Anda di halaman 1dari 7

I.

Formula Asli
Sediaan injeksi dengan zat aktif Ranitidin Hcl dibuat sebanyak 2 ml dalam wadah
Ampul.

II. Master Formula


Nama Produk : Injeksi Ranitidin HCL®
Jumlah Produk :
Tanggal Produksi : 22-Desember-2020
No. Registrasi : DBL 1952560010 A3
No. Batch : 902003 A
Komposisi Formula : Tiap tablet mengandung
Rancangan Formula : Ranitidin Hcl 50 mg
Sodium Klorida 0.9 %
Disodium Fosfat 1%
Aqua Pro Injection ad. 2 ml

Pabrikan Nama Produk


Injeksi Ranitidin HCL ®
PT. KSB Master Formula Dibuat Oleh
FARMA 22-12-2020 KELOMPOK I
Kode Bahan Nama Bahan Fungsi
001-RCL Ranitidin HCL Zat Aktif

002-SDK Sodium Klorida Pengatur Tonisitas

003- DFT Disodium Fosfat Dapar

004- API Aqua Pro Injection Pelarut


III. Pemilihan Bahan Tambahan
1. Alasan Pemilihan Zat aktif/Ranitidin HCL
Ranitidin Hidroklorida merupakan antagonis reseptor histamin H2 secara selektif
dan reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung,
sehingga pada pemberian ranitidin HCl sekresi asam lambung akan dihambat. Obat ini
digunakan secara luas untuk tukak duodenum, tukak lambung, zollinger-Ellison
syndrome, gangguan refluks lambung-esofagus, dan erosi esophagus (Sugiyartono,
2012).
Raditidine adalah antagonis histamin H2 dengan kerja dan kegunaan yang mirip
dengan simetidin. Ranitidine dapat diberikan secara oral atau perenteral (dengan rute
iv atau im) (Martindale, 2009).
Dosis umum ranitidin melalui injeksi intramuskular atau intravena adalah 50 mg,
yang dapat diulang tiap 6-8 jam, injeksi intravena harus diberikan secara perlahan
tidak kurang dari 2 menit dan harus diencerkan dan berisi 50 mg dalam 20 ml. Kadar
6.25 mg/jam telah disarankan untuk infus intravena (Martindale, 2009).

2. Alasan Pemilihan Zat Tambahan


a. Sodium Klorida (Nacl) / Pengatur Tonisitas
Sodium klorida secara luas digunakan dalam berbagai sediaan parenteral dan
nonparenteral dalam formulasi, terutama digunakan untuk membuat larutan
isotonis. (Martindale, 2009).
Konsentrasi sodium klorida untuk menghasilkan larutan isotonis pada sediaan
intravena atau optalmik adalah ≤ 0.9 % (Martindale, 2009 : 637).
Sodium Klorida Injection, adalah larutan steril dan isotonik. Tidak
mengandung zat antimikroba. Kandungan ion Na dan Cl dalam obat suntik kurang
lebih 154 mEq/L/ Larutan ini dapat digunakan sebagai Pembawa steril dalam
pembuatan larutan atau suspensi obat untuk pemberian secara parenteral (Ansel,
2011 : 407-408).

b. Disodium Fosfat / Dapar


Disodium Fosfat digunakan secara luas dalam berbagai formulasi farmasi
sebagai zat penyangga (dapar) dan sebagai zat pengompleks (Martindale, 2009).
pH Sistem Dapar Konsentrasi (%)
3.5 -5.7 Asam Asetat - Asetat 1-2
2.5-6.0 Asam Sitrat - Sitrat 1-5
6.0-8.2 Asam Fosfat - Fosfat 0.8 - 2
8.2-10.2 Asam Glutamat - Glutamat 1- 2
(Goeswin Agoes, 2013)

c. Aqua Pro Injection


Pelarut yang paling luas digunakan adalah air untuk injeksi. Air untuk injeksi
steril digunakan untuk rekonstitusi padatan svp sebelum digunakan Aqua Pro
Injection merupakan pelarut pilihan untuk pelarut SVP (Sediaan Parenteral Volume
Kecil), dibuat secara destilasi atau teknologi reverse-osmosis (RO). (Ansel, 2011 :
151).

IV. Uraian Bahan


1. Zat Aktif (Martindale, 2009 : )
Nama resmi : Ranitidin Hidroklorida
Sinonim : Ranitidin Hcl
RM/BM : C13H22N4O3S/314.4 gram/mol
Pemerian : Berwarna putih sampai kuning pucat, praktis
tidak berbau, serbuk hablur, sensitif terhadap
cahaya dan kelembaban.
Kelarutan : Sangat larut dalam air, sedikit larut dalam
alkohol %
pH : 4.5 - 6.0
Titik lebur : Melebur pada suhu lebih kurang 140°, disertai
peruraian.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat ditempat
terlindung dari cahaya

2. Zat Tambahan
a. Disodium Fosfat (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Hal : 693)
Nama resmi : Dibasic sodium phosphate
Sinonim : Disodium hidrogen fosfat, E339, asam fosfat,
garam disodium, natrium ortofosfat
RM/BM : Na2HPO4 141.96 gram/mol
Pemerian : Anhidrat dibasic sodium fosfat berbentuk
serbuk putih. Bentuk dihidratnya berupa
bubuk putih atau hampir putih dan tidak
berbau.
Kelarutan : Sangat larut dalam air, terlebih di dalam air
panas, praktis tidak larut dalam etanol (95%).
pH : 9.1 untuk 1% larutan pada suhu 25°C, antara
8,4 dan 9,6 dalam 1% larutan (NCBI)
Kegunaan : Zat pengompleks atau agen pengikat, buffer
Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara, di tempat yang
sejuk dan kering.
Incompabilitas : Inkompatibel dengan alkaloid, antipirine,
kalsium glukonat, ciprofloxacin dll.
Stabilitas : Bentuk anhidrat dari disodium fosfat bersifat
higroskopis.

b. Sodium Klorida (NaCl) (Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Hal : 671)


Nama resmi : Natrii chloridum
Sinonim : Alberger, garam, garam dapur, gram laut,
garam kasar, garam hopper.
RM/BM : NaCl/58.44 gram/mol
Pemerian : Bubuk kristal putih atau kristal tidak
berwarna, memiliki rasa asin.
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol, larut dalam 250
bagian etanol (95%), larut dalam 10 bagian
gliserin, larut dalam 2,8 bagian air dan larut
dalam 6 bagian air pada suhu 100°C
pH : 6,8 hingga 7,3 (NCBI)
Kegunaan : Diluen pada tablet dan kapsul serta sebagai
agen tonisitas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat ditempat yang
sejuk dan kering
Incompabilitas : Larutan asam klorida bersifat korosif terhadap
besi, dan bereaksi dengan perak, timbal, dan
garam merkuri
Stabilitas : Larutan natrium klorida bersifat stabil tetapi
dapat menyebabkan pemisahan partikel kaca
dari jenis wadah kaca tertentu
V. Metode Sterilisasi Injeksi
Untuk bahan dengan bentuk serbuk, semisolida, liquid berbasis non air (misalnya
cairan berminyak) yang stabil terhadap pemanasan, maka pilihan metode utama untuk
sterilisasi adalah menggunakan panas kering (oven). Bila bentuk bahan yang akan
disterilisasi adalah likuida berbasis air, maka pilihan utama sterilisasinya adalah
menggunakan panas basah (autoklaf) (Elisma Sesilia, 2016).
Bila bahan adalah cairan, maka pilihan utama metode sterilisasi adalah Autoklaf
121⁰C selama 15 menit (Elisma Sesilia, 2016).

VI. Perhitungan Tonisitas


Menggunakan Metode Ekivalensi Nacl
Tiap sediaan injeksi mengandung = 50 mg yang dibuat dalam 2 ml
 Diketahui :
 Ranitidin Hcl = 50 mg (E = 0,16)
 Sodium Klorida = 0,9 %
 Disodium Fosfat = 1% (E = 0,42)
 Aqua Pro Injection ad. 2 ml

 Jumlah Nacl agar isotonis pada sediaan 2 ml


 Sodium Klorida (NaCl) 0,9 %
0,9
= 100 x 2 ml = 0,45 gram

= 0,018 gram
 Jumlah Nacl dalam sediaan
 Rumus : E x W
 Ranitidin Hcl 50 mg
= (50 mg = 0,05 gram)
= 0,16 x 0,05
= 0,008 gram
 Disodium Fosfat 1 %
1
= 100 x 2 ml = 0,02 gram
= 0,42 x 0,02 = 0,0084 gram

 Jadi, total nilai kesetaraan NaCl dalam sediaan


= 0,008 + 0,0084
= 0,0164 gram
 Sehingga Nacl yang ditambahkan agar isotonis adalah :
= 0,018 - 0,0164
= 0.0016 gram

VII. Evaluasi/ Pengujian


 (Fatmawati, 2015 Teknologi sediaan farmasi, hal :332)
a. Penetapan volume injeksi dalam wadah
Menetapkan volume injeksi yang dimasukkan dalam wadah agar volume injeksi
yang digunakan tepat/sesuai dengan yang tertera pada penandaan.
b. Pemeriksaan bahan partikulat
Untuk memastikan larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi dari zat padat
steril untuk penggunaan parenteral, bebas dari partikel yang dapat diamati pada
pemeriksaan secara visual.
c. Pemeriksaan pH
Untuk mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
d. Keseragaman kandungan
Untuk menjamin keseragaman kandungan zat aktif
e. Evaluasi kejernihan
Untuk memastikan larutan terbebas dari pengotor
f. Uji kebocoran
Untuk memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta
kestabilan sediaan.
Daftar Pustaka

Ansel, Howard, C., 2011. Pegantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.

Agoes, Goeswin. Seri Farmasi Industri : Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan
Perluasan. Bandung : Penerbit ITB.

Fatmawati, Aisyah dkk. 2015. Teknologi Sediaan Farmasi, Yogyakarta.

L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C., Sheskey, P.
J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Assosiation.

Lachman., L.. Lieberman, H.A., and Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II,
Edisi Ketiga, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference, Thirty Sixth, Edition,
Pharmaceutical Press, New York.

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima, diterjemahkan oleh
Neorono, S. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai