BUKU AJAR Obsgyn PDF
BUKU AJAR Obsgyn PDF
Disusun oleh :
dr. Hema Dewi A
dr. Ika Dyah Kurniati
dr. Kanti Ratnaningrum, M.Sc.
Reviewer :
dr. M. Sudiat, Sp.OG(K), M.Kes
dr. M Taufiqy, Sp.OG(K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
http://repository.unimus.ac.id
PENYUSUN
dr. Hema Dewi A
dr. Ika Dyah Kurniati
dr. Kanti Ratnaningrum, M.Sc.
ISBN : 978-602-61093-7-8
REVIEWER
dr. M. Sudiat, Sp.OG(K), M.Kes
dr. M Taufiqy, Sp.OG(K)
PENYUNTING
dr. Kanti Ratnaningrum, M.Sc.
PENERBIT
Unimus Press
Jl. Kedung Mundu Raya No. 18 Semarang 50273
Telp. 024 76740296
http://repository.unimus.ac.id
VISI & MISI
Visi
Menjadi program studi yang unggul dalam pendidikan kedokteran dengan
pendekatan kedokteran keluarga dan kedokteran okupasi yang islami berbasis
teknologi dan berwawasan internasional pada tahun 2034
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan kedokteran yang unggul berbasis Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) dan Standar Kompetensi dan
Karakter Dokter Muhammadiyah (SKKDM).
2. Menyelenggarakan penelitian di bidang kedokteran dasar, kedoteran
klinik, kedokteran komunitas, kedokteran okupasi dan kedokteran islam
guna mendukung pengembangan pendidikan kedokteran dan kesehatan
masyarakat.
3. Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat di bidang kedokteran dan
kesehatan masyarakat.
4. Mengembangkan dan memperkuat manajemen fakultas untuk mencapai
kemandirian.
5. Mengembangkan dan menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan
baik nasional maupun internasional.
http://repository.unimus.ac.id
KATA PENGANTAR
Kompetensi klinis adalah kompetensi yang harus dikuasai oleh lulusan dokter
sebagai syarat untuk melakukan praktik kedokteran di masyarakat. Pendidikan
Kedokteran di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Konsil
Kedokteran Indonesia Nomor 11 tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter
Indonesia (SKDI), mewajibkan sejumlah kompetensi klinis yang harus dikuasai
oleh lulusan setelah mengikuti pendidikan dokter. Di dalam SKDI tahun 2012,
terdapat 275 ketrampilan klinik dan 736 daftar penyakit yang harus dikuasai oleh
lulusan dokter. Dari 736 daftar penyakit tersebut, terdapat 144 penyakit yang
harus dikuasai penuh oleh lulusan dokter karena diharapkan dokter dapat
mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri
dan tuntas (level kompetensi 4) dan 261 penyakit yang harus dikuasai lulusan
untuk dapat mendiagnosisnya sebelum kemudian merujuknya, apakah merujuk
dalam keadaaan gawat darurat maupun bukan gawat darurat (level kompetensi 3).
Penyusunan buku ajar ini bertujuan untuk membantu mahasiswa mempelajari
penyakit-penyakit yang menjadi kompetensinya, sehingga mahasiswa memiliki
kompetensi yang memadai untuk membuat diagnosis yang tepat, memberi
penanganan awal atau tuntas, dan melakukan rujukan secara tepat dalam rangka
penatalaksanaan pasien. Buku ajar ini ditujukan kepada mahasiswa Fakultas
Kedokteran pada Tahap Pendidikan Profesi, mengingat buku ajar ini berisi
ringkasan penyakit untuk aplikasi praktis di situasi klinis.
Akhirnya penulis tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun buku ajar ini. Mengingat
ketidaksempurnaan buku ajar ini, penulis juga akan berterima kasih atas berbagai
masukan dan kritikan demi kesempurnaan buku ajar ini dimasa datang.
Semarang,
Penulis
http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR ISI
http://repository.unimus.ac.id
TINJAUAN MATA KULIAH
I. Deskripsi Singkat
Buku ajar ini berisi ringkasan gejala, tanda, pemeriksaan fisik dan penunjang
untuk menegakkan diagnosis penyakit dalam Ilmu Obstetri dan Ginekologi,
disertai panduan tata laksana dan edukasi. Buku ajar ini disusun dalam bab-
bab berdasarkan diagnosis penyakit.
II. Relevansi
Buku ajar ini merupakan salah satu buku ajar yang disusun untuk membantu
mahasiswa kedokteran mencapai kompetensi klinisnya. Buku ajar ini berisi
ringkasan penyakit untuk aplikasi praktis di situasi klinis.
III.Kompetensi
Level 3 A : Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat
darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling
tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga
mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Level 3 B : Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat
demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau
kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali
dari rujukan.
Level 4 : Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
http://repository.unimus.ac.id
IV. Petunjuk Belajar
Mahasiswa memiliki dasar pemahaman tentang patofisiologi penyakit bidang
ilmu obstetri dan ginekologi.
Mahasiswa memahami prinsip upaya preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Mahasiswa memiliki dasar pemahaman tentang prinsip farmakoterapi.
http://repository.unimus.ac.id
BAB I
OBSTETRI
Masalah Kesehatan
Herpes genital dapat disebabkan herpes simpleks virus (HSV) tipe 1 atau 2.
Lebih dari 50% infeksi primer genital herpes di UK disebabkan HSV tipe 1.
Infeksi ini ditandai dengan akut erupsi vesikel/ ulcer, biasanya diikuti dengan
lesi yang rekuren.
Herpes simpleks virus menyerang nervus sensori perifer hingga ke ganglion
radiks dorsal, dimana infeksi laten akan berkembang. Virus ini dapat rektivasi
menimbulkan lesi yang rekuren. Hal ini tidak selalu disadari; asimptomatis,
subklinikal. Semua episode reaktif adalah potensial menginfeksi dan sekitar
75% dari infeksi episode pertama adalah didapatkan dari pasangan yang
asimptomatis. Infeksi yang terjadi pada bayi relatif jarang, berupa infeksi
paru, mata, dan kulit.
http://repository.unimus.ac.id
Riwayat seksual:
Apakah memiliki partner seksual, sudah berapa lama, sering berhubungan
atau jarang, sering berganti-ganti pasangan seksual, pasangan seksual laki-
laki atau perempuan, penggunaan alat kontrasepsi, apakah partner seksual
memiliki keluhan pada alat kelamin
Gambar diambil dari Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
editors. fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7 th ed. Mc Graw Hill Medical. 2008
http://repository.unimus.ac.id
2. Herpes genital rekuren
Biasanya self limiting dan dapat ditangani dengan terapi suportif. Jika
gejala berat terjadi:
Asiklovir 200 mg 5 x sehari selama 5 hari
Famsiklovir 125 mg 2 x sehari selama 5 hari
Valasiklovir 500 mg 2 x sehari selam 5 hari
3. Analgetik dan saline bathing direkomendasikan
4. Untuk mengurangi disuria, pasien dapat mnyiram dengan air hangat saat
BAK
5. Pemeriksaan kemungkinaan penyakit menular seksual yang lain, setelah
ulcus sembuh, agar lebih nyaman menggunakan speculum vagina
6. Hindari kontak seksual selama masa prodromal dan rekuren
Sarana Prasarana
1. stetoskop
2. thermometer
3. penlight
4. tensimeter
5. lup
6. manekin 3B
Prognosis
Infeksi primer selama kehamilan terutama trimester ketiga dapat menginfeksi
janin. Kini terbukti bahwa jika ibu sudah mempunyai infeksi (vesikel yang
nyeri pada vulva secara kronik), kemungkinan infeksi pada bayi hamper tidak
terbukti, jadi diperbolehkan persalinan pervaginam. Tetapi, sebaliknya infeksi
yang baru terjadi pada kehamilan akan mempunyai risiko, sehingga
dianjurkan persalinan dengan seksio sesaria.
10
http://repository.unimus.ac.id
1.2. HEPATITIS B PADA KEHAMILAN
Tingkat Kemampuan: 3B
Masalah Kesehatan
Prevalensi pengidap Virus Hepatitis B (VHB) pada ibu hamil di Indonesia
berkisar antara 1-5 % dimana keadaan ini bergantung pada prevalensi VHB di
populasi.
11
http://repository.unimus.ac.id
1. Usahakan dengan trauma sekecil mungkin dan rawat bersama dengan
spesialis penyakit dalam
2. Pada ibu hamil dengan viral load tinggi dapat dipertimbangkan pemberian
HBIG atau lamivudin pada 1-2 bulan sebelum persalinan. Beberapa
pendapat mengatakan lamivudin berefek teratogenik
3. Persalinan pada ibu hamil dengan titer VHB tinggi (3,5pg/ml) atau HBsAg
positif, lebih baik seksio sesaria. Demikian juga jika persalinan yang lebih
dari 16 jam pada pasien pengidap HBsAg
4. Proses persalinan jangan dibiarkan lama, khususnya bagi ibu dengan
HbsAg positif. Menurut wong < 9 jam atau menurut surya < 16 jam
5. Menyusui bayi tidak masalah
6. Pencegahan penularan pada bayi dengan vaksinasi HB bagi semua bayi di
fasilitas pemerintahan dengan dosis 5 mikrogram pada hari ke 0, umur 1,
dan 6 bulan, tanpa mengetahui bayi tersebut lahir dari ibu dengan HbsAg
atau tidak.
Selektif imunisasi dilakukan pada bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg
positif, yaitu Hepatitis B Immunoglobulin (HBIG) + vaksin Hepatitis B,
pemberian vaksin dengan dosis dewasa pada hari ke 0, 1 bulan dan 2 bulan
Sarana Prasarana
1. tensimeter
2. thermometer
3. stetoskop
4. sarung tangan
5. manekin 3B
6. penlight
Prognosis
Kehamilan sendiri tidak akan memperberat infeksi virus hepatitis, akan tetapi
jika terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya
hepatitis fulminan yang akan menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu dan
12
http://repository.unimus.ac.id
bayi. Pada ibu dapat mengakibatkan abortus dan terjadinya perdarahan pasca
persalinan karena ada gangguan pembekuan darah akibat gangguan fungsi
hati. Pada bayi masalah yang serius umumnya tidak terjadi pada masa
neonatus, tetapi pada masa dewasa. Jika terjadi penularan vertikal VHB, 60-
90% akan menjadi pengidap kronik VHB dan 30% kemungkinan akan
menderita kanker hati atau sirosis hati sekitar 40 tahun kemudian.
Masalah Kesehatan
CMV termasuk golongan virus herpes DNA. Virus ini menyebabkan
pembengkakan sel yang berkarakteristik sehingga terlihat sel membesar
(sitomegali). Infeksi CMW kongenital umumnya terjadi karena transmisi
transplasenta selama kehamilan kurang dari 16 minggu menyebabkan
kerusakan yang serius. Infeksi CMV kongenital berasal dari infeksi maternal
eksogenus ataupun endogenus. Eksogenus dapat bersifat primer yaitu terjadi
pada ibu dengan pola imunologik seronegatif dan nonprimer bila ibu hamil
dalam keadaan seropositif
Infeksi endogenus adalah hasil suatu reaktivasi virus yang sebelumnya dalam
keadaan paten. Infeksi maternal primer akan memberikan akibat klinik yang
jauh lebih buruk pada janin dibandingkan infeksi rekuren.
Pengaruh CMV pada janin, neonatus dan bayi adalah hepatosplenomegali,
penurunan trombosit, mikrosefali, tuli sensorineural, korioretinitis, hidrop
fetalis, exomphalos, cerebral palsy
13
http://repository.unimus.ac.id
Gambar diambil dari Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
editors. fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7 th ed. Mc Graw Hill Medical. 2008
14
http://repository.unimus.ac.id
Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
1. Tidak ada terapi yang memuaskan dapat diterapkan, khususnya pada
pengobatan infeksi kongenital.
2. Terminasi kehamilan merupakan satu-satunya terapi intervensi karena
pengobatan dengan antivirus gansiklovir tidak member hasil yang efektif
dan memuaskan.
3. Terapi diberikan guna mengobati infeksi CMV yang seriusseperti retinitis,
esofagitis pada penderita AIDS serta tindakan profilaksis untuk mencegak
CMV setelah transplantasi organ.
Sarana Prasarana
1. stetoskop
2. thermometer
3. penlight
4. tensimeter
5. lup
6. manekin 3B wanita
Prognosis
Empat puluh persen (40%) janin terinfeksi, tidak dipengaruhi umur
gestasinya. 90% diantaranya lahir normal ( 20%nya berkembang menjadi late
sequel). 10%nya simptomatis (33% meninggal, sisanya mengalami masalah
sepanjang hidupnya)
Infeksi primer memiliki faktor risiko 10-15%terjadinya abnormalitas berat
pada janin
15
http://repository.unimus.ac.id
1.4. RUBELLA PADA KEHAMILAN
Tingkat Kemampuan: 3B
Masalah Kesehatan
Infeksi Rubella atau dikenal sebagai German measles menyerupai campak,
hanya saja bercaknya sedikit lebih kasar. Infeksi rubella pada trimester
pertama memberikan dampak buruk berupa terjadinya kelainan bawaan
(sindroma rubella kongenital). Kelainan bawaan yang banyak ialah defek
pada jantung, katarak, retinitis dan ketulian. Dengan upaya vaksinasi pada
remaja, prevalensi infeksi virus ini menjadi sangat jarang (1:1000)
Efek infeksi rubella pada janin, neonatal dan bayi adalah keguguran IUGR,
penurunan trombosit, hepatosplenomegali, ikterik, ketulian, penyakit jantung
bawaan, retardasi mental, katarak, mikrophtalmia, mikrosefali, serebral palsy.
Gambar diambil dari Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
AS, Leffel DJ, editors. fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7 th ed.
Mc Graw Hill Medical. 2008
16
http://repository.unimus.ac.id
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Infeksi rubella pada kehamilan ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang
Kepastian infeksi ialah dengan adanya konversi dari IgM negative menjadi
positif dan meningkatnya IgG secara bermakna. Kadar IgM ini dapat pula
dibuktikan dalam darah tali pusat.
Sarana Prasarana
1. stetoskop
2. thermometer
3. penlight
4. tensimeter
5. lup
6. manekin 3B
Prognosis
Risiko fetus terinfeksi: < 4 minggu 50%, 5-8 minggu 25%, 9-12 minggu 10%,
>13 minggu 1%
Masalah Kesehatan
Transmisi toxoplasmosis kongenital hanya terjadi bila infeksi toksoplasma
akut terjadi selama kehamilan. Bila infeksi akut dialami ibu selama kehamilan
yang telah memiliki antibodi antitoksoplasma karena sebelumnya telah
terpapar, risiko bayi lahir memperoleh infeksi congenital adalah sebesar 4-
17
http://repository.unimus.ac.id
7/1.000 ibu hamil. Risiko meningkat menjadi 50/1000 ibu hamil bila ibu tidak
mempunyai antibodi spesifik.
Efek infeksi toxoplasma pada fetal, neonatal, dan bayi adalah hidrosefalus,
korioretinitis, kalsifikasi intracranial, penurunan trombosit
18
http://repository.unimus.ac.id
segera dilakukan pemeriksaan spesifik dan rumit yang sifatnya biomolekuler
atas komponen janin tersebut.
Diagnosis prenatal umumnya dilakukan pada usia 14-27 minggu (trimester
II). Aktivitas diagnosis prenatal meliputi sebagai berikut:
1. Kordosintesis (pengambilan sampel darah janin melalui tali pusat) atau
amniosentesis (aspirasi cairan ketuban) dengan tuntunan ultrasonografi
2. Pembiakan darah janin ataupun cairan ketuban dalam kultur sel fibroblast,
ataupun diinokulasi. Pemeriksaan dengan teknik P.C.R guna mendeteksi
DNA T. gondii pada darah janin atau cairan ketuban. Pemeriksaan dengan
teknik ELISA guna mendeteksi antibody IgM janin spesifik
(antitoksoplasma)
3. Pemeriksaan tambahan berupa enzim liver, trombosit, leukosit (monosit
dan eosinofil) dan limfosit khususnya rasio CD4 dan CD8
4. Diagnosis ditegakkan berdasar hasil pemeriksaan menunjukkan adanya
IgM janin spesifik (antitoksoplasma) dari darah janin. Ditemukan parasit
pada kultur ataupun inokulasi tikus dan DNA dari T. gondii dengan PCR
darah janin ataupun cairan ketuban
19
http://repository.unimus.ac.id
Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
Kehamilan dengan infeksi akut
a. spiramisin 2-4 g/hari per oral dibagi dalam 4 dosis untuk 3 minggu,
diulangi setelah 2 minggu sampai kehamilan aterm
b. Piremetamin 1mg/kg/hari diberikan setiap 3-4 hari (karena waktu paruh
plasma 100 jam), kombinasi sulfadiazine 50-100mg/kg/hari/oral dibagi 2
dosis serta asam folinik (menghindari efek depresi sumsum tulang) 2 kali
5 mg injeksi IM selama pemakaian piremitamin. Diberikan selama 21 hari
dimulai trimester II setelah umur kehamilan 14 minggu guna menghindari
efek teratogenik.
Efek samping sulfadiazine adalah reaksi hematuria dan hipersensitif.
Pirimetamin menyebabkan depresi sumsum tulang. Lakukan pemeriksaan
sel darah tepid an platelet 2 kali seminggu.
Toksoplasma congenital
Sulfadiazine dengan dosis 50-100 mg/kg/hari dan piremitamin 0,5-1 mg/kg
diberikan setiap 2-4 hari selama 20 hari. Injeksi IM asam folinik 5 mg setiap
2-4 hari. Dihentikan setelah anak berusisa 1 tahun. pada penderita
imunodefisiensi pengobatan sama dengan toksoplasma congenital
Sarana Prasarana
1. stetoskop
2. thermometer
3. tensimeter
4. handskoon
5. lup
Prognosis
Risiko janin terinfeksi adalah:
jika <12 minggu transmisi ke janin 10-12% dimana 75%nya terinfeksi berat,
12-28 minggu transmisi ke janin 54% dimana 25%nya terinfeksi berat
>28 minggu transmisi ke janin 65%-90% dimana 10%nya terinfeksi berat.
20
http://repository.unimus.ac.id
1.6. MALARIA PADA KEHAMILAN
Tingkat Kemampuan: 3B
Masalah Kesehatan
Malaria merupakan salah satu penyakit re-emerging yang masih menjadi
ancaman dan sering menimbulkan wabah. Angka kejadian malaria masih
tinggi terutama di daerah kawasan timur Indonesia seperti Papua, Nusa
Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Utara.
Terdapat 4 jenis spesies Plasmodium pada manusia; P. Falsiparum, P. Vivaks,
P. Ovale, dan P. Malariae. Yang banyak ditemukan di Indonesia ialah P.
Falsiparum dan P. Vivaks.
Infeksi akan lebih berat jika disebabkan P. falsiparum dan P. Vivaks.
Ibu yang non-immune kemungkinan mengalami komplikasi yang besar.
Sementara itu, untuk ibu yang semi-immune komplikasi yang terjadi adalah
terjadinya anemia dan parasitemia pada plasenta, tetapi tidak sampai
mengenai janin (angka kejadian malaria neonatorum adalah 0,03%), tertapi
dapat menyebabkan BBLR.
Masalah infeksi malaria pada kehamilan:
1. Infeksi malaria lebih mudah terjadi pada kehamilan jika dibandingkan
dengan populasi umum
2. Infeksi malaria pada kehamilan ada tendensi atipik terutama pada
trimester II
3. Jumlah parasit 10 kali lebih tinggi sehingga komplikasi p. falsiparum
lebih sering pada ibu hamil dibandingkan yang tidak hamil
4. Malaria p. falsiparum pada kehamilan lebih serius dan mortalitas dua kali
lipat
5. Beberapa obat malaria kontraindikasi pada ibu hamil dan bisa
mengakibatkan komplikasi hebat
6. Penanganan komplikasi menjadi lebih sulit karena perubahan fisiologis.
21
http://repository.unimus.ac.id
Hasil Anamnesis (Subjective)
1. Demam, menggigil (dapat disertai mual, muntah diare, nyeri otot dan
pegal)
2. Riwayat sakit malaria, tinggal di endemic malaria, minum obat malaria 1
bulan terakhir, transfuse darah
3. Untuk tersangka malaria berat, dapat disertai satu gejala di bawah;
gangguan kesadaran, kelemahan umum, kejang, panas sangat tinggi,
mata dan tubuh kuning, perdarahan hidung,, gusi, saluran cerna, muntah,
warna urin seperti teh tua, oliguria, pucat
Gejala yang tidak umum sering terjadi pada kehamilan terutama trimester 2:
1. panas: umumnya tinggi sampai menggigil
2. anemia akan menjadi parah pada kehamilan karena hemolisis dengan
akibat asam folat menurun
3. pembesaran lien
4. pada infeksi berat bisa terjadi: ikterus, kejang, kesadaran menurun, koma,
muntah, dan diare
22
http://repository.unimus.ac.id
Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
1. Pengobatan pada malaria
a. pasien dengan dugaan malaria P. falsiparum sebaiknya dirawat
b. pilih obat berdasarkan: berat ringanya penyakit, hindari obat yang
merupakan kontraindikasi (primakuin, tetrasiklin, doksisiklin,
halofantrin), pilih dosis yang adekuat, beri cairan yang adekuat,
perhatikan nutrisi yang cukup kalori
c. kondisi ibu dan janin diawasi ketat dengan alat bantu. Panas ibu harus
dikontrol dan diturunkan dengan obat dan kompres.
d. obat malaria lini pertama:
Artemisin parenteral (+ amodiakuin + primakuin)
- Artesunat injeksi untuk di RS atau puskesmas perawatan.
Sediaan 1 ampul berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik
dilarutkan dalam 0,6 ml natrium bikarbonat 5% diencerkan dalam
3-5 ml dekstrose 5%. Pemberian bolus intravena selama 2 menit.
Loading dose: 2,4 mg/kgBB IV setiap hari sampai hari ke-7. Bila
pasien sudah minum obat, ganti dengan artesunat oral
- Artemeter untuk penggunaan lapangan atau di puskesmas.
Sediaan 1 ampul berisi 80 mg artemeter. Pemberian secara IM
selama 5 hari. Dosis dewasa 160 mg (2 ampul) IM pada hari ke-1,
diikuti 80 mg (1 ampul) IM pada hari ke-2 sampai ke-5.
e. Obat malaria lini kedua:
Kina parenteral (+ primakuin + doksisiklin/tetrasiklin)
Per infuse (drip): kina 25% dosis 10mg/kgBB atau 1 ampul (2 ml =
500mg) dilarutkan dalam 500 ml dekstrose 5% atau dekstrose dalam
NaCl dalam 8 jam, diulang setiap 8 jam dengan dosis yang sama
sampai penderita bisa minum obat, atau dengan dosis yang sama
diberikan selama 4 jam kemudian, infuse tanpa obat 4 jam, diulang
obat selama 4jam, kemudian tanpa obat selama 4 jam. Demikian 3 kali
dalam 24 jam, sampai penderita dapat minum obat.
23
http://repository.unimus.ac.id
Obat kina maksimum diberikan per infuse selama 3 hari. Kalau belum
bisa minum dilanjutkan dengan personde (NGT) sampai 7 hari. Dosis
maksimum per hari 2000 mg. bila sudah dapat minum dilanjutkan
dengan kina tablet dengan dosis 10 mg/kgBB/kali, 3 kali sehari
2. Pengobatan pencegahan
a. klorokuin : untuk P. Vivaks dosis 5 mg/kgBB/minggu habis makan,
diminum 1 minggu sebelum datang ke daerah endemic malaria,
sampai 4 minggu setelah kembali. diulang kalau kembali ke daerah
endemic, sampai 4 minggu setelah kembali. diulang jika kembali ke
daerah endemic setelah 3-6 bulan.
b. Doksiklin: dipakai pada daerah P. Falsiparum yang resisten terhadap
klorokuin. Dosis 1,5 mg/kgBB/hari selama tidak lebih dari 4-6
minggu. Namun obat ini kontraindikasi diberikan pada ibu hamil dan
anak-anak
Sarana Prasarana
1. tensimeter
2. thermometer
3. stetoskop
4. handskoon
5. laenec
6. manekin 3B
7. infuse set
8. cairan infuse dextrose 5 %, RL, NaCL
9. tabung oksigen
10 . Nasal kanul/ sungkup
11. spuit injeksi 3 cc
12. ampul bertuliskan artesunat, artemeter
Prognosis
Pada keadaan tertentu perlu dilakukan induksi persalinan atau seksio sesaria
24
http://repository.unimus.ac.id
1.7. KORIOAMNIONITIS
Tingkat Kemampuan: 3A
Masalah Kesehatan
Infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme
vagina ke atas. Dua faktor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput
ketuban lebih dari 24 jam dan persalinan lama. Bakteri yang paling mungkin
bertanggungjawab meliputi Escheria coli, streptokokus aerob dan anaerob,
Proteus, Stafilokokus dan Bakteroides.
Preterm pre-labour rupture of the membrane (PPROM) salah satu penyebab
korioamninonitis. Infeksi dapat terjadi setelah pecah ketuban dan lebih sering
terjadi setelah dilakukan “vaginal toucher”. Sehingga” vaginal toucher”
adalah dikontraindikasikan kecuali ada bukti kuat adanya tanda persalinan.
Gunakan speculum steril untuk pemeriksaan dalam, singkirkan kemungkinan
prolaps tali pusat.
Bila selaput ketuban utuh, maka korioamnionitis mungkin berkembang dari
infeksi asenderen; dari penyebaran hematogen virus, bakteri, jamur, atau
protozoa (sifilis, toksoplasmosis, rubella, herpes, cytomegalovirus); atau
sebagai akibat amniosentesis diagnostic.
Korioamnionitis adalah masalah serius untuk ibu dan janin. Dapat
mengakibatkan septicemia berat.
25
http://repository.unimus.ac.id
terhadap demam ibu. Karena kematian intrauterine dapat akibat infeksi, maka
penghentian denyut jantung janin mendadak seharusnya menyiagakan dokter
akan kemungkinan korioamnionitis.
Pemeriksaan pelvis: pemeriksaan spekulum dapat memperlihatkan cairan
amnion berbau busuk atau purulen.
Tes Laboratorium:
Hitung Sel Darah lengkap dan Apusan Darah: hitung leukosit cenderung
meningkat; ada peningkatan jumlah sel-sel imatur pada hitung jenis, C-
reactive protein meningkat.
Mikroskopis urin
26
http://repository.unimus.ac.id
Sarana Prasarana
1. tensimeter
2. penlight
3. thermometer
4. manekin Leopold
5. laenec
6. stetoskop
7. manekin 3B wanita
8. handskoon
Prognosis
setelah amnionitis timbul, maka kehidupan ibu maupun janin dalam bahaya.
Komplikasi untuk diantisipasi meliputi endometritis, septikemia, syok septik,
gagal ginjal, perdarahan adrenal, emboli paru septik, koagulasi intravaskuler
diseminata, infeksi neonatus, serta kematian ibu dan perinatal.
Masalah Kesehatan
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditentukan bila berat janin kurang dari 10
% dari berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasanya
perkembangan yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada
pertumbuhan. Dahulu PJT disebut sebagai intrauterine growth retardation
(IUGR), tetapi istilah retardation kiranya tidak tepat. Tidak semua PJT adalah
hipoksik atau patologik . Pada kehamilan 16-20 minggu sebaiknya dapat
ditentukan apakah ada kelainan/ cacat janin.
Pertumbuhan janin tumbuh lambat (PJT) kini merupakan suatu entitas
penyakit yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, mengingat
dampak yang ditimbulkan jangka pendek berupa risiko kematian 6-10 kali
lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi normal. Dalam jangka panjang
27
http://repository.unimus.ac.id
terdapat dampak berupa hipertensi, arteriosklerosis, stroke, diabetes, obesitas,
resistensi insulin, kanker, dan sebagainya. Hal tersebut terkenal dengan
Barker Hipotesis yaitu penyakit pada orang dewasa telah terprogram sejak
dalam uterus.
28
http://repository.unimus.ac.id
Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
MANAJEMEN
Setelah ditetapkan tidak ada kelainan janin, perlu dipertimbangkan bila janin
akan dilahirkan, di Indonesia, saat yang tepat ialah bergantung pada arus
darah arteri umbilikalis dan usia gestasi. Arteri umbilikalis yang tidak
memiliki arus diastolik bahkan adanya arus terbalik akan mempunyai
prognosis buruk berupa kematian janin dalam < 1 minggu. Usia optimal
untuk melahirkan bayi ialah 33-34 minggu dengan pertimbangan sudah
dilakukan pematangan paru. Pemeriksaan kardiotokografi akan membantu
diagnosis adanya hipoksia janin lanjut berupa deselerasi lambat denyut
jantung. Skor fungsi dinamik janin plasenta yaitu upaya mengukur peran PJT
pada profil biofisik akan membantu menentukan saatnya melakukan terminasi
kehamilan
Skor fungsi dinamik janin plasenta
Keterangan Skor 2 0
Hasil NST Reaktif Nonreaktif
NST + stimulasi akustik Akselerasi Tanpa akselerasi
Gerak nafas + (-)
SD a. umbilicus <=3 >3
Indeks cairan amnion >=10 <10
Keterangan:
Jika skor <6, maka dicurigai asidosis, sehingga dipilih melahirkan dengan
seksio sesaria.
Jika nila > sama dengan 6, maka perlu dipertimbangkan melahirkan bayi
dengan induksi.
Sarana Prasarana
1. stestoskop
2. thermometer
3. medline
4. manekin Leopold
5. laenec
29
http://repository.unimus.ac.id
Prognosis
Sekalipun tidak ditemukan kelainan mayor pada USG, ternyata msaih
mungkin ditemukan kelainan bawaan sebanyak 20%.
Ada 25-60% PJT yang berkaitan dengan konstitusi etnik dan besar orang tua.
Akibat oligohidramnion, bisa terjadi kompresi tali pusat atau insufisiensi
plasenta, hal ini dapat membahayakan janin, segera dilakukan seksio sesaria.
Masalah Kesehatan
Inversio Uterus adalah kelainan putaran uterus dari dalam ke luar, dengan
permukaan dalam korpus uteri ada di dalam atau di luar vagina. Inversio uteri
merupakan kegawatan medic obstetric yang jarang terjadi (I per 2000-12.000
kelahiran) yang timbul sewaktu atau segera kala tiga persalinan. Banyak
suplai vagal ke daerah servix, sehingga inversion uteris mengakibatkan syok
vasovagal, dan ini diperparah dengan pendarahan postpartum sekunder yang
hebat. Inversion uterine dapat menyebabkan kematian ibu dengan cepat
macam-macam insersio uteri:
1. Inversio inkomplit – fundus uteri tidak terbalik di luar serviks
2. Inversion komplit - seluruh uterus terbalik keluar, menonjol melalui
cincin serviks.
3. Inversio paksa – inversion uteri yang ditimbulkan dengan mendorong
korda atau dengan menekan paksa plasenta secara manual ketika uterus
atoni
4. Inversion spontan – inversion uteri setelah tindakan spontan dari pasien
seperti mengejan, mengkontraksikan otot abdomen dengan tiba-tiba,
batuk atau peningkatan tekanan intraabdomen
Faktor predisposisi:
Ini meliputi tekanan fundus, riwayat inversion uterus sebelumnya, traksi tali
pusat sebelum adanya kontraksi uterus, atonia uteri, insersio fundus plasenta,
30
http://repository.unimus.ac.id
dinding uterus yang tipis atau kendor, dan tekanan abdomen yang meningkat
secara tiba-tiba berkaitan dengan atonia uteri.
31
http://repository.unimus.ac.id
Gambar diambil dari Taber, B. Kapita Selekta kedaruratan obstetri dan
Ginekologi. Johanes gunawan editor, teddy supriadi. Alih bahasa.
Jakarta: EKG; 1994
32
http://repository.unimus.ac.id
Sarana Prasarana
1. sarung tangan
2. manekin partus manual tanpa bayi
3. infuse
4. tabung oksigen
5. nasal kanul
6. stetoskop
7. tensimeter
8. thermometer
Prognosis
Walaupun tingkat rekurensi tinggi telah dilaporkan, ada banyak contoh
kelahiran tanpa komplikasi pada kehamilan berikutnya.
Komplikasi yang harus diantisipasi meliputi syok hipovolemik, plasenta
akreta, dan rupture uteri
1.10.RUPTUR SERVIKS
Tingkat Kemampuan: 3B
Masalah Kesehatan
Ruptur serviks salah satu penyebab pendarahan postpartum primer. Robekan
serviks dapat terjadi pada satu tempat atau lebih. Laserasi pada jalan lahir
lebih sering terjadi akibat penggunaan instrument ke dalam jalan lahir
daripada karena proses persalinan normal. Setiap selesai melakukan
persalinan operatif pervaginam, letak sungsang, partus presipitatus, plasenta
manual, harus dilakukan pemeriksaan keadaan jalan lahir dengan speculum
vagina.
Etiologi robekan serviks dapat terjadi pada:
1. partus presipitatus
2. trauma karena pemakaian alat-alat operasi (cunam, perforator, vakum
ekstraktor)
33
http://repository.unimus.ac.id
3. melahirkan kepala janin pada letak sungsang secara paksa padahal
pembukaan serviks uteri belum lengkap.
4. partus lama, dimana telah terjadi serviks edema, sehingga jaringan
serviks sudah menjadi rapuh dan mudah robek
Komplikasi yang segera terjadi adalah perdarahan. Kadang-kadang
perdarahan ini sangat banyak sehingga dapat menimbulkan syok bahkan
kematian.
34
http://repository.unimus.ac.id
Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
1. akses intravena dua jalur. Masukkan kristaloid dan atau koloid.
2. memasang cateter urin untuk monitoring cairan
3. pemberian oksitosin 10 IU IV untuk memacu kontraksi uterus, diikuti
dengan oksitosin infus
4. jika perdarahan terus berlangsung, kemungkinan atonia dan retensio
plasenta sudah disingkirkan, pertimbangkan anestesi umum untuk
memperbaiki robekan pada jalan lahir.
35
http://repository.unimus.ac.id
Gambar diambil dari 1. Prawirohardjo, S. Ilmu bedah kebidanan.
Yayasan bina pustaka sarwono. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo. 2005
Sarana Prasarana
1. sarung tangan
2. stetoskop
3. thermometer
4. tensimeter
5. manekin ginekologi
6. spekulum cocor bebek
7. infus set
8. cairan infuse Nacl. Koloid, RL
9. tabung O2
10 nasal kanul, masker
11. kasa
12. lampu periksa
13. klem ovarium
Prognosis
Pada keadaan di mana robekan serviks ini tidak ditangani dengan baik,
dalam jangka panjang dapat terjadi inkompetensi serviks (cervical
incompetence) pun infertilitas sekunder
36
http://repository.unimus.ac.id
1.11. SUBINVOLUSIO UTERUS
Tingkat kemampuan: 3B
Masalah kesehatan
Subinvolusio uterus menggambarkan keadaan menetapnya retardasi
involusi ditandai pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan perdarahan
uterus yang berlebihan selama proses nifas.
37
http://repository.unimus.ac.id
Penegakan diagnosis (Assessment)
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis yang rinci tentang gejala dan
riwayat penyakit sekarang dan pemeriksaan bimanual.
Prognosis
Prognosisnya dubia ad bonam jika dapat di diagnosis secara dini dan
dilakukan penatalaksanaan yang adekuat. Prognosis cepat memburuk jika
tidak segera ditangani
38
http://repository.unimus.ac.id
Hasil Anamnesis (Subjective)
Rasa sakit saat bayi melekat ke payudara dan biasanya akan berkurang
seiring bayi menyusu. Namun jika lecetnya cukup parah, rasa sakit dapat
berlangsung terus selama proses menyusu akibat pelekatan kurang
baik/mengisap tidak efektif. Rasa sakit akibat infeksi jamur biasanya akan
berlangsung terus selama proses menyusui dan bahkan setelahnya. Rasa
sakit akibat infeksi jamur seringkali digambarkan seperti rasa terbakar.
Jika rasa sakit pada puting terjadi padahal sebelumnya tidak pernah
merasakannya, maka rasa sakit tersebut mungkin disebabkan oleh infeksi
Candida, meskipun infeksi tersebut dapat pula merupakan lanjutan dari
penyebab lain sakit pada puting, sehingga periode tanpa sakit hampir tidak
pernah terjadi. Retak pada puting dapat terjadi karena infeksi jamur.
39
http://repository.unimus.ac.id
Penanganan terbaik untuk puting lecet adalah pencegahan. Pencegahan
terbaik adalah dengan memastikan pelekatan bayi ke payudara dengan
benar sejak hari pertama. Kontak kulit antara ibu dan bayi sesegera
mungkin setelah kelahiran bayi, setidaknya dalam satu atau dua jam
pertama, akan memudahkan bayi untuk melekat sendiri dengan baik.
1. Cari penyebab puting susu lecet.
2. Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit
(ibuprofen, acetaminofen)
3. Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.
4. Pemberian salep vitamin A dan D atau Hydrous lanolin
Prognosis
Infeksi lokal disekitar area fissura dapat menyebabkan mastitis
40
http://repository.unimus.ac.id
1.13. INVERTED NIPPLE/ RETRAKSI PUTTING
No. ICD X N64.5 Other Sign and Symptoms in Breast
Tingkat Kemampuan : 4A
Masalah Kesehatan
Suatu kondisi dimana putting tertarik ke dalam payudara. Pada beberapa
kasus, puting dapat muncul keluar bila di stimulasi, namun pada kasus-
kasus lain, retraksi ini menetap.
Grade 2
1. Dapat dikeluarkan dengan menekan areola, namun kembali masuk
saat tekanan dilepas
2. Terdapat kesulitan menyusui.
3. Terdapat fibrosis derajat sedang.
41
http://repository.unimus.ac.id
4. Saluran ASI dapat mengalami retraksi namun pembedahan tidak
diperlukan.
5. Pada pemeriksaan histologi ditemukan stromata yang kaya kolagen
dan otot polos.
Grade 3
1. Puting sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan
membutuhkan pembedahan untuk dikeluarkan.
2. Saluran ASI terkonstriksi dan tidak memungkinkan untuk menyusui
3. Dapat terjadi infeksi, ruam, atau masalah kebersihan
4. Secara histologis ditemukan atrofi unit lobuler duktus terminal dan
fibrosis yang parah
42
http://repository.unimus.ac.id
Dengan pengurutan putting susu, posisi putting susu ini akan menonjol
keluar seperti keadaan normal. Jika dengan pengurutan posisinya tidak
menonjol, usaha selanjutnya adalah dengan memakai Breast Shield atau
dengan pompa payudara (Breast Pump). Jika dengan cara-cara tersebut
diatas tidka berhasil (ini merupakan True Inverted Nipple) maka usaha
koreksi selanjutnya adalah dengan tindakan pembedahan (operatif).
43
http://repository.unimus.ac.id
8. Membentuk payudara, dengan menopang payudara dari bagian bawah
dengan jari-jari, dan menekan bagian atas payudara dengan ibu jari.
Tidak memegang payudara terlalu dekat ke putting (C hold, U hold)
Sebenarnya bentuk puting itu tidak menentukan apakah bisa atau tidak
untuk menyusui, karena pelekatan yang benar pada proses menyusui
adalah bukan menghisap puting tetapi memerah pabrik ASI yang terdapat
disekitar areola. Yang harus diingat pada posisi pelekatan yang benar saat
menyusui adalah:
1. CHIN: pastikan bahwa dagu bayi menempel pada payudara ibu
2. AREOLA: pastikan bahwa yang masuk kedalam mulut bayi adalah
puting dan sebagian besar areola, bukan puting saja, dan areola yang
berada di bagian bawah mulut bayi lebih sedikit dibandingkan dengan
areola yang berada diatas mulut bayi
3. LIPS: pastikan bahwa baik bibir atas maupun bibir bawah bayi
terputar keluar (memble) dan tidak terlipat kedalam ataupun berbentuk
monyong
4. MOUTH: pastikan bahwa mulut bayi terbuka lebar dan menempelkan
pada payudara ibu
Kriteria Rujukan : True Inverted Nipple
Prognosis
prognosis kasus di atas adalah ad bonam
44
http://repository.unimus.ac.id
BAB II
GINEKOLOGI
1.1. VULVITIS
Tingkat Kemampuan: 4A
Masalah Kesehatan
Infeksi pada vulva yang lazim disebut vulvitis sebagian besar dengan gejala
keputihan atau lekorea dan tanda infeksi local.
Sebab-sebab: Gonokokus, Candida albican, Trichomonas, Oxyuris, Pediculi
pubis, Diabetes, Vulvitis dapat juga terjadi sekunder, terhadap leukore dan
fistel tractus genital
Bentuk-bentuk yang jarang terjadi
1. Dipheri: hanya terjadi pada anak-anak dan terbentuk. Pseudomembran
putih
2. Pada beberapa macam infeksi kadang-kadang terjadi juga gambaran yang
menyerupai diphteri seperti pada sepsis, thyphus
3. Vulvitis aphtosa
4. Gangrene vulva
5. Herpes genital: menyebabkan nyeri
Ulcus pada vulva
1. Ulkus tuberkulosum
2. Ulkus vulva acutum
3. Ulkus lueticum
4. Ulcus molle
5. Ulcus varicosum
Penyulit vulvitis:
1. Bartholinitis: Biasanya oleh gonokokus tapi dapat juga disebabkan oleh
kuman biasa.
45
http://repository.unimus.ac.id
2. Kondiloma akuminata: Tumor-tumor bersifat kulit yang runcing. Biasanya
akibat fluor
46
http://repository.unimus.ac.id
2. Trichomonas dapat diobati dengan derivat imidasol, oxyuriasis dengan
piperazin, pediculi dengan DDT
3. Pada anak-anak kita harus ingat akan vulvitis gonorrhoica, pada orang
dewasa kemungkinan diabetes selalu harus dipertimbangkan.
4. Secara umum dapat diberikan zitbad
5. Bartholini abses harus diinsisi dan diberikan antibiotika
6. Condylomata acuminate dapat dihilangkan dengan elektrokoagulasi
Sarana Prasarana
1. tensimeter
2. thermometer
3. handskoon
4. kapas sublimat
5. cawan
6. manekin gynecologi
7. stetoskop
Prognosis
Dubia ad bonam
2.2. INFERTILITAS
Tingkat Kemampuan: 4A
Masalah Kesehatan
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama
satu tahun. Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan
suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan
hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun
dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
47
http://repository.unimus.ac.id
Disebut infertilitas primer kalau istri belum pernah hamil walaupun
bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan 12 bulan.
Disebut infertilitas sekunder kalau istri pernah hamil akan tetapi kemudian
tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan 12 bulan.
48
http://repository.unimus.ac.id
b. Diketahui mengalami kelainan endokrin
c. Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut
d. Pernah mengalami bedah gynekologi
2. Istri yang berumur antara 31 – 35 tahun dapat diperiksa pada
kesempatan pertama pasangan itu datang ke dokter
3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36 – 40 tahun hanya
dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak pada
perkawinan ini.
4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang
salah satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat
membahayakan kesehatan istri atau anaknya.
Pemeriksaan Fisik
Pria : Pemeriksaan lengkap (fisik, seksual, psikologik), pemeriksaan
klinik genitalia untuk ukuran testis, varikokel dll.
Wanita : Pemeriksaan lengkap (fisik, seksual, psikologik), pemeriksaan
pelvis untuk kelainan traktus genitalis.
Pemeriksaan Penunjang
Pria : analisis semen termasuk volume semen (> 2 ml dengan > 20 juta
spermatozoa/ml), motilitas (lebih dari 40%, 4 jam setelah semen
dikeluarkan), dan morfologi ( 60% spermatozoa harus mempunyai
morfologi normal)
Wanita : tes ovulasi (pengukuran temperatur basal tubuh dll, insuflasi tuba,
histerosalphingografi, laparoskopi, pemeriksaan endokrin, pemeriksaan
getah serviks, biopsi endometrium).
49
http://repository.unimus.ac.id
1. Infertilitas primer
2. Infertilitas sekunder
50
http://repository.unimus.ac.id
2. Konseling tentang variasi dan dalam hubungan seksual yang benar,
cara menghitung masa subur, makanan yang dapat meningkatkan
kesuburan suami atau isteri
3. Gaya hidup dapat menyebabkan penurunan kualitas sperma, sebagai
contoh : kecanduan alkohol, penggunaan anabolic steroids, extreme
sport, dan peningkatan suhu skrotum. Beberapa obat-obatan juga dapat
mempengaruhi spermatogenesis.
4. Mencari ketenangan psikologi, mengurangi stres.
Kriteria Rujukan:
Pemeriksaan pada pihak suami sebaiknya memerlukan konsultasi urologi
dan androlog, sedangkan wanitadi konsulkan dengan ginekolog untuk
pengobatan lebih lanjut.
Prognosis
Prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, istri dan
lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi senggama
dan lamanya perkawinan)
Masalah Kesehatan
Kista ovarium adalah tumor kistik pada ovarium (asal dan jenis bermacam-
macam). Dapat menyebabkan nyeri perut akut karena terpuntir atau ruptur,
terutama pada kehamilan trimester pertama.
51
http://repository.unimus.ac.id
intermitten, perdarahan akut, ruptur mendadak atau torsi. Nyeri dapat
terlokalisir pada salah satu kuadran bagian bawah atau menyeluruh
pada abdomen bagian bawah.
2. Nausea atau vomitus dapat terjdi segera setelah nyeri tiba-tiba yang
menyiksa atau dapat berkembang setelah nyeri timbul beberapa jam.
3. Riwayat menstruasi
4. Sinkope atau syok
Pemeriksaan Abdomen
1. Nyeri tekan unilateral pada kuadran bagian bawah dengan atau tanpa
nyeri lepas, rigiditas dan pengerasan.
2. Bising usus biasanya normal
Pemeriksaan Pelvis
1. Ukuran uterus biasanya normal kecuali pasien hamil
2. Apabila servis digerakkan sering terasa nyeri
3. Suatu masa yang terpalpasi biasanya tampil dalam bentuk hematom
disekeliling tempat perdarahan, torsi tumor kistik atau solid atau
perdarahan kedalam suatu kista ovarium.
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan
2. Foto abdomen
3. USG
52
http://repository.unimus.ac.id
4. Hitung darah lengkap : kadar Hb, Hmt, Jumlah lekosit
5. Tes koagulasi
6. Kuldosentesis
Kriteria Rujukan :
Rujukan dilakukan jika dicurigai keganasan
53
http://repository.unimus.ac.id
Prognosis
prognosis kasus ini tergantung penanganan
1.4. ENDOMETRITIS
Tingkat kemampuan: 3B
Masalah kesehatan
Endometritis adalah peradangan atau iritasi pada lapisan rahim
(endometrium). Hal ini berbeda dengan endometriosis. Keterlambatan terapi
dapat menyebabkan syok. Endometritis dapat terjadi pada saat yang sama
dengan infeksi panggul lainnya
54
http://repository.unimus.ac.id
endometritis lebih tinggi setelah prosedur panggul yang dilakukan melalui
leher rahim seperti biopsi endometrium, histeroskopi, penempatan alat
kontrasepsi dalam rahim (IUD)
55
http://repository.unimus.ac.id
2. Cegah dehidrasi. Berikan minum atau infus cairan kristaloid.
3. Pertimbangkan pemberian vaksin tetanus toksoid (TT) bila ibu dicurigai
terpapar tetanus (misalnya ibu memasukkan jamu-jamuan ke dalam
vaginanya).
4. Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan
bekuan serta sisa kotiledon. Gunakan forsep ovarium atau kuret tumpul
besar bila perlu
5. Pasien harus dilakukan rawat inap untuk monitoring terapi yang
dilakukan
Pasien diperbolehkan pulang jika suhu < 37,50 C selama minimal 48 jam
dan hasil pemeriksaan leukosit < 11.000/mm3.
56
http://repository.unimus.ac.id
Prognosis
Prognosis dubia ad bonam jika segera di diagnosis dan diketaui
penyebabnya sehingga pengobatan dilakukan dengan adekuat. Biasanya
membaik setelah pemberian antibiotik.
Keterlambatan terapi dapat menyebabkan abses, peritonitis, syok, trombosis
vena, emboli paru, infeksi panggul kronik, sumbatan tuba, dan infertilitas.
57
http://repository.unimus.ac.id
REFERENSI
2. Cuningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Haunth JC,
Wenstrom KD. Obstetric Williams vol 1 edisi 21. EGC, Jakarta. 2006,
444-445.
58
http://repository.unimus.ac.id