Anda di halaman 1dari 5

Tugas Kelompok 5

“ Strategi memasuki Pasar Global“

Mata Kuliah: Pemasaran Global

Dosen Pengampu : Dr. Sri Rezeki,SE.,M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Isma Putri Cahya Saragih 7173510035


2. Ferra Feby Nasution 7173510026
3. Indra Kurnia 7173510032

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
Dampak Covid-19Dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

A. Kebijakan Penanganan Pandemi ke Depan Dalam Menjaga Keuangan


Negara

Mentri Keuangan menyatakan bahwa stimulus yang sudah disampaikan


kepada seluruh dunia usaha dan masyarakat itu sifatnya broadbase. “Jadi APBN
meng-cover kebutuhan kesehatan, bidang sosial, dan bidang ekonomi yang
semuanya mengalami dampak seperti domino efek, kesehatan memukul sosial, sosial
memukul ekonomi dan nanti ekonomi juga pasti akan mempengaruhi dari sektor
keuangan, terutama dari lembaga-lembaga keuangan bank dan bukan bank”.

Mentri Keuangan juga menambahkan dari sisi sosial masyarakat Kementerian


Keuangan mencoba melancarkan stimulus/kebijakan-kebijakan untuk bisa
mengurangi dampak shock Covid-19 yang sangat besar ini. “Untuk masyarakat, tentu
tidak bisa seluruhnya shock di absorb oleh APBN. Namun APBN berusaha untuk
bisa mendukung ketahanan sosial masyarakat. Dari sisi sosial ekonomi APBN
mencoba untuk memberikan dukungan agar shock itu tidak merusak atau dalam hal
ini menyebabkan kebangkrutan yang sifatnya masif”. Pemerintah menyadari bahwa
dampak kerusakan akibat wabah Covid-19 akan amat masif ke depannya sehingga
kewaspadaan dan kehati-hatian dalam penetapan kebijakan serta pengelolaan
Keuangan Negara akan dilakukan ke depan.

Dalam rangka menunjang perekonomian, pemerintah telah menerbitkan


PMK-23/2020 dan PMK 28/2020 yang mengatur mengenai insentif fiskal dalam
rangka menghadapi pandemic Covid-19. Dengan adanya insentif fiskal ini,
diperkirakan penerimaan pajak di bulan April akan menurun. Terkait dengan
(PERPPU 1/2020) yang antara lain mengatur penurunan tarif Pajak Penghasilan
(PPh) Badan untuk tahun pajak 2020 (SPT PPh Badannya disampaikan di April
2021), diperkirakan akan terjadi penurunan angsuran PPh Pasal 25 badan mulai
bulan Mei 2020. Lebih lanjut Pemerintah berkomitmen untuk menjaga industri
dalam negeri ditengah pandemi Covid-19. Melalui PMK-30/2020, Pemerintah
memberikan relaksasi penundaan pembayaran cukai akibat tersendatnya logistik di
lapangan karena Covid-19.

Komitmen Pemerintah untuk menjaga keberlanjutan keuangan negara guna


mewujudkan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat ditunjukkan dengan upaya-
upaya Pemerintah untuk mengelola fiskal dengan sebaik-baiknya melalui
peningkatan pendapatan negara secara optimal, pengelolaan utang yang pruden dan
terus berupaya melakukan perbaikan kinerja penyerapan anggaran. Hal ini
diarahkan agar pelaksanaan APBN dapat memberikan manfaat yang optimal dan
berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.

B. Covid-19 Resesi Ekonomi

Pandemi global Virus Corona membuat segala kerusakan, termasuk di sektor


ekonomi, menjadi predictable, bahkan langsung dirasakan oleh semua orang. Si kaya maupun
orang miskin, yang lemah maupun orang kuat, semua merasakan ketidaknyamanan karena
kerusakan di sana-sini.
IMF kembali menegaskan bahwa perekonomian global sudah memasuki tahap resesi.
Sebab, seperti halnya di Indonesia, hampir semua negara menghentikan sebagian aktivitas
perekonomian. Untuk kecenderungan di Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani pun
mengonfirmasi gambaran dari dari IMF itu. Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin
(6/4), Menkeu mengemukakan, akibat wabah covid-19 ini, skenario terburuk perekonomian
nasional hanya bisa tumbuh 2,3% dari prediksi awal tahun 2020 yang 5%. Baik investasi
maupun ekspor tumbuh negatif. Pada kuartal IV nanti, situasinya diharapkan membaik.
Ketika investasi dan ekspor tumbuh negatif, motor penggerak pertumbuhan yang masih bisa
diandalkan adalah konsumsi dalam negeri. Maka, dalam beberapa waktu ke depan,
pemerintah diharapkan menerapkan kebijakan yang mendorong penguatan konsumsi, baik
konsumsi masyarakat maupun konsumsi pemerintah sendiri.

Terkait resesi ekonomi, Indonesia memang tidak boleh hanya menunggu. Sambil tetap
berfokus pada kerja merespons dampak wabah Virus Covid-19, kepedulian bersama dan
respons bersama pada resesi ekonomi pun harus dimulai. Kalau selama ini hanya pemerintah
lewat Menkeu Sri Mulyani yang menyuarakan kecemasan, kini semua dipanggil untuk
peduli. Sebab, negara dan bangsa ini harus menemukan jalan keluar yang bisa meminimalisir
ekses resesi ekonomi. Negara-negara dengan perekonomian yang maju dan kuat sudah coba
merespons resesi. Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, misalnya, sudah berinisiatif dengan
beberapa paket kebijakan stimulus ekonomi.

Indonesia pun sudah menempuh inisiatif yang sama. Pemerintah berencana


menerbitkan obligasi khusus, yang hasilnya akan disalurkan untuk membantu pelaku Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar tetap mampu bertahan dan menciptakan
lapangan kerja.

Kalau pemerintah telah berani berinisiatif, sektor swasta pun diharapkan kreatif dan
berani berinisiatif pula. Kadin dan semua asosiasi pengusaha diharapkan segera merumuskan
proposal tentang strategi menghadapi resesi ekonomi di sektor bisnisnya masing-masing.
Ketika pemerintah masih disibukkan oleh kerja merespons wabah Corona, Kadin dan semua
asosiasi pebisnis setidaknya mau untuk pro aktif berkomunikasi dengan pemerintah.
Misalnya, pemerintah tentu ingin tahu jalan keluar apa yang ada di benak para pemilik hotel
dan pengelola obyek wisata untuk memulihkan sektor pariwisata.

C. Semua negara memproyeksikan penurunan pertumbuhan ekonominya akibat


pandemi virus Covid 19. Bahkan, dalam skenario terburuk, pertumbuhan ekonomi
Indonesia bisa minus 0,4 persen.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Indonesia cukup terhantam


keras dengan penyebaran virus Covid-19 ini. Tidak hanya kesehatan manusia, virus ini juga
mengganggu kesehatan ekonomi di seluruh dunia. Komite Stabilitas Sektor Keuangan
(KSSK), kata Ani, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam skenario terburuk
bisa minus 0,4 persen.
“Pertumbuhan ekonomi kita berdasarkan assessment yang tadi kita lihat, BI, OJK,
LPS, dan kami memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan turun ke 2,3 persen,
bahkan dalam skenarionya yang lebih buruk, bisa mencapai negatif 0,4 persen,” ungkapnya
dalam telekonferensi”. Kondisi sekarang ini akan berimbas pada menurunnya konsumsi
rumah tangga yang diperkirakan 3,2 persen hingga 1,2 persen. Lebih dari itu, investasi pun
akan merosot tajam. Sebelumnya, pemerintah cukup optimistis bahwa investasi akan tumbuh
enam persen. Namun, dengan adanya Covid-19, diprediksi investasi akan merosot ke level
satu persen atau terburuk bisa mencapai minus empat persen.

D. Sektor UMKM, adalah sektor yang paling pertama terdampak wabah Covid-19.
Berkaca pada krisis tahun 1998, sektor ini cenderung aman. Namun, sekarang
situasinya berbeda.

“Sektor UMKM adalah sektor yang juga terpukul. Padahal, selama ini biasanya
menjadi safety net. Sekarang mengalami pukulan yang sangat besar, karena adanya restriksi
kegiatan ekonomi dan sosial yang memengaruhi kemampuan UMKM, yang biasanya
resilient, bisa menghadapi kondisi. Tahun 97-98, justru UMKM masih resilience. Sekarang
ini dalam COVID ini, UMKM terpukul paling depan karena ketiadaan kegiatan di luar rumah
oleh seluruh masyarakat,” jelasnya.

Dapat berdampak pada jutaan pekerja berisiko kehilangan pekerjaan ketika hampir
100 negara menutup perbatasan nasional mereka. Itu bisa berarti kontraksi ekonomi global
0,9 persen pada akhir 2020, atau bahkan lebih tinggi jika pemerintah gagal memberikan
dukungan pendapatan dan membantu meningkatkan belanja konsumen.

E. Virus corona juga berdampak pada sektor pariwisata

Salah satu penyebab virus corona mudah menyebar di Indonesia adalah karena
Indonesia merupakan negara dengan Sektor pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah
satu faktor yang berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia dan memiliki
kontribusi devisa terbesar kedua di Indonesia setelah devisa hasil ekspor Kelapa Sawit.
Sektor-sektor penunjang pariwisata seperti hotel, restoran maupun pengusaha retail
pun juga akan terpengaruh. Sektor pariwisata memiliki dampak jangka pendek dan jangka
panjang pada perekonomian Indonesia. Dampak jangka pendek dapat di rasakan secara
langsung, sedangkan dampak jangka Panjang dapat dilihat dengan bertambahnya pendapatan
nasional, namun dengan adanya Covid-19 semuanya tak lagi sama. Sektor pariwisata yang
sekarang mengalami kelesuan sehingga daya beli menurun secara drastis karena
berkurangnya pengunjung baik turis lokal maupun turis mancanegara, yang secara otomatis
pendapatan dan devisa yang di hasilkan dari sektor pariwisata semakin menurun.

Surat Edaran (SE) yang dikeluarkan pemerintah pada 18 Maret 2020 mengatakan
bahwa, segala kegiatan di dalam dan di luar ruangan di semua sektor yang terkait pariwisata
dan ekonomi kreatif ditunda sementara waktu demi mengurangi penyebaran Covid-19. Hal
ini mengakibatkan sektor pariwisata menjadi lumpuh sementara, sehingga pengangguran
semakin bertambah karena pariwisata merupakan salah satu wadah yang memberikan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tempat wisata maupun masyarakat dari luar.

F. Menurunnya Perdagangan Internasional

Ini menjadi sesuatu yang luar biasa tidak terlepas dari peran teknologi komunikasi.
Tingkat persebaran informasi yang cepat menimbulkan kepanikan yang dahsyat di
masyarakat. Implikasinya membuat perilaku masyarakat berubah. Kepanikan tersebut salah
satunya mengakibatkan ketimpangan antara permintaan dan penawaran.

Saat ini ekonomi global mengalami krisis akibat pandemi Covid-19, indeks bursa
saham rontok. Nilai tukar rupiah terhadap dollar USA melemah hal ini diakibatkan
banyaknya investor asing meninggalkan pasar keuangan Indonesia,  pasar saham anjlok,
mempengaruhi perekonomian dalam negeri. Penguatan dollar USA ini terjadi karena
kepanikan di pasar global akibat Covid-19 serta bergejolaknya pasar minyak. Kemungkinan
rupiah akan melemah terus terhadap nilai tukar dollar AS.

Wabah Covid-19 ini bukan hanya sekadar penyakit yang  mempengaruhi kesehatan,
namun juga dampak secara ekonomi, karena ketika semakin banyak pekerja yang terinfeksi
maka semakin banyak pula biaya untuk perawatan dan juga biaya produksi yang ditanggung
oleh negara. Resiko terhadap kesehatan semakin tinggi dan secara ekonomi akan
mempengaruhi pada tingkat produktivitas  biaya perawatan yang tinggi akibat banyaknya
yang terdampak. Dibutuhkan penanganan yang serius dan kebijakan yang tegas dan tepat
sasaran untuk menyelesaikan krisis ekonomi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai