Anda di halaman 1dari 7

BENTUK-BENTUK INSTRUMEN

Pada umumnya instrumen penelitian pendidikan terbagi dua yaitu tes dan non tes. Tes
dapat dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis, sedangkan non-tes biasanya
dilakukan untuk menilai sikap, tingkah laku dan kepribadian peserta didik selama
kegiatan belajar mengajar di kelas (Permatasari, 2014). Instrumen tes dikembangkan
diuraikan berdasarkan sasaran objek yang diteliti sedangkan yang termasuk ke dalam
instrumen non tes adalah angket atau kuesioner, wawancara (interview), observasi,
dokumentasi, dan skala bertingkat.

1. Instrumen Tes

Tes dapat berupa serangkaian pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang
dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan
kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-
soal tes yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis
variabel akan yang diukur (Aedi, 2010).

Ada bermacam-macam instrument tes yang dapat digunakan dalam penelitian


diantara tes kepribadian, tes bakat, tes intelegensi, tes minat dan tes prestasi
(Nasution, 2016).

a. Tes kepribadian yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian


seseorang. Yang diukur bisa self-concept, kreativitas, disiplin, kemampuan
khusus, dan lain-lain.

b. Tes bakat yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui tingkat
bakat seseorang.

c. Tes intelegensi yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau
perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan
berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya. Sering disebut
dengan istilah tes IQ.

d. Tes sikap yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap
berbagai sikap seseorang. Tes minat yaitu alat untuk menggali minat
seseorang terhadap sesuatu.
e. Tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang
setelah mempelajari sesuatu. Misalnya pencapaian karyawan terhadap tugas
yang dibebankan kepadanya.

2. Instrumen Angket atau Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk


memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,
atau hal-hal yang ia ketahui (Nasution, 2016). Bentuk kuesioner yang dibuat
sebagai instrumen sangat beragam, seperti (Aedi, 2010):

a. Kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri,


bentuknya sama dengan kuesioner isian.

b. Kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah


disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda

c. Kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya

d. Kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang


berhubungan dengan orang lain

e. Check list, yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal
membubuhkan tanda check pada kolom jawaban yang tersedia

f. Skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan


bertingkat, biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari
sangat setuju sampai sangat tidak setuju terhadap pernyataannya.

Kuesioner mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam penggunaannya. Adapun


kelebihan penggunaan kuesioner dalam penelitian adalah sebagai berikut
(Nasution, 2016):

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti. Pemberian instrument dapat


diwakilkan kepada orang lain untuk menemui responden.

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden. Pelaksanaan


perolehan data dapat dilakukan secara bersama-sama.
c. Dapat dijawab oleh responden menurut waktu senggang responden. Karena
responden cukup memberikan check list pada tempat yang disediakan.

Disamping keuntungan, kuesioner juga mempunyai kelemahan. Adapun


kelemahan dari instrumen yang berbentuk kuesioner adalah (Nasution, 2016):

a. Seringkali sukar dicari validitasnya. Padahal instrument yang diberikan


harus memenuhi syarat validitas.

b. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja


memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.

c. Waktu pengembalian data tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada


yang terlalu lama sehingga terlambat.

3. Instrumen Wawancara (Interview)

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara. Peneliti sebagai pewawancara, sedangkan
narasumber selaku responden menjadi terwawancara. Interview digunakan oleh
peneliti untuk meneliti keadaan seseorang misalnya untuk mencari data tentang
variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap
sesuatu dan sebagainya (Nasution, 2016).

Ditinjau dari pelaksanaannya, maka interview dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja tanpa harus
membawa lembar pedoman, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan
dikumpulkan. Pewawancara harus benar-benar menguasai situasi untuk
dapat memperoleh informasi yang diinginkan. Peneliti sebagai
pewawancara harus benar-benar paham dan pandai membawa diri agar
suasana wawancara terasa nyaman. Syarat interview seperti ini adalah
pewawancara harus tetap mengingat data yang harus terkumpul.

b. Interview terpimpin yaitu pewawancara dengan membawa sederetan


pertanyaan lengkap dan terperinci. Jika peneliti bukan pewawancara yang
hebat. Jangan menggunakan cara ini. Karena akan terkesan monoton dan
kaku. Sehingga responden tidak merasa nyaman.

c. Interview bebas terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas dan


interview terpimpin. Pewawancara bebas melakukan interview dengan
hanya menggunakan pedoman yang memuat garis besarnya saja

Interview memiliki kelebihan sebagai bentuk instrument penelitian. Adapun


keunggulan interview adalah:

a. Peneliti memiliki peluang atau kesempatan memperoleh respon atau


jawaban yang relatif tinggi dari responden

b. Peneliti dapat membantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden


mengalami kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidak jelasan pertanyaan

c. Peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan


mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam
proses interview

d. Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan dengan


cara kuesioner ataupun observasi.

4. Instrumen Observasi

Menurut Aedi (2010), observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap


suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi
observasi adalah pengamatan secara langsung dengan menggunakan indera
penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan
pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman
pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.

Observasi dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu Nasution (2016):

a. Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak


menggunakan instrumen pengamatan.

b. Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan


pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Observasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (Nasution, 2016):

a. Sign system digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran


sebagai sebuah potret sesuai pengajaran. Sign system adalah bekerja dengan
pedoman pengamatan. Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel.
Misalnya peneliti ingin meneliti tentang efektivitas kegiatan apel pagi
karyawan. Peneliti melakukan pengamatan setiap dilaksanakannya apel.
Peneliti mencatat kejadian yang muncul dalam kegiatan apel pagi.
Bagaimana situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan. Kegiatan yang
muncul lebih dari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya dicek
satu kali. Dengan demikian akan diperoleh gambaran tentang apa kejadian
yang muncul dalam situasi pengajaran.

b. Category system adalah sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah


variabel. Misalnya peneliti ingin melakukan pengamatan untuk mengetahui
keaktifan atau partisipasi karyawan dalam kegiatan apel pagi. Sehingga
pengamat hanya memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke dalam
kategori keaktifan atau partisipasi murid. Misalnya: karyawan berbicara
dengan rekan saat melakukan apel berlangsung, karyawan terlambat
mengikuti apel, karyawan tidak memenuhi kelengkapan apel, dan
sebagainya.

Menurut Arikunto dalam (Nasution, 2016) pengambilan data dengan


menggunakan metode observasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Observasi terbuka, yaitu pada saat observasi kehadiran peneliti dalam


menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara
terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi interaksi secara
langsung.

b. Observasi tertutup, yaitu pada kondisi ini kehadiran peneliti dalam


menjalankan misinya, yaitu mengambil data dari responden, tidak diketahui
responden yang bersangkutan.
c. Observasi tidak langsung, yaitu pada kondisi ini peneliti dapat melakukan
pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak hadir secara
langsung di tengah-tengah responden

5. Instrumen Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di


dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian, dan sebagainya (Nasution, 2016).

Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam, yaitu (Arikunto dalam
Aedi, 2010):

a. Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang


akan dicari datanya,

b. Check list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.
dalam hal ini. Peneliti hanya akan memberikan tanda atau tally setiap
pemunculan gejala yang dimaksud.

Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang
diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan tanda centang
dalam kolom gejala, sedangkan pada check list, peneliti memberikan tally pada
setiap pemunculan gejala (Aedi, 2010).

6. Instrumen Skala Bertingkat atau Rating Scale

Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala.
kehati-hatian dalam membuat skala sangat perlu diperhatikan dalam pembuatan
rating scale, agar pernyataan yang diskalakan mudah diinterpretasi dan
responden dapat memberikan jawaban secara jujur (Aedi, 2010).

Menurut Arikunto dalam (Aedi, 2010) faktor yang mempengaruhi


ketidakjujuran jawaban responden adalah persahabatan, kecepatan menerka,
cepat memutuskan, jawaban kesan pertama, penampilan instrumen, prasangka,
halo effects, kesalahan pengambilan rata-rata, dan kemurahan hati. Sehingga
untuk mencegah agar tidak terjadi ketidakjujuran, peneliti harus memperhatikan
faktor-faktor tersebut.

Sumber:

Aedi, Nur. (2010). Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data. (online).


(http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-
MODES/PENELITIAN_PENDIDIKAN/BBM_7.pdf). Diakses pada 16 April
2020.

Nasution, H. F. (2016). Instrumen Penelitian dan Urgensinya Dalam Penelitian


Kuantitatif. Jurnal Ekonomi dan Keislaman. 4 (1): 59-75. (online).
(http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/Al-
masharif/article/view/721). Diakses pada 16 April 2020.

Permatasari, Arvynda. 2014. Pengelolaan Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik Secara
Online. Jurnal Manajemen Pendidikan. 24 (3): 260-265. (online).
(http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/volume-24-no.-384-89.pdf).
Diakses pada 16 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai