Teori Akuntansi 2
Teori Akuntansi 2
0 | Page T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
[TEORI AKUNTANSI]
Chapter 2 – Accounting Theory
Construction
1 | Page T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
CHAPTER 2
ACCOUNTING THEORY CONSTRUCTION
Cara yang baik dalam mempelajari teori akuntansi ialah dengan mengklasifikasi teori-
teori tersebut berdasarkan asumsi, bagaimana teori tersebut terbentuk, dan pendekatan teori-
teori dalam menjelaskan dan memprediksi kejadian actual. Beberapa klasifikasi yang telah
terbukti berguna ialah pendekatan pragmatic, sintatik, semantic, normative, positif dan
naturalistic.
I. TEORI PRAGMATIK
Pendekatan pragmatik didasarkan pada pengamatan atas perilaku akuntan atau pihak-
pihak yang menggunakan informasi yang dihasilkan oleh akuntan. Teori pragmatik membahas
berbagai hal yang berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi baik dalam konteks
pelaporan keuangan eksternal maupun manajerial.
TEORI SINTAKTIK
4 | Page T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
Teori sintaktik berusaha menjelaskan praktik akuntansi dan memprediksi bagaimana
akuntan akan bereaksi pada situasi tertentu atau bagaimana mereka melaporkan peristiwa
tertentu. Teori akuntansi sintaktik adalah teori yang berorientasi untuk membahas masalah-
masalah tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah dirumuskan secara
semantik dalam elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan.
Teori sintaktik meliputi pula hubungan antara unsur-unsur yang memebentuk struktur pelaporan
keuangan atau struktur akuntansi dalam suatu negara yaitu manajemen, entitas pelapor,
pemakai informasi, sistem akuntansi,dan pedoman penyusunan laporan.
TEORI SEMANTIK
Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau peristiwa)
dan istilah atau simbol yang mewakilinya. Teori akuntansi semantik menekankan pembahasan
pada masalah penyimbolan dunia nyata atau realitas (kegiatan perusahaan) ke dalam tanda-
tanda bahasa akuntansi (elemen statement akuntansi) sehingga orang dapat membayangkan
kegiatan fisik perusahaan tanpa harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut. Teori
ini berusaha untuk menemukan dan merumuskan makna-makna penting pelaporan keuangan
sehingga teori ini banyak membahas pendefinisian makna elemen (objek), pengidentifikasian
atribut, dan penentuan jumlah rupiah (pengukuran) elemen sebagai sebuah atribut.
Dari aspek bahasa, kerangka teori akuntansi yang lengkap seharusnya memiliki 3
komponen di atas, pragmatik, sintatik, dan semantik (Hendriksen, 1989). Kerangka teoris yang
diperlukan untuk mengembangkan praktik akuntansi yang sehat harus mempertimbangkan
faktor berikut ini:
pernyataan tentang sifat entitas akuntansi dan lingkungannya.
pernyataan tentang tujuan dasar akuntansi keuangan.
evaluasi terhadap kebutuhan pemakai dan batasan kemampuan pemakai dalam
memahami, menginterpretasikan, dan menganalisis informasi yang disajikan.
pemilihan tentang apa yang seharusnya disajikan.
evaluasi terhadap proses pengukuran untuk mengkomunikasikan informasi.
evaluasi terhadap batasan yang berkaitan dengan pengukuran dan gambaran
perusahaan.
pengembangan prinsip atau proposisi umum yang dapat digunakan sebagai pedoman
dalam merumuskan prosedur dan aturan.
perumusan struktur dan format pencarian dan pemrosesan data, peringkasan dan
pelaporan informasi yang relevan.
5 | Page T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
TEORI NORMATIF
Tahun 1950 sampai dengan 1960-an adalah apa yang sering dideskripsikan sebagai
“masa keemasan”nya riset akuntansi normatif. Selama periode ini, peneliti akuntansi menjadi
lebih tertarik dengan rekomendasi kebijakan dan apa yang seharusnya dilakukan, ketimbang
menganalisis dan menjelaskan praktik yang diterima saat ini. Teori normatif periode ini
terkonsentrasi baik di dalam menurunkan “true income” (profit) dalam sebuah periode akuntansi
atau mendiskusikan jenis informasi akuntansi yang akan berguna dalam membuat keputusan
ekonomi.
True Income: Ahli teori true income berkonsentasi untuk mendapatkan pengukuran
tunggal untuk asset dan sebuah angka profit yang unik (dan tepat). Namun, tidak tercapai
sebuah kesepakatan tentang apayang ditetapkan sebagai pengukuran yang benar atau tepat
mengenai nilai dan profit. Sebagian besar literature selama periode ini terdiri atas perdebatan
akademis tentang keuntungan dan kerugian atas sistem pengukuran alternatif.
6 | Page T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
Profit dan value dapat diukur dengan tepat/andal.
Akuntansi keuangan berguna untuk membuat keputusan ekonomis.
Pasar tidak efisien atau dapat tertipu oleh “akuntan kreatif”
Akuntansi konvensional tidak efisien (dalam arti informasi)
Ada satu pengukuran profit yang unik.
Asumsi ini jarang digunakan sebagai subjek pada pengujian empiris manapun. Para
pendukungnya biasanya menggambarkan informasi akuntansi mereka sebagai sesuatu yang
“ideal”. Mereka merekomendasikannya untuk menggantikan biaya historis dan digunakan oleh
semua orang sekaligus.
Peneliti normatif melabeli pendekatan mereka kepada teori formulasi ilmiah, dan pada
umumnya, berdasarkan teori mereka tentang pernyataan dalam bentuk analitis (sintaksis) dan
empiris (induktif). Secara konseptual, teori normatif tahun 1950-an dan 1960-an dimulai dengna
pernyataan atas domain (ruang lingkup) dan tujuan dari akuntansi, asumsi yang mendasari
sistem, dan definisi dari semua konsep kunci. Domain dari akuntansi adalah umum, mencakup
relasi atas seluruh income statement dan balance sheet, tidak hanya item-item akuntansi yang
spesifik seperti sebatas akuntansi atas piutang tidak tertagih saja. Juga, hal ini memiliki
hubungan dengan seluruh pengguna laporan keuangan dan tidak terbatas pada pengguna atau
kelompok pengguna tertentu.
Para ahli teori normatif juga membuat asumsi tentang sifat dari operasi perusahaan
berdasarkan hasil observasi. Prinsip akuntansi yang detil dan andal serta aturan dan penjelasan
logis atas outputs akuntansi telah diikhtisarkan. Kerangka kerja deduktif akan lebih ketat dan
konsisten dalam konsep analitisnya. Laporan keuangan harus memiliki arti yang sesuai dengan
apa yang seharusnya “dikatakan”, mereka harus memiliki hubungan semantik dengan dunia
sebenarnya. Meskipun meskipun laporan keuangan adalah abstraksi dan pengurangan dari
economic affair perusahaan, karena mereka meringkas akun saham dan pergerakan dari
sumber daya ekonomi, mereka seharusnya hanya pragmatis sejauh bahwa laporan keuangan
adalah pengganti dari pengalaman langsung. Pengujian pragmatis adalah bahwa, ketika
mengobservasi laporan keuangan, pengguna harus bertindak seolah-olah mereka benar-benar
mengobservasi kejadian atas laporan keuangan yang disajikan. Meskipun metodologi ini telah
memiliki komponen baik sintaksis dan semantik , namun masih bergantung utamanya pada
hubungan sintaksis dan dengan demikian diberi label “hipotesis-deduktif”.
7 | Page T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
Sebuah pertanyaan penting dalam penelitian akuntansi ini terkait kegunaan data
akuntansi. Apakah data kuantitatif yang kita peroleh dari suatu kumpulan operasi yang berbasis
kepada teori akuntansi secara keseluruhan berguna untuk pengguna laporan keuangan? Untuk
menemukan jawabannya, apa yang biasanya dilakukan adalah mengambil data output dari
sistem akuntansi spesifik dan menentukan apakah data ini membantu pengambil keputusan
dalam membuat kebijakan finansial. Ini adalah pengujian teori akuntansi secara langsung.
Di sisi lain, realism menekankan peran penjelas dari ilmu, pada dasarnya, prediksi
secara terbalik. Sudut pandang metodologi ini menekankan peran umpan balik dati akuntansi.
Pendekatan realisme pada akuntansi berarti bahwa untuk teori akuntansi valid itu harus lebih
dari sekadar alat untuk meramalkan, akuntansi juga harus dipegang sebagai deskripsi realitas
yang mendasari fenomena akuntansi. Akuntansi, di bawah pendekatan ini, mendapatkan
kemampuan prediktif hanya karena memberikan umpan balik yang relevan atau penjelasan
deskriptif atas apa yang telah terjadi. Kita juga dapat mempertanyakan tentang validitas logika
dalam penggunaan prediksi (peramalan) sebagai suatu pengujian ilmiahuntuk sebuah teori
akuntansi dalam lingkungan dinamis di mana variable lain yang terlibat tidak dapat dikontrol.
Prediksi secara ilmiah lebih valid ketika kita dapat mengontrol variabel tersebut seperti tekanan
udara, panas, berat dan lain sebagainya. Ketika kita tidak dapat mengontrol variabel dalam
lingkungan ekonomi, seperti inflasi dan persentase bunga atau kepuasan pelanggan, kita harus
8 | Page T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
mengukur prediksi dengan statistic, sesuai dengan seberapa mungkin kejadian tersebut
mempengaruhi prediksi.
TEORI POSITIF
Pada tahun 1970-an, teori akuntansi menatap kembali ke metodologi empiris, yang
biasa disebut sebagai metodologi positif. Positivisme dan empirisme berarti mengetes atau
menghubungkan hipotesis atau teori akuntansi kepada fakta atau pengalaman di dunia nyata.
Penelitian akuntansi positif pertama kali difokuskan pada pengujian bebarapa asumsi yang
dibuat oleh ahli teori normatif secara empiris. Umumnya pendekatan dilakukan dengan
mengsurvey pendapat dari analisis keuangan, pegawai bank, dan akuntan tentang kegunaan
dari metode inflasi akuntansi yang berbeda dalam hal pembuatan keputusan mereka (seperti
memprediksi kebangkrutan atau memutuskan apakah mereka harus membeli atau menjual
saham). Pendekatan lainnya adalah dengan menguji kepentingan yang diasumsukan dari
output akuntansi pada pasar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah :
Sekarang ini, sejumlah besar teori positif umumnya mempedulikan penjelasan dari
alasan pada praktik di masa kini dan memprediksi peran dari akuntansi dan informasi terkait
dalam keputusan ekonomis individu, perusahaan, dan pihak lain yang berkontribusi pada
operasi pasar dan ekonomi. Penelitian ini menguji teori-teori yang menganggap bahwa
informasi akuntansi merupakan komoditas ekonomi dan politik, dan bahwa orang bertindak
dalam kepentingan mereka sendiri.
Perbedaan utama antara teori normatif dan positif adalah bahwa teori-teori normatif
preskriptif, sedangkan teori positif deskriptif, penjelasan atau prediksi. Teori normatif
menjelaskan bagaimana orang seperti akuntan harus bersikap untuk mencapai suatu hasil yang
dinilai tidak benar, moral, adil, atau hasil 'baik'. Teori positif tidak mengatur bagaimana orang
(misalnya akuntan) harus bersikap untuk mencapai suatu hasil yang dinilai menjadi 'baik'.
Sebaliknya, mereka menghindari membuat penjelasan yang sarat akannilai. Mereka
9 | Page T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
menggambarkan bagaimana orang berperilaku (terlepas dari apakah itu adalah 'benar'); mereka
menjelaskan mengapa orang berperilaku dengan cara tertentu, atau mereka memprediksi apa
yang telah orang lakukan atau akan lakukan
Banyak peneliti teori positif yang meremehkan sudut pandang normatif. Demikian pula,
banyak ahli teori normatif yang tidak menerima nilai penelitian akuntansi positif. Kenyataannya,
teori teori tersebut dapat berdampingan, dan dapat saling melengkapi. Teori akuntansi positif
dapat membantu memberikan pemahaman tentang peran akuntansi yang, pada gilirannya,
dapat membentuk dasar untuk mengembangkan teori-teori normatif untuk meningkatkan
praktek akuntansi.
10 | P a g e T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
Beberapa peneliti menyarankan agar fokus penelitian secara naturalis lebih tepat untuk
memperoleh pengetahuan tentang perilaku akuntansi dalam pengaturan secara natural. Salah
satu idenya adalah bahwa kita dapat melakukan penelitian sealami mungkin. Pendekatan ini
memiliki dua implikasi. Pertama, kita tidak memiliki asumsi yang terbentuk sebelumnya atau
teori. Kedua, kita fokus pada masalah spesifik perusahaan. Hal ini dilakukan dengan mengambil
pendekatan penelitian secara fleksibel menggunakan pengamatan dan tidak terlalu
menggunakan analisis matematika, pemodelan, uji statistik, survei dan pemeriksaan
laboratorium. Hal yang dapat dilakukan untuk melakukan penelitian naturalistik adalah dengan
menggunakan studi kasus individu dan kerja lapangan yang lebih rinci.
Pendekatan studi kasus dipandang oleh beberapa peneliti sebagai cara terbaik untuk
mengexplore atau kristalisasi masalah penelitian untuk penelitian naturalistik. Sebagai contoh:
. . . tidak layak untuk mengembangkan model teoritis sebelum melakukan pengamatan
secara empiris, alternatif terbaik selanjutnya adalah dengan cara pendekatan eksplorasi yang
dapat diikuti.
Tomkins dan Groves tidak setuju dengan sudut pandang ini. Mereka melihat
pendekatan penelitian naturalistik lebih tepat sebagai perbedaan asumsi ontologis. Asumsi
ontologis menyiratkan bahwa gaya penelitian yang berbeda dapat mempengaruhi pertanyaan
penelitian. Sebagai contoh, kita dapat melihat akuntansi sebagai konstruksi sosial. Kita mungkin
ingin memahami apa yang dicitrakan dari orang lain, apa asumsi yang dapat dipertahankan.
K
ategori Asumsi
11 | P a g e T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
Reality as a concrete structure
1 (Realitas sebagai sebuah struktur
konkret)
Reality as a concrete process
2 (Realitas sebagai sebuah proses
konkret)
Reality as a contextual field of
3 information (Realitas sebagai sebuah
bidang informasi yang kontekstual)
Reality as symbolic discourse
4
(Realitas sebagai wacana simbolik)
Reality as social construction
5
(Realitas sebagai konstruksi sosial)
Reality as projection of human
6 imagination (Realitas sebagai proyeksi
dari imajinasi manusia)
Dapat dijelaskan bahwa Kategori 1 adalah menurut sudut pandang objektif yang baku, di
mana praktik akan selalu sesuai dengan struktur konkritnya, dan outcome berupa keputusan
dan tindakan yang diambil dapat dengan cara yang mudah diprediksi. Semakin ke bawah,
unsur konkrit dari objek penelitian semakin hilang. Seperti kategori 1 yang berasumsi bahwa
dunia ini konkret dan stabil, sementara kategori 6 berasumsi bahwa dunia tidak stabil,
tergantung pada asumsi masing-masing manusia (individualis). Oleh karena itu, untuk
memahami sebuah proses pengambilan keputusan dari asumsi yang individualis ini, peneliti
perlu untuk memahami persepsi dan kecenderungan dari setiap individu.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perbedaan asumsi ontologi yang ada
berimplikasi pada perbedaan pendekatan epistemologi dan metode penelitian. Hal ini kemudian
mempengaruhi jenis masalah penelitian yang diajukan serta hipotesis yang diuji. Untuk
12 | P a g e T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
membantu pemahaman, berikut disajikan perbandingan antara penelitian ilmiah dan penelitian
naturalistik.
Asumsi Melihat realita secara Melihat realita sebagai hasil konstruksi sosial
Ontologi objektif dan konkret dan imajinasi manusia
(berwujud)
Melihat akuntansi Melihat akuntansi sebagai konstruksi.
sebagai objek.
Pendekatan Pengembangan Holistik (realita sebagai sesuatu yang utuh,
Epistemolog pengetahuan secara bukan merupakan kesatuan dari bagian-bagian
i sedikit demi sedikit yang terpisah
13 | P a g e T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
Reduksionisme (realita Kompleksitas dunia tidak bisa dipecahkan
terdiri dari jumlah melalui reduksionisme
minimum dari beberapa
jenis entitas atau
substansi)
Pengujian hipotesis Hukum tidak dapat direduksi
individu
Hukum yang dapat
tergeneralisasi
Dalam penerapan pendekatan ilmiah pada praktek akuntansi seringkali masih ditemui
adanya kesalahpahaman konsep oleh sebagian orang. Kesalahpahaman pertama terjadi pada
konsep tujuan penerapan pendekatan ilmiah itu sendiri. Beberapa pihak berpikir bahwa tujuan
penerapan pendekatan ilmiah ini akan menjadikan seorang akuntan serta merta juga menjadi
seorang ilmuwan, padahal akuntan adalah praktisi sementara ilmuwan adalah peneliti. Analogi
untuk membedakan kedua jenis profesi di atas dapat ditemukan di bidang kedokteran, yaitu
ilmuwan diwakili oleh peneliti masalah kedokteran sedangkan dokter merupakan perwujudan
dari praktisi. Para dokter akan menggunakan alat-alat atau tools dalam menghadapi
permasalahan medis, yang salah satu “alat” tersebut adalah hasil penelitian para peneliti di
bidang kedokteran. Namun tidak semua masalah medis dapat dijawab oleh hasil penelitian
yang ada, karena biasanya hasil penelitian tersebut bersifat umum, sedangkan masalah medis
yang dihadapi dokter akan sangat beragam untuk masing-masing pasien. Oleh karena itu yang
14 | P a g e T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
terpenting adalah para praktisi harus mengambil sikap ilmiah dalam menghadapi setiap
masalah yang muncul, yaitu adanya bukti yang kuat dalam mendukung diagnosis dan
perawatan yang dilakukan. Begitu pula dengan akuntan, adanya bukti empiris dan penjelasan
yang logis dalam mendukung praktek akuntansi harus digunakan sebagai dasar pemberian
rekomendasi metode akuntansi yang akan digunakan berdasarkan situasi dan bukti yang ada.
Dengan begitu orang akan lebih percaya dibandingkan rekomendasi yang hanya didasari
rasionalisasi yang masih dapat diperdebatkan.
Kesalahpahaman kedua adalah adanya anggapan bahwa kebenaran absolut akan
didapatkan dengan penerapan pendekatan ilmiah pada praktek akuntansi. Kesalahpahaman
tersebut didasari pemikiran bahwa ilmu pengetahuan dapat menunjukkan kebenaran absolut,
yang argumen tersebut tidak benar adanya. Ilmu pengetahuan digunakan untuk membantu
manusia dalam menentukan logis atau tidaknya suatu pernyataan. Ilmu pengetahuan tidaklah
sempurna, dan tidak mungkin menemukan kebenaran absolut di dalamnya. Sejarah
menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan akan selalu berevolusi seiring ditemukannya bukti-bukti
baru yang lebih relevan.
15 | P a g e T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
Era normatif dalam teori akuntansi dan penelitian juga terjadi bersamaan dengan era
pendekatan normatif pada teori audit pada permulaan 1970-an, yang pada tahun tersebut
American Accounting Association mendirikan Comitee on Basic Auditing Concepts untuk
menyelidiki peranan dan fungsi audit untuk memberikan rekomendasi bagi proyek penelitian,
memeriksa permasalahan dari bukti dan menerbitkan position paper dalam ruang lingkup audit
oleh akuntan. Pertumbuhan teori akuntansi positif di tahun 1970-an diiringi dengan perubahan
arah dalam penelitian audit yang meskipun terpecah menjadi dua namun keduanya sama-sama
memegang teguh data empiris dan didesain dalam kerangka positif atau ilmiah. Eksperimentalis
berfokus pada pemahaman tingkat-kecil dari proses penilaian audit, yang berusaha mencari
tahu bagaimana auditor membuat penilaian dan keputusan sehingga mereka dapat
memperkirakan bagaimana auditor mungkin bertindak ketika ditempatkan pada situasi
tertentu.Metode berikutnya yaitu riset audit empiris yang berkembang pada era ini menelaah
pemilihan auditor oleh perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat upah yang
dibayarkan perusahaan kepada auditor. De Angelo berpendapat bahwa kualitas audit secara
garis lurus berhubungan dengan ukuran perusahaan auditor karena auditor yang lebih besar
memiliki resiko yang lebih besar jika gagal melaporkan pelanggaran yang ditemukan dalam
laporan milik klien.
KESIMPULAN
16 | P a g e T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2
DAFTAR PUSTAKA
Jayne Godfrey, et.al. 2010. Accounting Theory 7th Edition. Australia : John Wiley &Sons
17 | P a g e T E O R I A KU N TA N S I –
CHAPTER 2