Penyusun :
Pembimbing :
Dr.Indira R.A Sp.M
1
KATA PENGANTAR
Salam hormat,
2
Dm 30E
& 30S
DAFTAR ISI
Halaman Judul...............................................................................1
Kata Pengantar..............................................................................2
Daftar Isi........................................................................................3
Bab I Pendahuluan..................................................................4
I.1 Latar Belakang....................................................4
I.2 Insidens...............................................................5
Bab II Pembahasan....................................................................6
II.1 Anatomi……………………………………......6
II.2 Fisiologi………………………………………..6
II.2.i Sistem lakrimalis……………………...6
II.2.ii Fungsi air mata……………………......7
II.2.iii Lapisan air mata………………………7
II.3 Definisi ……………………………………….8
II.4 Etiologi..............................................................8
II.5 Pathogenesis & Patofisiologi.................……...9
II.6 Gejala klinis………………………………….10
II.7 Diagnosis…………………………………….11
II.8 Komplikasi………………………………......13
II.9 Terapi………………………………………..14
II.10 Prognosa..........................................................15
3
Bab III Kesimpulan.......................................................….....16
Terminologi.................................................................................18
Daftar Pustaka…………………………………….…………....19
BAB I
PENDAHULUAN
4
peranan dalam mempertahankan permukaan okuler normal dan penyembuhan luka
kornea. Juga terdapat substansi seperti Albumin, transferin, immunoglobulin ( Ig
A, Ig G, Ig M ). Defisiensi lapisan akuous adalah penyebab yang paling sering
pada sindroma mata kering. Defisiensi lapisan musin ( disebabkan oleh kerusakan
pada sel goblet atau epithelial glikokalyx seperti yang terlihat pada steven Johnson
sindrom atau luka bakar kimia yang menyebabkan yang menyebabkan keringnya
permukaan kornea dan kerusakan epitel.
5
BAB II
PEMBAHASAN
kanalikulus atas
Kanalikulus komunis
Saccus lakrimalis
Mukosa nasal
Duktus nasolakrimalis
punctum lakrimalis
Kanalikulus bawah
II.2 Fisiologi
II.2.i Sistem lakrimalis
Air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimalis yang melubrikasi bola
mata. Lalu mengalir menuju punctum lakrimalis, diteruskan ke kanalikuli
6
lakrimalis lalu masuk ke saccus lakrimalis menuju ke duktus nasolakrimalis
yang bermuara di meatus nasi inferior.
7
berfungsi melicinkan permukaan mata dan mengurangi kemungkinan
penguapan pada permukaan mata.
2. Lapisan Aqueos (air), yang dihasilkan oleh kelenjar – kelenjar kecil yang
tersebar diseluruh selaput mata (konjungtiva) dan juga dihasilkan oleh kelenjar
air mata (kelenjar lakrimal).Fungsi dari lapisan ini ialah untuk membersihkan
mata dan mengeluarkan benda asing.
3. Lapisan Mucin (lendir), yang dihasilkan oleh sel goblet di konjungtiva.
Fungsi dari lapisan ini adalah menyebarkan air mata secara merata pada mata.
Lapisan air mata ini adalah pelumas bagi mata, dengan adanya lapisan air mata,
permukaan mata menjadi licin dan menghasilkan penglihatan yang tajam.
Kurang Berkedip :
Pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi ( bekerja didepan komputer
atau mikroskop )
gangguan ektrapiramidal ( parkinsone disease )
Faktor Lingkungan :
Paparan sinar matahari berlebih
Lingkungan yang panas dan kering
9
Ruangan ber AC
Jaringan kelopak mata :
Eksposure ( craniostenosis, proptosis, eksophtalmus, myopi
tinggi )
Kelumpuhan kelopak mata
Ektropion
Koloboma kelopak mata
Blepharitis /Miebom gland disease :
Sjogren Sindroma :
Primary ( Tidak berhubungan dengan penyakit jaringan ikat )
Sekunder ( berhubungan dengan penyakit jaringan ikat )
• Rheumatoid arthritis
• SLE
• Scleredema
• Sirosis bilier primer
• Nefritis Interstitial
• Polimyositis dan dermatomyositis
• Polyartritis nodosa
• Penyakit Hashimoto
Non Sjogren Sindroma :
Defisiensi kelenjar Lakrimal
Obstruksi duktus kelenjar Lakrimal
Reflex Hyposecretion
Obat sistemik
10
Mata sering merah dan iritasi
Pandangan kabur yg sering membaik dengan kedipan
Watery eyes ( mata berair )
Sering timbul rasa tidak nyaman setelah membaca, komputer maupun
melihat televisi
11
rendah kadang – kadang dijumpai pada orang normal dan
hasil normal dijumpai pada mata kering terutama yang
sekunder terhadap defisiensi musin.
12
up time. Biasanya waktu ini lebih dari 15 detik, jika waktu kurang
dari 15 detik maka maka terjadi defisiensi air mata.
3. Tes Ferning mata
Tes sederhana dan murah untuk meneliti mukus konjungtiva
dilakukan dengan mengerikan kerokan konjungtiva diatas kaca
objek bersih. Normalnya arborisasi ( ferning ) mikroskopik terlihat
pada mata normal. Arborisasi berkurang atau hilang terjadi pada
pasien konjungtivitis.
4. Sitologi impresi
Cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan konjungtiva
5. Pemulasan fluorescein
Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering
berfluorescein adalah indikator baik untuk derajat basanya mata
dan meniskus air mata mudah terlihat.
6. Pemulasan Bengal Rouse
Lebih sensitif daripada fluorescein. Pewarnaan itu akan memulas
semua epitel non vital yang mengering dari kornea dan
konjungtiva.
7. Pengujian kadar Lisosim air mata
Penurunan kadar lisosim untuk mendiagnosa sindrom Sjogren.
8. Osmolalitas air mata
Dapat ditemukan normal walaupun hasil uji schirmer dan
pemulasan bengal rose.
9. Laktoferin
Pengukuran untuk hiposekresi kelenjar lakrimal.
14
memakai larutan tanpa bahan pengawet. Bahan pengawet dapat pula menimbulkan
reaksi idiosinkrasi. Ini paling serius dengan timerosal.
Pasien dengan mata kering oleh sembarang penyebab lebih besar
kemungkinan terkena infeksi. Blepharitis menahun sering terdapat dan harus
diobati dengan memperhatikan higiene dan memakai antibiotika topikal. Acne
rosacea sering terdapat bersamaan dengan keratokonjungtivitis sicca, dan
pengobatan dengan tetrasiklin sistemik ada manfaatnya.
Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada
pungtum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu lebih lama (silicon),
untuk menahan sekret air mata. Penutupan puncta dan kanalikuli secara permanen
dapat dilakukan dengan terapi thermal (panas), kauter listrik, atau dengan laser.
II.10 Prognosa 7)
Penyakit ringan biasanya memberi respon terhadap air mata buatan.
Penyakit berat seperti yang ditemukan pada reumatoid sjögren sulit
diterapi.
15
BAB III
KESIMPULAN
Air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimalis yang melubrikasi bola mata.
Lalu mengalir menuju punctum lakrimalis, diteruskan ke kanalikuli lakrimalis
lalu masuk ke saccus lakrimalis menuju ke duktus nasolakrimalis yang
bermuara di meatus nasi inferior.
Air mata berfungsi untuk membuat kornea menjadi permukaan licin,
membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva,
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan memberi kornea substansi nutrien.
Terdapat tiga lapisan air mata antara lain lipid layer/oily Layer, aqueous
layer/watery layer dan mucin layer/mucus Layer.
Sindroma Mata Kering (Dry Eye Syndrome) ialah suatu gangguan pada
permukaan mata yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari
lapisan air mata.
Gejala klinis pada sindrom mata kering antara lain mata sering gatal, rasa
seperti terbakar, nyeri, dan ngeres seperti ada pasir. Mata sering merah dan iritasi.
Pandangan kabur yg sering membaik dengan kedipan. Watery eyes ( mata berair ).
Sering timbul rasa tidak nyaman setelah membaca, komputer maupun melihat
televisi.
16
Ciri khas pada pemeriksaan slit lamp adalah terputus atau tiadanya meniskus
air mata di tepian palpebra inferior. Benang – benang mukus kental kekuning
kuningan kadang – kadang terlihat dalam fornix konjungtiva inferior. Pada
konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan normal dan mungkin menebal, hiperedema
dan hiperemik.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada sindrom mata kering antara
lain tes schimmer, tears film break up time, tes Ferning mata, sitologi impresi,
pemulasan fluorescein, pemulasan Bengal Rouse, pengujian kadar Lisosim air
mata, osmolalitas air mata dan laktoferin.
Komplikasi pada awal perjalanan SMK penglihatan sedikit terganggu. Pada
kasus lanjut dapat timbul ulkus pada kornea, penipisan kornea , dan perforasi.
Kadang – kadang terjadi infeksi bakteri sekunder dan berakibat parut dan
vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan penglihatan.
Terapi pada kasus ringan (perubahan epitel kornea dan konjungtiva masih
reversible): Diberi air mata buatan + salep sebagai pelumas jangka panjang (saat
tidur). Pada Sjogren sindrom dengan mukus yang kental ditambahkan agen
mukolitik misalnya acetylcystein 10%. Air mata buatan sebaiknya tanpa pengawet
kimiawi karena dapat menimbulkan toksisitas pada kornea. Tindakan Bedah pada
mata kering berupa pemasangan sumbatan di punctum untuk menahan sekret air
mata.Bila terjadi infeksi, (misal: blepharitis kronis dengan antibiotik
topikal+memperhatikan hygiene, sedangkan acne rosacea dengan tetracycline).
17
TERMINOLOGI
18
DAFTAR PUSTAKA
19