Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Persediaan
Setiap perusahaan apakah itu perusahaan perdagangan atau pabrik serta perusahaan jasa
selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting, tanpa adanya persediaan
para pengusaha yang mempunyai perusahaan – perusahaan tersebut akan dihadapkan pada resiko
– resiko yang dihadapi, misalnya; pada sewaktu-waktu perusahaan tidak dapat memenuhi
keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang atau jasa yang dihasilkan. Hal
tersebut dapat terjadi karena disetiap perusahaan tidak selamanya barang-barang atau jasa-jasa
tersedia setiap saat, yang berarti pengusaha akan kehilangan kesempatan memperoleh
keuntungan yang seharusnya di dapatkan.

Begitu pentingnya persediaan sehingga merupakan elemen utama terbesar dari modal
kerja yang merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar dimana secara terus-menerus
mengalami perubahan.

Persediaan menurut Sofjan Assauri (2004: 169) adalah suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang
normal atau persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses
produksi.

Sedangkan menurut Freddy Rangkuty (2004:1) persediaan merupakan suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha
tertentu , atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,
ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.

Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan


pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, serta
selanjutnya menyampaikan pada pelanggan atau konsumen. Persediaan memungkinkan produk-
produk yang dihasilkan pada tempat yang jauh dari pelanggan atau sumber bahan mentah.
Dengan adanya persediaan produksi tidak perlu dilakukan khusus buat konsumsi atau sebaliknya
tidak perlu dikonsumsi didesak supaya sesuai dengan kepentingan produksi. Adapun alasan
diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Sofjan Assauri (2004: 169) adalah
sebagai berikut:

1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari
satu tingkat proses yang lain yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
2. Alasan organisasi untuk memungkinkan suatu unit atau bagian membuat skedul operasinya
secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.

Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah ampai
dengan barang jadi antara lain berguna untuk dapat: Menurut Sofjan Assauri (2004:170):

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang


dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembaliakan.
3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi
Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
5. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana
keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi adalah memberikan jaminan tetap
tersedianya barang jadi tersebut
6. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau
penjualannya.

Karena sangat luasnya pengertian dan jenis persediaan maka dalam pembahasan
selanjutnya hanya akan menekankan pada masalah persediaan bahan baku.

Bahan baku (bahan mentah) menurut Suyadi Prawirosentono(2001:61) merupakan bahan


baku utama dari suatau produk atau barang, hal ini dapat secara visual bahwa bahan tersebut
merupakan bahan utama untuk membuat produk.
Persediaan dapat juga dikatakan sebagai sekumpulan produk fisik pada berbagai proses
produksi atau transformasi dari bahan mentah menjadi barang jadi. Persediaan ini mungkin tetap
berada dalam gudang pabrik, toko pengecer.

Adapun fungsi persediaan menurut Freddy Rangkuty (2004:15) adalah sebagi berikut:

1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi


permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.
2. Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan penghematan atau
potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya.
3. Fungsi Antisipasi, apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data –data masa lalu yaitu
permintaaan musiman.

B. Pengertian Manajemen Persediaan


Manajemen persediaan merupakan bagian dari Manajemen Keuangan yang dalam
kegiatannya bertugas untuk mengawasi aktiva perusahaan.

Sebelum membuat keputusan tentang persediaan tentu bagian ini harus memahami
konsep persediaan. Dalam Manajemen Persediaan terdapat 2 (dua) hal yang perlu diperhatikan
yaitu menurut Fien Zulfikarijah (2005:9) yaitu:

1. Keputusan persediaan yang bersifat umum merupakan keputusan yang menjadi tugas
utama dalam penentuan persediaan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Keputusan
kuantitatif bertujuan untuk mengetahui:
a. Barang apa yang akan di stock?
b. Berapa banyak jumlah barang yang akan dip roses dan berapa banyak barang
yang akan dipesan?
c. Kapan pembuatan barang akan dilakukan dan kapan melakukan pemesanan?
d. Kapan melakukan pemesanan ulang ( Re Order Point)?
e. Metode apakah yang digunakan untuk menentukan jumlah persediaan?
2. Keputusan kualitatif adalah keputusan yang berkaitan dngan tekhnis pemesanan yang
mengarah pada analisis data secara deskriptif.
a. Jenis barang yang masih tersedia di perusahaan?
b. Perusahaan atau individu yang menjadi pemasok barang yang dipesan
perusahaan?
c. Sistem pengendalian kualitas persediaan yang digunakian perusahaan?

Adapun pengertian Manajemen Persediaan itu sendiri menurut Martin dan Pretty
(1996:719) adalah inventory management involves the control of assets are used in the
production procces or produced to be sold in the normal course of the firms operations. Yang
dapat diartikan bahwa manajemen persediaan mencakup pengendalian dari aktiva dengan
diproduksi untuk dijual dalam skala normal dari operasi perusahaan.

Adapun tujuan Manajemen Persediaan menurut D.T. Johns dan H.A. Harding (2001:77)
adalah meminimalkan investasi dalam persediaan namun tetap konsisten dengan penyediaan
tingkat pelayanan yang diminta.

Sedangkan menurut Lukas Setia Atmaja(2003:405) tujuan Manajemen Persediaan adalah


mengadakan persediaan yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang
minimum.

C. Fungsi Persediaan

Persediaan belakangan ini dirasakan semakin diperhatikan oleh perusahaan manufaktur.


Hal itu dikarenakan persediaan memberikan keuntungan bagi perusahaan, menurut Rangkuti
(2004:1) “Pada dasarnya Persediaan akan mempermudah atau memperlancar jalanya operasi
perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-
barang, selanjutnya menyampaikan kepada langganan atau konsumen.” Pernyataan tersebut
merujuk pada fungsi persediaan yang tentunya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan
yang menerapkanya. Adapun fungsi-fungsi persediaan menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut :
Menurut Herjanto dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Produksi dan Operasi”
(2007:238) memasukan beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam
memenuhi kebutuhan perusahaan, yaitu sebagai berikut:

1. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang


dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan
tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran.
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (quantity
discounts).
6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan.

Menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya yang berjudul “ Manajemen Persediaan, Aplikasi di
Bidang Bisnis” (2004:14) menyebutkan bahwa fungsifungsi persediaan adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Decoupling
Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
langganan tanpa tergantung pada suplayer. Persediaan bahan mentah diadakan agara perusahaan
tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaan dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman.

2. Fungsi Economic Lot Sizing


Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan atau
potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini
disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar,
dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang,
investasi, risiko,dan sebagainya).

3. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan
diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal
ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories). Disamping itu,
perusahaan juga sering menghadapi ketidak pastian jangka waktu pengiriman dan permintaan
akan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan
ekstra yang disebut persediaan pengaman (safety stock/inventories).

D. Jenis – Jenis Persediaan


Dilihat dari dari fungsinya persediaan menurut Sofjan Assauri (2004:170) adalah sebagai
berikut:

1. Batch Stock atau Lot size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli
atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada
jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.

Adapun keuntungan yang diperoleh dari adanya Lot Size Inventory adalah sebagai


berikut:
a. Memperoleh potongan harga pada harga pembelian
b. Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economis) karena adanya operasi
atau “production run” yang lebih lama.
c. Adanya pengematan didalam biaya angkutan.

2. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi


permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

3. Anticipation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi


permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu
tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat.
Sedangkan persediaan dilihat dari jenis atau posisi menurut Sofjan Assauri (2004:171)
dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Persediaan bahan baku (Raw Material stock) yaitu persediaan dari barang-barang
berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari
sumber-sumber alam ataupun dibeli dari suplier atau perusahaan yang menghasilkan
bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakan nya.
2. Persediaan bagian produk (Purchased part) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri
dari part atau bagian yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung
diassembling dengan part lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (Supplies stock)


yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlikan dalam proses produksi
untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu
perusaahan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.

4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/progress


stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik
atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses
kembali untuk kemudian menjadi barang jadi

5. Persediaan barang jadi (Finished goods stock)yaitu barang-barang yang telah selesai
diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau
perusahaan lain.

E. Biaya – Biaya yang Berkaitan dengan Persediaan


Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya biaya-biaya variable dan untuk
menentukan kebijakan persediaan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana perusahaan dapat
meminimalkan biaya-biaya. Biaya-biaya persediaan yang harus dipertimbangkan menurut
Freddy Rangkuty (2004:16) adalah sebagai berikut:
1. Biaya Penyimpanan (Holding cost/carring costs)yaitu terdiri dari biaya-biaya yang
bervariasi secara langsung dengan kuantutas persediaan, biaya penyimpanan per periode
akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata
persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan antara
lain:
a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan ,
dan sebagainya);
b. Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternative pendapatan atas dana
yang di investasikan dalam persediaan;
c. Biaya keusangan;
d. Biaya perhitungan fisik;
e. Biaya asuransi persediaan;
f. Biaya pajak persediaan;
g. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan;
h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya;

2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs). Biaya-biaya
ini meliputi:
a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi;
b. Upah;
c. Biaya telepon;
d. Pengeluaran surat-menyurat;
e. Biaya pengepakan an penimbangan;
f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan;
g. Biaya pengiriman ke gudang;
h. Biaya utang lancar dan sebagainya;

Pada umumnya biaya perpesanan (diluar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak
naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi apabila semakin banyak komponen
yang dipesan setiap kali pesan , jumlah pesanan per-periode turun, maka biaya pemesanan
total akan turun.
3. Biaya penyiapan(manufacturing)atau set up costs. Hal ini terjadi apabila bahan-bahan
tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri”dalam pabrik”perusahaan, perusahaan menghadapi
biaya penyiapan (set-up costs)untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini
terdiri dari:
a. Biaya-biaya mesin-mesin menganggur;
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung;
c. Biaya penjadwalan;
d. Biaya ekspedisi dan sebagainya.
Seperti halnya biaya pemesanan, biaya penyiapan total per-periode sama dengan biaya
penyiapan dikalikan jumlah penyiapan per periode

4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs) adalah biaya yang timbul
apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang
termasuk biaya yang kekurangan bahan adalah sebagai berikut:
a. Kehilangan penjualan;
b. Kehilangan pelanggan;
c. Biaya pemesanan khusus;
d. Biaya ekspedisi;
e. Selisih harga;
f. Terganggunya operasi;
g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.
Biaya kekurangan bahan sulit di ukur dalam praktik, terutama karena kenyataannya biaya
ini sering merupakan opportunity costs yang sulit diperkirakan secara objektif.

F. Persediaan Bahan Baku


Jay Heizer dan Berry Rander dalam bukunya yang berrjudul “Operation Management”
(2005:61) menerangkan bahwa persediaan bahan baku, yaitu “Material yang pada umumnya
dibeli tetapi belum memasuki proses pabrikasi.” Menurut T. Hani Handoko dalam bukunya yang
berjudul “Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi” (2008:334) persediaan bahan baku
adalah: “Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu persediaan barangbarang berwujud-
seperti baja, kayu dan komponen-komponen lainya yang digunakan dalam proses produksi.

Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier
dan/atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.”

Sedangkan menurut Assauri (2008:240-241) persediaan bahan baku (Raw Material


Stock) diartikan sebagai, “persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumbersumber alam ataupun dibeli dari supplier atau
perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakanya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa persediaan bahan baku merupakan persediaan barang-
barang berwujud yang akan digunakan oleh perusahaan untuk proses produksinya, yang
diperoleh langsung dari alam maupun dari perusahaan supplier atau dibuat sendiri oleh
perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.”

G.Faktor – faktor yang mempengaruhi Persediaan bahan baku


Meskipun persediaan akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, namun
perusahaaan tetap hati-hati dalam menentukan kebijakan persediaan. Persediaan membutuhkan
biaya investasi dan dalam hal ini menjadi tugas bagi manajemen untuk menentukan investasi
yang optimal dalam persediaan. Masalah persediaan merupakan masalah pembelanjaan aktif,
dimana perusahaan menemukan dana yang dimiliki dalam persediaaan dengan cara yang
seefektif mungkin.

Untuk melangsungkan usahanya dengan lancar maka kebanyakan perusahaan merasakan


perlunya persediaan. Menurut Bambang Riyanto (2001:74) Besar kecilnya persediaan yang
dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh beberapa factor antara lain:

1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan


kehabisan persediaan yang akan menghambat atau mengganggu jalannya produksi.
2. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang direncanakan itu
sendiri sangat tergantung kepada volume sales yang direncanakan
3. Besar pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya
pembelian yang minimal
4. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan diwaktu-waktu yang
akan datang
5. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material
6. Harga pembelian bahan mentah
7. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang
8. Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya

Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (2001:71) fakor yang mempengaruhi jumlah


persediaan adalah:

1. Perkiraaan pemakaian bahan baku


Penentuan besarnya persediaan bahan yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan
pemakaian bahan tersebut dalam satu periode produksi tertentu.

2. Harga bahan baku


Harga bahan yang diperlukan merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
besarnya persediaan yang harus di adakan.

3. Biaya persediaan
Terdapat beberapa jenis biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ,
adapun jenis biaya persediaan adalah biaya pemesanan (order) dan biaya penyimpanan bahan
gudang.

4. Waktu menunggu pesanan (LeadTime)


Adalah waktu antara tenggang waktu sejak peasanan dilakukan sampai dengan saat
pesanan tersebut masuk kegudang.
H.Penggunaan Bahan Baku
A. Pengertian Bahan Baku
Bahan baku menurut Richardus dalam bukunya yang berjudul ”Manajemen Persediaan”
(2005:8) adalah “Bahan mentah yang belum diolah, Yang akan diolah menjadi barang jadi,
sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan. “Bahan baku merupakan semua bahan
yang dipergunakan dalam perusahaan pabrik, kecuali terhadap bahan-bahan yang secara fisik
akan digabungkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan pabrik tersebut.” Assauri
(2008:241).

Sedangkan menurut Syamsudin dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Keuangan


Perusahaan” (2001:281) bahan baku adalah: “Bahan baku adalah persediaan yang dibeli oleh
perusahaan untuk diproses menjadi barang setengah jadi dan akhirnya barang jadi atau produk
akhir dari perusahaan.” Dari penegrtian di atas dapat disimpulkan bahawa bahan baku
merupakan barang yang akan diproses kembali untuk menambah nilai guna menjadi barang
setengah jadi atau produk akhir perusahaan.

B. Kebutuhan Bahan Baku


Seluruh perusahaan yang berproduksi untuk menghasilkan sesuatu atau beberapa macam
produk tertentu akan selalu memerlukan bahan baku untuk pelaksanaan proses produksinya.
Bahan baku merupakan input yang penting dalam berbagai produksi. Kekurangan bahan baku
yang tersedia dapat berakibat terhentinya proses produksi karena habisnya bahan baku untuk
diproses. Akan tetapi terlalu besarnya bahan baku dapat mengakibatkan tingginya persediaan
dalam perusahaan yang dapat menimbulkan berbagai resiko maupun tingginya biaya yang
dikeluarkan perusahaan terhadap persediaan tersebut.
Perusahaan harus bisa menentukan seberapa besar bahan baku yang dibutuhkan dalam
proses produksi yang akan dilakukan. Kebutuhan bahan baku tentunya harus berdasarkan pada
patokan rencana produksi, agar perusahaan tidak mengalami kerugian karena banyaknya bahan
baku yang tidak terpakai sehingga perusahaan dihadapkan pada biaya persediaan yang tinggi.
Sebaliknya apabila perusahaan tidak mengacu pada rencana produksi juga bisa mengalami
kekurangan bahan baku yang tentunya terhentinya proses produksi.

a. EOQ
Menurut Eddy Herjanto dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Produksi dan
Operasi” (2004:231) EOQ bisa didefinisikan sebagai jumlah pemesanan yang memberikan biaya
total persediaan terendah.”

EOQ adalah “ Sebuah teknik yang digunakan secara luas untuk pengendalian
persediaan.” Heizer dan Render (2005:68). Sedangkan EOQ menurut Assauri (2008:256) bahwa
“ jumlah pemesanan yang ekonomis (economic order quantity) merupakan jumlah atau besarnya
pesanan yang dimiliki jumlah ‘ordering cosst’ dan ‘carrying costs’ per tahun yang paling
minimal.

Gambaran secara umum mengenai EOQ adalah suatu metode yang bertujuan untuk
mengoptimalkan biaya yang dikeluarkan perusahaan mengenai persediaan, sehingga perusahaan
mampu menyeimbangkan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang cendrung
bertolak belakang. Jadi EOQ dapat didefinisikan sebagai suatu metode persediaan yang
merupakan jumlah pemesanan ekonomis yang memiliki jumlah biaya persediaan (TC) terendah.
Untuk memperoleh jumlah pesanan atau pembelian yang optimal setiap kali melakukan
pemesanan, maka perlu ada perhitungan kuantitas pembelian optimal yang ekonomis atau
Economic Order Quantity (EOQ).
b. Frekuensi pemesanan (I)

Selain itu perusahaan juga perlu memperhatikan frekuensi pemesanan bahan baku. Hal
ini diperlukan supaya perusahaan dapat menentukan, berapa kali perusahaan melakukan
pembelian bahan baku dalam satu tahun.

Karena EOQ terjadi jika biaya pemesanan sama dengan biaya penyimpanan, maka
perusahaan perlu mengetahui biaya pemesanan dan biaya penyimpanan terlebih dahulu. Adapun
rumus formula dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan adalah sebagai berikut:

 Biaya pemesanan = (jumlah pesanan yang ditempatkan per tahun) x


(biaya setup atau biaya pesan per pesanan)
 Biaya penyimpanan = (Rata-rata tingkat persediaan) x (Biaya
penyimpanan per unit per tahun)

Model EOQ tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi sebagai berikut:

 Kebutuhan bahan baku dapat ditentukan, relatif tetap, dan terus menerus.
 Tenggang waktu pemesanan dapat ditentukan dan relatif tetap
 Tidak diperkenankan adanya kekurangan persediaan
 Pemesanan datang sekaligus dan akan menambah persediaan.
 Struktur biaya tiadak berubah; biaya pemesanan atau persiapan sama tanpa
memperhatikan jumlah yang dipesan, biaya simpan adalah berdasarkan fungsi linear
terhadap rata-rata persediaan, dan harga beli atau biaya pembelian per unit adalah
konstan (tidak ada potongan harga)
 Kapasitas gudang dan modal cukup untuk menampung dan membeli pesanan.
 Pembelian adalah satu jenis item.
I. Biaya Persediaan (TC)
Menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya yang berjudul “ Manajemen Persediaan,
Aplikasi di Bidang Bisnis” (2004:25) menyatakan bahwa “ Total biaya (TC) pada suatu periode
merupakan jumlah dari biaya pemesanan (atau biaya set-up) ditambah dengan biaya
penyimpanan selama periode tertentu.”

Hal senada juga dikatakan oleh Heizer (2005:73) yang menyebutkan biaya persediaan
adalah penjumlahan dari biaya setup dan biaya penyimpanan.”

Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang


meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan persediaaan.
Terdapat hubungan antara kedua biaya tersebut, biaya penyimpanan (holding atau carrying cost)
dan biaya pemesanan (ordering atau set-up cost).
Sumber: T. Hani Handoko (2008:339)

J. Hubungan Manajemen Persediaan Menggunakan Metode EOQ


dengan Biaya Persediaan (TC)

Dalam mengukur suatu fungsi khususnya mengenai persediaan bahan baku diperlukan
pengukuran kinerja mengenai pengadaan bahan baku tersebut. Total biaya merupakan tolak ukur
penggunaan pengendalian bahan baku yang akan menunjukan bahwa perusahaan telah
mengimplementasikan manajemen persediaan bahan baku yang tepat.

Tujuan dari manajemen peersediaan adalah untuk mengoptimalkan seluruh apa yang
diinvestasikan oleh perusahaan dalam menyediakan bahan baku yang dimaksud. Agar tujuan
tersebut tercapai perusahaan tentunya dihadapkan pada biaya-biaya persediaan. Dengan metode
persediaan yang tepat maka perusahaan bisa menekan biaya-biaya tersebut.
Hal itu dipertegas oleh Haizer dan Render (2005:73) yang menyatakan bahwa, “ Tujuan
dari hampir semua model persediaan adalah untuk meminimalkan biaya total.”

Optimalisasi biaya khususnya biaya persediaan akan tercapai apabila bisa


menyeimbangkan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Lebih lanjut Heizer dan
Render (2005:73) menegaskan bahwa “Dengan menggunakan EOQ maka akan diketahui jumlah
pemesanan yang optimal pada suatu titik dimana biaya pemesanan total sama dngan biaya
penyimpanan.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan
adalah untuk mengoptimalkan biaya persediaan material. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
diperlukan sebuah metode yang membantu dalam pengadaan persediaan yang optimal. EOQ
adalah salah satu metode yang sudah lama dikenal yang juga mempunyai tujuan dalam menekan
biaya persediaan shingga perusahaan tidak dihadapkan pada biaya persediaan yang besar. Maka
dari itu EOQ mempunya keterkaitan dalam usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam
meminimalkan biaya persediaan agar tercapai persediaan yang efektif.

Sedangkan yang dimaksud dengan manajemen persediaan yang efektif dalam penelitian
ini adalah pengendalian persediaan yang dapat mengurangi pembengkakan biaya persediaan dan
menumpukan kuantitas barang di gudang, yaitu dengan cara membandingkan biaya yang
diinvestasikan oleh perusahaan dengan biaya yang seharusnya terjadi apabila perusahaan dengan
konsisten menggunakan metode EOQ, sehingga dapat dicapai suatu persediaan yang optimal.
Dengan membandingkan manajemen persediaan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan,
maka akan terlihat apakah selama ini perusahaan sudah mampu menekan biaya persediaan atau
belum.
“PERENCANAAN BAHAN BAKU”

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Manajemen Operasional

Oleh :

Agung Putra Pratama (115020207111053)

Ridho Putra Ramadhan (11502020711025)

Ahmad Rizal Fadhillah (115020200111128)

Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Bahan baku merupakan sesuatu yang sangat fundamental dalam proses produksi. Segala macam
proses produksi berawal dari bahan baku. Bahan baku harus dapat dipastikan kegunaannya dan
efisien, sehingga tidak dikehendaki dalam suatu perusahaan situasi dimana mereka mengalami
kekurangan ataupun kelebihan bahan baku. Makalah ini akan membahas bagaimana cara supaya
bahan baku yang ada dapat digunakan seefisien mungkin sehingga tidak merugikan.

1.2 MATERI-MATERI YANG DIBAHAS

 Pengertian Persediaan
 Pengertian Manajemen Persediaan
 Fungsi Persediaan
 Jenis – Jenis Persediaan
 Biaya – Biaya yang Berkaitan dengan Persediaan
 Persediaan Bahan Baku
 Faktor – faktor yang mempengaruhi Persediaan bahan baku
 Penggunaan Bahan Baku
 Biaya Persediaan (TC)
 Hubungan Manajemen Persediaan Menggunakan Metode EOQ dengan Biaya Persediaan (TC)

Anda mungkin juga menyukai