LP DHF
LP DHF
A. DEFINISI
diduga diambil namanya dari gejala penyakitnya yaitu adanya demam/panas dan
ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype
virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang
penyakit fibris virus akut yang terdapat pada anak dan dewasa yang disebabkan
oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty yang ditemukan
gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, nyeri tulang, ruam,
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Jantung.
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya
sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos
(pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing
yang disebut apeks cordis. Letak jantung didalam rongga dada sebelah depan,
sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diagfragma dan
pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosa V dan VI dua jari dibawah
papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung yang disebut iktus
kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya
a. Arteri
Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri
pulmonalis, garis tengahnya kira-kira 1-3 cm. Arteri ini mempunyai
cabang-cabang keseluruhan tubuh yang disebut arteriola yang akhirnya
akan menjadi pembuluh darah rambut (kapiler). Arteri mendapat darah dari
darah yang mengalir didalamnya tetapi hanya untuk tunika intima.
Sedangkan untuk lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh darah
yang disebut vasa vasorum.
b. Vena
c. Kapiler
suatu lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler yaitu;
rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah rambut/kapiler pada
umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh karen itu dindingnya sangat tipis
maka plasma dan zat makanan mudah merembes ke cairan jaringan antar
sel.
d. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair
disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada
dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan
dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau kira-kira
4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama,
panas keseluruh tubuh. Adapun proses pembentukan sel dara terdapat tiga
C. ETIOLOGI
genus falvivirus. Virus yang ditularkan oleh nyamuk ini tergolong RNA positive-
strand virus dari keluarga Falviviridae. Terdapat empat serotipe virus DEN yang
sifat antigennya berbeda, yaitu virus dengue-1 (DEN 1), virus dengue-2 (DEN 2),
virus dengue-3 (DEN 3) dan virus dengue-4 (DEN 4). Spesifikasi virus dengue
yang dilakukan oleh Albert Sabin pada tahun 1994 menunjukan bahwa masing-
masing serotipe virus dengan memiliki genotipe yang berbeda antara serotipe-
D. MANIFESTASI KLINIK
2. Muntah
3. Nyeri kepala
1. Nyeri tenggorok
1. Demam tinggi yang timbul mendadak Sakit kepala yag berat, terutama di
kepala bagian depan
E. PATOFISIOLOGI
Virus Dengue adalah anggota dari group B Arbovirus yang termasuk dalam
genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Dikenal ada 4 jenis serotipe virus Dengue yaitu
virus Dengue tipe 1 (DEN-1), virus Dengue tipe 2 (DEN-2), virus Dengue tipe 3
(DEN-3), dan virus Dengue tipe 4 (DEN-4) ditularkan ke manusia melalui vektor
nyamuk jenis Aedes Egypty dan Aedes Albopictus. Virus yang masuk ke tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang telah terinfeksi virus Dengue
selanjutnya akan beredar dalam sirkulasi darah selama periode sampai timbul gejala
demam dengan masa inkubasi 4 – 6 hari (minimal 3 hari sampai maksimal 10 hari)
setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi virus Dengue. Pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal seluruh badan, hiperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang
getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan oleh kongesti pembuluh
darah di bawah kulit. DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue
pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan
anafilatoksin C3a dan C5a, histamin dan serotinin yang menyebabkan meningginya
dinding tersebut, suatu keadaan yang amat berperan dalam terjadinya renjatan
sehingga perdarahan hebat dengan prognosis buruk dapat terjadi. Terjadinya aktivasi
faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya pembekuan intravaskular
yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan menjadi Plasmin yang
merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan
mencapai puncaknya pada saat renjatan. Renjatan hipovolemia bila tidak segera
Manifestasi klinis yang mungkin muncul pada DHF adalah demam atau panas, lemah,
sakit kepala, anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan
sendi, pegal – pegal pada seluruh tubuh, mukosa mulut kering, wajah kemerahan
(flushing), perdarahan gusi, lidah kotor (kadang-kadang), petekie (uji turniquet (+),
nyeri tekan pada epigastrik. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah,
hipotensi, ekstrimitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal. Pada DHF
getah bening yang akan kembali normal pada masa penyembuhan. Adapun
1. Darah
Pada DHF akan dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau
ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya. Pada saat suhu
2. Urine
3. Sumsum tulang
4. Serologi
a) Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil pada masa
b) Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu uji dengue blood yang
mengukur antibodi.
H. PENATALAKSANAAN
teh manis, sirup, jus buah, dan oralit, pemberian cairan merupakan hal
yang paling penting bagi penderita DHF. Setelah keadaan dehidrasi dapat
berikutnya.
d. Pemberian cairan intravena pada pasien DBD tanpa renjatan dilakukan bila
meningkat (>40 vol %). Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat
1) Kristaloid.
(D5/RL), larutan Ringer Asetat (RA) atau dektrose 5% dalam larutan asetat
2) Koloid.
f. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan) jika
9) Awasi perdarahan.
11) Jika ada perbaikan klinis dan laboratorium pasien diijinkan untuk pulang.
2) Periksa HGB, HCT, trombosit tiap 6-12 jam, jika HCT naik atau
5ml/kg BB/jam.
3) Setelah itu IVFD di stop pada 24-48 jam, bila tanda vital/ HCT
saat evaluasi ditemukan tanda vital tidak stabil dengan tanda adanya
distres pernapasan dan HCT naik maka segera berikan koloid 20-
segera 10ml/kgBB.
maka segera berikan koloid 20-30 ml/kgBB dan jika HCT menurun
1) Lakukan oksigenasi.
menit).
cairan intravena.
- Kesadaran membaik.
melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Jika syok tidak teratasi yang
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian fokus
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
f. Riwayat psikososial
2. Data subyektif
pasien atau keluarga pada pasien DHF, data subyektif yang sering
b. Sakit kepala
e. Konstipasi
3. Data obyektif
g. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas
dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC : Fever Treatment
proses pe-nyakit (viremia) ditandai selama … x 24 jam, diharapkan tidak terjadi 1. Monitor suhu sesering mungkin
dengan demam, peningkatan suhu peningkatan suhu tubuh klien dengan 2. Monitor IWL
tubuh kriteria hasil : 3. Monitor warna dan suhu kulit
NOC : 4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Thermoregulation 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
1. Suhu tubuh klien dalam batas normal 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
(36 – 37 ̊ C) 7. Monitor intake dan output cairan
2. Nadi dan respiration rate klien dalam 8. Kolaborasi pemberian antipiretik
batas normal (Nadi radial 60 – 100 9. Kolaborasi pemberian terapi untuk mengatasi penyebab
x/menit ; RR 16 – 20 x/menit) demam
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan 10. Selimuti klien
tidak ada pusing 11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasi pemberian cairan intravena
Ket : 13. Kompres klien pada lipat paha dan aksila
Murwani,Arita. (2015). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. (Edisi 2). Jakarata: ECG.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC-NOC. Jakarta : Mediaction
Publishing
Sucipto, C.D. (2011). Vektor Penyakit Tropis. (Cetakan pertama). Yogyakarta: EGC.