Cara Menghitung Kebutuhan Besi Pada Pekerjaan Bore Pile Dan Strauss Pile Angga Nugraha PDF
Cara Menghitung Kebutuhan Besi Pada Pekerjaan Bore Pile Dan Strauss Pile Angga Nugraha PDF
Kali ini saya akan membahas mengenai cara menghitung kebutuhan besi dalam
pekerjaan bore pile. Apa itu bore pile dan Strauss Pile?, Bore pile adalah salah satu
jenis pekerjaan pondasi dalam, yang dimana pelaksanaan pekerjaannya dilakukan
langsung di site/lapangan, baik dari mulai tahap pengeboran tanah - tahap bekisting -
tahap pembesian, sampai tahap pengecorannya. Sedangkan Strauss Pile adalah jenis
pondasi dangkal, untuk cara pembuatannya pun hampir sama dengan bore pile akan
tetapi alat yang digunakan lebih sederhana. Umumnya bore pile dan strauss pile ini
berbentuk tabung yaitu alasnya berupa lingkaran dan memiliki tinggi tertentu.
Lalu mengapa saya membahas mengenai cara pembesian untuk bore pile dan
strauss pile ini, yaitu karena umumnya jenis pembesian pada bore pile atau strauss
pile ini, khususnya untuk tulangan sengkang/begel berbentuk seperti spiral / melilit
secara melingkar. Sebetulanya bentuk sengkang seperti ini tidak hanya pada bore pile
atau strauss pile, namun terkadang juga bisa terdapat pada jenis kolom bulat ataupun
jenis pekerjaan lainnya yang bentuknya bulat. Contoh pembesian sengkang yang
seperti spiral / melilit secara melingkar adalah sebagai berikut :
Pada gambar tersebut, jenis tulangan pembesian pada strauss pile terdiri dari
tulangan utama (yang memanjang), dan tulangan sengkang/begel (yang melingkar).
Adapun pengertian secara sederhana mengenai tulangan utama yaitu tulangan yang
berfungsi menahan gaya tarik yang terjadi pada beton, sedangkan sengkang/begel
sebagai pengikat tulangan utama serta berfungsi untuk menahan gaya geser yang
terjadi pada beton. Umumnya besi tulangan utama memiliki diameter lebih besar
dibanding besi tulangan sengkang/begel.
Sebelum ke materi perhitungan, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai hal-hal
dasar berdasarkan SNI 07-2052-2002 tentang Baja Tulangan Beton. Berdasarkan SNI
tersebut, baja tulangan dibagi menjadi 2 jenis yaitu Baja tulangan beton polos (BjTP)
dan Baja tulangan beton sirip (BjTS).
1. BjTP
Baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak
bersirip.
2. BjTS
Baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan bersirip yang
berfungsi untuk meningkatkan daya lekat agar dapat menahan gerakan membujur
secara relatif terhadap beton. BjTS ini umumnya dilapangan sering juga disebut
sebagai besi ulir.
Contoh perhitungan :
Diketahui = Sebuah proyek membutuhkan besi ulir berdiameter 10 mm sebanyak
20 batang dan 10 batang besi polos berukuran 6 mm (catatan 1
batang besi adalah 12 m’) untuk memasang kolom utama rumah.
Ditanyakan = Berapa ton besi yang harus dipesan?
Jawabannya =
Sehingga
berat besi polos 6 mm = 0.222 kg/m’ x 120 m’ = 26.64 kg
berat besi ulir 10 mm = 0.617 kg/m’ x 240 m’ = 148.08 kg
Cara 2 tanpa menggunakan tabel SNI (dengan cara berat jenis dan vol tabung):
a. Berat besi polos diameter 6 mm
Diameter besi 6 mm = 0.006 m’
Panjang kebutuhan besi polos 6 mm = 10 batang = 10 batang x 12 m’ = 120 m’
Berat jenis besi = 7850 kg/m3
m3
m3
Dari kedua cara tersebut, didapatlah hasil akhir yang hampir sama, mungkin
hanya ada sedikit perbedaan untuk nilai koma dibelakangnya saja. Apabila cara-cara
tersebut sudah paham, maka dapat dilanjut untuk menghitung kebutuhan besi tulangan
yang lebih komplek, salah satunya adalah menghitung kebutuhan besi pada pekerjaan
bore pile/staruss pile.
Dibawah ini terdapat gambar pembesian strauss pile dengan besi tulangan utama
berdiameter ulir 16 mm dan tulangan sengkang/begel berdiameter ulir 13 mm dengan
cara pemasangan begelnya yaitu dililit seperti spiral.
Gambar 3. Strauss Pile
Sumber gambar : by me
Sebagai catatan, penamaan pada gambar diatas seperti pada tulangan utama 8D16
artinya :
8 = tulangan utama berjumlah 8 buah
D = simbol dari jenis besi ulir
16 = besi yang digunakan berdiameter 16 mm
Lalu penamaan pada gambar diatas untuk tulangan begel/sengkang D13-150 artinya :
D = simbol dari jenis besi ulir
13 = besi yang digunakan berdiameter 13 mm
150 = jarak pemasangan begel adalah per 150 mm
Contoh perhitungan untuk menghitung jumlah besi strauss pile pada gambar 3:
Diketahui = a. Tulangan Utama (8D16)
Diameter besi = 16 mm atau 0.016 m’
Jenis Besi = ulir
Jumlah = 8 buah
Berat D16 per meter = 1.58 kg/m’
b. Tulangan Sengkang (D13-150)
Diameter besi = 13 mm atau 0.013 m’
Jenis Besi = ulir
Jarak antar begel = 150 mm atau 0.15 m’
Berat D13 per meter = 1.04 kg/m’
Jumlah = 1 bh
d. Persyaratan Pembesian
Overlap antar besi = 40D atau
(40 x ukuran diameter besi)
Panjang Lewatan Ujung Atas = 50D atau
(50 x ukuran diameter besi)
Tekukan Ujung Atas 90° = 12D atau
(12 x ukuran diameter besi)
Tekukan Ujung Atas 90°
Panjang Lewatan Ujung Atas
Ditanyakan = Berapa berat total besi yang dibutuhkan untuk strauss pile tersebut?
Jawabannya =
a. Panjang Besi Tulangan Utama
Panjang 1 buah besi = Kedalaman Beton + Panjang Lewatan Ujung Atas +
Tekukan Ujung 90°
= 6 m’ + 50D + 12D
= 6 m’ + (50 x 0.016) m’ + (12 x 0.016) m’
= 6 m’ + 0.8 m’ + 0.192 m’
= 6.992 m’
= √( )
= √
= √
= √
= √
Catatan karena panjang besi tersebut adalah 50.60 m’, maka besi tersebut perlu
ditambahkan overlap sambungan, karena panjang maksimumbesi 1 batang adalah 12
m’. Sehingga jumlah overlapnya sebanyak :
= 3.2 bh
= 4 bh
(dibulatkan ke atas untuk menghitung jumlah overlap)
= 4 bh x (40 x 0.013)
= 4 x 0.52
= 4.52 m’
Sehingga panjang 1 buah besi begel = panjang overlap + panjang besi awal
= 4.52 m’ + 50.60 m’
= 55.12 m’
= 57.32 kg
Kesimpulan :