFECTS ON In vitro saponin dari buah dan menjadi sasaran berbagai ekstraksi terbaik untuk
METHANOGENESI lerak (Sapindus kombinasinya. pelarut, yaitu 100% air (P1), 75% air + mengekstrak tanin
S AND RUMEN rarak) menggunakan 25% metanol (P2), 50% air + 50% dari daun mahoni
FERMENTATION sejumlah pelarut, metanol (P3), 25% air + 75% metanol sedangkan 100%
serta mengamati (P4), 100% metanol (P5), 75% air + 25% metanol adalah
efek penambahan aseton (P6), 50% air + 50% aseton (P7), yang terbaik untuk
ekstrak terhadap 25% air + 75% aseton (P8), dan 100% mengekstrak
fermentasi rumen aseton (P9). Untuk ekstraksi dan saponin dari buah
dan metanogenesis kuantifikasi tanin dalam S. mahagony, 10 lerak. Produksi gas
secara in vitro mL setiap pelarut dimasukkan ke dalam tertinggi dan
tabung reaksi yang mengandung 500 mg penurunan gas
sampel, kemudian dimasukkan ke dalam metana terbaik
gelas kimia yang diisi dengan air. Tabung didapatkan dari
itu kemudian ditempatkan dalam penangas perlakuan R7.
air ultrasonik (Barnstead / Lab Line Aqua
Wave 9377, E60H, Jerman) dan
diekstraksi selama 20 menit pada suhu
kamar. Setiap sampel disentrifugasi
(Thermo Scientific IEC Centra CL2
Centrifuge, Fisher Scientific Pte Ltd,
Singapura) pada suhu 4oC selama 10
menit; prosedur ini
diulang dua kali dan supernatan
digabungkan. Total fenol (TP) dan tanin
total (TT) diukur menurut Makkar (2003)
dengan menggunakan metode Folin-
Ciocalteu. Polyvinyl polypyrrolidone
(PVPP) digunakan untuk memisahkan
fenol tanin dari fenol non-tanin.
Absorbansi dibaca dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis
(spektrofotometer UV-Vis, U1800,
5930482, Perusahaan Teknologi Tinggi,
Tokyo, Jepang) dengan panjang
gelombang 724 nm. Untuk ekstraksi dan
kuantifikasi saponin dalam S. rarak, 10
mL setiap pelarut dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang mengandung 500 mg
sampel, kemudian dimasukkan ke dalam
gelas kimia yang diisi dengan air. Tabung
itu kemudian ditempatkan dalam penangas
air ultrasonik (Barnstead / Lab Line Aqua
Wave 9377, E60H, Jerman) dan
diekstraksi selama 20 menit pada suhu
kamar. Setiap sampel disentrifugasi
(Thermo

Scientific IEC Centra CL2 Centrifuge,


Fisher Scientific Pte Ltd, Singapura) pada
4oC selama 10 menit; prosedur ini diulang
dua kali dan supernatan digabungkan.
Analisis total saponin dilakukan sesuai
dengan
Hiai dan Nakajima (1976) dan dikalibrasi
terhadap standar Diosgenin (Sigma-
Aldrich D1634, Sigma Aldrich Chemie
GmbH, Steinheim, Jerman). Sampel
ditambahkan dengan 0,2 mL vanilin, 0,25
mL etanol dan 2,5 mL 72% H2SO4, dan
kemudian vortex. Sampel dipanaskan
dalam bak air (Watson Victor Ltd., Bw6t,
Watson Victor Limited, Selandia Baru)
pada suhu 60oC selama 10 menit. Setelah
dingin, absorbansi dibaca dalam
spektrofotometer UV-Vis (UV-Vis
spektrofotometer, U-1800, 5930482,
Tinggi
Technology Corporation, Tokyo, Jepang)
dengan panjang gelombang 544 nm.
Pelarut menghasilkan konsentrasi tanin
dan saponin tertinggi yang selanjutnya
digunakan untuk percobaan fermentasi
rumen in vitro. Pelarut organik
dihilangkan dengan menggunakan rotary
evaporator (Buchi Rotavapor R-200,
Germany) diikuti oleh pengeringan beku
(lyophilization) selama 24 jam untuk
mendapatkan ekstrak kering dari tanin dan
saponin.
10. Biodegradable Membandingkan Jenis jenis  Produksi Deterjen Biodegradable Deterjen
Detergents from kualitas dari detergen yang 30ml minyak biji nipis dipanaskan hingga diproduksi dari
Azadirachta Indica detergen ada dipasaran 313.15K. Larutan natrium hidroksida minyak biji
(neem) Seed Oil biodegradable dnegan dibuat dengan melarutkan 40 g pelet neemseed. Setelah
dengan detergen detergen yang natrium hidroksida dalam 100 ml air dan karakterisasi
yang sudah banyak dibuat yaitu ini ditambahkan ke minyak nimba yang deterjen yang
beredar dipasaran biodegradable sudah dihangatkan. Campuran diaduk disintesis ternyata
yang terbuat dari zat detergents dalam lemari asap. 10ml asam sulfat 18M lebih mudah
kimia yang sukar ditambahkan dan reaksi yang dihasilkan terurai secara
terdegradasi dipantau dengan menggunakan model pH hayati bila
seutuhnya. meteran Kent EIL 7055. Asam sulfat dibandingkan
(BDH 98%) ditambahkan sampai pH dengan beberapa
berada di antara 9 dan 9,5. 25ml asam deterjen komersial.
sulfat 18M ditambahkan untuk Ketinggian busa
menyesuaikan pH menjadi 9,3. 10ml setelah sepuluh
hidrogen peroksida kemudian menit ditemukan
ditambahkan untuk membantu menjadi 3,00 cm
pembentukan campuran yang homogen. dibandingkan
2,5g masing-masing asam nitrililoasetat dengan deterjen
(pembangun) dan karboksimetil selulosa komersial.
(zat anti-redeposisi) ditambahkan dan Ketegangan
campuran yang dihasilkan diaduk. permukaan
Campuran didinginkan dan dikeringkan deterjen ditentukan
secara alami. Setelah tiga hari, deterjen sebagai
yang disiapkan diambil dan ditimbang. 0,00523N / m
ditemukan lebih
 Uji Foamability dari Deterjen rendah (dan lebih
2.0g deterjen yang dihasilkan divariasi baik) daripada
menjadi 100m air dalam gelas 500ml dan deterjen komersial
dikocok kuat-kuat selama 2 menit dan dengan konsentrasi
tinggi busa dipantau dan dicatat setelah 10 yang sama
menit. Prosedur yang sama diulangi untuk
deterjen komersial berlabel A, B, C secara
terpisah dan ketinggian busa dicatat dalam
setiap kasus.

 Penentuan Ketegangan Permukaan


Deterjen
Jumlah yang sama dari deterjen yang
disintesis serta tiga deterjen komersial
(2g) dilarutkan dalam air (100ml) dan
tegangan permukaan dari setiap larutan
ditentukan.

 Uji biodegradabilitas Deterjen


Lima gram berbagai deterjen diukur ke
dalam botol BOD yang ditambahkan
seratus mililiter air keran untuk
pembubaran. Satu mililiter buffer fosfat,
magnesium sulfat, kalsium klorida, dan
besi (III) klorida ditambahkan ke satu liter
air suling. Solusi ini ditambahkan untuk
menambah isi dalam botol BOD. Ini
dibiarkan berdiri selama dua jam dan
oksigen terlarut diukur dengan
menggunakan meter oksigen. Setelah lima
hari, oksigen terlarut juga diukur.
Perubahan oksigen terlarut kemudian
dihitung.

Anda mungkin juga menyukai