Karil Karya
Karil Karya
Karya Tulis ini Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah
Teknik Menulis Karya Ilmiah
OLEH
NAMA: SUJANA
NIM: 018469526
sujanaadinata@Gmail.com
Jurusan Manajemen
UPBBJ Bandung
Universitas Terbuka
2015
ABSTRAK
Program Magang (Apprentice
Program) di Conoco Phillips Indonesia adalah programpercepatan pengembangan
bagi lulusan universitas baru dengan latar belakang bisnis, petro-
teknis, atau teknik. Karyawan Magang dapat berpartisipasi dalam program
pengembangan satu tahun intensif yang dirancang untuk
mempertajam keterampilan teknis dan soft skill dan mempersiapkannya untuk
menjadi seorang karyawan Conoco Phillips yang terlatih dan kompetitifsecara
global. Program termasuk on the job training, pelatihan kelas, pengalaman
praktis, dancoaching & mentoring oleh rekan-rekan yang berpengalaman.
I. PENDAHULUAN
A. PERMASALAHAN
Sesuai dengan hasil survey yang dibahas dalam sebuah seminar bertajuk “2012
Talent & Rewards Seminar” yang diselenggarakan oleh Towers Watson Indonesia,
perusahaan global professional services di Jakarta, Rabu (28/11/2012). Dari hasil
survey tersebut, sebagian besar perusahaan di Indonesia harus berjuang keras untuk
mendapatkan dan mempertahankan karyawan potensi tinggi (high potential) dan
memiliki keterampilan kritikal (critical skill) yang diperlukan untuk meningkatkan
daya saing global mereka. Persoalan mempertahankan (retaining) karyawan
menjadi tantangan di Indonesia. Buktinya 78% dari perusahaan mengaku kesulitan
untuk mempertahankan karyawan dengan keterampilan kritikal, sementara 74%
perusahaan menemukan kesulitan untuk mempertahankan karyawan dengan
potensi tinggi.
B. PROGRAM MAGANG (Apprentice Program)
Kinerja semua murid ini terus dievaluasi dan dinilai. Setelah berhasil
menyelesaikan Program Magang, siswa akan menjadi seorang karyawan
ConocoPhillips Indonesia dan dapat memiliki peluang masa depan di unit bisnis
global lainnya
Ini adalah program yang sangat kompetitif yang akan mengekspos siswa
pada kesempatan saat ini dan mempersiapkan untuk tantangan masa depan.
Cakupan program meliputi kelompok pendukung hulu (Upstream Support Group)
ConocoPhillips dan berfokus pada bagaimana bisnis perusahaan memenuhi
persyaratan dari semua pemangku kepentingan, termasuk investor, karyawan,
pelanggan, vendor dan masyarakat lokal.
Kesadaran Komersial
Komunikasi Efektif
Inovasi dan Kreativitas
Kepemimpinan
Keterampilan Pribadi dan Tim
Perencanaan dan Pengorganisasian
Analisis Masalah
Teknik Drilling
Geologi dan Geofisika
Operasi dan Teknik Excellence
Produksi / Teknik Penyelesaian
Proyek / Fasilitas Rekayasa
Teknik Reservoir
Sarjana / Magister Teknik Kimia, Geologi, Geofisika, Teknik Mesin, dan Teknik
Perminyakan, dengan IPK minimal 3,20 dari 4,00 skala atau 80,00 dari 100 skala.
Elektronika, dan Teknik Mesin dengan IPK minimal 3,00 dari 4,00 skala atau 75 dari
100 skala.
A. BANYAK KARYAWAN RESIGN
Pengaruh nyata program ini sejak dimulai 22 tahun lalu oleh PT Conoco
Indonesia sebelum merger dengan Phillips dan Gulf menjadi ConocoPhillips
Indonesia di tahun 2000 dimana setelah perubahan manajemen program Magang
ini sempat tidak dilakukan karena banyak mengadopsi karyawan peralihan dari PT
Gulf Indonesia dan untuk memenuhi kekurangan karyawan untuk proyek- proyek
yang baru, tertuama proyek besar dilaut Natuna yaitu pembangunan Floating
Production and Storage Offloading (FPSO) yaitu sebuah fasilitas yang berbentuk
kapal besar dengan ukuran kurang lebih 300 M panjang dan 60 M lebar dimana
dibutuhkan bayak tenaga terampil dan berpengalaman untuk mengoperasikan
FPSO beserta pendukung lainya. Maka manajemen ConocoPhillips waktu itu
banyak merekrut langsung tenaga berpengalaman berasal dari perusahaan sejenis
di dalam negri maupun karyawan berpengalaman putra Indonesia yang mau
bergabung dari perusahaan minyak dan gas dari Negara Arab Qatar.
Keadaan stabil ini hanya berlangsung hingga tahun 2005 dimana proyek
FPSO baru berjalan satu tahun dan masih dalam sebagian percobaan dan sebagian
lagi dalam penyesuaian operasi disamping itu proyek pendukung lainnya baru saja
dalam permulaan dan sebagian dalam perencanaan.
Pada saat itu permintaan tenaga kerja trampil dan berpengalan melonjak
sangat tinggi karena sedang booming proyek-proyek instalasi pengolahan gas dan
minyak yang ada di Indonesia sendiri dan di luar negri yaitu Arab Saudi, Qatar,
UEA, Quait, dan yang lainnya.Dimana mereka mengadakan safari perekrutan besar
besaran untuk menjaring tenaga kerja Indonesia ke Negara masing- masing.
Pada periode itulah ConocoPhillips Indonesia tidak luput dari efek tingginya
permintaan pasar tenaga kerja.
Dalam waktu yang relative singkat banyak karyawan yang keluar karena
persaingan upah dan fasilitas. Sehingga pemenuhan kebutuhan karyawan pengganti
tidak seimbang dan berjalan lambat sementara daftar karyawan yang sudah dan
mau pindah keperusahaan lain lebih banyak.
II. KESIMPULAN
IDA ROYANI
Nim : 016312384
idaroyani343@gmail.com
Program S1 Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemah
ABSTRAK
Teks eksposisi yang terdapat pada media online ataupun media cetak banyak kita temui
istilah-istilah yang susah untuk dicarikan padanannya pada bahasa sasaran (BSa). Untuk itu
diperlukan teknik penerjemahan guna mengatasi masalah tersebut. Sebelum menerapkan
teknik penerjemahan, kita harus tahu dulu yang dimasksud dengan prosedur penerjemahan.
Yaitu, teknik penerjemahan yang mencakup kalimat dan satuan-satuan bahasa yang lebih
kecil seperti klausa, frase, dan kata. Ada berbagai teori yang dikemukakan oleh beberapa pakar
tentang teknik penerjemahan baik teknik yang condong ke bahasa teks sumber (BSu) ataupun
yang condong ke bahasa teks sasaran (BSa). Transferensi merupakan salah satu dari teknik
penerjemahan yang dikemukakan oleh pakar penerjemah Newmark. Transferensi juga dikenal
dengan isltilah pungutan dari bahasa asing. Teknik ini diterapkan pada teks sasaran karena
terbatasnya kosa kata bahasa Indonesia, sulitnya pemadanan kata pada BSa, serta untuk
menghadirkan nuasa bahasa sumber pada bahasa sasaran. Penerapan teknik ini pada teks
yang berjudul “Go Green Today, Greet Live for Tomorrow” merupakan penjabaran dari prinsip-
prinsip penerjemahan yakni, jelas, akurat, dan wajar. Kata- kata pungutan dari bahasa asing
tersebut akan mengalami naturalisasi dengan mengalami perubahan fonologis dan morfologis.
Jadi, tidak menutup kemungkinan, kata pungutan dari bahasa asing tersebut lambat laun akan
dipungut dalam bahasa Indonesia.
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi teknik penerjemahan
Menurut Newmark dalam Ordudary (2007:1) yang menyatakan: “[w]hile translation
methods relate to whole texts, translation procedures are used for sentences and the
smaller units of language”. Selanjutnya Newmark (1988:45) telah mengelompokkan
metode-metode penerjemahan ke dalam dua kelompok besar, atau yang dikenal
dengan diagram V. Empat metode pertama lebih ditekankan pada BSu, yaitu Word-for-
word translation, Literal translation, Faithful translation, dan Semantic translation dan
empat metode kedua lebih ditekankan pada BSa, Adaptation, Free translation,
Idiomatic translation, dan Communicative translation.
Berbagai macam teknik penerjemahan yang telah dikemukakan oleh para pakar
penerjemah. Namun demikian tidak menutup kemungkinan akan muncul teknik baru yang
relevan dengan bahasa Indonesia sebagai BSa ataupun BSu.
3.1 Metode
Metode penelitian pada karya ilmiah ini adalah metode kualitatif yang didasarkan
pada analisis tekstual yang melibatkan teks sumber dan teks sasaran serta mengadopsi
salah satu model teoretis penerjemahan, yaitu model komparatif (comparative model)
dengan rumusan: TSu ≈ TSa, atau TSa ≈ TSu.
3.2 Data Penelitian
Data penelitian karya ilmiah ini adalah sebuah teks eksposisi yang terdiri dari 670 kata,
berjudul “Go Gree Today, Live to Greet Tomorrow”. TSu penulis ambil dari media
online The Jakarta Post, pada artikel tersebut terdapat kosa kata atau istilah-istilah yang
jika dipadankan pada TSa hasil terjemahannya menjadi kalimat yang tidak berkolerasi atau
tidak mempunyai makna utuh.
3.3 Pemrosesan Data
Di sini teks sumber akan dibandingkan hasilnya dengan teks sasaran secara horizontal
(kesamping) dengan urutan sebagai berikut:
1. Teks Sumber (TSu)
2. Teks Sasaran (TSa)
Berikut adalah teks eksposisi yang berjudul ‘Go Green Today, Live to Greet
Tomorrow’ yang penulis salin dari media online The Jakarata Post sebagai makalah
untuk membahas penerapan teknik transferensi pada TSa. Penulis membagi TSu
menjadi 7 paragrap.
Paragrap 1
TSu TSa
Go Green Today, Live to Greet Go Green Hari Ini, untuk Menyambut
Tomorrow Hidup Esok
Hasil analisa penulis bahwa teks eksposisi tersebut bertujuan untuk menjelaskan
atau memperdebatkan masalah “Go Green” sebagai sebuah tema. Bagian yang digaris
bawahi adalah beberapa kosa kata yang diterjemahkan dengan menggunakan kata
pungutan dari bahasa asing. Misalnya pada judul teks, pada TSa yang berjudul “ Go Green
today, Live to Great Tomorrow”, penulis tetap mempertahankan kata-kata yang terdapat
pada TSu: Go green Hari Ini, untuk Menyambut Hidup Esok” . Keputusan untuk memilih
prosedur terjemahan transferensi ini dilakukan karena penulis tidak mendapatkan solusi
terhadap permasalahan pemadanan kosa kata pada Bsa. Jika diterjemahkan secara harfiah
maka akan terjadi pergeseran makna dan akan kabur maksud dari TSu tersebut. Selain itu,
dengan menggunakan kata pungutan dari bahasa asing tersebut adalah untuk
menghadirkan warna lokal dari TSu dan menarik pembaca agar penasaran yang akhirnya
ingin membaca keseluruhan teks tersebut.
Paragrap 2
TSu TSa
This is not a philosophical issue but Ini bukan masalah filosofis tapi
an ecological one. Ever since the satuekologis. Sejak Revolusi
Industrial Revolution at least, man’s Industrisetidaknya, jangkauan ekonomi manusiatelah
economic reach didefinisikan - dan didefinisikan -oleh
has been defined — and defined — kemampuannya untukmengeksploitasi alam. Dengan
by his ability to exploit nature. bodohnya, dia telah percaya bahwa
Foolishly, he has believed that he is iamampu menguasai alam.
capable of mastery over nature.
Namun alam tidak pernah dapat dikuasai: hanya
But nature can never be mastered: it bisa dirampok. Dan alam cukup banyak
can only be robbed. And nature is untuk memaafkan -sampai kehabisan kesabaran sat
plentiful enough to be forgiving — till u hari dan melemparkan manusia kembali ke dalam
it runs out of patience one day and jurang waktu ekologis. Besok
throws man back into the abyss of menghilang selamanya.
ecological time. Tomorrow vanishes
forever.
Pada paragrap kedua tidak terdapat masalah pada penerjemahan. TSu bisa diterjemahkan
dengan baik ke TSa. Begitu juga TSa mudah dipahami oleh pembaca dan berterima..
Paragrap 3
TSu TSa
The summit of world leaders in Rio Pertemuan puncak para pemimpin duniadi Rio
de Janeiro last month revisited that de Janeiro bulan
threat of human extinction
lalu ditinjau bahwa manusia terancam punah ketika
when it urged us to treat our future
ini mendesak kita untuk menangani masa depan
— or lack of it — with some
kita - atau kurang dari itu -dengan
urgency. Eloquently and forcefully,
beberapa urgensi. Fasih dan
President Susilo Bambang
tegas, Presiden Susilo BambangYudhoyono meminta
Yudhoyono asked countries to
negara-negarauntuk beralih
switch from the greed economics
dari ekonomi keserakahanke Green.
to green.
Pembahasan pada paragrap ini sama dengan penjelasan pada paragrap kelima.
Paragrap 7
TSu TSa
When it is used to fight for the environment, Ketika digunakan untuk
technology can be a great force memperjuangkan lingkungan, teknologi
multiplier. Hybrid cars, energy-efficient dapat menjadi kekuatan penggandayang
lighting, clean coal technology and solar besar. Mobil hybrid, lampu hemat
panels are among the innovations that will energi, teknologi batubara bersih danpanel
make the economy greener. These surya adalah salah satu inovasiyang akan
technologies may be costly at first, but like membuat economy greener.Teknologi
others, their cost can be expected to go ini mungkin mahal pada awalnya, tapi
down. seperti yang lain, biayanyabisa
diharapkan turun.
Indeed, ultimately it is the mindset of
Indonesians that will determine whether Sesungguhnya, pada akhirnya itu
the green economy flourishes in this country. adalah pola pikir orang Indonesia yang akan
We need to green our minds. menentukan apakah green
economy berkembang di negeri ini. Kita
http://www.thejakartapost.com/news/2012/0 perlu green dalam pikiran kita.
7/17/go-green-today-live-greet-
tomorrow.html http://www.thejakartapost.com/news/2012/0
7/17/go-green-today-live-greet-
tomorrow.html
4.1Proses Penerjemahan
Proses penerjemahan dilakukan setelah menganalisa TSu, yang pertama kita lakukan
dalam proses ini adalah mengalihkan makna, bukan mengalihkan kata ataupun kalimat
pada TSu ke TSa. Kemudian kita buat draftnya. Misalnya pada pembahasan paragrap
pertama.
DRAFT 1
TSu TSa
Hidup Esok
Hidup Esok
Pengolahan kembali draft adalah penting, hal ini dimaksudkan agar hasil penerjemahan
sesuai dengan makna yang terkandung dalam TSu. Kolerasi dari kalimat ke kalimat dalam
teks tersebut juga kohesi dari setiap kalimat harus diteliti kembali agar terjemahan tersebut
berterima. Keputusan penulis untuk tetap mempertahankan Go Green pada TSa karena
memang tidak ada kata-kata yang sepadan dan mendekati makna pada BSa. Jadi dengan
tetap mempertahankan menerjemahkan Go Green pada TSa akan memberikan warna lokal
dari TSu, selain itu juga memberikan suasana tertentu yang telah mengglobal
menjadi ikon di dunia tentang gerakan peduli lingkungan sebagai akibat pemansan global.
Begitu juga penulisannya di-italic (miring), karena merupakan istilah asing.
Berikut contoh penggunaan kata pungutan yang lain pada teks sasaran,
DRAFT 1
TSu TSa
Pada draft 1 tersebut, masih terasa janggal bila to green diterjemahkan ke hijau pada TSa.
Hal ini sangat tidak sesuai dan telah bergeser maknanya dari kalimat tersebut. Untuk itu
penerjemah harus memahami permasalahan yang timbul pada tataran pragmatis, yakni
bahwa TSu tersebut membicarakan tentang gerakan peduli lingkungan sebagai akibat
pemanasan global. Begitu juga permasalahan yang timbul pada tataran leksikal, jika
diterjemahkan secara harfiah maka akan ‘lost meaning’.
DRAFT II
TSu TSa
Pada draft II sudah terlihat berterima, dan selaras dengan tema pada TSu. Begitu juga
dengan penulisan ke green, di-italic (miring) karena merupakan istilah asing.
4.2 Masalah-masalah yang timbul pada teknik transferensi.
1. Pada tataran leksikal, pada tataran ini masalah timbul ketika belum ada padanan
yang sesuai pada BSa.
2. Pada tataran pragmatis, penerjemah harus memahami apa yang tersirat dalam TSu.
3. Penggunaan kata pungutan dalam TSa mungkin akan membingungkan pembaca.
4.3Kendala penerapan teknik tanferensi
Kendala-kendala pada teknik transferensi antara lain :
1. Sebagian pembaca belum tahu makna kata pungutan dari bahasa asing tersebut.
2. TSa agak sedikit terasa aneh dan sedikit asing karena menggunakan dua bahasa, yang
seharusnya TSa menggunakan satu bahasa , yakni bahasa sasaran (BSa)
4.4 Imbas penggunaan kata pungutan pada TSa.
1. Penambahan jumlah kosa kata pada BSa.
2. Kata pungutan lambat laun akan mengalami naturalisasi, dengan mengalami
perubahan fonologis dan morfologis maka akan berterima.
http://www.thejakartapost.com/news/2012/07/17/go-green-today-live-greet-tomorrow.html
Budiman, rahmat [et.al]. (2011). Teori dan Masalah Penerjemahan. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka
Machali, Rochayah. (2009). Pedoman Bagi Penerjemah : panduan lengkap bagi anda yang
ingin menjadi penerjemah profesional. Bandung : Kaifa
Newmark, Peter. (1988). A Text book of Translation . New York: Prentice Hall