Anda di halaman 1dari 12

PERAN UNSUR HARA TANAMAN

..
Unsur yang kurang Gejala Unsur yang Gejala
kurang
Nitrogen Daun yang lebih tua atau lebih rendah letaknya banyak terpengaruh; Kalsium Daun muda atau kuncup daun yang terpengaruh, gejala
efeknya mengelompok atau menyebar mengelompok
Efeknya umumnya meluas keseluruh tumbuhan, dedaunan di bawah Kuncup akhir mati, terjadi setelah perubahan bentuk pada ujung
agak mengering atau terbakar, tumbuhan berwarna hijau tua atau hijau atau pangkal daun muda.
muda
Tumbuhan hijau muda, dedaunan yang terletak lebih dibawah Daun muda pada kuncup akhir mula-mula melengkung secara
berwarna kuning, mengering sampai berwarna cokelat terang, tangkai khas, akhirnya mati pucuk mulai dari ujung dan tepi sehingga
pemdek dan pipih bila kekahatan unsur terjadi pada taraf pertumbuhan pertumbuhan selanjutnya dicirikan oleh matinya jaringan di daerah
lanjut ini.
Fosfor Tumbuhan hijau tua, sering muncul warna merah dan ungu, tangkai Boron Daun muda pada kuncup khir pangkalnya menjadi hijau muda lalu
pendek dan pipih jika kekahatan unsur terjadi pada taraf pertumbuhan patah. Pada pertumbuhan lanjut daun terpilin akhirnya tangkai
lanjut. kuncup akhir mati pucuk.
Magnesium Efeknya sering mengelompo, bercak warna atau klorosis dengan atau Tembaga Daun muda layu tetap (ujungnya terbakar) tanpa bercak atau gejala
tanpa bercak jaringan mati pada daun yang terletak lebih bawah, klorosis. Ranting atau tangkai tepat dibwah ujung dan pentul biji
sedikit atau tak ada daun yang terletak di bawah yang mengering sering tak mampu tegak bila kekurangannya parah.
Daun dengan bercak warna atau klorosis, memerah secara khas seperti Kuncup akhir umunya tetap hidup, layu atau klorosis pada daun
pada tanaman kapas, kadang dengan bercak mati, ujung dan tepi daun muda atau daun kuncup dengan atau tanpa bercak jaringan mati,
melengkung ke bawah atau ke atas, tangkai pipih urat daun berwarna hijau muda atau hijau tua.
Kalium Daun dengan bercak warna atau klorosis, berbercak jaringan mati Mangan Daun muda tidak layu, klorosis dengan atau tanpa bercak, jaringan
kecil atau besar. mati tersebar diseluruh daun
Bercak jaringan mati kecil, biasanya diujung dan diantara urat-urat Urat yang kecil cendrung tetap hijau sehingga tampak seperti jala-
daun, lebih jelas di tepi daun, tangkai pipih. jala
Seng Bercak meluas, menyebar dengan cepat, biasanya meliputi daerah Belerang Daun muda dengan urat dan jaringan antar urat daunberwarna
antar urat daun dan akhirnya mencapai urat sekunder bahkan primer, hijau muda
daun tebal, tangkai beruas pendek.
Besi Daun muda klorosis, urat pokoknya bewarna hijau khas, tangkai
pendek dan pipih.

jenis gejala seperti abnormalitas, perubahan warna, ukuran, bentuk, oriemntasi dan pola gejala, serta c)
membuat kesimpulan (keputusan) hasil diagnosis. Disebutkan bahwa apabila semua informasi telah
terkumpulkan, kemungkinan pertama yang paling penting adalah apakah gejala gangguan tersebut
disebabkan oleh serangga, penyakit, nematoda atau karena kerusakan mekanis. Apabila gejalanya hanya
ditemukan pada tanaman tunggal (“a single plant”) biasanya hal tersebut disebabkan oleh hal-hal tadi
atau karena akibat variasi genetik (“genetic variation”) dalam populasi tanaman. Gejala yang disebabkan
oleh gangguan hara umunnya terjadi pada banyak tanaman dalam sekala areal yang cukup luas karena
terkait dengan jenis tanah, manajemen pengelolaan, dan lain-lain. Bila gangguan yang disebabkan oleh
serangga, penyakit, nematoda atau karena kerusakan mekanis dapat dieleminasi, maka gejala visual
tiap-tiap jenis hara tertentu dapat dibandingkan dan dicocokkan dengan ciri-ciri gangguan hara masing-
masing. Ciri-ciri tentang gejala kekahatan hara pada tanaman
Pada umumnya status nutrisi pada tanaman paling baik dicerminkan oleh kandungan hara mineral pada
daun dibandingkan dengan organ-organ lain (Grundon, 1987). Oleh karena itu daun biasanya paling
sering digunakan sebagai sampel dalam analisis tanaman. Namun demikian dalam beberapa jenis
tanaman dan jenis-jenis hara tertentu kadang-kadang kandungannya berbeda antara lembaran daun
(“leaf blades”) dan petiole dimana kadang-kadang petiole lebih cocok digunakan sebagai indikator status
nutrisi tanaman (Bouma, 1983 dalam Marschner, 1986). Untuk tanaman buah-buahan seringkali
buahnya merupakan indikator paling baik terutama untuk kalsium dan boron yang sangat terkait erat
dengan kualitas buah dan daya simpan (Chen et al., 1998)

Penggunaan organ daun sebagai sampel juga perlu mempertimbangkan umur daun tergantung jenis
hara yang akan dianalisis. Untuk hara N, K dan Mg daun dewasa lebih baik digunakan sebagai indikator
status hara karena pada daun muda ketiga hara tersebut konsentrasinya konstan (Marschner, 1986).
Untuk kalium, daun muda tidak cocok sebagai indikator karena taraf defisiensi dan toksik berkisar hanya
dari 3,0 sampai 3,5% dibandingkan dengan 1,5 sampai 5,5% pada daun dewasa. Sebaliknya untuk Ca,
daun muda lebih cocok digunakan sebagai indkator karena gejala defisiensi pertama terjadi pada bagian
tersebut.

Terdapat kontroversi apakah rekomendasi pemupukan lebih tepat berdasarkan hasil analisis tanaman
atau hasil analisis tanah. Analsis tanah menunjukkan potensi ketersediaan hara dalam tanah yang dapat
diserap akar, sedangkan analisis tanaman merefleksikan status nutrisi aktual dalam jaringan tanaman.
Marschner (1986) menyatakan secara prinsip kombinasi kedua metode tersebut akan lebih baik dalam
merekomendasikan pemupukan dibandingkan hanya dengan satu metode saja. Kepentingan relatif
dalam meilih salah satu metode dari kedua metode tersebut tergantung pada beberapa kondisi seperti
spesies tanaman, sifat tanah dan hara mineral yang menjadi masalah.

Hubungan Faktor Iklim dengan Pertumbuhan dan Produksi  Tanaman

Januari 29, 2009

Ahmad Sanusi Nasution

BudiDaya Hutan USU

Faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman. Apabila tanaman ditanam
di luar daerah iklimnya, maka produktivitasnya sering kali tidak sesuai dengan yang
diharapkan.Menurut Sutarno at all (1997) Studi tentang perilaku kejadian tiap organisme atau
tumbuhan dalam hubungannya dengan perubahan-perubahan iklim disebut dengan fenologi.
Untuk faktor iklim yang dipergunakan dalam penelitian fenologi pada umumnya adalah curah
hujan hal ini adalah karena curah hujan secara langsung atau tidak langsung penting untuk
pengaturan waktu dan ruang dalam pembentukan bunga dan buah pada tumbuhan tropis.

Menurut Ashari (2006) sedikitnya ada 2 unsur yang mempengaruhi hal tersebut, yaitu :

1. Curah hujan dan distribusi hujan

2. Tinggi tempat dari permukaan laut.

Selain unsur iklim di atas, menurut Guslim (2007) Produksi tanaman juga dipengaruhi oleh
Radiasi Matahari dan Suhu.

Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi
lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan
menghasilkan benih. Kebanyakan speises tidak akan memasuki masa reproduktif jika
pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk
berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua rangsangan. Yang menyebabkan perubahan itu
terjadi, yaitu suhu dan panjang hari (Mugnisjah dan Setiawan, 1995).
Diwilayah dengan empat musim, pengaruh suhu berlaku ganda. Pada waktu awal pertumbuhan
suhu harus cukup tinggi agar pertumbuhan tidak terhambat. Tetapi bagi kebanyakan tanaman
terutama tanaman tahunan, suhu sebelum perubahan fase pertumbuhan itu terjadi sangat penting.
Cekaman (stress) air yang diikuti oleh hujan sering merangsang pembungaan tanaman tahunan
tropika. Faktor lain yang memicu pembungaan adalah panjang hari, atau panjang periode selama
setiap 24 jam. Tanaman berhari pnjang tidak akan berbunga jika ditanam di wilayah tropika
(Mugnisjah dan Setiawan,1995).

Jika bunga telah berkembang tahap berikutnya adalah menjamin sedapat mungkin agar
penyerbukan berlangsung dengan baik. Cuaca pada saat penyerbukan adalah penting. Umumnya
serbuk sari tidak dapat tahan hidup jika hujan lebat, dan suhu yang terlalu dapat menyebabkan
penyerbukan yang jelek. Serangga terutama lebah, tidak akan bekerja dengan baik dalam kondisi
cuaca yang sangat basah.

1 Curah Hujan .

Klasifikasi iklim menurut scmidth dan Fergusson ada 6 yaitu :

Tabel 1.1 Tipe Iklim menurut Schmidth dan Fergusson

No Tipe Iklim Jumlah bulan basah Jumlah bulan kering

1 A-1 12 0

2 A-2 Kurang dari 12 0

3 B-1 9-10 1-2

4 B-2 7-8 2-4

5 C 5-7 4-6

6 D 2-5 6-8

Kepentingan tanaman terhadap besarnya curah hujan sudah dirasakan sejak panen.
Adapun titik yang kritis adalah saat pembungaa. Apabila saat pembungaan banyak hujan turun,
maka proses pembungaan akan terganggu. Tepung sari menjadi busuk dan tidak mempunyai
viabilitas lagi. Kepala putik dapat busuk karena kelembaban yang tinggi. Selain itu,aktivitas
serangga penyerbuk juga berkurang saat kelembaban tinggi.apabila trjadi kerusakan pada tepung
sari dan kepala puti berarti penyerbukan telah gagal. Hal ini juga berarti bahwa pembuahan dan
selanjutnya,panen, telah gagal dan harus menunggu tahun berikutnya (Ashari 2006)

Mungkin ini karena pengaruh adaptasi tanaman. Tidak ada jenis tanaman yang
memerlukan iklim mutlak seperti pada table 1.1. Dengan kata lain, ada penyesuaian atau adaptasi
tanaman terhadap lingkungannya. Untuk itu pada table 1.2 di bawah ini diperlihatkan contoh
jenis tanaman bebuahan yang sesuai dengan kriteria di atas.

Tabel 1.2 Tipe iklim yang dikehendaki tanaman bebuahan

Tipe Iklim Jumlah bulan Jenis bebuahan yang sesuai


kering
(jumlah bulan
basah)

9,10-12,11,11-12,12 0 Gandaria,kapulasan,kemang,kesemek

9 3 Duku,durian,mundu,papaya,pisang

8 0-3 Rambutan

7 0-4

6 4-5

Lebih dari 4 Jambu biji,jambu monyet,nangka


bulan pepaya.

2. Tinggi Tempat dari Permukaan Laut

Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang diterima
oleh tanaman.Menurut Guslim (2007) Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat
tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang
nantinya kan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi
atau dataran rendah.
Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan pembungaan tanaman. Tanaman
berbuahan yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang
ditanam pada dataran tinggi (Ashari,2006).

3. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, pertumbuhan dan


differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan
benih dan pemasakan benih. Tanaman tropis tidak memerlukan keperluan vernalisasi sebelum
rangsangan fotoperiode terhadap pembungaan menjadi efektif. Tetapi, pengaruh suhu terhaadap
induksi bunga cukup kompleks dan bervariasi tergantung pada tanggap tanaman terhadap
fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang tinggi mencegah atau memperlambat pembungaan
dalam beberapa tanaman.

4. Panjang Hari

Terdapat tiga penggolongan tanaman yang lazim, yaitu tanaman berhari pendek (short
day),tanaman berhari panjang (long day), dan tanaman berhari netral (day netral) (Mugnisjah
dan Setiawan, 1995). Menurut Ashari (2004) respon pembungaan tanaman terhadap lamanya
penyinaran berbeda. Tanaman yang digolongkan tanaman hari pendek (short day) adalah
tanaman yang baru berbunga apabila periode gelap lebih lama/ panjang dari kritisnya (misalnya
12 jam). Sebaliknya, tanaman hari panjang (long day) adalah golongan tanaman yang hanya mau
berbunga apabila periode gelap kurang/ dibawah dari periode kritisnya.

Pentingnya variasi panjang hari dalam menentukan waktu pembungaan nyata berkaitan
dengan latitud; sebagai contoh, tanaman berhari pendek yang memiliki fotoperiode kritikal lebih
dari 12 jam berbunga jauh lebih dini di latitud yang lebih tinggi daripada latitud yang rendah.
Panjang hari dilaporkan berkorelasi dengan nisbah bunga jantan/ betina dalam tanaman berhari-
pendek (Mugnisjah dan Setiawan,1995).

5. Radiasi Matahari
Radiasi matahari berhubungan dengan laju pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembukaan
(reseptivitas) bunga, dan aktivitas lebah penyerbuk. Pembukaan bunga dan aktivitas lebah
ditingkatkan oleh radiasi matahari yang cerah, wilayah yang sering berawan berpotensi kurang
untuk produksi benih. Permukaan lahan ekuator sering menerima total radiasi yang kurang dari
lahan berlatitude 10-20 mdpl (Guslim,2007).

DAFTAR PUSTAKA

Ashari,S.1998, Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

.2004, Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial, Bayu Media, Malang, Jawa
Timur.

, 2006, Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Guslim,2007. Agroklimatologi,USU Press,Medan.

Hadisoesilo,S dan Kuntadi, 2007, Kearifan Tradisional Dalam Budidaya Lebah Hutan (Apis
dorsata), Departemen Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Konservasi Alam, Bogor

Hasanuddin,A.2003, Manajemen Koloni Lebah Madu, Departemen Kehutanan, Pusat Diklat


Pendidikan dan Latihan Kehutanan,Balai latihan Kehutanan, Pematang Siantar.

Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995, Produksi Benih, Penerbit Bumi Aksara Jakarta,
bekerjasama dengan Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat, Institut Pertanian, Bogor
Peranan Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit

Posted August 20, 2010

Peranan Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit

Dalam budidaya setiap tanaman tentu tidak terlepas dengan muara yang
dikenal dengan profit atau keuntungan. Untuk dapat mencapai muara
keuntungan tersebut tidak terlepas dari berbagai hal dan prosedur sesuai
kaidah budidaya jenis tanaman yang diusahakan. Dalam budidaya suatu
tanaman yang tidak kalah penting peranannya adalah bagaimana
menyediakan unsur hara tanaman dalam keadaan tersedia dan berimbang,
sehingga tidak menimbulkan effek negatif bagi usaha pembudidayaan. Pada
kesempatan ini mencoba sedikit memaparkan Peranan Unsur Hara Pada
Tanaman Kelapa Sawit yang dampak dan pengaruhnya sangat besar bagi
pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman. Hal ini penting untuk
dipahami karena berkontribusi besar terhadap profit yang akan diperoleh.
Semoga pemaparan secara singkat, praktis dan umum ini dapat memberikan
manfaat bagi siapa saja.

Nitrogen

 Unsur Nitrogen mempunyai peranan terhadap penyusunan protein,


klorofil dan fotosintesa. Jumlah unsur ini harus seimbang di dalam
tanaman, kelebihan atau kekurangan unsur ini akan memberi effek
negatif terhadap tanman.
 Kekurangan unsur Nitrogen pada tanaman akan menyebabkan daun
berwarna kuning pucat sehingga akan menghambat pertumbuhan.
 Kelebihan unsur Nitrogen menyebabkan daun lemah dan rentan
terhadap penyakit/hama, White Stripe dan berpengaruh terhadap
berkurangnya buah jadi.
 Defisiensi Nitrogen disebabkan terhambatnya mineralisasi Nitrogen,
diantaranya dapat diakibatkan karena aplikasi bahan organik dengan
C/N tinggi, aplikasi pemupukan yang tidak efektif dan tidak tepat,
akar yang tidak berkembang, gulma.

Tindakan antisipasi dengan prosedur dan pola aplikasi secara merata di


piringan, aplikasi sebaiknya dilakukan pada kondisi tanah lembab,
penambahan Urea, dan pendalian gulma.

Phospor
 Unsur Phospor memiliki peranan terhadap penyusunan ADP/ATP,
merangsang perkembangan akar, memperkuat batang tanaman dan
memperbaiki mutu buah. Kekurangan unsur Phospor menyebabkan
tanaman tumbuh kerdil, pelepah memendek dan batang meruncing.
 Indikasi kekurangan unsur Phospor diantaranya dapat dilihat pada
lingkungan sekitar seperti daun alang-alang berwarna ungu, LCC sulit
tumbuh, bintil akar sedikit.
 Penyebab defisiensi unsur Phospor diantaranya kandungan unsur
Phospor tanah rendah (< 15 ppm), kurangnya pemupukan Phospor,
kemasaman tanah tinggi, dan hilangnya top soil akibat erosi.

Antisipasi dengan melakukan aplikasi Phospor di daerah seputaran  pinggir


piringan/gawangan, perbaiki tingkat kemasaman tanah, desain lahan yang
mengacu untuk mereduce terjadinya erosi yang akan menghilangkan top soil
tanah.

Kalium

 Unsur Kalium memiliki peranan pada aktifitas stomata, enzim dan


sintesa minyak. Berkontribusi besar pada peningkatan daya tahan
tanaman terhadap penyakit, dan jumlah tandan serta besar kecilnya
ukuran tandan.
 Kelebihan dan kekurangan unsur Kalium masing-masing memberi effek
negatif terhadap tanaman.
 Kekurangan unsur Kalium menyebabkan bercak kuning/transparan,
white stripe, daun tua menjadi kering dan mati. Kekurangan unsur ini
dapat menyebabkan atau berasosiasi munculnya penyakit seperti
ganoderma.
 Kelebihan unsur Kalium bereffek negatif karena dapat menyebabkan
rasio minyak terhadap tandan menjadi turun.
 Penyebab kekurangan unsur Kalium antara lain unsur Kalium yang
terdapat di dalam tanah rendah, kemasaman tanah tinggi dengan
kemampuan tukar kation rendah, aplikasi pemupukan unsur Kalium
kurang atau tidak seimbang.

Antisipasi dapat dilakukan dengan jalan pengaplikasian unsur Kalium  yang


cukup dan berimbang pada daerah seputar piringan tanaman, pengaplikasian
tandan kelapa sawit, perbaiki tingkat kemampuan tukar kation tanah.

Magnesium (Mg)
 Unsur Mg berpengaruh sebagai penyusun klorofil, berperanan dalam
respirasi tanaman, dan pengaktifan enzim.
 Kelebihan dan kekurangan unsur Mg masing-masing membawa effek
negatif terhadap tanaman, baik langsung ataupun tidak langsung.
 Kekurangan unsur Mg menyebabkan daun yang tua berwarna hijau
kekuningan pada sisi yang terkena sinar matahari, selanjutnya akan
kuning kecoklatan lalu kering.
 Penyebab defisiensi unsur Mg antara lain rendahnya kandungan unsur
Mg di dalam tanah, pengaplikasian Mg yang kurang dan tidak
berimbang, keberadaan unsur Mg dengan kation lain dalam keadaan
tidak seimbang, lahan tempat tumbuh bertekstur pasir dengan top soil
tipis, dan CH yang sangat berlebihan (>3,500 mm/th).

Antisipasi dengan melakukan aplikasi tandan kelapa sawit, gunakan Dolomit


jika kemasaman tinggi, aplikasi pemupukan dengan ditabur pada pinggir
piringan, dan menjaga rasio Ca/Mg dan Mg/K tanah agar tidak melebihi 5
dan 1.2 .

Tembaga (Cu)

 Unsur Cu memiliki peranan pada pembentukan klorofil, serta berfungsi


sebagai katalisator proses fisiologis tanaman.
 Kelebihan dan kekurangan unsur Tembaga masing-masing memiliki
effek negatif terhadap tanaman, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
 Kekurangan unsur Cu dapat menyebabkan Mid Crown Clorosis (MCC)
atau Peat Yellow. Jaringan klorosis berwarna hijau pucat sampai
kekuningan, muncul di tengah anak daun muda. Bercak kuning ini akan
berkembang diantara jaringan klorosis, daun pendek, kuning pucat
kemudian mati.
 Penyebab defisiensi unsur Cu antara lain rendahnya kandungan unsur
Cu di dalam tanah seperti tanah gambut atau pasir, aplikasi Mg yang
berlebihan sehingga kandungan Mg tinggi, aplikasi unsur N dan P tanpa
K yang cukup dan berimbang.

Antisipasi dengan jalan memperbaiki rendahnya kandungan unsur K dalam


tanah, aplikasi penyemprotan tajuk dengan 200 ppm Cu SO4.

Boron
 Unsur Boron berpengaruh pada meristimatik tanaman, sintesa gula,
karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein.
 Kekurangan unsur Boron dapat menyebabkan ujung daun menjadi tidak
normal, rapuh, berwarna hijau gelap, daun yang baru tumbuh
memendek sehingga bagian atas tanaman terlihat merata.
 Penyebab defisiensi unsur Boron antara lain rendahnya kandungan
unsur Boron dalam tanah, tingginya kandungan unsur N, K dan Ca
akibat aplikasi yang berlebihan dan tidak berimbang.

Antisipasi dengan melakukan aplikasi unsur Boron dengan jumlah sekitar  0,1
- 0,2 kg/pohon/tahun pada pangkal batang.

Jumlah Unsur Hara Yang Diserap Oleh Tanaman Kelapa Sawit Dari Dalam
Tanah per Ha/tahun.

Jumlah unsur Hara ( kg/ha/tahun )


Komponen
N P K Mg Ca
Pertumbuhan
40,9 3,1 55,7 11,5 13,8
Vegetatif
Pelepah Daun
67,2 8,9 86,2 22,4 61,6
yang ditunas
Produksi TBS (25
73,2 11,6 93,4 20,8 19,5
ton/ha)
Bunga Jantan 11,2 24 16,1 6,6 4,4
Jumlah 192,5 47,6 251,4 61,3 99,3

Sumber : Siahaan et.al (1990)

Jumlah Pupuk Yang Dibutuhkan Oleh Tanaman Kelapa Sawit per Ha/tahun

Jumlah unsur Hara ( kg/ha/tahun )


Komponen
Urea SP-36 KCl Kieserite Dolomit
Pertumbuhan
88,9 19,7 354 70,7 86,8
Vegetatif
Pelepah Daun yang
146,1 56,6 548 137,7 169
ditunas
Produksi TBS (25
159,1 73,8 594 127,9 156,9
ton/ha)
Bunga Jantan 24,4 152,7 102 40,6 49,8
Jumlah 418,5 302,8 1.599 376,9 462,5

Sumber :  Siahaan et.al (1990)


Demikian pemaparan secara umum mengenai Peranan Unsur Hara Pada
Tanaman Kelapa Sawit diatas dapat memberikan gambaran secara singkat
dan praktis bagi siapa saja yang berkecimpung dalam usaha pembudidayaan
tanaman kelapa sawit. Harapannya baik secara langsung ataupun tidak
langsung turut berkontribusi pada peningkatan profit yang dihasilkan,
Amien... 
Sumber : Dirangkum dari berbagai sumber dan referensi

7 comments
Posted in sda
Tagged as kelapa sawit, budidaya kelapa sawit, peranan unsur hara pada tanaman kelapa sawit,
sawit, sumberdaya alam, sumberdaya kelapa sawit, unsur hara, peranan unsur hara, unsur hara
kelapa sawit, and andreysubiantoro
Share: Digg Reddit Delicious Stumbleupon Technorati Google bookmark
v

Anda mungkin juga menyukai