Anda di halaman 1dari 2

NAMA : AZISAN

NIM : E041171516

TUGAS PERILAKU POLITIK

MEMBUAT RESUME PERKULIAHAN PERTEMUAN KE-7

Pada pertemuan ke-7, tema besar yang dijelaskan oleh Dosen terkait adalah Perilaku
Pemilih (Voting Behavior). Pada perilaku pemilih, ada tiga model pendekatan, yang pertama
Pendekatan Sosiologis atau Sosial Struktural, yang kedua adalah Pendekatan Sosial Psikologis,
yang ketiga adalah Pendekatan Rational Choice (perilaku pemilu yang “rasional”).

Pendekatan Sosiologis atau Sosial Struktural

Pendekatan sosiologis atau lebih tepatnya pendekatan sosial struktural untuk


menerangkan perilaku pemilih, terbagi atas model penjelasan mikrososiologis dan model
makrososiologis. Model penjelasan mikrososiologis senantiasa dikaitkan dengan sosiolog Paul F.
Lazarsfeld dan rekan sekerjanya Bernard Berelson dari Columbia University.

Dasar model makrososiologis berasal dari teori lingkaran sosial yang diformulasikan oleh
Georg Simmel (1890) pada akhir abad lalu. Menurut teori ini, setiap manusia terikat di dalam
berbagai lingkaran sosial, contohnya keluarga, lingkaran rekan-rekan, tempat kerja dsb. Paul F.
Lazarsfeld menerapkan cara pikit ini kepada para pemilih. Seorang pemilih hidup dalam konteks
tertentu: status ekonominya, agamanya, tempat tinggalnya, pekerjaannya dan usianya
mendefinisikan. Lingkaran sosial yang mempengaruhi keputusan sang pemilih. Setiap lingkaran
sosial memiliki normanya tersendiri, kepatuhan terhadap norma-norma tersebut menghasilkan
integrasi. Namun konteks ini turut mengkontrol perilaku individu dengan cara memberikan
tekanan agar sang individu menyesuaikan diri, sebab pada dasarnya setiap orang ingin hidup
dengan tentram, tanpa bersitegang dengan lingkungan sosialnya.

Model penjelasan makrososiologis dari Lipset dan Rokkan mengacu kepada konflik-
konflik mendasar yang biasa muncul di masyarakat, yang kesetimpangannya perlu dipertahankan
dalam sebuah demokrasi. Para penulis mengacu pada klasifikasi sistem sosial dari Talcott
Parson. Menurut teori Parson, sistem-sistem kemasyarakatan memiliki dimensi fungsional dan
teritorial, hal mana dapat ditampilkan dalam bentuk skema dengan empat medan dan poros. Pada
poros teritorial, negara (pusat) diperhadapkan dengan daerah (bidang pinggiran/perifer). Poros
fungsional dibentuk oleh ekonomi di satu sisi dan ideologi di sisi lainnya.

Pendekatan Sosial Psikologis

Jikalau peneliti dari Columbia School lebih mengaitkan perilaku pemilu dengan konteks
kemasyarakatan dimana individutersebut bernaung, maka sekelompok ahli ilmu sosial dari
University of Michigan di Ann Arbor lebih menempatkan sang individu itu sendiri sebagai pusat
perhatian mereka. Menurut Ann Arbor School, persepsi dan penilaian pribadi terhadap sang
kandidat atau tema-tema yang diangkat (pengaruh jangka pendek)sangat berpengaruh terhadap
pilihan pemilu yang dijatuhkan. Selain itu, “keanggotaan psikologis” dalam sebuah partai yang
dapat diukur dalam bentuk variabel identifikasi partai, turut mempengaruhi pilihan pemilu, hal
mana maerupakan hasil berbagai pengaruh jangka panjang. Oleh karena itu keputusan pemilu
masing-masing individu secara primer tidak ditentukan secara sosial struktural, melainkan lebih
merupakan hasil pengaruh jangka pendek dan jangka panjang terhadap sang individu.

Pendekatan sosial psikologis berusaha untuk menerangkan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi keputusan pemilu jangkapendek atau keputusan yang diambil dalam waktu
singkat. Hal ini berusaha dijelaskan melalui trias determinan, yakni identifikasi partai, orientasi
kandidat dan orientasi isu/tema. Sementara itu faktor-faktor lainnya yang sudah ada terlebih
dahulu (seperti misalnya keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu) dianggap memberi
pengaruh langsung terhadap perilaku pemilu. Inti dasar pemikiran ini dituangkan dalam bentuk
sebuah variabel yakni identifikasi partai (party identification/selanjutnya disingkat PI). Variabel
ini digunakan untuk mengukur jumlah faktor-faktor predisposisi pribadi maupun politik yang
relevan bagi seorang individu. Apabila faktor-faktor predisposi (seperti misalnya pengalaman
pribadi atau orientasi politik) diumpamakan sebagai suatu aliran yang dituangkan melewati
sebuah corong, maka PI yang merupakan semacam keanggotaan psikologis partai, dapat
diumpamakan sebagai suatu saringan dalam corong kausal ini (funnel of causality).

Pendekatan Rational Choice (perilaku pemilu yang “rasional”)

Pusat perhatian berbagai pendekatan teoritis mengenai perilaku pemilu yang rasional
terletak pada perhitungan biaya dan manfaat (cost and benefit). Menurut pendekatan rational
choice, yang menentukan dalam sebuah pemilu bukanlah adanya ketergantungan terhadap ikatan
sosial struktural atau ikatan partai yang kuat, melainkan hasil penilaian rasional dari warga yang
cakap. Pada awal tahun enampuluh, V.O Key menuding bahwa kedua pendekatan untuk
menerangkan perilaku pemilu yang selama ini berlaku, merendahkan rasionalitas manusia.
Pemikiran ini ia tuangkan dalam bukunya The Responsible Electorate. Menurut Key, masing-
masing pemilih menetapkan pilihannya secara retrospektif, yaitu dengan menilai apakah kinerja
partai yang menjalankan pemerintahan pada periode legislatif terakhir sudah baik bagi dirinya
sendiri dan bagi negara, atau justru sebaliknya. Penilaian ini juga dipengaruhi oleh penilaian
terhadap pemerintah di masa yang lamoau. Apabila hasil penilaian kinerja pemerintah yang
berkuasa (juga bila dibandingkan dengan pendahulunya) positif, maka mereka akan dipilih
kembali. Apabila hasil penilaiannya negtif, maka pemerintahan tersebut tidak akan dipilih
kembali.

Anda mungkin juga menyukai