Anda di halaman 1dari 4

Pada uji detail subtantif utama untuk transaksi utang usaha, perhatian tertuju pada deteksi kurang saji

utang dan utang tidak tercatat. Untuk menentukan bahwa transaksi pembelian yang terjadi mendekati
tanggal neraca dicatat pada periode yang benar, maka auditor melakukan uji pisah batas.

a. Bagaimana auditor melakukan uji pisah batas? Apa asersi yang terkait?
b. Adakah pertimbangan khusus terkait dengan syarat pengiriman (FOB)? Uraikan argumentasi
Saudara!

Bagaimana auditor merancang prosedur untuk mendeteksi kewajiban yang tidak tercatat yang signifikan
pada tanggal neraca? Apa asersi yang terkait?

Nomor 3a

Uji pisah batas adalah teknik audit yang digunakan oleh auditor untuk memastikan bahwa transaksi yang
terjadi mendekati tanggal neraca dicatat pada periode akuntansi yang benar. Dalam konteks transaksi
utang usaha, ini dapat mencakup pembelian barang atau jasa yang perlu dicatat pada periode yang
benar untuk mencerminkan kewajiban yang sesuai.

Langkah-langkah Uji Pisah Batas:

a. Identifikasi Transaksi Mendekati Tanggal Neraca

Auditor mengidentifikasi transaksi pembelian yang terjadi mendekati tanggal neraca, terutama
yang mungkin berdampak pada laporan keuangan.

b. Pengamatan Dokumen Pendukung

Auditor mengamati dokumen pendukung yang terkait dengan transaksi tersebut, seperti faktur
pembelian, surat perintah pembelian, bukti penerimaan barang atau jasa, dan dokumen lain
yang mendukung transaksi.

c. Verifikasi Tanggal Transaksi

Auditor memverifikasi tanggal transaksi pada dokumen pendukung untuk memastikan bahwa
transaksi tersebut dicatat pada periode akuntansi yang benar.

d. Pemahaman dan Evaluasi Sistem Pengendalian Internal

Auditor memahami dan mengevaluasi sistem pengendalian internal yang berkaitan dengan
pencatatan transaksi pembelian untuk memastikan bahwa prosedur pisah batas dapat
diandalkan.

e. Konfirmasi dengan Pihak Ketiga

Jika diperlukan, auditor dapat mengkonfirmasi dengan pihak ketiga, seperti pemasok, untuk
memverifikasi tanggal transaksi dan penerimaan barang atau jasa.
f. Penilaian Kepatuhan dengan Prinsip Akuntansi

Auditor menilai kepatuhan pencatatan transaksi dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
termasuk penentuan bahwa transaksi dicatat pada periode yang sesuai.

Asersi yang Terkait:

 Asersi Keberadaan (Existence): Auditor memastikan bahwa transaksi yang dicatat benar-benar
terjadi dan barang atau jasa yang dibeli benar-benar ada.
 Asersi Kelengkapan (Completeness): Auditor memastikan bahwa semua transaksi yang
seharusnya dicatat telah dicatat, dan tidak ada utang usaha yang terlewat atau tidak tercatat.
 Asersi Ketepatan Waktu (Cut-off): Auditor menilai bahwa transaksi dicatat pada periode yang
benar, yaitu saat transaksi sebenarnya terjadi.
 Asersi Akurasi (Accuracy): Auditor memastikan bahwa jumlah dan rincian transaksi yang dicatat
sesuai dengan jumlah dan rincian sebenarnya.
 Asersi Hak dan Kewajiban (Rights and Obligations): Auditor memastikan bahwa utang usaha
yang dicatat merupakan kewajiban yang sah dan dimiliki oleh perusahaan.

Dengan melakukan uji pisah batas, auditor dapat meningkatkan keyakinan bahwa transaksi pembelian
yang terjadi mendekati tanggal neraca dicatat dengan benar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku.

Nomor 3b

Ya, syarat pengiriman (FOB) adalah pertimbangan khusus yang penting dalam konteks uji pisah batas
pada transaksi utang usaha. FOB mengacu pada ketentuan yang menentukan pada titik mana
kepemilikan barang berpindah dari penjual ke pembeli. Dalam hal ini, perlu mempertimbangkan syarat
pengiriman untuk memastikan bahwa transaksi pembelian yang terjadi mendekati tanggal neraca
dicatat pada periode yang benar. Berikut adalah beberapa argumen terkait dengan syarat pengiriman
(FOB):

1. FOB Shipping Point vs. FOB Destination


 Jika syarat pengiriman adalah FOB Shipping Point, kepemilikan barang beralih dari penjual ke
pembeli segera setelah barang keluar dari gudang penjual. Oleh karena itu, transaksi biasanya
dicatat pada periode pengiriman. Auditor harus memverifikasi bahwa barang telah
meninggalkan gudang penjual dan melakukan uji pisah batas pada tanggal ini.
 Sebaliknya, jika syarat pengiriman adalah FOB Destination, kepemilikan barang tetap pada
penjual sampai barang tiba di tujuan. Dalam hal ini, barang dianggap belum diakui sebagai
penerimaan oleh pembeli, dan transaksi mungkin dicatat pada periode yang lebih lambat, yaitu
saat barang tiba di tujuan.
2. Pemahaman Kebijakan Perusahaan
 Auditor perlu memahami kebijakan perusahaan terkait dengan syarat pengiriman dan
penentuan tanggal penerimaan untuk pembelian. Hal ini dapat mencakup peninjauan kontrak
pembelian, syarat-syarat penjualan, dan kebijakan akuntansi perusahaan terkait dengan
pengakuan pendapatan dan utang.
3. Verifikasi Bukti Pengiriman
 Auditor harus memverifikasi bukti pengiriman, seperti resi pengiriman atau bukti pengiriman
eksternal, untuk memastikan bahwa barang benar-benar dikirim pada periode yang diakui oleh
perusahaan. Ini membantu mengkonfirmasi kapan transaksi pembelian harus dicatat.
4. Pemahaman Risiko dan Dampaknya
 Auditor perlu memahami risiko yang terkait dengan syarat pengiriman dan dampaknya terhadap
pengakuan pendapatan dan utang. Risiko ini dapat mencakup penundaan pengiriman, risiko
kepemilikan barang, atau risiko penundaan penerimaan oleh pembeli.

Dengan mempertimbangkan syarat pengiriman dalam uji pisah batas, auditor dapat memastikan bahwa
transaksi pembelian yang terjadi mendekati tanggal neraca dicatat pada periode yang sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemahaman yang cermat terhadap syarat pengiriman membantu
mencegah kesalahan pengakuan pendapatan atau utang yang dapat mempengaruhi laporan keuangan
perusahaan.

Nomor 3c

Untuk mendeteksi kewajiban yang tidak tercatat yang signifikan pada tanggal neraca, auditor perlu
merancang prosedur uji pisah batas yang efektif. Berikut adalah langkah-langkah dan asersi yang terkait
dalam merancang prosedur tersebut:

1. Pemahaman Kebijakan Akuntansi

Auditor harus memahami kebijakan akuntansi perusahaan terkait dengan pengakuan utang usaha.
Ini mencakup syarat-syarat pengakuan, kapan utang dianggap tercatat, dan apakah ada kebijakan
tertentu terkait periode cut-off.

2. Analisis Aging Utang Usaha

Auditor dapat menganalisis aging utang usaha untuk mengidentifikasi utang yang mungkin tidak
tercatat atau kurang saji. Utang yang sudah lewat jatuh tempo atau memiliki saldo yang signifikan
perlu mendapatkan perhatian khusus.

3. Konfirmasi Utang dengan Pihak Ketiga

Auditor dapat mengirim konfirmasi langsung kepada pihak ketiga, seperti pemasok atau kreditur,
untuk mengkonfirmasi saldo utang. Konfirmasi ini dapat mencakup informasi tentang utang yang
belum tercatat atau belum terungkap.

4. Pemilihan Sampel Uji Pisah Batas


Auditor memilih sampel transaksi pembelian yang terjadi mendekati tanggal neraca dan memeriksa
bukti pendukung, seperti faktur, kontrak, dan penerimaan barang. Ini membantu memastikan
bahwa utang yang signifikan tercatat pada periode yang benar.

5. Perbandingan dengan Periode Sebelumnya

Auditor dapat membandingkan saldo utang pada tanggal neraca dengan periode sebelumnya untuk
mengidentifikasi perubahan yang signifikan. Perubahan yang tidak dapat dijelaskan mungkin
menunjukkan utang yang tidak tercatat.

6. Pemahaman Proses Pengendalian Internal

Auditor memahami dan mengevaluasi efektivitas proses pengendalian internal yang berkaitan
dengan pengakuan dan pencatatan utang. Ini membantu menentukan sejauh mana pengendalian
internal dapat diandalkan dalam mengidentifikasi utang yang signifikan.

Asersi yang Terkait:

 Asersi Keberadaan (Existence): Auditor harus memastikan bahwa utang yang signifikan pada
tanggal neraca benar-benar ada dan telah diidentifikasi dengan benar.
 Asersi Kepemilikan dan Hak (Rights and Obligations): Auditor harus memastikan bahwa utang
tersebut dimiliki oleh perusahaan dan merupakan kewajiban yang sah yang harus dipenuhi.
 Asersi Kelengkapan (Completeness): Auditor harus memastikan bahwa semua utang yang
seharusnya dicatat telah dicatat, dan tidak ada utang yang signifikan yang terlewat atau tidak
tercatat.
 Asersi Pengukuran (Measurement): Auditor harus memastikan bahwa saldo utang yang dicatat
tercermin secara akurat dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
 Asersi Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure): Auditor harus memastikan
bahwa utang yang signifikan telah diungkapkan dengan benar dalam laporan keuangan.

Dengan merancang prosedur yang mencakup langkah-langkah di atas dan memfokuskan pada asersi
yang terkait, auditor dapat meningkatkan kemungkinan mendeteksi kewajiban yang tidak tercatat yang
signifikan pada tanggal neraca.

Anda mungkin juga menyukai