Anda di halaman 1dari 8

FIELD ASSISTANT ASSESMENT PROGRAM

BIBIT ABNORMAL

Nama : Muhammad Abidin


Jabatan : Field Assistant Trainee

PT TOLAN TIGA INDONESIA


SIPEF TRAINING CENTRE
2016
1. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Pembibitan adalah salah satu kunci sukses perkebunan kelapa sawit. Pembibitan
adalah ladang pembantaian segala bentuk abnormalitas. Bibit abnormal adalah bibit yang
menyimpang pada aspek morfologisnya dibandingkan dengan bibit normal, dapat disebabkan
faktor genetis atau kesalahan dalam kulturteknis.
Keberhasilan pembibitan terletak pada seleksi bibit. Kalau menggunakan kecambah
Socfindo maka acuannya adalah dari 200 kecambah yang diterima, 2% diambil pada waktu
seleksi kecambah/semai sisa 196. Seleksi di prenursery 12% lagi sehingga sisanya 173.
Seleksi di main nursery 14% sehingga bibit yang siap tanam 150. Total seleksi di pembibitan
sampai siap tanam maksimal 26%.
Berdasarkan umur bibit maka seleksi dilaksanakan pada saat menyemai (0 bulan /
prenursery), umur 4-6 minggu (prenursery} dan umur 3-3,5 bulan (akan pindah ke main
nursery). Bibit yang tidak normal di prenursery yakni :
Bibit Berdaun Sempit (narrow leaves / grass leafs) yaitu perbandingan lebar dan
panjang helaian daun tidak seimbang atau lebih kecil dibanding daun normal. Helaian
daun sempit dan memanjang disebabkan faktor genetik.
Daun Bergulung (rolled leaf) yaitu daun sempit, panjang dan bergulung sepanjang
tulang daun, umumnya disebabkan faktor genetis tetapi dapat juga disebabkan oleh
kekeringan dan serangan serangga penghisap daun.

Tanaman Kerdil/Bantat (Stunted Plant / runt) yaitu bibit berbentuk normal tetapi
mempunyai ukuran lebih kecil. Selain faktor genetik dapat juga diakibatkan kesalahan
kultur teknis, seperti penggunaan tanah yang tidak memenuhi syarat, aplikasi
herbisida yang salah dan kekurangan nutrisi.

Perakaran bibit bantat, dimana akar pada bibit tidak berkembang, jumlah secondary
root tidak banyak dibanding pada bibit normal.
Daun dengan strip kuning (chimera), dengan ciri pada helaian daun terdapat bagian
yang berwarna kuning, bisa berupa strip kecil atau menyerupai pita (partial).
Disebabkan faktor genetik karena tidak adanya klorofil pada jaringan daun.

Daun Berkerut (Crinkle Leaf) dengan ciri permukaan daun berkerut. Pada gejala
ringan umumnya bibit akan membentuk daun baru yang normal. Selain disebabkan
faktor genetik dapat juga kekurangan boron.

Daun berputar (twisted leaf) dengan ciri daun melengkung dan tumbuh melengkung
diatas permukaan tanah sebagai akibat kesalahan sewaktu menanam kecambah
(plumula ke bawah dan radicula ke atas). Sering terjadi pada kecambah yang punya 2-
3 embryo.
Bibit etiolasi (over grown plant), terjadi karena terlalu lama di prenursery (kompetisi
terhadap sinar matahari) sehingga bibit meninggi dan kurus.

Daun tidak terbuka (colante) dengan ciri helaian daun bersatu, tidak terbuka atau
terbuka sebagian, dapat disebabkan shock bibit (kekeringan), serangan serangga,
bahan kimia atau kekurangan unsur boron.
Seleksi di main nursery dilakukan 4 tahap yaitu tahap I umur 4 bulan, tahap II umur 6
bulan, tahap III umur 8 bulan dan tahap IV saat akan transplanting ke lapangan.
Abnormalitas di main nursery yakni :
Pokok streril (erect) dengan ciri bibit tegak dan kaku, sudut pelepah dengan sumbu
batang sempit dan sering lebih tinggi dari bibit sekitarnya. Pada umumnya menjadi
pokoksteril atau tidak berproduksi. Penyebabnya faktor genetik.

Pokok kerdil (stunted/runt) yaitu pokok yang terhambat pertumbuhannya.


Penyebabnya bisa genetis atau pemeliharaan yang kurang baik seperti media tanah
yang salah, kekurangan atau kelebihan air yang menyebabkan defisiensi nitrogen.
Permukaan tajuk rata (flat top) dengan ciri daun muda tumbuh lebih pendekdari daun
yang lebih tua sehingga terbentuk tajuk yang rata pada bagian atasnya. Dapat
disebabkan faktor genetik atau defisiensi boron.
Pokok loyo (limp/flacit) dengan ciri daun muda tumbuh lebih panjang dari daun tua,
tetapi pelepah dan helai anak daun lemas/loyo dan terkulai. Hal ini disebabkan oleh
faktor genetik.
Pokok juvenile yaitu bibit yang anak daunnya tidak berdiferensiasi (belum terbentuk),
tetap seperti daun tanaman muda (bifurcate). Sedang pada bibit normal anak
daun (pinnate) sudah terbentuk.
Jarak anak daun pendek (short internode) dengan ciri jarakantara anak daun lebih
sempit dibanding dengan daun normal. Bibit ini kelihatannya lebih pendek dari bibit
sekitarnya. Penyebabnya faktor genetik.

Jarak anak daun lebar (wide internode) dengan ciri jarakantara anakdaun lebih lebar
dibanding daun normal Bibit kelihatannya lebih tinggi dan kurus dibanding bibit
sekitarnya. Penyebabnya faktor genetik.
Anak daun sempit (narrow pinnae) dengan ciri helaian anak daun sempit seperti
jarum dibanding dengan daun normal. Biasanya menggulung dan membentuksudut
yang tajam dengan pelepah daun. Penyebabnya faktor genetik.
Anak daun lebar dan pendek (short board leaf) dengan ciri anak daun lebih lebar dan
pendek dibanding dengan tanaman normal, sehingga terbentuk tanaman yang kerdil
Penyebabnya faktor genetik.
Sudut anak daun sempit (Acute pinnae Insertion) dengan ciri sudut anak daun dengan
pelepah daun sempit/kecil sehingga bibit berkembang menjadi steril. Biasanya gejala
initerjadi bersama dengan anak daun yang mengecil Penyebabnya faktor genetik.
Pokok raksasa (giant plant) yaitu bibit dengan pertumbuhan yang sangat
jagur (vegetative vigorous). Percabangan pada bagian dasar lebar dan sering menjadi
pohon tidak produktif (steril). Penyebabnya faktor genetik.
Daun dengan strip kuning (chimera) dengan ciri pada helaian daun terdapat bagian
yang berwarna kuning, bisa berupa strip kecil atau menyerupai pita (partial).
Penyebabnya faktor genetik karena tidak adanya cholorophyl pada jaringan daun.
Crown Diases atau disebut penyakit tajuk, daun muda berputar/bengkok dan anak
daun pada bagian yang berputar/ bengkokrusakatau kering dan sering seperti kena
serangan busuk pucuk.
Bibit-bibit abnormal karena kesalahan kultur teknis, seperti terkena serangan hama
penyakit, defisiensi unsur hara, keracunan herbisida dan sebagainya harus dipelihara dengan
perawatan khusus. Bila selama 3-4 bulan tidak ada perubahan maka bibit tersebut harus
dimusnahkan. Selain itu, bibit abnormal yang masuk dalam kategori ini yakni :
Terbakar sinar matahari (Sun Scorch), akibat effect sinar matahari yang terlalu keras
dan kurangnya pelindung (shading); transplanting dilaksanakan pada siang hari (sinar
matahari keras). Sebaiknya sebelum dipindahkan naungan dikurangi secara progresif
(aklimatisasi).
Defisiensi nitrogen dengan ciri daun lebih pucat dari daun pada bibit normal, dan bibit
seperti stagnasi. Penyebabnya tidak dipupuk N,atau tidak berimbang
atau waterlogging (kebanyakan penyiraman tetapi tidak cukup lubang perforasi).
Defisiensi Magnesium dengan ciri daun-daun pada bagian bawah (daun tua) berwarna
kuning terang dan kalau sudah beratakan mongering/desiccation. Sedang bagian daun
yang ternaung tetap hijau. Disebabkan kurang Mg atau antagonis bisa juga faktor
genetik.
Defisiensi sulfur biasanya terjadi pada bibit yang menggunakan media tanah yang
berasal dari peat soil atau tanah tandus (miskin hara). Untuk mengatasinya dapat
dipupuk dengan ZA yang mengandung sulfur.
Cendawan Culvularia biasanya menyerang daun tombak dan daun muda yang telah
membuka penuh. Gejala awal membentuk lingkaran bulat berwarna kuning dan
berubah menjadi coklat (bercak) pada kedua permukaan daun.
Serangan cendawan Cercospora pada gejala awal muncul titik sebesar kancing,
kemudian bercak membesar, berwarna kuning dan tembus cahaya. Gejala lanjut
bercak membesar dan menekan berubah warna menjadi coklat. Pada serangan berat
daun tidak berwarna cerah lagi.
Corticium banyak menyerang pada daun muda yang belum berdiferensiasi dan
berkembang menyerang ke daun tombak, Pada gejala awal terdapat busuk pada
bagian bawah dari daun tombak. Kemudian terbentuk bercakyang tidak beraturan,
berwarna pucat dan dibatasi oleh garis coklat.
Terserang Hama. Hama yang banyak menyerang bibitan adalah kumbang
malam (apoginia) dengan lubang biasanya pada bagian tengah daun; belalang dengan
lubang biasanya pada tepi daun; spider red yang menghisap cairan sel daun,
menimbulkan spot kuning dan meluas ke seluruh jaringan daun sehingga kuning
dan necrotic bakan dedsation.
Keracunan herbisida 2,4 Damine dapat terjadi karena kesalahan pekerja pada saat
menyemprot gulma dengan menggunakan herbisida sistemik seperti 2,4 D amine. Cirinya
pelepah daun jadi malformation. Bibit terkena pupuk dengan ciri daun terbakar. Terkena
langsung pupuk pada waktu pemupukan karena kekurang hati-hatian pekerja.

Anda mungkin juga menyukai