Anda di halaman 1dari 31

 About

 Contact Us
 Privacy Policy
 Disclaimer




IGNAPBLOGZ

blog yang menarik dan bermanfaat

 Home
 IPS
o
o
o
 IPA
o
o
o
 TI
 Game

Search...

Home » ekonomi » IPS » INFLASI, DEFLASI, PERMINTAAN DAN PENAWARAN


AGREGAT

INFLASI, DEFLASI, PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT

Adhi PartamaFriday, 10 June 2016ekonomi, IPS


baik, disini akan dijelaskan tentang makalah inflasi, deflasi, permintaan dan
penawaran agregat. berikut adalah penjelasannya

KATA PENGANTAR
   Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas segala anugerahnya sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan penyusunan
dan penulisan makalah ini dalam bentuk dan juga isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembacanya.

   Makalah ini berjudul “Inflasi dan Deflasi”, serta “Permintaan dan Penawaran Agregat” dimana
dalam makalah ini terkandung beberapa materi yang juga bersumber dari buku dan media-media
lainnya. Makalah ini menjelaskan dan memaparkan secara ringkas apa saja materi pokok dan
pembahasan dari Inflasi dan Deflasi serta Permintaan dan Penawaran Agregat dalam mata kuliah
Pengantar Ekonomi Makro. Dalam pembuatan makalah ini, penulis bermaksud untuk membuat
ringkasan tentang materi-materi mengenai Inflasi dan Deflasi serta Permintaan dan Penawaran
Agregat yang penting dan signifikan sehingga pengetahuan atau ilmu yang didapat dari makalah
ini nantinya akan berguna pagi penulis maupun pembaca.

   Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan karena pengalaman yang  dimiliki oleh
penulis masih sangat kurang. Oleh kerena itu penulis berharap agar para pembaca dapat
memberikan masukan-masukan serta kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, April 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1................................................................................................................ Latar belakang

1.2........................................................................................................... Rumusan Masalah

1.3............................................................................................................. Tujuan Penulisan

1.4........................................................................................................... Metode Penulisan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.......................................................................................... Pengertian inflasi dan deflasi

2.2.......................................................................................................... Jenis – jenis inflasi

2.3................................................................................................. Celah inflasi dan deflasi

2.4............................................................................................... Inflasi dan pengangguran

2.5................................................................................................... Biaya sosial dari inflasi

2.6............................................................................................ Kebijakan mengatasi inflasi

2.7...................................................................................................................... Studi kasus

2.8.............................................................. Tiga faktor utama mengenai fluktuasi ekonomi

2.9.................................................................................. Fluktuasi ekonomi jangka pendek

2.10.Kurva permintaan agregat

2.11.Kurva penawaran agregat

2.12.Dua penyebab fluktuasi ekonomi

2.13.Studi Kasus

BAB III

PENUTUP

3.1..................................................................................................................... Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar belakang

   Krisis ekonomi tahun 1997 sebagai puncak dari Serangkaian Liberalisasi sektor perbankan.
Sejak tahun 1980-an telah menunjukkan bahwa industri perbankan nasional belum
memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh yang di dukung dengan infrastruktur
perbankan yang baik. Secara Fundametal, sistem perbankan Indonesia masih harus di perkuat
untuk dapat mengatasi gejolak internal maupun eksternal. Fundamental perbankan nasional
yang terbukti belum kokoh merupakan tantangan bukan hanya bagi industri perbankan
secara umum. Tantangan dalam dunia perbankan juga selalu berubah seiring dengan
perubahan yang terjadi dalam industri jasa keuangan secara umum.  Untuk mewujudkan
perbankan indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang.
Ternyata untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan dalam beberapa
tahun belakangan ini.

   Penawaran agregat (aggregat suply) dan permintaan agregat (aggregat demand) sebagai
model analisis dalam teori makro ekonomi, terutama dalam kaitannya dengan bagaimana
tingkat harga ditentukan. Selain itu, juga akan dibahas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi dan menentukan permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS).

   Dalam analisis AD-AS istilah penawaran agregat mempunyai pengertian yang sedikit
berbeda. Pertama, dalam analisis AD-AS penawaran agregat diartikan sebagai penawaran
barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu Negara. Berarti
penawaran agregat sama dengan barang dan jasa yang ditawarkan (diproduksikan)
perusahaan-perusahaan dalam perekonomian. Perbedaan lainnya, yang merupakan perbedaan
yang lebih penting, bersumber dari ciri pokok konsep tersebut. Dalam analisis AD-AS ciri
penawaran agregat dikaitkan dengan tingkat harga.

1.2.            Rumusan Masalah


1.2.1.             Apa pengertian inflasi dan deflasi?
1.2.2.            Apa saja Jenis – jenis inflasi?
1.2.3.            Bagaimana celah inflasi dan deflasi?
1.2.4.            Bagaimaan kaitan antara inflasi dan pengangguran?
1.2.5.            Apa saja biaya sosial dari inflasi?
1.2.6.            Apa saja kebijakan mengatasi  inflasi?
1.2.7.            Bagaimana Studi kasus mengenai inflasi dan deflasi?
1.2.8.            Apa saja tiga faktor utama mengenai fluktuasi ekonomi?
1.2.9.            Bagaimana fluktuasi ekonomi jangka pendek?
1.2.10.        Bagaimana penjelasan kurva permintaan agregat?
1.2.11.        Bagaimana penjelasan kurva penwaran agregat?
1.2.12.        Apa saja dua penyebab fluktuasi ekonomi?
1.2.13.        Bagaimana studi kasus mengenai permintaan dan penawaran agregat?

1.3.            Tujuan Penulisan


1.3.1.            Untuk mengetahui pengertian inflasi dan deflasi
1.3.2.            Untuk mengetahui Jenis – jenis inflasi
1.3.3.            Untuk mengetahui celah inflasi dan deflasi
1.3.4.            Untuk mengetahui kaitan antara inflasi dan pengangguran
1.3.5.            Untuk mengetahui biaya sosial dari inflasi
1.3.6.            Untuk mengetahui kebijakan mengatasi  inflasi
1.3.7.            Untuk mengetahui studi kasus mengenai inflasi dan deflasi
1.3.8.            Untuk mengetahui tiga faktor utama mengenai fluktuasi ekonomi
1.3.9.            Untuk mengetahui fluktuasi ekonomi jangka pendek
1.3.10.        Untuk mengetahui  kurva permintaan agregat
1.3.11.        Untuk mengetahui  kurva penwaran agregat
1.3.12.        Untuk mengetahui dua penyebab fluktuasi ekonomi
1.3.13.        Untuk mengetahui studi kasus mengenai permintaan dan penawaran agregat

1.4.            Metode Penulisan


   Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan menggunakan
metode pustaka, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang
berhubungan dengan alat, baik berupa buku (literatur) maupun informasi di internet.
 
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
 
2.1.         Pengertian inflasi dan deflasi

a.      Inflasi

   Inflasi adalah kenaikan harga - harga secara secara umum dan terus menerus.  Karena harga
barang terus naik, maka inflasi akan menyebabkan turunnya nilai mata uang dan menurunkan
daya beli masyarakat. Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang tidak akan mampu
dihilangkan secara tuntas. Oleh karena itu upaya pemerintah adalah untuk mengontrol laju
inflasi karena kita tidak bisa mengatasi inflasi sampai tuntas. Sumber dari penyebab inflasi
adalah uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dari yang dibutuhkan.

b.      Deflasi

   Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan
nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat
banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya
jumlah uang yang beredar. Ada pula deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan
terhadap uang berdasarkan jumlah uang yang berada di masyarakat.

2.2.         Jenis – jenis inflasi    

a.      Berdasarkan Tingkat Keparahannya


1.      Inflasi Ringan (Creeping Inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10 % per tahun.
Inflasi ini tidak akan memberi pengaruh yang besar terhadap keadaan ekonomi suatu negara,
selain itu inflasi ini juga dibutuhkan agar produsen memproduksi lebih banyak barang.
2.      Inflasi Sedang (Galloping Inflation), yaitu Inflasi yang besarnya antara 10 – 30 % per
tahun. Inflasi ini dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat namun belum terlalu
membahayakan bagi negara. Kenaikan harga pada inflasi sedang cenderung cepat.
3.      Inflasi Berat (High Inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100 %. Inflasi berat
akan membuat kondisi ekonomi di suatu negara menjadi kacau.
4.      Inflasi Sangat Berat (HyperInflation), yaitu inflasi yang bersarnya lebih dari 100%. Pada
kondisi ini, masyarakat tidak mau menyimpan uang karena nilainya menurun drastis dengan
sangat cepat, sehingga banyak yang membelanjakan uangnya.

b.      Berdasarkan Asalnya


1.      Inflasi Dalam Negeri (Domestic Inflation), yaitu inflasi yang timbul karena adanya defisit
(pengeluaran > pemasukan) pembiayaan atau belanja negara. Sehingga pemerintah
mengatasinya dengan mecetak uang baru. Adanya uang baru membuat peredaran uang
semakin luas sehingga akan berakibat pada kenaikan harga barang.
2.      Inflasi Luar Negeri (Imported Inflation), yaitu inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga
barang pada suatu negara, sehingga negara lain yang memiliki hubungan ekonomi (ekspor
impor) dengan negara tersebut akan terpengaruh oleh inflasi.
c.       Berdasarkan Barang yang harganya naik
1.      Inflasi Tertutup (Closed Inflation), yaitu inflasi yang disebabkan oleh naiknya harga dari
satu, dua, atau hanya beberapa barang. Inflasi ini biasanya terjadi apabila barang yang
harganya naik merupakan barang yang sangat berpengaruh pada negara tersebut. Contohnya
kenaikan harga beras di Indonesia.
2.      Inflasi terbuka (Open Inflation), yaitu inflasi yang disebabkan oleh naiknya harga semua
barang pada negara.

2.3.            Celah inflasi dan deflasi

   Menurut John Maynard Keynes, Inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar
batas kemampuan ekonominya. Keynes berpendapat, proses inflasi adalah proses perebutan
bagian rezeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih
besar dari yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Oleh keynes proses perebutan ini
diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat terhadap barang selalu
melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Peristiwa tersebut menimbulkan apa yang
disebut celah inflasi atau inflationary gap. Masalah celah inflasi atau inflationary gap
bahwa inflation gap terjadi apabila besarnya investasi yang terjadi melebihi penabungan atau
saving pada tingkat pendapatan full-employment, pernyataan tersebut tepat kalau diterapkan
untuk perekonomian tertutup. Dalam keadaan di mana besarnya permintaan agregatif yaitu
hasil penjumlahan (C + 1 + G + X — M), melebihi kapasitas produksi nasional, yang biasa
disebut juga full-employment income.

   Kapasitas produksi suatu perekonomian menunjukkan batas kemampuan daripada


perekonomian tersebut dalam menghasillkan barang-barang dann jasa-jasa untuk tiap satuan
waktunya. Kemampuan suatu perekonomian dalam menghasilkan barang-barang dan jasa-
jasa tersebut kadang-kadang digunakan sepenuhnya ( full-employment ), kadang-kadang
tidak digunakan / sebagaian dari kapasitas perekonomian menganggur / tidak terpakai
( under-employment ).

   Tingginya kapasitas produksi nasional yang dipergunakan disebut tingkat


employment/tingkat kesempatan kerja yang suatu ketika dalam keadaan full-employment
dan under-employment . Perekonomian dikatakan dalam keadaan over-employment apabila
kapasitas produksi nasional sudah dalam penggunaan penuh, akan tetapi permintaan nasional
akan barang dan jasa totalnya masih terus bertambah.

   Kemustahilan keadaan Full Employment menyebabkan keadaan pengeluaran agregat


berada di atas atau di bawah nilai pendapatan nasional seimbang (Y=AE). Jarak perbedaan
pengeluaran agregat dengan tingkat seimbangnya menghasilkan dua hal:

a.       Jurang Inflasi (Inflationary Gap), yaitu kelebihan dalam pengeluaran agregat di atas
pengeluaran agregat pada penngeluaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh yang
menimbulkan kekurangan barang dan seterusnya kenaikan harga-harga.
b.      Jurang Deflasi (Deflationary Gap), yaitu jumlah kekurangan pembelanjaan agregat yang
diperlukan untuk mencapai keseimbangan perekonomian

2.4.            Inflasi dan pengangguran

   Teori inflasi, A.W. Phillips berhasil menemukan hubungan yang erat antara tingkat
pengangguran dengan tingkat perubahan upah nominal.Penemunannya ini diperolehnya dari
hasil pengolahan data empirik perekonomian inggris untuk periode 1861-1957. Kurva yang
menggambarkan hubungan di antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dinamakan
kurva Phillips. Kurva phillips yang menghubungkan persentase perubahan tingkat upah
nominal dengan tingkat pengangguran seperti diuraikan di atas biasa disebut dengan kurva
phillips dalam bentuk asli. Di samping itu, ada juga kurva phillips dalam bentuk versi baru
yang biasa disebut dengan kurva phillips yang sudah direvisi yang digunakan untuk
mengukur tingkat inflasi. Argumentasi untuk menjelaskan kurva phillips di atas dirumuskan
dengan formulasi sebagai berikut :

Laju inflasi = Tingkat kenaikan upah – Tingkat kenaikan produktivitas

Sifat keterkaitan di antara inflasi harga dan tingkat pengangguran :

   Pada waktu pengangguran tinggi, kenaikan harga-harga relative lambat, akan tetapi
semakin rendah pengangguran, semakin tinggi tingkat inflasi yang berlaku. Dari kurva
phillips dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran semakin cepat
kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula
kenaikan tingkat upah.
   Jadi, dalam teori ekonomi makro, ada perdebatan klasik masalah inflasi dan pengangguran
yang dikenal luas dengan Kurva Phillips (yang sebetulnya belum terbukti salah dan benar
secara umum di semua ekonomi/negara). Kurva tersebut menggambarkan adanya hubungan
negatif antara laju inflasi dengan pengangguran: Laju inflasi tinggi, pengangguran rendah
(dan output tinggi). Akan tetapi kebalikannya juga justru dapat terjadi yakni kenaikan harga-
harga secara umum, yang dilihat dari laju inflasi akan menurunkan output (produksi nasional)
dan dengan sendirinya meningkatkan pengangguran.

Hubungan inflasi dan pengangguran

    Ada suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dalam suatu
perekonomian. Semakin banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja semakin dia harus
membayar dengan faktor tertentu produksi dan pembayaran lebih banyak faktor produksi
peningkatan biaya produksi unit akan diamati dan dalam rangka mempertahankan
profitabilitas produk pengusaha akan mengembang harga produk tersebut. Sebuah proses
serupa akan diamati di seluruh perekonomian ketika pemerintah bermaksud untuk
menciptakan pekerjaan. Harga produk atau jasa, di mana tenaga kerja terinstal, akan
meningkat sehingga kenaikan tingkat inflasi akan terlihat melalui ekonomi luar.

   Dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut di atas bahwa ketika pemerintah berniat untuk
menurunkan tingkat pengangguran yang harus menanggung kenaikan tingkat inflasi dalam
perekonomian nasional yang berbeda antara inflasi dan pengangguran jumlah orang yang
menganggur adalah jumlah orang di negara yang tidak memiliki pekerjaan dan yang tersedia
untuk bekerja pada tingkat upah pasar saat ini. Ini dengan mudah dapat diubah menjadi
persentase dengan mengaitkan jumlah pengangguran,dengan jumlah orang dalam angkatan
kerja.

2.5.            Biaya sosial dari inflasi

      Para ekonom sepakat bahwa maksimal inflasi yang aman adalah 10% pertahun. Jika para
inflator menaikan harga lebih dari anggaran yang telah ditetapkan, maka akan muncul
masalah-masalah sosial berikut:

a.      Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat

   Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhananya diukur dengan tingkat daya beli


pendapatan yang diperoleh. Inflasi menyebabkan daya beli pendapan makin rendah,
khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil dan tetap. 

b.      Memburuknya distribusi pendapatan

   Dampak buruk inflasi terhadap tingkat kesejahteraan dapat dihindari jika pertumbuhan
tingkat pendapatan lebih tinggi dari tingkat inflasi. Jika inflasi 20% per tahun, maka tingkat
pendapatan harus lebih besar dari 20% per tahun.

c.       Terganggunya stabilitas ekonomi

   Pengertian mendasarnya adalah sangat kecilnya tindakan  spekulasi dalam perekonomian.


Inflasi menganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan tentang masa depan
(ekspektasi) para pelaku ekonomi. Inflasi yang kronis menumbuhkan perkiraan bahwa harga-
harga barang dan jasa akan terus naik. Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembelian
barang dan jasa lebih banyak dari biasanya. Tujuannya untuk lebih menghemat untuk
pengeluaran konsumsi. Akibatnya, permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat. 

2.6.            Kebijakan mengatasi inflasi

1.      Kebijakan Fiskal

   Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mempengaruhi
penerimaan dan pengeluaran anggaran pemerintah. Kebijakan fiskal yang dapat digunakan
untuk mengatasi dan mengendalikan inflasi yang semakin tinggi adalah sebagai berikut:
a.       Menghemat Pengeluaran Pemerintah (goverment expenditure)

Salah satu kebijakan dengan penghematan pengeluaran pemerintah ini akan dapat
mempengaruhi tingkat inflasi yang terjadi. Dengan mengurangi pengeluaran pemerintah akan
dapat meminimalisir permintaan barang dan jasa dalam negeri yang pada akhirnya akan dapat
menurunkan harga barang secara umum. 

b.      Meningkatkan Tarif Pajak Rumah Tangga dan Perusahaan


Untuk mengendalikan atau menekan laju inflasi yang terus meningkat, pemerintah dapat
mengeluarkan kebijkan peningkatan tarif pajak pada tingkat rumah tangga dan perusahaan.
Hal tersebut akan meminimalisir tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi yang semakin
berkurang sedikit akan mengurangi permintaan barang dan jasa yang kemudian akan
berakibat pada harga barang secara umum akan menurun.

2.      Kebijakan Moneter

   Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintar untuk


mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan daya beli uang. Kebijakan moneter yang dapat
digunakan untung mengatasi atau mengendalikan inflasi yang semakin tinggi adalah
sebagai berikut :

a.       Pengurangan Jumlah Uang yang Beredar

Pengurangan jumlah uang yang beredar hanya dapat dilakukan oleh bank sentral yaitu bank
indonesia. Hal tersebut dikarenakan bank indonesia memiliki otoritas penuh terhadap
keuangan yang beredar dalam negara. Pengurangan jumlah uang yang beredar dalam negeri
dilakukan hingga mencapai titik optimum. Artinya Jumlah uang yang beredar seimbang ataus
setara dengan jumlah uang atau jasa yang tersedia. Keseimbangan tersebut akan dapat
mengendalikan laju inflasi.

b.      Penetapan Persediaan Kas Oleh Bank Sentral

Bank sentar (bank indonesia) memiliki otoritas penuh terhadap keuangan yang beredar dalam
negara. Bank sentral berhak menetapkan persediaan jumlah uang yang beredar dengan cara
menetapkan uang kas pada bank non-sentral (bank umum). Penetapan jumlah persediaan
uang yang beredar dilakukan dengan cara memberikan instrumen kepada bank umum terkait
dengan jumlah batasan uang yang di sirkulasikan kepada masyarakat. Hal tersebut akan
memperlambat bahkan akan dapat mengendalikan laju inflasi.

c.       Menerapkan Kebijakan Politik Diskonto


Politik diskonto adalah kebijakan yang di publikasikan oleh bank sentral sebagai pemegang
otoritas utama akan beredarnya uang untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang
beradar. Politik diskonto diterapkan dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga
bank. Dengan adanya kenaikan suku bunga bank akan dapat mengurangi suku bunga yang
beredar sehingga akan laju pertumbuhan inflasi dapat ditekan.
d.      Menerapkan Kebijakan Operasi Pasar Terbuka
Kebijakan ini digunakan oleh pemerintah untuk mengendalikan uang yang beredar dengan
cara membeli atau menjual surat-surat yang berharga yang dimiliki oleh pemerintah seperti
surat utang negara yang biasa disebut dengan SUT. Dalam mengendalikan uang yang beredar
pemerintah akan menjual surat berharga tersebut jika pemerintah bertujuan untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar. Sebailiknya, Jika pemerintah bertujuan untuk menambah jumlah
uang yang beredar, maka pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah tersebut.
3.      Kebijakan Lainnya

   Dalam mengatasi atau mengendalikan laju inflasi yang terjadi, tidak hanya kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal yang dapat digunakan oleh pemerintah, tapi juga terdapat
kebijakan-kebijakan yang selain dari kebijakan fiskal dan moneter yang dapat digunakan.
Berikut adalah kebijakan lainnya yang dapat digunakan :

a.        Peningkatan Jumlah Barang di Pasar

Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mengendalikan laju inflasi.
Kebijakan ini dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah barang yang dibutuhkan oleh
masyarakat di pasar. Dalam menambah jumlah barang di pasar diperlukan campur tangan
pemerintah dalam produksi suatu barang. Misalnya pemerintah memberikan subsidi terhadap
produsen sehingga produsen tersebut dapat memenuhi target barang yang dibutuhkan oleh
pasar. Namun, Terdapat langkah lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan cara
menurunkan bea cukai barang impor.

b.      Penetapan Harga Maksimum (Beberapa Jenis Barang)


Dengan adanya penetapan harga maksimum beberapa jenis barang khususnya yang
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya laju inflasi akan dapat mengendalikan para spekulan
ekonomi yang mempermainkan harga barang di pasar. dengan penetapan harga maksimum
tersebut akan dengan mudah untuk mengendalikan inflasi.

2.7.            Studi kasus


Dolar Kembali Menguat, Rupiah Keok

   Jakarta- Pembalikan arah (rebound) yang dialami Amerika Serikat terhadap mata uang
utama didunia mengganjal laju rupiah. Dalam transaksi pasar uang, rupiah takluk 54 point
(0,44 persen) kelevel 12.222 perdolar Amerika Serikat. Rupiah melemah bersama dengan
mata uang Asia lainnya.

   Analis PT Platon Niaga berjangka, Lukman Leong, mengatakan dolar kembali dominan di
pasar mata uang setelah mengalami koreksi sejak akhir pekan lalu. Momentum pelemahan
dua hari tersebut kemudian dimanfaatkan oleh para pemain valuta asing untuk memborong
dolar dengan harga barang. “Imbasnya, rupiah dan maa uang pasar berkembang kembali
tertekan,” kata dia.

   Investor  yakin bahwa dolar tidak akan pernah kehilangan daya tariknya sebagai asset
paling aman ditengah perlambatan ekonomi global. Melihat belum adanya tanda pemulihan
ekonomi Eropa dan Cina, kebutuhan dolar diperkirakan terus naik. Mereka memanfaatkan
setiap koreksi untuk mengakumulasi dalam jangka waktu yang lama.

   Dari sisi internal, pelaku pasar mulai mengambil sikap. Mereka melihat dan menunggu
jelang rapat dewan gubernur Bank Indonesia. Pelaku pasar akan melihat bagaimana respons
bank sentral menghadapi ancaman inflasi yang akan muncul setelah pemerintah menaikkan
harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. “kenaikkan harga BBM memunculkan
ekspektasi kenaikkan suku bunga acuan (BI Rate),” ujar Lukman.

   Menurut dia, ada kemungkinan bank sentral menaikkan suku bunga acuan mengingat
kenaikkan harga BBM amat mungkin akan dilakukan dalam waktu dekat. Namun hal itu
masih bergantung pada bagaimana persiapan pemerintah dalam meredam inflasi yang akan
disumbangkan setelah kenaikkan harga BBM.

   Hari  ini (Rabu, 12 November 2014)  Lukman memperkirakan rupiah bergerak kisaran
12.200 pe dolar AS dengan risiko melemah ke level 12.300 per dolar. Tembusnya level
resistan 12.200 sudah menegaskan bahwa posisi rupiah mulai rawan. “ Bank Indonesia perlu
turun kepasar apabila pergerakkan rupiah sudah tidak wajar.”
Wapres Jusuf Kalla: Deflasi Lebih Berbahaya dari Inflasi

   Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi sambutan saat pembukaan Munas Kadin ke VII di
Trans Hotel, Bandung, Jawa Barat, 23 November 2015.

   TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan masyarakat selalu menilai
inflasi berbahaya, sehingga deflasi dianggap menguntungkan. Padahal, deflasi lebih
berbahaya daripada inflasi. "Asal jangan ketinggian," katanya dalam acara tahunan Bank
Indonesia, di Jakarta, Selasa, 24 November 2015.

   Kalla bercerita, pada krisis 1998, pemerintah pernah melakukan kebijakan yang keliru. Saat
itu Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) meminta Indonesia untuk
menaikkan bunga hingga akhirnya bunga mencapai 60 persen dan inflasi 75 persen.

   "Karena selalu hanya percaya dengan kebijakan moneter dapat memperbaiki segala-
galanya. Bunga naik dan inflasi naik, hancurlah Republik ini," katanya. "Hingga sampai
sekarang, kita masih harus membayar kesalahan itu." Karena kekeliruan itu, Kalla berujar,
kemungkinan Indonesia baru akan selesai membayarnya hingga 30 tahun lagi. "Janganlah
terulang kebijakan seperti itu."

2.8.            Tiga faktor utama mengenai fluktuasi ekonomi


 
a.      Fluktuasi dalam Perekonomian Sifatnya Tidak Teratur dan Tidak Dapat Diprediksikan

   Fluktuasi dalam perekonomian sering disebut sebagai siklus bisnis. Istilah siklus bisnis
sebenarnya tidak tepat karena terkesan menunjukkan bahwa fluktuasi ekonomi mengikuti
pola yang teratur dan dapat diperkirakan. Terkadang, selama bertahun-tahun, kondisi
perekonomian berjalan tanpa resesi. Ketika PDB riil tumbuh dengan cepat maka usaha lancar.
Selama periode perluasan ekonomi, perusahaan mendapatkan bahwa daya beli konsumen
tinggi dan keuntungan pun meningkat. Di sisi lain, ketika PDB riil turun selama masa resesi,
bisnis dirundung berbagai masalah, kebanyakn perusahaan mengalamipenurunan penjualan
dan keuntungan.

b.      Kebanyakan Besaran Ekonomi Makro Berfluktuasi Bersama-sama

   PDB riil adalah sebagai alat ukur paling komperehensif  untuk memantau perubahan jangka
pendek yang terjadi di dalam perkonomian dalam semua nilai akhir barang dan jasa yang
diproduksi pada periode waktu tertentu. Walau demikian, ternyata untuk memantau fluktuasi
jangka pendek, dapat menggunakan ukuran apa saja. Sebagian besar variabel ekonomi makro
yang mengukur beberapa jenis pendapatan, pengeluaran, atau produksi berfluktuasi secara
bersama-sama, namun nilai fluktuasinya berbeda-beda.

c.       Saat Hasil Produksi Turun, Tingkat Pengangguran Naik

   Perubahan-perubahan pada output perekonomian dalam bentuk barang dan jasa erat
kaitannya dengan perubahan dalam utilitasi angkatan kerjanya. Dengan kata lain, ketika PDB
riil menurun, tingkat pengangguran meningkat. Namun, itu bukanlah masalah besar karena
perusahaan memilih untuk memproduksi sedikit jumlah barang dan jasa, dan
memberhentikan pekerja dan memperluas cakupan pengangguran. Setiap kali terjadi resesi,
tingkat pengangguran meningkat tajam. Ketika resesi berakhir dan PDB riil mulai
berkembang, tingkat pengangguran menurun secara perlahan. Tingkat pengangguran tidak
pernah mencapai nol; hanya berfluktuasi di sekitar tingkat alamiahnya saja.

2.9.            Fluktuasi ekonomi jangka pendek


a.      Perbedaan Fluktuasi Jangka Pendek dengan Fluktuasi Jangka Panjang
Semua analisis saling berhubungan dengan dikotomi klasik dan netralitas keuangan.
Sebagian besar ekonom percaya bahwa teori klasik menjelaskan dunia dalam jangka panjang,
tetapi tidak dalam jangka pendek. Setelah melewati suatu periode yang berlangsung
selamabeberapa tahun, perubahan-perubahan dalm jumlah uang yang beredar memengaruhi
harga dan variabel nominal lain, tetapi tidak memengaruhi PDB riil, pengangguran.atau
variabel riil lainnya. Akan tetapi, ketika mempelajari perubahan ekonomi dari tahun ke tahun,
asumsi netralitas keuangan tidak sesuai. Kebanyak ekonom percaya bahwa, dalam jangka
pendek, v riabel riil dan variabel nominal berhubungan dengan erat.

b.      Model Dasar dari Fluktuasi Ekonomi


Model makro ekonomi ini memungkinkan kita memeriksa bagaimana tingkat harga
agregat dan jumlah output agregat ditentukan dalam jangka pendek. Ini juga menyediakan
suatu cara untuk membedakan bagaimana kinerja perekonomian dalam jangka panjang dan
dalam jangka pendek. Model Permintaan dan penawaran agregat (model aggregate demand
and aggregate supply) adalah model yang banyak digunakan oleh ekonom untuk menjelaskan
fluktuasi jangka pendek dalam aktivitas ekonom selama kecenderungan jangka panjangnya
2.10.        Kurva permintaan agregat
a.      Pengertian Kurva Permintaan Agregat

   Kurva permintaan agregat (aggregate-demand curve)adalah kurva yang menunjukkan


jumlah barang dan jasa yang diinginkan oleh rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah pada
tingkat harga tertentu.

   Kurva Permintaan Agregat (AD) menunjukkan hubungan negatif  antara tingkat harga P
dan jumlah barang dan jasa yang diminta Y, digambarkan  untuk nilai jumlah uang beredar M
tertentu. Kurva ini miring ke bawah : semakin tinggi tingkat harga P, semakin rendah tingkat
keseimbangan riil M/P, dan karenanya semakin rendah jumlah barang dan jasa yang diminta
Y. Seiring tingkat harga menurun, kita bergerak ke bawah sepanjang kurva AD. Tiap
perubahan pada M atau V akan menggeser kurva AD. Permintaan output riil bervariasi
berbanding terbalik dengan tingkat harga.

b.      Mengapa Kurva Permintaan Agregat Miring ke Bawah

   Berikut merupakan hal-hal yang menyebabkan mengapa kurva permintaan agregat miring
ke bawah :

         Tingkat Harga dan Konsumsi: Efek Kekayaan, misalkan uang yang disimpan di dompet
dan direkening bank. Nilai nominal uang ini adalah tetap, tetapi nilai riilnya tidak.
Seandainya harga-harga turun, uang menjadi lebih berharga karena uang dapat di belanjakan
lebih banyak barang dan jasa. Jadi, penurunan tingkat harga membuat konsumsi lebihbanyak
yang mendorong mereka untuk menghabiskan dalam jumlah uang lebih banyak. Peningkatan
belanja konsumsi berarti bertambahnya jumlah permintaan barang dan jasa.
         Tingkat Harga dan Investasi: Efek Suku Bunga, dampak suku bunga turun sehingga lebih
banyak investasi karena perusahaan tidak mau rugi, investasi meningkat maka jumlah barang
baru yang diproduksipun meningkat sehingga masyarakat banyak memegang uang. Jadi,
tingkat harga yang lebih rendah menurunkan tingkat suku bunga danmendorong lebih besar
belanja pada barang investasi sehingga meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa.
         Tingkat Harga dan Ekspor Neto: Efek Nilai Tukar, penawaran yang meningkat
menyebabkan mata uang domestik menurun nilainya secara relatif terhadap mata uang lain.
Karena setiap unit mata uang domestik membeli setiap unit mata uang luar negeri dengan
perbandingan yang lebih sedikit maka barang luar negeri relatif menjadi lebih mahal
dibanding dengan barang lokal. Perubahan dalam tingkat kurs riil (harga relatif barang
domestikdengan luar negeri) ini meningkatkan ekspor barang dan jasa suatu negara dan
menurunkan impor. Ekspor neto sama dengan ekspor dikurangi dengan impor juga
meningkat. Jadi, jatuhnya tingkat harga domestik menyebabkan tingkat suku bunga domestik
turun, terdepresiasinya nilai tukar riil yang kemudian mendorong ekspor neto domestik dan
meningkatnya jumlah barang dan jasa.

c.       Kurva permintaan agregat dapat bergeser


   Pergeseran yang Timbul dari Konsumsi, karena jumlah barang dan jasa pada tingkat harga
tertentu menjadi lebih sedikit, kurva permintaan agregat bergeser kekiri.sebaliknya, jika
saham pasar sangat laku sehingga masyarakat menjadi lebih kaya danlebih tidak untuk
menabung. Hasilnya, peningkatan belanja konsumsi yangberarti bertambahnya jumlah
permintaan barang dan jasa pada tingkat harga tertentu mengakibatkan kurva permintaan
agregat bergeser kekanan.
   Pergeseran yang timbul dari Investasi, apabila sebuah investasi kredit pajak (pengembalian
pajak yangberhubungan dengan belanja investasi perusahaan) meningkat jumlah permintaan
barang investasi oleh perusahaan pada tingkat harga suku bunga tertentu. Mengakibatkan
pergeseran kurva permintaan agregat kekanan. Pencabutan investasi kredit pajak mengurangi
investasi dan bergeser kurva permintaan agregat ke kiri. Peningkatan jumlah uang beredar
akan menurunkan tingkat suku bunga dalam jangka pendek. Menyebabkan biaya pinjaman
berkurang yang mendorong belanja investasi sehingga bergeseer kurva permintaan agregat ke
kanan. Sebaliknya, penurunan jumlah uang yang beredar meningkatkan jumlah suku bunga,
menurunbelanja investasi sehingga menggeser kurva permintaan agregat ke kiri.

2.11.        Kurva penawaran agregat


A.     Pengertian kurva penawaran agregat

   Kurva penawaran agregat AS adalah suatu kurva yang berbentuk melengkung dari kiri –
bawah ke kanan – atas, dengan tingkat kelengkungan yang semakin lama semakin tinggi.
Kurva penawaran agregat pada hakikatnnya menggambarkan tentang hubungan diantara
tingkat harga yang berlaku dalam ekonomi dan nilai produksi riil yang akan ditawarkan dan
diproduksi oleh semua perusahaan dalam suatu perekonomian. Tidak seperti kurva
permintaan agregat yang selalu miring ke bawah, kurva penawaran agregat menggambarkan
hubungan yang sangat bergantung pada periodenya.Penawaran agregat dalam jangka panjang
bersifat vertikal, karena dalam jangka panjang tingkat harga adalah fleksibel dan pergeseran
dalam permintaan agregat akan mempengaruhi tingkat harga tetapi outputperekonomian tetap
pada tingkat alamiah. Pada jangka pendek, tingkat harga bersifat kaku dan penawaran agregat
bersifat horizontal, dan pergeseran permintaan agregat akan menyebabkan fluktuasi pada
output.

B.     Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang Bentuknya Vertikal

   Dalam jangka panjang, produksi barang dan jasa ekonomi (PDB riilnya) bergantung pada
penawaran tenaga kerja, modal dan sumber daya alam, serta pada penguasaan teknologi yang
digunakan untuk mengubah faktor-faktor produksi tersebut menjadi barang dan jasa.Karena
tingkat harga tidak mempengaruhi faktor penentu jangka panjang PDB riil maka kurva
penawaran agregat jangka panjang berbentuk vertikal.Kurva penawaran agregat merupakan
penerapan konsep dikotomi klasik dan kenetralan moneter.

   Kurva penawaran agregat jangka panjang menyatakan secara tidak langsung bahwa jumlah
output (variable riil) tidak bergantung pada tingkat harga (variable nominal).
Kurvapenawaran barang dan jasa dapat berbentuk miring ke atas jika kurva penawaran
agregat jangka panjang berbentuk vertical karena penawaran untuk barang dan jasa tertentu
bergantung pada harga relative,harga dari barang dan jasa tersebut dibandingkan dengan
harga lain dalam perekonomian.
C.     Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang dapat Bergeser

   Posisi kurva penawaran agregat jangka panjang menunjukkan jumlah barang dan jasa yang
diperkirakan oleh teori ekonomi makro. Pergeseran kurva ini disebabkan oleh tenaga kerja,
modal, sumber daya alam, dan pengetahuan teknologi.

a.       Pergeseran yang berasal dari tenaga kerja.


   Ketika terjadi peningkatan jumlah pekerja maka penawaran barang dan jasa juga akan
meningkat sehingga kurva penawaran akan bergeser ke kanan. Sebaliknya, jika jumlah
pekerja sedikit maka kurva penawaran agregat akan bergeser ke kiri. Pergeseran kurva
penawaran agregat juga dipengaruhi oleh pengangguran pada tingkat alamiahnya.Posisi kurva
penawaran agregat jangka panjang juga bergantung pada tingkat pengangguran alamiahnya
sehingga terjadi perubahan dalam tingkat pengangguran alamiah maka akan menggeser kurva
penawaran agregat jangka panjang.
b.      Pergeseran yang berasal dari modal.
   Kenaikan jumlah modal dalam suatu perekonomian akan meningkatkan produktivitas
sehingga jumlah penawaran barang dan jasa juga meningkat.Sebagai hasilnya,kurva
penawaran agregat jangka panjang bergeser ke kanan.Sebaliknya,penurunan jumlah modal
dalam suatu perekonomian menurunkan produktivitas dan jumlah penawaran barang dan jasa
yang kemudian menggeser kurva penawaran agregat jangka panjang ke kiri
c.       Pergeseran yang berasal dari sumber daya alam.
   Produksi perekonomian bergantung pada sumber daya alamnya.Penemuan jenis mineral
menggeser kurva penawaran agregat jangka panjang ke kanan.Perubahan dalam pola cuaca
yang mengakibatkan pertanian menjadi sulit meneser kurva penawaran agregat jangka
panjang ke kiri.
d.      Pergeseran yang berasal dari pengetahuan teknologi.
   Penemuan dalam hal teknologi membuat bergesernya kurva penawaran agregat jangka
panjang ke kanan.Sebaliknya,jika pemerintah melarang perusahaan menggunakan metode
produksi tertentu,mungkin karena terlaluberbahaya bagi pekerja.Hasilnya adalah pergeseran
ke kiri dalam kurva penawaran agregat jangka panjang.

D.    Mengapa Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek Miring ke Atas


    Kurva penawaran agregat jangka panjang berbentuk vertical.Sebaliknya,dalam jangka
pendek,kurva penawaran agregat berbentuk miring keatas.Dalamperiode satu atau dua
tahun,kenaikan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian cenderung meningkatkan
jumlah penawaran barang dan jasa,sedangkan penurunan dalam tingkat harga cenderung akan
mengurangi jumlah penawaran barang dan jasa.

   Yang menyebabkan hubungan positif antara tingkat harga dan output ini yaitu juka
ekonomi makro telahh mengemukakan tiga teori yang menjelaskan tentang kurva penawaran
agregat jangka pendek miring ke atas.Pada setiap teori,ketidaksempurnaan pasar yang
spesifik menyebabkan sisi penawaran dalam perekonomian perilakunya berbeda-beda dalam
jangka pendek jika dibandingkan dengan perilaku dalam panjangnya.Jumlah penawaran
output enyimpang dari sifat jangka panjang atau tingat alamiahnya ketika tingkat harga
menyimpang dari tingkat yang diharapkan.Ketika tingkat harga naik di atas tingkat yang
diharapkan,output juga meningkat di atas tingkat alamiahnya.Sementara itu,ketika harga jatuh
dibawah tingkat yang diharapkan,output turun di bawah tingkat alamiahnya.

E.     Mengapa Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek Dapat Bergeser


    Kurva penawaran agregat jangka pendek menunjukan jumlah penawaran barang dan jasa
dalam jangka pendek pada tingkat harga tertentu.Kurva ini sama dengankurvapenawaran
agregat jangka panjang,namun di buat miring ke atas karena adanya kekakuan upah,kekakuan
harga dan kesalahan persepsi.Pergeseran pada kurva penawaran agregat jangka panjang
biasanya disebabkan oleh ketenagakerjaan,modal,sumber daya alam atau ilmu penggetahuan
teknologi.Variabel-variabel yang sama juga menggeser kurva penawara agregat jangka
pendek.Contohnya,ketika terjadi peningkatan jumlah modal perekonomian meningkatkan
produktivitas,kurva penawaran agregat jangka pendekdan jangka panjang keduanya bergeser
ke kiri.
   Ketika terjadi peningkatan upah minimum meningkatkan tingkat pengangguran alamiah.
Kedua kurva,baik itu kurva penawaran agregat jangka panjang maupun kurva penawaran
agregat jangka pendek bergeser ke kiri.Ketika niknya tingkat harga yang diharapkan,upah
menjadi lebih tinggi,biaya bertambah,dan perusahaan menawarkan lebih sedikit jumlah
barang dan jasa padasetiap tingkat harga tertentu sehingga kurva penawaran agregat jangka
pendek bergeser ke kiri. Sebaliknya,ketika turunnya tingkat harga yang diharapkan,upah
lebih sedikit,biaya menurun,perusahaan meningkatkan produksi pada tingkat harga tertentu
dan kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kanan. Dan dapat disimpulkan
bahwa peningkatan tingkat harga yang diharapkan mengurangi jumlah penawaran barang dan
jasa dan menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek ke kiri. Penurunan tingkat harga
yang diharapkan meningkatkan jumlah penawaran barang dan jasa dan menggeser kurva
penawaran agregat jangka pendek ke arah kanan.

2.12.        Dua penyebab fluktuasi ekonomi

   Untuk menyederhanakan pemahaman ,dapat diasumsikan ekonomi dimulia pada


keseimbangan jangka panjang.Keseimbanan output dan tingkat harga ditentukan oleh
perpotongan kurva penawaran agregat dan kurva penawaran agregat jangka panjang.Ketika
suatu perekonomian berada pada keseimbangan jangka panjangnya,upah,harga dan persepsi
harus disesuaikan sehingga persimpangan permintaan agregat dengan penawaran agregat
jangka pendek akan sama dengan persimpangan permintaan agregat dengan penawaran
agregat jangka panjang.

         Dampak Pergeseran Permintaan Agregat

Tentang pergeseran pada permintaan agregat ini memiliki dua hal yang dapat diambil yaitu :

a.       Dalam jangka pendek,Pergeseran-pergesaran pada permintaan agregat menyebabkan


fluktuasi pada output barang dan jasa dalamperekonomian.
b.      Dalam jangka panjang,pergeseran pada permintaan agregat memengaruhi keseluruhan
tingkat harga,tetapi tidak memengaruhi output.

         Dampak Pergeseran Penawaran Agregat

Tentang pergeseran pada penawaranagregat ini memiliki dua hal yang dapat diambil,yaitu:

a.       Pergeseran-pergeseran padapenawaran agregat dapat menyebabkan stagflasi (periode


merosotnya output dan naiknya harga-harga)
b.      Para pembuat kebijakan yang dapat memengaruhi permintaan agregat tidak dapat
menyeimbangi kedua dampakyang berlawanan ini secara bersamaan

2.13.        Studi Kasus

Kasus permintaan agregat komoditi kelapa sawit di waykanan

   Permintaan kelapa sawit di Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung, meningkat sehingga


membuat harga komoditas tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp250 per kilogramnya.
Harga komoditas sawit di perkebunan sawit Buaybahuga sebelumnya Rp1.100 per kilogram.
Kini harga sawit per kilogramnya di pabrik Rp1.350. Kenaikan harga kelapa sawit di pekan
pertama Desember, dikarenakan permintaan yang semakin meningkat. Berdasarkan data dari
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Waykanan, salah satu perusahaan sawit yang
dekat dengan Kecamatan Buaybahuga ialah PT Kharisma Inti di Kecamatan Waytuba.
Dengan luas lahan 5.884,30 hektare menghasilkan tandan buah segar (TBS) sejumlah 10.026
ton per tahun. Sementara curah hujan yang tinggi sebenarnya tidak berpengaruh pada sawit.
Jika kemarau panen sawit biasanya 20 sampai dengan 25 hari. Tapi jika intensitas hujannya
cukup tinggi panen kelapa sawit bisa sampai 15 hari
   Jika melihat dari kasus tersebut bisa disimpulkan kalau harga suatu komoditas sangat
dipengaruhi oleh permintaan terhadap komoditas tersebut karena hal tersebut berdampak
pada kelangkaan komoditas tersebut sedangkan produsen tidak bisa memenuhi permintaan
yang menyebabkan kenaikan harga komoditi menjadi naik. Tetapi hal ini belum termasuk
pengaruh dari faktor-faktor lain yang telah disebutkan seperti penjelasan sebelumnya. Jika
semua faktor dilibatkan baik dari tingkat suku bunga yang bisa mempengaruhi meningkatnya
permintaan akan modal oleh produsen tersebut yang bisa menambah jumlah produksi dengan
meningkatkan investasi baik berupa perluasan lahan produksi maupun untuk penambahan
tenaga kerja, maka tidak menutup kemungkinan harga komoditi tersebut akan menurun dan
lebih stabil meskipun jumlah permintaan meningkat tetapi hal tersebut masih memungkinkan
untuk dipenuhi jika proses produksi tidak terganggu.

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembuatan makalah ini adalah Inflasi
merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Terjadinya inflasi tergantung pada sejumlah faktor yang
mempengaruhi naik turunnya tingkat harga, juga tergantung pada kebutuhan masyarakat akan
barang tersebut.

   Untuk mengeliminasi deflasi ini sejumlah saran sudah diberikan. Selain meneruskan
kebijakan suku bunga yang teramat rendah (suku bunga pasar uang tiga bulanan kini hanya
0,02 persen), Jepang juga disarankan melakukan pemotongan pajak (tax cuts) untuk
merangsang konsumen belanja lebih banyak. Intinya, baik sisi moneter maupun fiskal harus
sama-sama ekspansif, supaya deflasi dapat segera distop.

        Penawaran agregat adalah (aggregate supply,AS) adalah jumlah seluruh barang akhir dan
jasa-jasa di dalam perekonomian yang dijual atau ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan
(firms) pada berbagai tingkat harga.Permintaan agregatif adalah seluruh permintaan terhadap
barang dan jasa yang terjadi dalam suatu perekonomian, baik yang berasal dari dalam negeri
maupun yang berasal dari luar negeri.Permintaan dan penawaran agregat dibedakan menjadi
2 yaitu jangka panjang dan jangka pendek

DAFTAR PUSTAKA
Mankiw, N. Gregory. 2014. Pengantar Ekonomi Makro: Edisi Asia. Jakarta: Salemba Empat.

Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi 3. Jogjakarta. Investasi. Rajawali
Press.

Diakses dari http://umamialvia.blogspot.co.id/2014/11/inflasi-dan-contoh-artikel.html.         


Diakses pada tanggal 30 April 2016.
Diakses dari http://ayuandriyani38.students.uii.ac.id/2014/06/15/fluktuasi-ekonomi-jangka-
pendek/. Diakses pada tanggal 30 April 2016.

Diakses dari http://mauizhotul.students.uii.ac.id/2014/06/14/permintaan-dan-penawaran-     


agregat/. Diakses pada tanggal 30 April 2016.

Diakses dari http://mayamoliky.blogspot.co.id/2011/03/inflasi-dan-pengangguran-1.html.    


Diakses pada tanggal 30 April 2016.

Diakses dari http://www.tipepedia.com/2016/01/cara-mengatasi-inflasi.html. Diakses pada  


tanggal 30 April 2016.

Diakses dari (http://www.metrotvnews.com/read/news/2010/12/06/36047/Permintaan-


Kelapa-   Sawit-di-Waykanan-Meningkat/). Diakses pada tanggal 30 April 2016.

Link:http://ngurahobelixs.blogspot.co.id/2016/06/inflasi-deflasi-permintaan-dan.html#

Definisi Pengangguran dan inflasi

Definisi Pengangguran

Apa itu pengangguran ?


Pengangguran adalah suatu kondisi dimana seseorang yang ingin bekerja dan mempunyai
kemampuan dibidang masing-masing tetapi dikarenakan terbatasnya suatu pekerjaan yang
tersedia dan tidak memadai bahkan bisa juga tidak tersedianya lapangan kerja .
 Pengangguran juga dapat didefinisikan sebagai berikut yaitu seseorang yang sudah
digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu
tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. 
Golongan penduduk yang termasuk sebagai angkatan kerja adalah sebagai berikut :
  Penduduk yang berumur antara 15 hingga 65 tahun kecuali ibu rumah tangga yang lebih suka
menjaga keluarganya
  Orang yang belum mencapai umur 65 tahun tetapi sudah pensiun dan tidak mau bekerja lagi
  Pengangguran sukarela yaitu golongan penduduk dalam lingkungan umur tersebut yang tidak
aktif mencari pekerjaan

Pengangguran menyebabkan produktivitas masyarakat berkurang sehingga banyak


menyebabkan timbulnya kemiskinan, tingkat kriminalitas meningkat dan masalah sosial
lainnya yang akan terjadi. Yang jika dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan
kekacauan politik dan sosial disuatu negara ini sehingga dapat mengganggu dan menghambat
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi disuatu negara  sehingga dapat mengakibatkan
menurunnya GNP dan pendapatan perkapita disuatu Negara. Hal demikian sangat dapat
membahayakan untuk suatu Negara bahkan jika suatu Negara tersebut sedang berkembang
pesat disuatu bidang.

Jenis-jenis pengangguran :
1)  Pengangguran friksional  (frictional unemployment)
Adalah suatu jenis pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seorang pekerja untuk
meninggalkan kerjaannya dan mencari kerjaan lebih baik lagi atau mencari kerjaan yang
lebih sesuai dengan keinginannya.
Contoh :
 - seorang guru di Medan, misalnya berhenti bekerja karena mengikuti suaminya yang
dipindahkan ke Jakarta. Di tempat yang baru ini guru tersebut mencari kerjaan kembali.
- seorang wanita yang bekerja sedang mengandung anaknya yang pertama dan memutuskan
untuk berhenti kerja. Setelah anaknya berumur beberapa bulan ia memutuskan mencari kerja
kembali.
2)  Pengangguran Musiman (seasonal unemployment)
Adalah suatu keadaan dimana seseorang harus menganggur, karena adanya fluktuasi kegiatan
ekonomi jangka pendek.
Contoh :
-      Petani, misalnya akan selalu dapat digolongkan sebagai penganggur musiman karena mereka
tidak selalu dapat bekerja sepanjang tahun. Dan diantara menanam dan panen meraka harus
menganggur karena beberapa bulan diperlukan agar tanamannya mendapatkan hasil.
3)  Pengangguran siklikal
Adalah jenis pengangguran yang disebabkan karena adanya imbas dari naik turunnya siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran pekerjaan.
4)  Pengangguran struktural
Adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan ekonomi (berkembang atau
mengalami kemunduran), yang disebabkan karena perkembangan teknologi, persaingandari
luar negeri atau luar daerah, dan pertumbuhan yang pesat dari kawasan lain.
Contoh :
-      Sebelum industri komputer berkembang permintaan yang besar ke atas untuk mesin tik.
Dengan penggunaan computer yang semakin meluas, permintaan mesin tik pun menjadi
berkurang dan industrinya mengalami kemunduran,dan sebagian pekerja dalam industri ini
akan menganggur.
5)  Pengangguran sukarela
Adalah pengangguran yang dikarenakan adanya kesempatan kerja tetapi orang yang
menganggur itu tidak bersedia menerimanya pada tingkat gaji yang berlaku.
6)  Pengangguran terpaksa
Adalah pengangguran yang diakibatkan apabila seseorang bersedia menerima pekerjaan pada
tingkat gaji yang berlaku , tetapi pekerjaan itu tidak bersedia.
Contoh :
-      Seseorang yang memang sangat ingin mendapatkan pekerjaan tetapi perusahaan tersebut
tidak membutuhkan karyawan lagi atau persyaratannya untuk menjadi karyawan tersebut
tidak sesuai atau kurang.
7)  Pengangguran tersembunyi
Adalah pengangguran yang keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh
tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan.
Contoh :
-      Dalam kegiatan ekonomi dapat dijalankan secara efisien dengan menggunakan 5 pekerja,
tetapi pekerja yang sebenarnya adalah 8 orang.Dalam contoh ini kelebihan 3 pekerja tersebut
yang digolongkan sebagai penganggur tersembunyi.
8)  Pengangguran setengah menganggur
Adalah keadaan pengangguran dimana seseorang, pekerja itu melakukan kerja jauh lebih
rendah dari jam kerja yang normal.  

Definisi Inflasi
Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suatu harga atas barang-barang secara umum
dari waktu ke waktu secara terus menerus.
Tingkat kenaikan harga baru dapat dikatakan sebagai inflasi bila kenaikan itu meluas dan
mempengaruhi kenaikan harga untuk barang yang lain. Sehingga kenaikan harga untuk satu
atau dua barang saja dapat dikatakan sebagai inflasi, kecuali bila telah mempengaruhi harga
barang lainnya.

Jenis-jenis Inflasi
Jenis-jenis inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan berbagai faktor
yang membedakannya.
  Berdasarkan asalnya :
a.    Inflasi Dalam Negeri (Domestic Inflation)
Adalah inflasi yang terjadi didalam negeri, umumnya disebabkan karena defisit anggaran
belanja yang dibiayai oleh percetakan uang baru, kenaikan upah, gagal panen dll.
b.    Inflasi Luar Negeri (Imported Inflation)
Adalah inflasi yang disebabkan karena naiknya harga barang-barang impor, yang terjadi
karena kenaikan tarif impor barang atau karena tingginya biaya produksi di luar negeri.
  Berdasarkan tingkat tingginya inflasi
Inflasi ringan (dibawah 10% pertahun)
Inflasi sedang (10% sampai 30% pertahun)
Inflasi berat (antara 30% sampai 100% pertahun)
Hiper inflasi (diatas 100% pertahun)
Link: http://nuruladawiyahsb.blogspot.co.id/2014/06/definisi-inflasi-dan-pengangguran.html

Biaya Sosial dari Inflasi


Harus diakui, sampai tingkat tertentu, inflasi dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan
penawaran aregrat. Sebab kenaikan harga akan memacu produsen untuk meningkatkan
outputnya. Umumnya ekonom sepakat bahwa inflasi yang aman adalah sekitar 5% per tahun.
Jika terpaksa, maksimal 10% per tahun. Ada beberapa masalah social (biaya social) yang
muncul
dari inflasi yang tinggi (≥ 10%
 per tahun).
Yang akan dibahas dalam bagian ini adalah :
a.Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat  
b.Memburuknya distribusi pendapatan
c.Terganggunya stabilitas ekonomi

Menurunnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat


Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhananya diukur dengan tingkat daya beli  pendapatan
yang diperoleh inflasi menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah, khususnya bagi
masyarakat yang berpenghasilan kecil dan tetap (kecil).

Makin Buruknya Distribusi Pendapatan


Dampak buruk inflasi terhadap tingkat kesejahteraan dapat dihindari jika pertumbuhan
tingkat pendapatan lebih tinggi dari tingkat inflasi. Jika inflasi 20% per tahun,  pertumbuhan
tingkat pendapatan harus lebih besar dari 20% per tahun. Persoalannya adalah jika inflasi
mencapai angka 20% per tahun, dalam masyarakat hanya segelintir
orang yang mempunyai kemampuan meningkatkan pendapatannya ≥ 20% per
tahun. Akibatnya, ada sekelompok masyarakat yang mampu meningktakan pendapatan riil
(pertumbuhan pendapatan nominal dikurangi laju inflaso lebih besar dari 0% per tahun).
Tetapi sebagian besar masyarakat mengalami penurunan pendapatan riil. Distribusi
pendapatan, dilihat dari pendapatan riil, makin memburuk.

Terganggunya Stabilitas Ekonomi


Pengertian yang paling sederhana dari stabilitas ekonomi adalah sangat kecilnya tindakan
spekulasi dalam perekonomian. Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak
perkiraan tentang masa depan (ekspektasi) para pelaku ekonomi. Inflasi yang kronis
menumbuhkan perkiraan bahwa harga – harga barang dan jasa akan terus naik. Bagi
konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak dari yang
seharusnya/ biasanya. Tujuannya untuk lebih menghemat pengeluaran konsumsi.
Akibatnya, permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat.
Bagi produsen perkiraan akan naiknya harga barang dan jasa mendorong mereka
menunda penjualan, untuk mendapat keuntungan yang lebih besar. Penawaran barang dan
jasa berkurang. Akibatnya, kelebihan permintaan membesar dan mempercepat laju
inflasi

3 Cara Mengatasi Inflasi dengan Kebijakan yang Tepat

Secara umum,Pengertian inflasi adalah suatu keadaan perekonomian di mana harga-harga


secara umum mengalami kenaikan dalam waktu yang panjang. Kenaikan harga yang bersifat
sementara seperti kenaikan harga pada masa lebaran tidak dianggap sebagai inflasi, karena di
saat setelah masa lebaran, harga-harga dapat turun kembali. Inflasi dapat terjadi karena
jumlah uang beredar lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Inflasi merupakan suatu gejala
ekonomi yang tidak pernah dapat dihilangkan dengan tuntas. Usaha-usaha yang dilakukan
biasanya hanya sampai sebatas mengurangi dan mengendalikannya.
 
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan yakni inflasi ringan, sedang, berat dan
hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi bila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun,
inflasi sedang antara 10%-30% setahun, inflasi berat antara 30%-100% setahun, dan
hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
setahun.

Cara Mengatasi Masalah Inflasi


Mengingat pentingnya mengatasi masalah inflasi, maka perlu penanganan yang serius dalam
pengerjaannya. Untuk mengatasi hal tersebut, hal pertama yang harus dilakukan adalah
mengetahui penyebab terjadinya inflasi agar jalan untuk mengatasinya dapat diketahui.
Beberapa ahli ekonomi sepakat bahwa inflasi tidak hanya berhubungan dengan jumlah uang
yang beredar, akan tetapi juga berhubungan dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia di
masyarakat. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah inflasi dibutuhkan kebijakan yang
tepat. Kebijakan yang bisa diambil untuk mengatasi masalah inflasi ada tiga yaitu kebijakan
moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan lainnya.

Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah segala bentuk kebijakan yang diambil pemerintah di bidang
moneter (keuangan) yang tujuannya untuk menjaga kestabilan moneter agar dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan moneter meliputi.
 
Kebijakan Penetapan Persediaan Kas
Bank sentral dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi uang yang beredar dengan jalan
menetapkan persediaan uang yang beredar dan menetapkan persediaan uang kas pada bank-
bank. Dengan mengurangi jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan.
 
Kebijakan Diskonto
Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto dengan cara
meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat terdorong untuk
menabung. Dengan demikian, diharapkan jumlah uang yang beredar dapat berkurang
sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
 
Kebijakan Operasi Pasar Terbuka
Melalui kebijakan ini, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN). Semakin banyak jumlah
surat-surat berharga yang terjual, jumlah uang beredar akan berkurang sehingga dapat
mengurangi tingkat inflasi.

Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah langkah untuk memengaruhi penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan itu dapat memengaruhi tingkat inflasi. Kebijakan fiskal antara lain
sebagai berikut.
 
Menghemat Pengeluaran Pemerintah
Pemerintah dapat menekan inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran, sehingga permintaan
akan barang dan jasa berkurang yang pada akhirnya dapat menurunkan harga.
 
Menaikkan Tarif Pajak
Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan tarif pajak. Naiknya tarif pajak untuk
rumah tangga dan perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi. Pengurangan tingkat
konsumsi dapat mengurangi permintaan barang dan jasa, sehingga harga dapat turun.

Kebijakan Lainnya
Untuk memperbaiki dampak yang diakibatkan inflasi, pemerintah menerapkan kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal. Tetapi selain kebijakan moneter dan fiskal, pemerintah masih
mempunyai cara lain. Cara lain dalam mengendalikan inflasi adalah sebagai berikut.
 
Meningkatkan Produksi & Menambah Jumlah Barang di Pasar
Untuk menambah jumlah barang, pemerintah dapat mengeluarkan perintah untuk
meningkatkan produksi. Hal itu dapat ditempuh dengan memberi premi atau subsidi pada
perusahaan yang dapat memenuhi target tertentu. Selain itu, untuk menambah jumlah barang
yang beredar, pemerintah juga dapat melonggarkan keran impor. Misalnya, dengan
menurunkan bea masuk barang impor.
 
Menetapkan Harga Maksimum untuk Beberapa Jenis Barang
Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi dapat
dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau penetapan itu tidak realistis, dapat
berakibat terjadi pasar gelap (black market).
 
Itu adalah beberapa penjelasan untuk mengatasi inflasi. Setelah mengetahui tentang inflasi di
atas, Anda pasti sudah mengetahui seberapa pentingnya mengatur keuangan. Jika Anda
mampu mengatur keuangan dengan proses akuntansi yang tepat, maka inflasi dapat dicegah.
Jurnal merupakan software akuntansi online yang siap membantu Anda dalam proses
akuntansi, mulai dari pencatatan transaksi keuangan hingga menjadi sebuah laporan
keuangan bisnis. Dengan Jurnal, Anda juga dapat mengelola dan memonitor keuangan bisnis
di mana pun dan kapan pun. Temukan info lebih lanjut mengenai Jurnal dan berbagai fiturnya
di sini.
Link : https://www.jurnal.id/id/blog/2017/3-cara-mengatasi-inflasi-dengan-kebijakan-yang-
tepat

Anda mungkin juga menyukai