FARMAKOTERAPI
Oleh:
KELOMPOK : 6
MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
1. Jelaskan etiologi & patofisiologi gangguan bipolar
Etiologi Penyebab dari gangguan bipolar belum diketahui secara pasti. Gangguan bipolar
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat meningkatkan ekspresi gen dan menyebabkan
abnormalitas neurochemical pada pasien gangguan bipolar. Beberapa faktor tersebut antara
lain: Genetik merupakan faktor yang paling umum diketahui sebagai penyebab gangguan
bipolar. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa individu dengan gen
tertentu lebih mungkin mengidap gangguan bipolar. Individu dengan riwayat keluarga atau
saudara yang memiliki gangguan bipolar lebih berisiko dibanding orang lain dari keluarga
tanpa riwayat gangguan bipolar (Durand & Barlow 2006). Seseorang yang lahir dari keluarga
yang memiliki riwayat gangguan bipolar berisiko 80% - 90% terhadap gangguan ini (Drayton
&Weinstein 2008). Prevalensi gangguan bipolar sebesar 5% - 10% terjadi pada keluarga
derajat pertama (Crabtree & Faulkner 2003). Faktor fisiologis Depresi disebabkan oleh
penurunan kadar norepinefrin dan epinefrin, sedangkan peningkatan kadar keduanya dapat
menyebabkan mania (Ikawati 2011). Serotonin merupakan neurotransmitter yang paling
sering dihubungkan dengan keadaan depresi. Dimana penurunan kadar serotonin di cairan
serebrospinal menyebabkan depresi (Ikawati 2011). Faktor lingkungan Faktor eksternal
lingkungan dan psikologis juga diyakini berperan dalam pengembangan gangguan bipolar.
Faktor eksternal ini disebut sebagai faktor pemicu. Pemicu dapat memulai episode baru
mania atau depresi serta membuat gejala yang ada semakin memburuk, namun banyak
episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu yang jelas. Salah satu faktor eksternal yang
utama adalah stress. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa peristiwa yang menyebabkan
stress sering mendahului episode pertama serta dapat memperpanjang waktu pemulihan
gangguan mood (Drayton & Weinstein 2008).
Patofisiologi bipolar belum sepenuhnya dipahami. Teknik pencitraan seperti post
emission tomography (PET) dan functional magnetic resonance imaging (fMRI) digunakan
dalam penjelasan mengenai penyebab bipolar. Penelitian penelitian terdahulu berfokus pada
neurotransmitter seperti norepinefrin (NE), dopamine (DA) dan serotonin (ChisholmBurns,
et al., 2016). Faktor lain yang dapat menjadi penyebab gangguan bipolar adalah faktor
genetik Suatu studi keluarga menunjukkan bahwa keluarga tingkat pertama dari penderita
gangguan bipolar memiliki risiko 7 kali lebih besar terkena gangguan bipolar I dibandingkan
populasi umum. Risiko seumur hidup gangguan bipolar pada keluarga penderita ialah 4070%
untuk kembar monozigot dan 5-10% untuk kerabat tingkat pertama lainnya (Axelson, 2015;
Chisholm-Burns et al, 2016)
2. Jelaskan penatalaksanaan terapi pada gangguan bipolar
a. Non farmakologi
b. Farmakologi, meliputi :
1) Golonganobat
2) Nama Obat( generic& branded/dagang, Dosis awal, rentang dosis&bentuk sediaan yang
tersedia di indonesia)
3) Mekanisme reaksi
4) ESO (Mayor, Moderate & Minor)
5) InteraksiObat
Jawaban:
a. Terapi Non Farmakologi
Pendekatan nonfarmakologis meliputi:
1. Psikoterapi (misalnya: individu, kelompok dan keluarga), terapi interpersonal,
dan/atau terapi perilaku kognitif
2. Tidak Stress
b. Terapi Farmakologi
1. Golongan obat
Mood stabilizer
a) Lithium,
b) divalproex sodium (valproate),
c) extended-release carbamazepine,
d) lamotrigine
Antipsikotik
e) aripiprazole,
f) asenapine,
g) olanzapine,
h) quetiapine,
i) risperidone,
j) ziprasidone
2. Nama Obat ( generic & branded/dagang, Dosis awal, rentang dosis&bentuk sediaan
yang tersedia di indonesia)
Obat Dosis Awal Dosis biasa/rentang dosis
Nama generic &
dagang
Garam lithium 300 mg 2 kali sehari 900-2.400 mg/ hari dalam 2 hingga
Lithium carbonate empat dosis terbagi
Eskalith
Eskalith CR
Lithobid
Lithium citrate
Cibalith-S
Bentuk sediaan : obat bipolar yang beredar di Indonesia kebanyakan dalam bentuk
tablet, kaplet, kapsul dan ada juga dalam bentuk sublingual.
c. Mekanisme reaksi
1) Mood stabilizer
Lithium
Lithium adalah inhibitor sedikitnya empat molekul kunci: IMP, GSK3-beta, adenylyl
cyclase, dan G-proteins (ditandai dengan lingkaran merah coret). Dengan aksinya
yang langsung melalui target-target ini, lithium dapat menyebar efek secara tidak
langsung melewati multiple interconnected signaling pathways. Termasuk ERK dan
PKC yang pada gilirannya mengubah ekspresi gen, distribusi reseptor
neurotransmitter, dan berbagai proses seluler seperti diferensiasi neuronal, apoptosis,
dan ritme sirkadian. Perubahan ekspresi gen dan proses second messenger, dapat
mempengaruhi fungsi neurotransmitters (misalnya: glutamate, dopamine, serotonin)
serta neurotrophins (misalnya: BDNF). Perubahan-perubahan ini diselesaikan
melalui perubahan sintesis, dan ketersediaan molekul-molekul signaling (misalnya:
ekspresi tyrosine hydroxylase dan transkripsi BDNF), juga dengan mengubah
sensitivitas target menuju sinyal-sinyal kimiawi yang baru saja masuk (incoming
chemical signals).
Natrium Divalproat dan Asam Valproat
Mekanisme aksi valproat. Obat ini diketahui dapat mempengaruhi transport ion dan
meningkatkan aktivitas asam γ.
Karbamazepin
Mekanisme aksi karbamazepin dapat memblok kanal-kanal ion dan menghambat
eksitasi berulang neuronal. Akan tetapi berdasarkan penjelasan ini, efek
karbamazepin sebagai mood stabilizer belum diketahui (Crabtree & Faulkner 2008).
Lamotrigin
Mekanisme aksi lamotrigin adalah terlibat dalam pemblokiran kanal kanal ion dan
berefek pada transmisi glutamat. Akan tetapi mekanisme yang tepat dan berhubungan
dengan gangguan bipolar belum diketahui secara pasti (Crabtree & Faulkner 2008).
2) Antipsikotik
Antipsikotika (major tranquillizers) adalah obat-obat yang dapat menekan fungsi-
fungsi psikis tertentu tanpa memengaruhi fungsi umum seperti berfikir dan
berkelakuan normal. Obat ini dapat meredakan emosi dan agresi dan dapat pula
menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa seperti impian buruk dan pikiran
khayali (halusinasi) serta menormalisasikan perilaku yang tidak normal.
e. Interaksi Obat
Interaksi obat dengan tingkat keparahan mayor didominasi oleh interaksi antara
fluoksetin dengan risperidon sebanyak 376 kasus (29,24%). Fluoksetin sebagai lini
pertama terapi antidepresan dan risperidon sebagai antipsikotik atipikal yang memiliki
harga terjangkau, efikasi dan manfaat yang lebih baik dalam mengatasi gejala positif
dibandingkan antipsikotik tipikal menjadi pilihan terapi kombinasi yang sering
digunakan. Penggunaan bersama fluoksetin dengan risperidon dapat meningkatkan
konsentrasi risperidon karena fluoksetin menghambat enzim CYP2D6 yang bertangggung
jawab dalam metabolisme risperidon melalui penghambatan jalur hidroksilasi sehingga
mengurangi klirens risperidon (Spina et al., 2002).
Interaksi obat dengan tingkat keparahan moderat ditemukan dalam 5 kasus
interaksi obat dengan peresepan terbanyak antara obat fluoksetin dengan klobazam, yaitu
sebanyak 11 kasus (0,87%). Menurut Moore, et al., (2007) penggunaan golongan
benzodiazepin pada peresepan pasien skizofrenia bermanfaat mengurangi tingkat ansietas
dan insomnia. Mekanisme interaksi obat fl uoksetin dengan klobazam dapat
meningkatkan konsentrasi plasma fluoksetin. Hal ini disebabkan klobazam dapat
menghambat enzim CYP2D6 yang berperan dalam memetabolisme fluoksetin. Jika terapi
kombinasi ini diperlukan, maka dosis fluoksetin harus diturunkan.
Interaksi Minor : Fluoksetin – diazepam
3. BerdasarkanPedomanPengobatan dari American Psychiatric Association (APA) &Ueropean
Psychiactric Association (EPA)
a) Gejala psikologis, kognitif dan psikis
gangguan mood dan perubahan fungsi terlihat oleh orang lain.
Catatan: jangan sertakan gejala-gejala yang jelas disebabkan oleh kondisi medis.
1. Suasana hati yang tertekan hampir setiap hari, sebagaimana ditunjukkan oleh kedua
laporan yang bersifat subjektif (misalnya, merasa sedih, hampa. Atau putus asa) atau
pengamatan yang dibuat oleh orang lain (misalnya.Muncul menangis). (catatan: pada
anak-anak dan remaja, orang mudah marah.)
2. Minat atau kesenangan secara mencolok berkurang dalam semua, atau hampir semua,
kegiatan hampir setiap hari, hampir setiap hari (sebagaimana ditunjukkan oleh catatan
subjektif atau pengamatan).
3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak berdiet atau bertambah berat
(misalnya berat badan. , perubahan lebih dari 5% berat badan dalam sebulan), atau
penurunan atau peningkatan selera makan hampir setiap hari. (catatan: pada anak-anak,
pertimbangkan kegagalan untuk menaikkan berat badan yang diharapkan.)
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
5. Gangguan psikologis atau keterbelakangan hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang
lain: bukan hanya perasaan cemas atau melambat).
6. Lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari.
7. Perasaan tidak berharga atau selimut perca yang berlebihan atau tidak pantas (yang
mungkin delu sional) hampir setiap hari (bukan sekadar menyalahkan diri sendiri atau
rasa bersalah karena sakit).
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau kebimbangan,
hampir setiap hari (baik oleh laporan subiective atau seperti yang diamati oleh orang
lain).
9. Pemikiran berulang tentang kematian (bukan hanya rasa takut akan kematian), Recurrent
ideation with out plan, a suicide, atau a spesifik plan for suicide suicide.
Gejala kognitif
Catatan: spesifier dengan melankolis fitur "diterapkan jika fitur-fitur ini adalah preser
pada tahap yang paling parah dari episode. Ada hampir tidak lengkap berkaitan dengan
kenikmatan, bukan hanya penurunan. Sebuah quideline untuk mengevaluasi kurangnya
reac dari suasana hati adalah bahwa peristiwa yang sangat diinginkan bahkan tidak terkait
dengan mencerahkan suasana hati marke. Baik suasana hati tidak mencerahkan sama
sekali, atau mencerahkan hanya parial (misalnya. , hingga 20%-40% normal hanya untuk
beberapa menit). "Kualitas moa yang berbeda yang merupakan karakteristik dari" dengan
fitur melankolis "mengalami sebagai berbeda qua dari yang selama episode depresif
nonmelankolis. Perasaan depresi yang digambarkan hanya lebih parah, lebih bertahan
lama, atau ada tanpa anak kandung tidak dianggap berbeda mutunya. Perubahan
Psychomotor hampir selalu pres dan dapat diamati oleh orang lain.
b) Jenis pilihan terapi non farmakologi &terapif armakologinya( lini I, lini II & alternative)
c) Mood stabilizer
Lithium
Lithium adalah inhibitor sedikitnya empat molekul kunci: IMP, GSK3-beta, adenylyl
cyclase, dan G-proteins (ditandai dengan lingkaran merah coret). Dengan aksinya
yang langsung melalui target-target ini, lithium dapat menyebar efek secara tidak
langsung melewati multiple interconnected signaling pathways. Termasuk ERK dan
PKC yang pada gilirannya mengubah ekspresi gen, distribusi reseptor
neurotransmitter, dan berbagai proses seluler seperti diferensiasi neuronal, apoptosis,
dan ritme sirkadian. Perubahan ekspresi gen dan proses second messenger, dapat
mempengaruhi fungsi neurotransmitters (misalnya: glutamate, dopamine, serotonin)
serta neurotrophins (misalnya: BDNF). Perubahan-perubahan ini diselesaikan
melalui perubahan sintesis, dan ketersediaan molekul-molekul signaling (misalnya:
ekspresi tyrosine hydroxylase dan transkripsi BDNF), juga dengan mengubah
sensitivitas target menuju sinyal-sinyal kimiawi yang baru saja masuk (incoming
chemical signals).
Natrium Divalproat dan Asam Valproat
Mekanisme aksi valproat. Obat ini diketahui dapat mempengaruhi transport ion dan
meningkatkan aktivitas asam γ.
Karbamazepin
Mekanisme aksi karbamazepin dapat memblok kanal-kanal ion dan menghambat
eksitasi berulang neuronal. Akan tetapi berdasarkan penjelasan ini, efek
karbamazepin sebagai mood stabilizer belum diketahui (Crabtree & Faulkner 2008).
Lamotrigin
Mekanisme aksi lamotrigin adalah terlibat dalam pemblokiran kanal kanal ion dan
berefek pada transmisi glutamat. Akan tetapi mekanisme yang tepat dan berhubungan
dengan gangguan bipolar belum diketahui secara pasti (Crabtree & Faulkner 2008).
d) Antipsikotik
Antipsikotika (major tranquillizers) adalah obat-obat yang dapat menekan fungsi-
fungsi psikis tertentu tanpa memengaruhi fungsi umum seperti berfikir dan
berkelakuan normal. Obat ini dapat meredakan emosi dan agresi dan dapat pula
menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa seperti impian buruk dan pikiran
khayali (halusinasi) serta menormalisasikan perilaku yang tidak normal.
e) Buatkan masing – masing alogaritma terapi