Anda di halaman 1dari 20

RADIOFARMASI

RADIONULIDA

Kelompok : 2

Puspita Ratna Kania

Puji Astuti

Gracia Lai

FAKULTAS FARMASI, JURUSAN ILMU FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

TAHUN 2019

BAB I
PENDAHULUAN

Radiasi adalah pemancaran/pengeluaran dan perambatan energy menembus ruang


atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi
terdiri dari atom atau subatom dimana mempunyai massa dan bergerak, menyebar
dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik. Beberapa contoh dari
partikel radiasi adalah electron, beta, alpha, photon & neutron.

Sumber radiasi dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Sumber radiasi
alamiah contohnya radiasi dari sinar kosmis, radiasi dari unsur-unsur kimia yang
terdapat pada lapisan kerak bumi, radiasi yang terjadi pada atsmosfir akibat
terjadinya pergeseran lintasan perputaran bola bumi. Sedangan sumber radiasi
buatan contohnya radiasi sinar x, radiasi sinar alfa, radiasi sinar beta , radiasi sinar
gamma.

Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang professor fisika dari
Universitas Wurzburg, Jerman. Saat itu ia melihat timbulnya sinar fluoresensi
yang berasal dari Kristal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf
yang dialiri listrik. Pada tahun 1901 mendapat hadiah nobel atas penemuan
tersebut. Akhir Desember 1895 dan awal Januari 1896 Dr Otto Walkhoff (dokter
gigi) dari Jerman adalah orang pertama yang menggunakan sinar x pada foto gigi
( premolar bawah) dengan waktu penyinaran 25 menit, selanjutnya seorang ahli
fisika Walter Koenig menjadikan waktu penyinaran 9 menit dan sekarang waktu
penyinaran menjadi 1/10 second (6 impulses).

William Rollins adalah orang yang mengerjakan intraoral radiograf pada tahun
1896 mengalami cedera disebabkan efek pekerjaan yaitu kulit tangannya terbakar
sehingga direkomendasikanlah pemakaian tabir/pelindung antara tabung, pasien
maupun radiographer. Korban lain dr Max Hermann Knoch orang Belanda yang
bekerja sebagai ahli radiologi di Indonesia. Ia bekerja tanpa menggunakan
pelindung tahun 1904 dr Knoch menderita kelainan yang cukup berat luka yang
tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Lama kelamaan tangan kiri dan
kanan jadi nekrosis dan lama diamputasi yang akhirnya meninggal karena sudah
metastase ke paru.
Penggunaan prinsip dan cara-cara farmasi dan radiokimia untuk membuat obat
yang mengandung atom radioaktif (radiofarmaka) bagi keperluan diagnosa dan
penyembuhan (terapi) penyakit yang diidap oleh pasien. Senyawa kimia atau obat,
yang salah satu atom penyusun strukturnya adalah nuklida radioaktif, untuk
keperluan diagnosa atau penyembuhan (terapi) suatu penyakit dan dapat diberikan
ke pasien secara oral, parenteral, dan inhalasi disebut sebagai radiofarmaka.
Sedangkan untuk bidang keahlian (specialist) kedokteran yang berhubungan
dengan penggunaan bahan radioaktif (radiofarmaka) untuk tujuan diagnosa dan
terapi suatu penyakit disebut kedokteran nuklir.
Radiofarmaka diformulasikan dalam berbagai wujud kimia dan fisika untuk
mengarahkan (targeted) keradioaktifan ke bagian-bagian tertentu dari tubuh
dengan harapan bahwa Radiasi-γ yang dipancarkan dari radiofarmaka diagnosa
dengan mudah akan keluar dari tubuh sehingga memungkinkan deteksi dan
pengukuran dilakukan di luar tubuh (eksternal).
BAB II

PEMBAHASAN

Radionuklida atau radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif. radionuklida


mampu memancarkan radiasi. Radionuklida dapat terjadi secara alamiah atau
sengaja dibuat oleh manusia dalam reaktor penelitian. Produksi keberadaan
radionuklida dengan proses aktivasi dilakukan dengan cara menembaki isotop
stabil dengan neutron di dalam teras reaktor. Proses ini lazim disebut irradiasi
neutron, sedangkan bahan yang disinari disebut target atau sasaran. Neutron yang
ditembakkan akan masuk ke dalam inti atom target sehingga jumlah neutron
dalam inti target tersebut bertambah. Peristiwa ini dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan atau ketidakstabilan inti atom sehingga berubah sifat menjadi
radioaktif.

Banyak isotop buatan yang dapat dimanfaatkan antara lain Na-24, P-32, Cr-51,
Tc-99, dan I-131.

Radioisotop adalah sebuah isotop tidak stabil atau radioaktif dari sebuah unsur
yang dapat berubah menjadi unsur lain, dengan memberikan radiasi. Jadi, isotope
yang memancarkan radiasi dapat mengubah unsur menjadi radioisotope dan
bentuknya berbeda.

Lalu apa itu isotop? Ketika dua atom memiliki jumlah proton yang sama, namun
massanya berbeda. Itulah yang dapat disebut isotop. Proton adalah muatan positif
dalam atom dan tidak bisa keluar/pindah dari satu atom ke atom lainnya.

Nah,  kembali ke radioisotop, produksinya dapat dilakukan manusia dengan cara


menembak isotop stabil dengan neutron ke dalam bahan atau target. Penembakan
isotop dapat menambah jumlah neutron dalam inti target, sehingga terbentuklah
ketidakstabilan inti atom lalu sifatnya menjadi radioaktif.

Pada tahun 1895, W.C. Rontgen menemukan bahwa tabung sinar katode
mengahasilkan suatu radiasi berdaya tembus tinggi yang dapat menghitamkan
film potret, walupun film tersebut terbungkus kertas hitam. Karena belum
mengenal hakekatnya, sinar ini dinamai sinar X. Ternyata sinar X adalah suatu
radiasi elektromagnetik yang timbul karena benturan berkecepatan tinggi yaitu
sinar katode dengan suatu materi (anode).
Sekarang sinar X disebut juga sinar rontgen dan digunakan untuk rontgent
yaitu untuk mengetahui keadaan organ tubuh bagian dalam. Penemuan sinar X
membuat Henry Becguerel tertarik untuk meneliti zat yang bersifat fluorensensi,
yaitu zat yang dapat bercahaya setelah terlebih dahulu mendapat radiasi (disinari),
Becquerel menduga bahwa sinar yang dipancarkan oleh zat seperti itu seperti sinar
X. Secara kebetulan, Becquerel meneliti batuan uranium.
Ternyata dugaan itu benar bahwa sinar yang dipancarkan uranium
dapat   menghitamkan film potret yang masih terbungkus kertas hitam. Akan
tetapi, Becqueret menemukan bahwa batuan uranium memancarkan sinar berdaya
tembus tinggi dengan sendirinya tanpa harus disinari terlebih dahulu. Penemuan
ini terjadi pada awal bulan Maret 1986. Gejala semacam itu,yaitu pemancaran
radiasi secara spontan, disebut keradioaktifan, dan zat yang bersifat radioaktif
disebut zat radioaktif.
Zat radioaktif yang pertama ditemukan adalah uranium. Pada tahun 1898,
Marie Curie bersama-sama dengan suaminya Pierre Curie menemukan dua unsur
lain dari batuan uranium yang jauh lebih aktif dari uranium. Kedua unsure itu
mereka namakan masing-masing polonium (berdasarkan nama Polonia, negara
asal dari Marie Curie), dan radium (berasal dari kata Latin radiare yang berarti
bersinar). Ternyata, banyak unsur yang secara alami bersifat radioaktif. Semua
isotop yang bernomor atom diatas 83 bersifat radioaktif. Unsur yang bernomor
atom 83 atau kurang mempunyai isotop yang stabil kecuali teknesium dan
promesium. Isotop yang bersifat radioaktif disebut isotop radioaktif atau radio
isotop, sedangkan isotop yang tidak radiaktif disebut isotop stabil. Dewasa ini,
radioisotop dapat juga dibuat dari isotop stabil. Jadi disamping radioisotop alami
juga ada radioisotop buatan.
Atom terdiri atas inti atom dan elektron- elektro yang beredar
mengitarinya. Reaksi kimia biasa (seperti reaksi pembakaran dan penggaraman),
hanya menyangkut perubahan pada kulit atom, terutama elektron pada kulit
terluar, sedangkan inti atom tidak berubah. Reaksi yang    menyangkut perubahan
pada inti disebut reaksi inti atau reaksi nuklir (nukleus=inti).
Reaksi nuklir ada yang terjadi secara spontan ataupun buatan. Reaksi
nuklir spontan terjadi pada inti-inti atom yang tidak stabil. Zat yang mengandung
inti tidak stabil ini disebut zat radioaktif. Adapun reaksi nuklir tidak spontan dapat
terjadi pada inti yang stabil maupun,inti yang tidak stabil. Reaksi nuklir disertai
perubahan energi berupa radiasi dan kalor. Berbagai jenis reaksi nuklir disertai
pembebasan kalor yang sangat dasyat, lebih besar dan reaksi kimia biasa.
Dewasa ini, reaksi nuklir telah banyak digunakan untuk tujuan damai
(bukan tujuan militer)  baik sebagai sumber radiasi maupun sebagai sumber
tenaga dan pemanfaatannya dalam berbagai bidang.
1.      Sinar-sinar Radioaktif :
Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi yang
dipancarkan zat radioaktif dapat dibedakan atas dua jenis berdasarkan muatannya.
Radiasi yang berrnuatan positif dinamai sinar alfa, dan yang bermuatan negative
diberi nama sinar beta. Selanjutnya Paul U.Viillard menemukan jenis sinar yang
ketiga yang tidak bermuatan dan diberi nama sinar gamma.

a.       Sinar alfa ( α )
Sinar alfa  merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif. Partikel
sinar alfa sama dengan inti helium -4, bermuatan +2e dan bermassa 4 sma.
Partikel alfa adalah partikel terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Sinar alfa
dipancarkan dari inti dengan kecepatan sekitar 1/10 kecepatan cahaya. Karena
memiliki  massa yang besar, daya tembus sinar alfa  paling lemah diantara
diantara sinar-sinar radioaktif. Diudara hanya dapat menembus beberapa cm saja
dan tidak dapat menembus kulit.
Sinar alfa dapat dihentikan oleh selembar kertas biasa. Sinar alfa segera
kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan molekul media yang dilaluinya.
Tabrakan itu  mengakibatkan media yang dilaluinya mengalam ionisasi. Akhirnya
partikel alfa akan menangkap 2 elektron dan berubah menjadi atom helium 42.
b.   Sinar beta (β)
Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif. Sinar beta
merupakan berkas elektron yang berasal dari inti atom. Partikel beta yang
bemuatan -le dan   bermassa 1/836 sma. Karena sangat kecil, partikel beta
dianggap tidak bermassa sehingga dinyatakan dengan  notasi 0-1e. Energi sinar
beta sangat bervariasi, mempunyai daya tembus lebih besar dari sinar alfa tetapi
daya pengionnya lebih lemah. Sinar beta paling energetik dapat menempuh
sampai 300 cm dalam udara kering dan dapat menembus kulit.
c.    Sinar gamma ( γ )
Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetek berenergi tinggi, tidak
bermuatan dan tidak bermassa. Sinar  gamma dinyatakan  dengan notasi 0 y. Sinar
gamma mempunyai daya tembus. Selain sinar alfa, beta, gamma, zat
radioaktif  buatan juga ada yang memancarkan sinar X dan sinar Positron. Sinar X
adalah radiasi sinar elektromagnetik.

1. Radioisotop dalam bidang kedokteran

Radioisotop adalah suatu unsur radioaktif yang memancarkan sinar


radioaktif. Radioaktif mempunyai peranan penting dalam melengkapi
kebutuhan manusia di berbagai bidang. Salah satunya di bidang
kedokteran dan kesehatan. Penggunaan radioisotop di bidang kesehatan
untuk keperluan radiodiagnostik dan radioterapi dalam kedokteran nuklir.
Teknik nulkir dengan menggunakan radioisotop di bidang kedokteran
nuklir dimulai pada tahun 1930-an sebagai wujud dari perkembangan ilmu
dan teknologi. Sedangkan di Indonesia dimulai pada tahun 1967 tidak
lama setelah peresmian reaktor nuklir di Bandung.

Ilmu kedokteran nuklir merupakan salah satu ilmu cabang kedokteran


yang memanfaatkan sumber radiasi terbuka dari disintegrasi inti radioaktif
buatan untuk tujuan diagnostik melalui pemantauan proses fisiologi dan
biokimia.

Dewasa ini, aplikasi tenaga nuklir dalam bidang kesehatan telah


memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam menegakkan
diagnostik maupun terapi berbagai jenis penyakit. Berbagai disiplin ilmu
kedokteran seperti ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit saraf, ilmu
penyakit jantung, dan sebagainya telah mengambil manfaat dari tehnik
nuklir. Sehingga pada kesempatan kali ini akan dipaparkan tentang
peranan radioaktif, mekanisme kerja dan dampak yang ditimbulkannya
dalam bidang kedokteran dan kesehatan.
A. Peranan Radioaktif dalam Bidang Kesehatan dan Kedokteran

Bidang kesehatan dan kedokteran merupakan bidang terbesar yang


menggunakan senyawa bertanda radioaktif. Hampir dari 80% dari
penggunaan zat radioaktif terletak di bidang ini. Dengan isotop radioaktif
telah dapat diselidiki dan dipelajari proses fisiologi, biokimia, patologi dan
farmakologi berbagai macam obat.

Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran, sebetulnya telah dimulai


semenjak tahun 1936 pada waktu John Lawrence et. al. Menggunakan
fosfor-32 untuk terapi. Walaupun dimulai untuk terapi, tetapi penggunaan
radioisotop selanjutnya hampir 90% ditujukan untuk diagnosis, dan
sebagian besar telah dalam bentuk senyawa bertanda.

Cabang ilmu kedokteran yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik


pendek, seperti sinar x disebut radiologi. Radiologi dimanfaatkan untuk
menunjang diagnosis penyakit. Dalam dunia kedokteran nuklir, prinsip
radiologi dimanfaatkan dengan memakai isotop radio aktif yang
disuntikkan ke dalam tubuh. Kemudian, isotop tersebut ditangkap oleh
detektor di luar tubuh sehingga diperoleh gambaran yang menunjukan
distribusinya di dalam tubuh. Sebagai contoh untuk mengetahui letak
penyempitan pembuluh darah, digunakan radioisotop natrium. Kemudian
jejak radioaktif tersebut dirunut dengan menggunakan pencacah Geiger.
Letak penyempitan pembuluh darah ditunjukan dengan terhentinya aliran
natrium.

Selain digunakan untuk mendiagnosis penyakit, radioisotop juga


digunakan untuk terapi radiasi. Terapi radiasi adalah cara pengobatan
dengan memakai radiasi. Terapi seperti ini biasanya digunakan dalam
pengobatan kanker. Pemberian terapi dapat menyembuhkan, mengurangi
gejala, atau mencegah penyebaran kanker, bergantung pada jenis dan
stadium kanker.

1. Radiodiagnostik
Radiodiagnostik adalah kegiatan penunjang diagnostik menggunakan
perangkat radiasi sinar pengion (sinar x), untuk melihat fungsi tubuh
secara anatomi. Ahli dalam bidang ini dikenal sebagai radiolog. Salah satu
contoh radiodiagnostik adalah rontgen. Radiodiagnostik dilakukan
sebelum melakukan radioterapi.

2. Radioterapi

Radioterapi adalah tindakan medis menggunakan radiasi pengion untuk


mematikan sel kanker sebanyak mungkin, dengan kerusakan pada sel
normal sekecil mungkin. Tindakan terapi ini menggunakan sumber radiasi
tertutup pemancar radiasi gamma atau pesawat sinar-x dan berkas
elektron.

Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker bisa dipengaruhi oleh radiasi
ini. Radiasi akan merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi
ataupun pembelahan sel-sel kanker akan terhambat. Sekitar 50 – 60%
penderita kanker memerlukan radioterapi. Tujuan radioterapi adalah untuk
pengobatan secara radikal, yaitu untuk mengurangi dan menghilangkan
rasa sakit atau tidak nyaman akibat kanker, selain itu juga bertujuan untuk
mengurangi resiko kekambuhan dari kanker. Dosis dari radiasi ditentukan
dari ukuran, luasnya, tipe, dan stadium tumor bersamaan dengan
responnya terhadap radio terapi.

Terdapat dua teknik dalam radioterapi yaitu teleterapi (sumber eksternal)


dan brakiterapi (sumber internal). Pada tindakan teleterapi, posisi sumber
radiasi gamma energi tinggi yang berasal dari Cobalt-60 yang disimpan
dalam kontainer metal yang tebal pada alat, dapat diatur sedemikian rupa
sehingga kanker dapat diradiasi dari berbagai arah yang ditujukan setepat
mungkin pada jaringan tumor. Tumor ganas dikenai radiasi yang sangat
kuat secara berulang-ulang menggunakan teknik fraksinasi (dosis terbagi
atas perkali pemberian dari total dosis yang harus diterima oleh pasien)
selama jangka waktu beberapa minggu. Radioterapi diberikan setiap hari
dari berbagai arah secara tepat pada kanker. Dengan demikian kanker akan
menerima radiasi yang bersilang dengan dosis tinggi sementara jaringan
normal dan sehat di sekitar lokasi kanker hanya akan menerima dosis yang
lebih rendah dengan tingkat kerusakan yang dapat ditoleransi tubuh dan
berangsur pulih.

Radioterapi dapat pula dilakukan dengan menggunakan sumber radiasi


terbuka yang diposisikan sedekat mungkin dengan kanker, dikenal sebagai
tindakan brakiterapi. Sumber radiasi terbuka yang umum digunakan antara
lain I-125, Ra-226, yang dikemas dalam bentuk jarum, biji sebesar beras,
atau kawat dan dapat diletakkan dalam rongga tubuh (intracavitary) seperti
kanker serviks, kanker paru, dan kanker esopagus, dalam organ/jaringan
(interstisial) seperti kanker prostat, kanker kepala dan leher, kanker
payudara, atau dalam lumen (intraluminal).

Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:

1. Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan


radioterapi, baik dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan
lain seperti pembedahan dan kemoterapi.

2. Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan,


radioterapi berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan
membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.

3. Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat


mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa
nyeri dan juga membuat hidup penderita lebih nyaman.

4. Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi


yang sering disebut sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan
dengan tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih
efektif.
B. Manfaat Radioisotop dalam Bidang Kesehatan dan Kedokteran

Banyak radioisotop yang digunakan dalam bidang kesehatan dan


kedokteran dan masing-masing radioisotop tersebut memiliki manfaat
yang berbeda, antara lain:

1. I-131 Terapi penyembuhan kanker Tiroid, mendeteksi kerusakan pada


kelenjar gondok, hati dan otak.

2. Pu-238 energi listrik dari alat pacu jantung.

3. Tc-99 & Ti-201 Mendeteksi kerusakan jantung.

4. Na-24 Mendeteksi gangguan peredaran darah.

5. Xe-133 Mendeteksi Penyakit paru-paru.

6. P-32 Penyakit mata, tumor dan hati.

7. Fe-59 Mempelajari pembentukan sel darah merah.

8. Cr-51 Mendeteksi kerusakan limpa.

9. Se-75 Mendeteksi kerusakan Pankreas.

10. Tc-99 Mendeteksi kerusakan tulang dan paru-paru.

11. Ga-67 Memeriksa kerusakan getah bening.

12. C-14 Mendeteksi diabetes dan anemia.

13. Co-60 Membunuh sel-sel kanker.

C. Mekanisme kerja
1. Radiodiagnostik

I-131 digunakan sebagai terapi pengobatan untuk kondisi tiroid yang over
aktif atau kita sebut hipertiroid. I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang
terbuat dari iodin yang selalu memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini
dimasukkan kedalam tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini akan
masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan akan
melewati kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan sel-sel
glandula tersebut. Hal ini akan memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid
dan dalam beberapa kasus dapat merubah kondisi tiroid.

2. Radioterapi

Bila jaringan terkena radiasi penyinaran, maka jaringan akan menyerap


energi radiasi dan akan menimbulkan ionisasi atom-atom. Ionisasi tersebut
dapat menimbulkan perubahan kimia dan biokimia yang pada akhirnya
akan menimbulkan kerusakan biologik. Kerusakan sel yang terjadi dapat
berupa kerusakan kromosom, mutasi, perlambatan pembelahan sel dan
kehilangan kemampuan untuk berproduksi.

Radiasi pengion adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila
mengenai sebuah atom akan menyebabkan terpentalnya elektron keluar
dari orbit elektron tersebut. Pancaran energi dapat berupa gelombang
elektromagnetik, yang dapat berupa sinar gamma dan sinar X. Pancaran
partikel dapat berupa pancaran elektron (sinar beta) atau pancaran partikel
netron, alfa, proton.

Dengan pemberian setiap terapi, maka akan semakin banyak sel-sel kanker
yang mati dan tumor akan mengecil. Sel-sel yang mati akan hancur,
dibawa oleh darah dan diekskresi keluar dari tubuh. Sebagian besar sel-sel
sehat akan bisa pulih kembai dari pengaruh radiasi. Tetapi bagaimanapun
juga, kerusakan yang terjadi pada sel-sel sehat merupakan penyebab
terjadinya efek samping radiasi.
D. Efek radioaktif bidang kesehatan dan kedokteran

Efek samping radioterapi bervariasi pada tiap pasien. Secara umum efek
samping tersebut tergantung dari dosis terapi, target organ dan keadaan
umum pasien. Beberapa efek samping berupa kelelahan, reaksi kulit
(kering, memerah, nyeri, perubahan warna dan ulserasi), penurunan sel-sel
darah, kehilangan nafsu makan, diare, mual dan muntah bisa terjadi pada
setiap pengobatan radioterapi. Kebotakan bisa terjadi tetapi hanya pada
area yang terkena radioterapi. Radiasi tidak menyebabkan kehilangan
rambut yang total. Pasien yang menjalani radiasi eksternal tidak bersifat
radioaktif setelah pengobatan sehingga tidak berbahaya bagi orang di
sekitarnya. Efek samping umumnya terjadi pada minggu ketiga atau
keempat dari pengobatan dan hilang dua minggu setelah pengobatan
selesai.

Efek radiasi pada sistem, organ atau jaringan:

1. Darah dan Sumsum Tulang Merah

Darah putih merupakan komponen seluler darah yang tercepat mengalami


perubahan akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlah
sel. KompOnen seluler darah yang lain ( butir pembeku dan darah merah )
menyusun setelah sel darah putih. Sumsum tulang merah yang mendapat
dosis tidak terlalu tinggi masih dapat memproduksi sel-sel darah merah,
sedang pada dosis yang cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen
yang berakhir dengan kematian ( dosis lethal 3 – 5 sv). Akibat penekanan
aktivitas sumsum tulang maka orang yang terkena radiasi akan menderita
kecenderungan pendarahan dan infeksi, anemia dan kekurangan
hemoglobinefek stokastik pada penyinaran sumsum tulang adalah
leukemia dan kanker sel darah merah.

2. Saluran Pencernaan Makanan


Kerusakan pada saluran pencernaan makanan memberikan gejala mual,
muntah, gangguan pencernaan dan penyerapan makanan serta diare.
kemudian dapat timbul karena dehidrasi akibat muntah dan diare yang
parah. Efek stokastik yang dapat timbul berupa kanker pada epithel
saluran pencernaan.

3. Organ Reproduksi

Efek somatik non stokastok pada organ reproduksi adalah sterilitas,


sedangkan efek genetik (pewarisan) terjadi karena mutasi gen atau
kromosom pada sel kelamin.

4. Sistem Syaraf

Sistem syaraf termasuk tahan radiasi. Kematian karena kerusakan sistem


syaraf terjadi pada dosis puluhan sievert.

5. Mata

Lensa mata peka terhadap radiasi. Katarak merupakan efek somatik non
stokastik yang masa tenangnya lama (bisa bertahun-tahun).

6. Kulit

Efek somatik non stokastik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis,
mulai dengan kemerahan sampai luka bakar dan kematian jaringan. efek
somatik stokastik pada kulit adalah kanker kulit.

7. Tulang

Bagian tulang yang peka terhadap radiasi adalah sumsum tulang dan
selaput dalam serta luar pada tulang. kerusakan pada tulang biasanya
terjadi karena penimbunan stontium-90 atau radium-226 dalam tulang.
Efek somatik stokastik berupa kanker pada sel epithel selaput tulang.
8. Kelenjar Gondok

Kelenjar gondok berfungsi mengatur metabolisme umum melalui hormon


tiroxin yang dihasilkannya. Kelenjar ini relatif tahan terhadap penyinaran
luar namun mudah rusak karena kontaminasi internal oleh yodium
radioaktif.

9. Paru-paru

Paru-paru pada umumnya menderita kerusakan akibat penyinaran dari gas,


uap atau partikel dalam bentuk aerosol yang bersifat radioaktif yang
terhirup melalui pernafasan.

2. Radioisotop dalam bidang pertanian

a. Fosfor-32 (P-32) berguna untuk membuat benih tumbuhan lebih unggul


dibandingkan dengan induknya.
b. Pupuk yang mengandung N-15 dipantau dengan alat pencacah, jika tidak
terdeteksi adanya radiasi, berarti pupuk diserap oleh tanaman dengan
sempurna.

3. Radioisotop dalam bidang industri

a. Radiassi sinar gamma digunakan dalam vulkanisasi lateks alam atau untuk
memeriksa cacat pada logam. Selain itu radiasi digunakan untuk
pengawetan kayu atau barang-barang seni serta mendeteksi kebocoran
pipa.
b. Larutan horium pada petromax agar lampu menyala lebih terang.

4. Radioisotop dalam bidang hidrologi

Na-24 digunakan untuk mempelajari kecepatan aliran sungai, sedangkan jika


Na-24 dalam bentuk karbonat digunakan untuk menyelidiki kebocoran pipa air di
bawah.
5. Radioisotop dalam bidang sains

 Iodin-131 (I-131) untuk mempelajari kesetimbangan dinamis


 Oksigen-18 (O-18) digunakan untuk mempelajari reaksi esterifikasi
 Karbon-14 (C-14) untuk mempelajari mekanisme reaksi fotosintesis

Manfaat Radioisotop Berdasarkan Nama Unsur

No
Nama Unsur Manfaat / Kegunaan
.
1. Iodium (I-131) - mencari ketidaknormalan pada tiroid / kelenjar tiroid.
- di bidang hidrologi dapat digunakan untuk mengetahui
kecepatan aliran sungai.
2 Iodium (I-123) -disuntikkan pada pasien untuk mengetahui ada tidaknya
gangguan ginjal.
3 Karbon (C-14) -mencari ketidaknormalan yang berhubungan dengan diabetes dan
anemia.
4 Kromium (Cr-51) -keperluan scanning limpa.
5 Selenium (Se-75) -keperluan scanning pankreas.
6 Teknetium (Tc-99) -keperluan scanning tulang dan paru-paru
-scanning kerusakan jantung
-menyelidiki kebocoran saluran air bawah tanah.
-mendeteksi kerusakan jantung, digunakan bersama dengan Tc-
7 Ti-201
99.
8 Galium (Ga-67) - keperluan scanning getah bening.
9 Xe-133 -mendeteksi kesehatan paru-paru.
10 Fe-59 -mempelajari pembentukan sel darah merah.
11 Natrium (Na-24) -untuk deteksi penyempitan pembuluh darah/trombosis
-mendeteksi kebocoran saluran air bawah tanah dan menyelidiki
kecepatan aliran sungai
- di bidang kesehatan digunakan untuk mendeteksi gangguan
peredaran darah.
12 Radioisotop Silikon -perunut radioisotop pada proses pengerukan lumpur pelabuhan
atau terowongan.
13 Fosfor (P-32) -di bidang pertanian ddapat digunakan untuk memperkirakan
jumlah pupuk yang diperlukan tanaman.
-di bidang kesehatan dapat digunakan mendeteksi penyakit mata,
tumor dan hati.
14 Karbon (C-14) -mengukur umur fosil hewan, tumbuhan dan manusia (dengan
pengukuran pancaran sinar beta).
15 Uranium (U-238) -menaksir umur batuan.
16 Uranium (U-235) Reaksi berantai terkendali dalam PLTN.
17 Kobalt (Co-60) -mengontrol pertumbuhan beberapa jenis kanker melalui sinar
gamma yang dihasilkan.
18 Isotop 8O15 -menganalisis proses fotosintesis pada tanaman.
19 Isotop O-18 -di bidang kimia dapat digunakan sebagai atom tracer / perunut
asal mula molekul air yang terbentuk.
20 K-40 K-40 digunakan bersama-sama dengan dan Ar-40 stabil untuk
mengukur umur batuan, dengan membandingkan konsentrasi K-
40 dan Ar-40 pada batuan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Reaksi nuklir telah banyak digunakan untuk tujuan damai (bukan tujuan militer)
baik sebagai sumber radiasi maupun sebagai sumber tenaga dan pemanfaatannya
dalam berbagai bidang.

Penggunaannya dalam berbagai bidang antara lain :

1. Bidang Kedokteran
Tes diagnostic dengan radioisotope dapat digunakan untuk mengetahui :
 Baik tidaknya fungsi organ tubuh
 Proses penyerapan berbagai senyawa tertentu oleh tubuh
 Menentukan lokasi dan ukuran tumor dalam organ tubuh
2. Bidang Industri
 Pemeriksaan tanpa merusak
 Mengontrol ketebalan bahan
 Pengawetan bahan
Daftar pustaka

Anonymus, 2006, Radioactive Iodine (I-131) Therapy, North America:RadiologiInfo.


Radiological Society of North America, Inc
http://eddyrumhadi.blogdetik.com/ (diakses 23 Mei 2011)
http://gurufisikamuda.blogspot.com/2010/02/manfaat-zat-radioaktif-radioisotop.html (
diakses 23 Mei 2011)
http://klikharry.wordpress.com/2007/03/08/radioterapi-karsinoma-tiroid/(diakses 23
Mei 2011)
http://www.infonuklir.com/indexes/lists/iptek_nuklir/teknik_nuklir_dibidang_kesehata
n/second/iptek_nuklir (diakses 23 Mei 2011)
Indrajit, Dudi, 2007, Mudah dan Aktif Belajar Fisika untuk Kelas XI Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam,
Bandung: Setia Purna Inves
Kreshnamurti, Irwan, dkk., Refrat Radioterapi: Radioterapi Pada Kanker Serviks,
Palembang: Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Palembang
Setiawan, Duyeh, 2010, Radiokomia Teori Dasar dan Aplikasi Teknik Nuklir,
Bandung: Widya Padjadjaran

Anda mungkin juga menyukai