http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia
Abstract
___________________________________________________________________
Noise induced hearing loss (NIHL) is a disorder in the form of decreased function of the sense of
hearing as a result of exposure to noise with excessive noise intensity continuously for a long time.
This study discusses the factors related to NIHL at PT. Indonesia Power UBP Semarang. This type
of research is analytic observational with case control approach. The sample size is 110 consisting
of 55 cases and 55 controls taken by purposive sampling technique. The results showed factors
associated with NIHL is intensity of noise (p = 0.034, OR = 2.779), lenght of work (p = 0.022, OR
= 2.625), period of work (p = 0.022, OR = 3.656) and age (p = 0.036 , OR = 2.429). Variables that
are not related is the use of ear protection (p = 0.775). The conclusion from this study is there is a
relationship between the intensity of noise, length of work and age woth NIHL. There is no
relationship between the use of ear protection with NIHL.
Alamat korespondensi: p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
e ISSN 1475-222656
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: nurrizqi.ana@gmail.com
73
Nur Rizqi S. & Evi W./Gangguan Pendengaran Bising/HIGEIA 1 (1) (2017)
74
Nur Rizqi S. & Evi W./Gangguan Pendengaran Bising/HIGEIA 1 (1) (2017)
75
Nur Rizqi S. & Evi W./Gangguan Pendengaran Bising/HIGEIA 1 (1) (2017)
UBP Semarang telah melakukan pengukuran ap bagian kerja perusahan. Terdapat intesitas
dan pengawasan intensitas kebisingan pada seti-
kebisingan di PT. Indonesia Power UBP dapat terisolasi sekaligus untuk meredam panas.
Semarang yang melebihi nilai ambang batas Intensitas pekerja untuk membuka pintu STG
terutama di bagian STG, GTG blok 1 dan 2 bahkan selalu tebuka mengakibatkan kebisingan
serta PLTU. Banyak mobilitas pekerja yang yang seharusnya hanya terjadi di dalam area
melewati bahkan menempati area tersebut tertutup oleh particle enclose dapat menyebar ke
untuk melakukan pemeliharaan dan servis alat- bagian lain. Selain itu masih terdapat pintu dan
alat yang sedang beroperasi. dinding sebagai penghalang kebisingan (sound
Sumber bising pada STG dan PLTU barrier) belum bisa mengurangi intensitas
diisolasi dengan menggunakan particel encloser kebisingan sehingga tempat istirahat pekerja
terbuat dari besi yang dilapisi peredam berupa (panel) masih terpajan intensitas kebisingan
glass wool serta tembok beton yang dapat yang tinggi.
memantulkan sekaligus penyerap kebisingan Pada tempat istirahat pekerja atau
(sound absorber) agar tidak menyebar ke seluruh panel di STG, GTG dan PLTU dibuatkan
area perusahaan. Pada beberapa mesin dilapisi ruangan dengan dinding penghalang terbuat
dengan besi dan glass wool agar kebisingan dari beton dan kaca. Namun keefektifan dari
Tabel 1. Distribusi berdasarkan Karakteristik Responden
Karakteristik Distribusi Responden Frekuensi Presentase (%)
Jenis kelamin Laki-laki 110 100,0
Perempuan 0 0,0
Tingkat pendidikan SD 0 0,0
SMP 0 0,0
SMA 69 62,7
Diploma 25 22,7
Sarjana 16 14,6
Bagian kerja Operasi 0 0,0
Operator 53 48,2
Kimia dan Bahan Bakar 10 9,1
K3 dan Lingkungan 5 4,5
Pemeliharaan 1 1,0
Perencanaan 7 6,4
Outage 1 1,0
Pemeliharaan PLTU 5 4,5
Pemeliharaan PLTGU 15 13,6
Alat Bantu Bengkel dan
5 4,5
Sarana
Enginiring 4 3,6
Prokurment 4 3,6
Keuangan dan
0 0,0
Administrasi
Intensitas kebisingan ≤ 85 dBA 79 71,8
> 85 dBA 31 28,2
Lama Kerja < 8 jam 57 51,8
≥ 8 jam 53 48,2
Masa kerja ≤ 10 tahun 61 55,5
> 10 tahun 49 44,5
Umur ≤ 40 tahun 57 51,8
> 40 tahun 53 48,2
Penggunaan APT Menggunakan APT 96 87,3
Tidak menggunakan APT 14 12,7
Sumber : Data Primer
76
Nur Rizqi S. & Evi W./Gangguan Pendengaran Bising/HIGEIA 1 (1) (2017)
dinding maupun kaca belum di ukur dalam hasil analisis bivariat diperoleh p value
keefektifannya. Pada daerah PLTGU yaitu 0,022 atau kurang dari 0,05. Dari hasil analisis
GTG blok 1 dan 2 terdapat mesin dengan diperoleh nilai OR sebesar 2,625, artinya
intensitas tinggi yang tidak ditutup dengan pekerja yang bekerja ≥ 8 jam dengan intensitas
particle encloser atau peredam suara lainnya kebisingan > 85 dBA memiliki resiko terkena
sehingga kebisingan menyebar ke seluruh area gangguan pendengaran akibat bising 2,625 kali
perusahaan. Pemisahan pekerja dari sumber lebih besar daripada pekerja yang bekerja < 8
kebisingan telah dilakukan pada pekerja bagian jam dengan intensitas kebisingan di bawah 85
operator PLTU dan PLTGU di dalam control dBA untuk mengalami gangguan pendengaran
panel atau sound proof room. Dengan akibat bising.
pengoprasian mesin menggunakan remote Dalam lingkungan kerja kemampuan
control meminimalisir pekerja untuk terpajan pendengaran berkolerasi dengan waktu dan
bising secara langsung dan lama dari mesin. keparahan pemaparan. Apabila waktu paparan
Berdasarkan hasil penelitian melebihi batas yang ditentukan akan
menunjukan bahwa ada hubungan antara lama memperparah terjadinya gangguan pendengaran
kerja dengan gangguan pendengaran akibat (Bashiruddin, 2009). Jika terpapar kebisingan
bising pada pekerja yang bekerja ≥ 8 jam dengan yang berlebih dalam jangka waktu panjang
intensitas kebisingan > 85 dBA di PT. Indonesia dapat merusak telinga bagian dalam sehingga
Power UBP Semarang. Hal ini dibuktikan
Tabel 2. Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran Akibat Bising di PT. Indonesia
Power UBP Semarang
Jumlah
Faktor Risiko Kasus Kontrol p value OR (CI 95%)
n % n %
Intensitas Kebisingan
≤ 85 dBA 10 18,2 21 38,2 0,034 2,779
>85 dBA 45 81,8 34 61,8 (1,159-6,667)
Lama kerja
< 8 jam 36 65,5 34 61,8 0,022 2,625
≥ 8 jam 19 34,5 21 38,2 (1,215-5,669)
Masa kerja
≤ 10 tahun 16 29,1 33 60,0 0,002 3,656
>10 tahun 39 70,9 22 40,0 (1,654-8,084)
Umur
≤ 40 tahun 20 36,4 33 60,0 0,036 2,429
>40 tahun 35 63,6 22 40,0 (1,129-5,225)
Penggunaan Alat Pelindung Telinga
Menggunakan 6 10,9 8 14,5 0,775 -
Tidak menggunakan 49 89,1 47 85,5
kemampuan untuk mendengar suara memiliki resiko 2,333 kali lebih besar untuk
berfrekuensi tinggi hingga berfrekuensi rendah terkena gangguan pendengaran akibat bising
menjadi hilang (Anizar, 2012:160). daripada yang lama kerja < 8 jam.
Penelitian ini sejalan dengan Yavie (2014) Pekerja di PT. Indonesia Power UBP
menunjukan bahwa lama pemaparan Semarang terdapat sekitar 67% yang terpapar
mempunyai hubungan yang signifikan dengan bising setiap harinya. Dari responden yang
gangguan pendengaran (p = 0,027). Penelitian diteliti sebanyak 53 responden (48,2%)
yang dilakukan Azrun (2015) menunjukan responden yang bekerja selama ≥ 8 jam per hari
bahwa lama kerja merupakan faktor resiko pada daerah bising, sedangkan 57 responden
terjadinya gangguan pendengaran dengan OR = (51,8%) responden bekerja < 8 jam per hari
2,333, artinya pekerja yang lama kerja ≥ 8 jam pada daerah bising. Pada beberapa pekerja,
77
Nur Rizqi S. & Evi W./Gangguan Pendengaran Bising/HIGEIA 1 (1) (2017)
tempat istirahat atau kantor berada dalam satu Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
gedung dengan sumber kebisingan sehingga bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan
walaupun sedang istirahat tetap terpapar bising. gangguan pendengaran akibat bising pada
Pengendalian secara administratif telah pekerja yang bekerja > 10 tahun di PT.
dilakukan oleh PT. Indonesia Power UBP Indonesia Power UBP Semarang. Dari hasil
Semarang dengan menerapkan job rotation atau analisis diperoleh nilai OR sebesar 3,656,
rotasi kerja. Job rotation di lakukan dengan artinya pekerja yang bekerja > 10 tahun
membagi shift kerja pada bagian operator yaitu memiliki resiko terkena gangguan pendengaran
shift pagi pukul 07.00-15.00, shift sore pukul akibat bising 3,656 kali lebih besar daripada
15.00-22.00 dan shift malam pukul 22.00-07.00. pekerja yang bekerja ≤ 10 tahun untuk
Selain itu operator dibedakan dalam empat mengalami gangguan pendengaran akibat
kelompok yaitu A,B, C dan D. Sistem rotasi bising.
kerja berlaku 2 kali shift kerja dan 2 kali libur Ganggguan pendengaran akibat bising
yaitu pagi-pagi, siang-siang, malam-malam dan timbul secara bertahap dan dalam waktu yang
libur-libur pada setiap kelompok kerja. lama sehingga pekerja tidak menyadari. Bising
Bagi setiap pekerja diberikan handy talky dengan intensitas tinggi dengan masa kerja lebih
(HT) untuk komunikasi jarak jauh antar pekerja, dari 10 tahun akan mengakibatkan robek hingga
terutama untuk pekerja yang mengoperasikan dekstruksi organ corti. Kehilangan pendengaran
mesin dan operator di control panel agar akan menetap dan perkembangannya menjadi
kestabilan tegangan dan frekuensi listrik dapat lebih lambat setelah 10 tahun bekerja pada
tetap terjaga. Hal ini juga agar pekerja dapat daerah bising (Bashiruddin, 2009).
meminimalisir terpajan bising terlalu lama Menurut penelitian Permaningtyas (2014)
namun tidak untuk operator yang bertugas di terdapat hubungan masa kerja dengan gangguan
area sekitar sumber kebisingan. pendengaran akibat bising dengan p = 0,000.
Pengendalian administratif lain seperti Pekerja yang memiliki masa kerja > 10 tahun
penggunaan noise dosimeter belum pernah lebih beresiko 0,557 kali terkena gangguan
dilakukan di PT. Indonesia Power UBP pendengaran akibat bising daripada yang masa
Semarang. Noise dosimeter adalah alat yang kerja < 10 tahun. Penelitian lain juga diteliti
dapat mengukur intensitas kebisingan yang oleh Ulandari (2014) yang menyebutkan bahwa
diterima pekerja selama masa kerjanya yang paparan kebisingan lebih dari 85 dBA selama 8
berpindah-pindah. Pengukuran dosis pajanan jam kerja dapat menyebabkan kehilangan
adalah pencatatan terhadap kegiatan setiap pendengaran permanen selama > 10 tahun
pekerja yaitu besarnya intensitas kebisingan tahun paparan dengan nilai p = 0,002.
yang diterima dan lamanya terpajan untuk Akumulasi dari lama pemaparan per hari
mengetahui nilai ambang batas (Bashiruddin, dan masa kerja pada pekerja di PT. Indonesia
2009). Hal ini mengakibatkan penilaian pekerja Power UBP Semarang dapat memperparah
yang beresiko dan tidak beresiko terkena efek terjadinya gangguan pendengaran akibat bising.
kebisingan belum dapat dibedakan. Responden yang telah memiliki masa kerja > 10
Perlu adanya pembuatan peta kebisingan tahun menganggap telah terbiasa berada pada
(noise mapping) dengan memberi warna di daerah bising sehingga tidak menggunakan alat
daerah yang digambar sesuai dengan intensitas pelindung telinga. Job rotation tahunan
kebisingannya yaitu: hijau < 85 dBA, kuning diberlakukan kepada operasi, pemeliharaan
85-90 dBA dan orange > 95 dBA. Hal ini PLTU, pemeliharaan PLTGU, outage,
memungkinkan pekerja waspada dengan perencanaan, alat bantu gudang dan sarana,
intensitas kebisingan dan lama pajanan yang kemudian pada bagian operator dibagi untuk
dianjurkan pada masing-masing area kerja serta menentukan kelompok kerja yang akan menent-
meningkatkan kepatuhan dalam menggunakan ukan shift kerja harian.
APT.
78
Nur Rizqi S. & Evi W./Gangguan Pendengaran Bising/HIGEIA 1 (1) (2017)
Sistem job rotation menggunakan sistem pendengaran secara alami akan menurun. Job
acak pada setiap bagian sesuai dengan keahlian rotation belum diberlakukan kepada pekerja
pekerja. Belum mempertimbangkan masa kerja yang berumur > 40 tahun terutama yang telah
pekerja yang telah terpajan bising setiap harinya bekerja dibagin yang terpapar bising ke bagian
sehingga dapat memperbesar resiko terjadinya administrasi dan keuangan atau bagian yang
gangguan pendengaran dan memperparah intensitas kebisingannya < 85 dBA.
pekerja yang telah mengalami gangguan Menurut Peraturan Pemerintah Tenaga
pendengaran. Kerja dan Transmigrasi No.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan PER.02/MEN/1980 tentang pemeriksaan
bahwa ada hubungan antara umur dengan keehatan tenaga kerja dalam penyelenggaran
gangguan pendengaran akibat bising pada keselamatan kerja menyebutkan bahwa
pekerja yang berumur > 40 tahun di PT. pemeriksaan kesehatan kerja terdiri atas tiga
Indonesia Power UBP Semarang. Hal ini macam yaitu pemeriksaan kesehatan sebelum
dibuktikan dalam hasil analisis bivariat kerja, pemeriksaan kesehatan berkala dan
diperoleh p value 0,036 atau kurang dari 0,05. pemeriksaan kesehatan khusus.
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR sebesar Pada awal penerimaan pekerja baru di
2,429, artinya pekerja yang berumur > 40 tahun PT. Indonesia Power telah dilakukan
memiliki resiko terkena gangguan pendengaran pemeriksaan kesehatan dan hanya pekerja yang
akibat bising 2,429 kali lebih besar daripada memiliki kesehatan baik yang direkrut.
pekerja yang bekerja ≤ 40 tahun untuk Pemeriksaan kesehatan secara berkala telah
mengalami gangguan pendengaran akibat dilakukan dengan pemeriksaan audiometri
bising. setiap setahun sekali pada seluruh pekerja. Hasil
Dengan bertambahnya umur, seseorang akan yang didapatkan akan dilaporkan ke audit
mengalami perubahan patologi pada organ perusahaan, bagian K3L dan bagian kesehatan.
auditori. Orang yang berumur lebih dari 40 Namum belum ada pemeriksaan kesehatan
tahun akan mengalami penurunan pendengaran khusus terkait kejadian gangguan pendengaran
yang signifikan sehingga lebih mudah terkena yang diderita pekerja selama ini, hanya bagi
gangguan pendengaran akibat bising. Pada pekerja yang meminta alat bantu pendengaran
membran timpani menunjukan adanya atau penanganan lain yang mendapat perhatian.
penipisan dan kekakuan. Sedangkan pada otot- Pekerja lain yang menderita gangguan tetapi
otot pendengaran mengalami artistis sendi. tidak mengadu ke bagian kesehatan tidak
Bagian yang paling rentan adalah organ corti mendapat perhatian khusus atau tindak lanjut
pada koklea yang mentransfer suara berupa untuk pengobatan.
impuls-impuls listrik yang akan diterjemahkan Pemberian penyuluhan, motivasi dan
oleh saraf pendengaran di otak (Suwento 2007; edukasi terhadap seluruh pekerja terutama
Soedirman 2012). kepada pekerja yang terpapar kebisingan tinggi
Menurut penelitian yang dilakukan agar meningkatkan kesadaran tentang
oleh Ubaidilah (2015) tentang hubungan antara pentingnya program pencegahan gangguan
umur dengan gangguan pendengararan pendengaran akibat bising menjadi kebutuhan
menunjukan p = 0,019 yang berarti ada bukan paksaan. Rotasi kerja ke daerah yang
hubungan antara umur dengan gangguan memiliki intensitas kebisingan yang rendah
pendengaran. Selain itu penelitian Silitonga utamanya diberikan kepada pekerja yang
(2010) juga menunjukan ada pengaruh umur bekerja di daerah intensitas kebisingan tinggi (>
dalam terjadinya gangguan pendengaran akibat 85 dBA), telah berusia > 40 tahun dan masa
bising. kerja > 10 tahun karena pada masa itu pekerja
Umur dapat memperparah terjadinya beresiko tinggi mengalami gangguan
gangguan pendengaran pekerja terutama yang pendengaran.
bekerja di daerah bising karena kemampuan
79
Nur Rizqi S. & Evi W./Gangguan Pendengaran Bising/HIGEIA 1 (1) (2017)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan Pembaharuan APT dilakukan setiap tiga bulan
bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan dan apabila pekerja meminta untuk penggantian
alat pelindung telinga (APT) dengan gangguan karena hilang atau sudah tidak nyaman dipakai.
pendengaran akibat bising pada pekerja di PT. Ear plug yang digunakan oleh pekerja
Indonesia Power UBP Semarang. Hal ini diketahui nilai noise reduction rate (NRR) sebesar
dibuktikan dalam hasil analisis bivariat 25 dBA. Actual NRR dari ear plug dapat
diperoleh p value 0,775 atau lebih dari 0,05, dihitung dengan rumus: (NRR-7)/2 sehingga
artinya Ho ditolak dan Ha diterima yaitu tidak tingkat reduksi dari ear plug yang digunakan
ada hubungan antara penggunaan APT dengan pekerja adalah (25-7)/2 maka didapat nilai 9
gangguan pendengaran akibat bising. dBA. Dari nilai tersebut belum dapat mereduksi
Alat pelindung telinga (APT) adalah alat kebisingan yang ada di PT. Indoneisa Power ke
berupa sumbat telinga atau penutup telinga dalam intensitas kebisingan yang aman karena
dengan tujuan mengurangi dan melindungi apabila disesuaikan dengan nilai intensitas
paparan kebisingan yang masuk telinga. tertinggi yaitu 99,2 maka kebisingan yang masih
Penggunaan alat pelindung telinga merupakan dapat didengar pekerja adalah 90,2 dBA.
kewajiban bagi pekerja yang terpapar bising Apabila mengacu pada NAB waktu paparan
dengan intensitas > 85 dBA selama 8 jam per yang disarankan maka hanya 2 jam per hari
hari atau 40 jam per minggu. Ear plug dapat pekerja diizinkan terpapar bising dengan syarat
menurunkan intensitas kebisingan sebesar 25-30 harus selalu memakai ear plug.
dBA sedangkan ear muff dapat mengurangi Peringatan mengenai intensitas kebisingan yang
intensitas kebisingan sekitar 30-40 dBA (Anizar, tinggi dan keharusan untuk menggunakan alat
2012:174). pelindung telinga telah dipasang di beberapa titk
Penelitian ini sejalan dengan penelitian area seperti di depan perusahaan, gerbang
Kusumawati (2012) menyatakan bahwa tidak memasuki daerah tertutup dan di beberapa titik
ada hubungan antara pengggunaan alat di samping sumber kebisingan. Kewajiban
pelindung telinga dengan gangguan untuk menggunakan APT juga telah dilakukan
pendengaran akibat bising dengan nilai p = melalui penyuluhan kepada pekerja saat training
0,756. Penelitian yang dilakukan oleh Leancy dan pengiriman email tentang peraturan kerja,
Ferdiana (2013) diperoleh hasil statistik niali p = namun belum ada monitoring dan evalusai
0,536 yang menunjukan tidak ada hubungan terkait program penggunaan APT serta
yang signifikan antara pengggunaan APT penghargaan dan hukuman terhadap pekerja
dengan peningkatan ambang pendengaran yang patuh dan enggan memakai APT saat
responden. berada di daerah bising.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa
hampir sebagian besar responden menggunakan PENUTUP
APT apabila berada di tempat bising, namun
responden tetap terkena gangguan pendengaran. Berdasarkan hasil penelitian yang
Kesadaran terkait efek dari intensitas kebisingan dilakukan pada faktor yang berhubungan
yang tinggi juga telah diketahui oleh pekerja. dengan gangguan pendengaran akibat bising di
Kurangnya kenyamanan dalam penggunaan PT. Indonesia Power UBP Semarang dapat
APT menyebabkan responden tidak bertahan disimpulkan sebagai berikut: ada hubungan
lama dalam penggunaanya. Selain itu pekerja antara intensitas kebisingan, lama kerja, masa
yang menganggap bahwa tempat kerja tidak kerja dan umur dengan gangguan pendengaran
bising karena sudah terbiasa berada di sana. akibat bising. Tidak ada hubungan antara
PT. Indonesia Power UBP Semarang penggunaan alat pelindung telinga dengan
telah menyediakan alat pelindung telinga berupa gangguan pendengaran akibat bising. Saran
ear plug kepada seluruh pekerja kecuali pekerja untuk peneliti selanjutnya yaitu dengan
pada bagian administrasi dan keuangan. penerapan program konservasi pendengaran
80
Nur Rizqi S. & Evi W./Gangguan Pendengaran Bising/HIGEIA 1 (1) (2017)
81
Nur Rizqi S. & Evi W./Gangguan Pendengaran Bising/HIGEIA 1 (1) (2017)
82