IKM - FORENSIK
| DR. SEPRIANI | DR. YOLINA | DR. CEMARA |
| DR. AARON | DR. CLARISSA | DR. OKTRIAN | DR. REZA |
Jakarta
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872
WA. 081380385694/081314412212
Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132 WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a p r e p . c o . i d
TO 1
SOAL NO 1
• Di desa Sukawaringin, saat ini pada bulan Agustus yang
merupakan musim hujan terjadi peningkatan kasus
DBD dan dikhawatirkan terjadi KLB. Seorang petugas
surveilans dari puskesmas melakukan kunjungan
berkala ke desa untuk mengidentifikasi kasus baru
penyakit DBD atau kematian akibat DBD serta
konfirmasi laporan kasus yang terjadi. Dari hasil survey
petugas tersebut didapatkan nilai sensitivitas sebesar
90 % dan spesifitas 85 %.
• Termasuk dalam karakteristik surveilans yang efektif
manakah hal tersebut di atas?
A.Representatif
B.Akurat
C.Acceptable
D.Reliable
E. Cepat
• Jawaban: B. Akurat
• Pada soal disebutkan hasil survey memiliki sensitivitas
yang tinggi. Oleh karena itu, survey bersifat akurat.
• Representatif sistem surveilans menampilkan situasi
sesungguhnya yang terjadi di populasi
• Acceptable sistem surveilans sederhana dan praktis,
sehingga tidak membebani petugas survey
• Reliable terdapat definisi kasus, alat ukur, maupun
standar prosedur tepat sehingga informasi yang
didapatkan bersifat konsisten.
• Cepat diperoleh informasi dengan cepat sehingga
bisa dilakukan tindakan segera untuk masalah yang
teridentifikasi.
1. Karakteristik Surveilans Efektif
• Cepat
– Informasi diperoleh dengan cepat (rapid) dan tepat
(timely) sehingga memungkinkan identifikasi dan
penatalaksanaan masalah segera.
– Cara meningkatkan kecepatan surveilans:
• Analisis sedekat mungkin dengan pelaporan data primer
• Melembagakan pelaporan wajib untuk penyakit tertentu
(notifiable diseases)
• Mengikutsertakan sektor swasta melalui peraturan perundangan
• Melakukan fasilitasi agar keputusan diambil dengan cepat
• Implementasi sistem umpan balik tunggal, teratur, dua-arah, dan
segera
• Akurat
– Sensitivitas dan spesifisitas tinggi
– Dipengaruhi oleh kemampuan petugas dan infrastruktur
pemeriksaan penunjang
1. Karakteristik Surveilans Efektif
• Standar, seragam, reliable, dan kontinyu
– Terdapat definisi kasus, alat ukur, dan prosedur yang
standar.
– Surveilans secara kontinyu tentang insidens penyakit untuk
mendeteksi kecenderungan
– Pelaporan reportable diseases seminggu sekali
• Representatif dan lengkap
– Harus menggambarkan kondisi sesungguhnya di populasi
– Membutuhkan kapasitas petugas kesehatan yang cukup
• Sederhana, fleksibel, dan akseptabel
– Sistem surveilans sederhana dan praktis, baik dalam
organisasi, struktur, maupun operasi
– Data yang dilaporkan relevan dan terfokus
– Format laporan yang tidak digunakan dapat dibuang
SOAL NO 2
• Pada hasil pemeriksaan petugas surveilans di
Desa Sukawaringin ternyata terdapat
peningkatan kejadian DBD dalam 30 hari
terakhir. Dibandingkan dengan bulan
sebelumnya, dimana terdapat 30 kasus, pada
bulan ini ada 55 orang terdiagnosa DBD. Pada
minggu pertama ada 12 orang yang terkena,
minggu kedua ada 18 orang dan minggu ketiga
ada 25 orang. Disebut apakah kejadian ini?
A.Epidemik
B.Pandemi
C.Endemi
D.Outbreak
E.Hiperendemi
• Jawaban: D. Outbreak
• Kejadian di atas termasuk outbreak atau KLB
karena terdapat peningkatan kasus secara tiga
kali berturut-turut dalam tiga kali perhitungan
kasus (berdasarkan permenkes 1501 tahun 2010
dapat berdasarkan jam, hari atau minggu
tergantung penyakitnya). Pilihan A epidemic lebih
dipakai pada kejadian kasus yang terjadi dalam
propinsi atau lintas propinsi. Pandemik terjadi
lintas benua dan Endemik adalah penyakit yang
ada terus menerus di suatu wilayah tiap
tahunnya. Tidak ada istilah hiperendemi
2. KEJADIAN EPIDEMIOLOGIS PENYAKIT
• Jawaban: C. Komprehensif
• Pada soal dijelaskan bahwa pasien tidak hanya diberikan terapi, tapi juga
dimotivasi untuk meminum obat secara rutin dan menganut gaya hidup
sehat agar tekanan darahnya terkontrol untuk mencegah komplikasi.
Prinsip ini berbasis pada komprehensif karena berbasis pada pencegahan
sekunder yaitu disability limitation atau pencegahan komplikasi lanjutan
• Holistik berarti mengutamakan pada aspek psikososial pasien selain
keluhan medis pasien, seperti bagaimana penyakit pasien mempengaruhi
kehidupan pekerjaan dan keluarganya. Berkesinambungan mengacu pada
adanya tindakan pengawasan lanjutan pada pasien. Terpadu berarti
mengutamakan kerjasama, baik dengan pihak keluarga atau tenaga
kesehatan untuk penanganan pasien. Koordinatif bukan prinsip dokter
keluarga.
3. PRINSIP PELAYANAN KEDOKTERAN
KELUARGA
• Holistik
• Komprehensif
• Terpadu
• Berkesinambungan
TERPADU / TERINTEGRASI
• Memakai seluruh ilmu kedokteran yang telah
di dapat bekerja sama dengan pasien,
keluarga, dokter spesialis atau tenaga
kesehatan lain
SOAL NO 4
• Di dunia modern ini dimana gaya hidup semakin
sedentary, terdapat peningkatan kasus penyakit
jantung pada usia muda yang diduga
berhubungan dengan kurangnya aktivitas fisik
dan kebiasaan makan makanan cepat saji (fast
food) akibat kurangnya waktu. Seorang dokter
ingin melakukan penelitian mengenai hubungan
berat badan terhadap kadar LDL yang
merupakan faktor risiko penyakit jantung. Berat
badan dinyatakan dalam kg dan kadar LDL
dinyatakan dalam mg/dL. Uji diagnostik apa
yang dapat digunakan?
A.Uji T
B.Uji Anova
C.Uji Regresi
D.Uji Korelasi
E. Uji Chi square
Prinsip:
Nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Nol berarti tidak ada korelasi sama sekali,
sedangkan satu menandakan korelasi sempurna. Koefisien korelasi yang semakin mendekati
angka 1, menunjukkan semakin kuat korelasi .
Contoh Uji Korelasi
• Misalnya pada penelitian yang ingin mengetahui
hubungan antara kolesterol total (mg/dL) dengan
tekanan darah sistolik (mmHg) didapatkan nilai R-nya
sebesar 0,8.
PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA LAKSANA KERJA MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN, IDI, 2008
KODEKI Pasal 3: Kemandirian Profesi
• “Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi.”
Cakupan pasal:
• Dokter memiliki moral dan tanggung jawab untuk mencegah pihak
manapun yang bermaksud melanggar hukum dan/atau etika
melalui pekerjaan kedokteran.
• Dokter dilarang untuk:
– Memberikan obat/alat kesehatan/anjuran/menerapkan ilmu yang belum
berdasarkan bukti ilmiah
– Membuat ikatan atau menerima imbalan dari perusahaan
farmasi/vaksin/makanan/alat kesehatan yang dapat menurunkan
kepercayaan masyarakat/martabat profesi kedokteran
– Melibatkan diri dalam segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk
mempromosikan dirinya
– Melakukan upaya diagnostik, terapi/tindakan yang menyimpang
– Menerima pemberian imbalan jasa untuk pengiriman/rujukan pasien ke
dokter atau fasyankes lainnya
KODEKI Pasal 3: Kemandirian Profesi (cont)
• Wajib menolak pemberian apapun bila dikaitkan/diduga dikaitkan
dengan kapasitas profesionalnya dalam meresepkan
obat/alat/produk kesehatan tertentu
• Dokter yang bekerja pada industri farmasi/alat/produk kesehatan
wajib menjelaskan status pekerjaannya bila ia memaparkan
produk tsb kepada dokter/masyarakat awam
• Dilarang mengikatkan diri untuk promosi/peresepan produk
tertentu pada temu ilmiah
• Dapat menerima bantuan dari pihak sponsor untuk keikutsertaan
dalam temu ilmiah yang sewajarnya sesuai kode etik masing-
masing.
• Dilarang menyalahgunakan hubungan profesionalnya terhadap
pasien dan/atau keluarganya demi keuntungan pribadi
• Dilarang menerima bantuan apapun dari perusahaan yang produk
barang/jasanya bertentangan dengan prinsip kesehatan (eg rokok,
minum beralkohol, etc)
• Pemberian beasiswa untuk peserta didik kedokteran wajib
disalurkan melalui institusi pendidikan kedokterannya.
KODEKI Pasal 3: Kemandirian Profesi (cont)
• Tidak memenangkan persaingan bisnis secara melanggar
hukum. Dalam berbisnis, wajib untuk:
– Bukan di bidang yang bertentangan dengan profesi kedokteran
– Tidak mempromosikan nama, jenis keahlian, dan pelayanan
praktek pribadinya
• Wajib mendukung program anti KKN
• Bertindak patut, teliti dan hati-hati agar kepentingan finansial
tidak mempengaruhi diri dalam menangani pasien
• Tidak menarik honorarium sejumlah yang tidak pantas dan
bertentangan dengan rasa perikemanusiaan
• Mengkomunikasikan secara jujur honorarium dan/atau jasa
mediknya kepada pasien agar tidak terjadi aduan menerapkan
honorarium di luar kemampuan pasien/keluarganya.
Pelanggaran Disiplin
• Pelanggaran terhadap standar profesi
kedokteran.
• Dapat terjadi pada semua otot di tubuh akan tetapi biasanya pada grup –
grup otot tertentu, misalnya otot lengan atas.
Medico Legal Importance Gives idea about Time since Gives idea about Mode of
death Death
Bedanya dengan stiffening
• Heat stiffening : kekakuan otot akibat koagulasi protein
oleh panas. Otot-otot berwarna merah muda, kaku, tetapi
rapuh (mudah robek)
– dapat dijumpai pada korban mati terbakar
– pada heat stiffening serabut-serabut ototnya memendek
sehingga menimbulkan flexi leher, siku, paha, dan lutut,
membentuk sikap petinju (pugilistic attitude)
20 30 2 6 8 12 24 36
0 mnt mnt jam jam jam jam jam jam
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
SOAL NO 10
• Seorang mayat laki-laki tanpa identitas
ditemukan tergeletak di pinggir jalan dengan baju
berlumuran darah di bagian dada kanan. Mayat
dibawa ke unit forensik dan diduga meninggal
akibat tembakan senjata api. Pada pemeriksaan
ditemukan luka bulat tepi rata dengan diameter
9 mm. Disekitar luka tampak gambaran bulat
dengan kulit yang menghitam terbakar jelas
melingkari tepi luka. Berdasarkan identifikasi
luka dari pemeriksaan mayat tersebut, jarak
tembak tergolong...
A.Dekat
B.Sangat dekat
C.Kontak
D.Jauh
E.Sangat jauh
• Jawaban: C. Kontak
Adanya gambaran bulat dengan kulit yang
menghitam terbakar melingkar di sekitar tepi
luka menandakan jejas laras atau bentuk senjata
yang menempel pada tepi kulit saat peluru
ditembakkan, sehingga jawabannya adalah C.
Kontak
10. LUKA TEMBAK
Case series
Deskriptif
Memberi deskripsi Studi ekologi
tentang kejadian
penyakit
Cross
Desain studi
sectional
Analitik
Memberikan perlakuan kepada
Mencari hubungan antara Eksperimental subyek penelitian (misalnya obat)
suatu pajanan dengan
penyakit
Prinsip Desain Studi Analitik
Observasional
Cross-sectional
– Pajanan/ faktor risiko dan outcome dinilai dalam waktu
yang bersamaan.
Cohort study
– Individu dengan pajanan/ faktor risiko diketahui, diikuti
sampai waktu tertentu, kemudian dinilai apakah outcome
terjadi atau tidak.
Case-control study
– Individu dengan outcome diketahui, kemudian digali
riwayat masa lalunya apakah memiliki pajanan/ faktor
risiko atau tidak.
Prinsip Desain Studi Analitik
Observasional
Assess Known
Case -control study exposure outcome
Known Assess
Prospective cohort exposure outcome
Known Assess
Retrospective cohort exposure outcome
Contoh: Penelitian ingin mengetahui Hubungan
ASI Eksklusif dengan Diare pada Anak 1-3 tahun
• Bila menggunakan desain cross sectional, maka dalam
satu waktu peneliti mengumpulkan data semua anak
berusia 1-3 tahun dan ditanyakan apakah mendapat
ASI eksklusif dan berapa frekuensi diare selama ini
secara bersamaan.
• Studi kohort selalu dimulai dari subyek yang tidak sakit. Kelompok subyek
dibagi menjadi subyek yang terpajan dan tidak terpajan. Kemudian
dilakukan pengamatan sampai terjadinya penyakit atau sampai waktu
yang ditentukan.
Kohort Prospektif vs Retrospektif
• Baik kohort prospektif
maupun retrospektif selalu
dimulai dari menjadi subyek
yang tidak sakit.
KELEBIHAN: KELEMAHAN:
• Mengukur angka prevalensi • Sulit membuktikan
• Mudah dan cepat hubungan sebab-akibat,
• Sumber daya dan dana yang karena kedua variabel
efisien karena pengukuran paparan dan outcome
dilakukan dalam satu waktu direkam bersamaan.
KELEBIHAN: KEKURANGAN:
• Dapat membuktikan • Pengukuran variabel secara
hubungan sebab-akibat. retrospektif, sehingga
• Tidak menghadapi kendala rentan terhadap recall bias.
etik, seperti halnya • Kadang sulit untuk memilih
penelitian kohort dan subyek kontrol yang
eksperimental. memiliki karakter serupa
• Waktu tidak lama, dengan subyek kasus
dibandingkan desain kohort. (case)nya.
• Mengukur odds ratio (OR).
Desain Kohort
KELEBIHAN: KEKURANGAN:
• Mengukur angka insidens. • Memerlukan waktu penelitian
• Keseragaman observasi yang relative cukup lama.
terhadap faktor risiko dari • Memerlukan sarana dan
waktu ke waktu sampai terjadi prasarana serta pengolahan
outcome, sehingga merupakan data yang lebih rumit.
cara yang paling akurat untuk • Kemungkinan adanya subyek
membuktikan hubungan penelitian yang drop out/ loss
sebab-akibat. to follow up besar.
• Mengukur Relative Risk (RR). • Menyangkut masalah etika
karena faktor risiko dari
subyek yang diamati sampai
terjadinya efek, menimbulkan
ketidaknyamanan bagi subyek.
Pre and Post Design
• Studi quasi eksperimental, menilai subjek
penelitian sebelum dan sesudah diberikan
suatu perlakuan.
• Terdapat dua bentuk pre and post study:
– One group: hanya satu kelompok yang diteliti,
dibandingkan nilai kelompok tersebut sebelum
dan sesudah diberikan perlakuan.
– Two group: terdapat dua kelompok yang diamati,
satu kelompok diberi perlakuan, kelompok yang
lain tidak. Setelah itu, kelompok kembali diamati.
Analisis Statistik Multivariat
• Analisis multivariat
– analisis statistik untuk mengetahui variabel
independen/ variabel paparan yang paling berperan
dalam menyebabkan terjadinya outcome.
• Jawaban: D. 70/110
• Nilai spesifisitas didapatkan dari hasil yang
benar-benar terdeteksi negatif oleh alat
screening dibandingkan dengan keseluruhan
pasien yang negatif, jadi jawabannya adalah
70/110
UJI DIAGNOSTIK
SAKIT (+) SAKIT (-)
HASIL TEST (+) True Positive (TP) False Positive (FP)
HASIL TEST (-) False Negative (FN) True Negative (TN)
SENSITIVITAS =
Kemampuan tes untuk
mendeteksi orang yang sakit
TP
dengan benar. TP+FN
Kemampuan tes untuk TN
S P E S I F I S I TA S = mendeteksi orang yang tidak
sakit dengan benar. FP+TN
Kemampuan tes untuk TP + TN
AKURASI = mendeteksi dengan benar
dari seluruh populasi. Total
UJI DIAGNOSTIK
SAKIT (+) SAKIT (-)
• Dari 900 orang yang tidak sakit, 800 diidentifikasikan secara benar
(hasil tes negatif) oleh tes skrining
• Spesifisitas dari tes adalah 800/900 atau 89%.
• Disini ada 100 orang yang tidak dapat diidentifikasikan dengan benar oleh tes
skrining tersebut
PREDICTIVE VALUE
• Untuk menilai efficacy dari suatu skrining test,
diukur predictive value.
Permenkes RI No.1401/MENKES/PER/X/2010
Penanggulangan Penyakit Menular
• Upaya pencegahan, pengendalian, dan
pemberantasan dalam penanggulangan penyakit
menular dilakukan melalui kegiatan:
– Promosi kesehatan
– Surveilans kesehatan
– Pengendalian faktor risiko
– Penemuan kasus
– Penanganan kasus
– Pemberian kekebalan (imunisasi)
– Pemberian obat pencegahan massal
– Kegiatan lain yang ditetapkan Menteri Kesehatan
Permenkes No.1501/MENKES/PER/X/2010
SOAL NO 14
• Seorang mahasiswa bernama dokter muda
Jacob, usia 21 tahun dari Fakultas kedokteran
UVA melakukan penelitian terkait hubungan
pajanan aroma roti yang sering dengan kanker
paru-paru menggunakan subjek 80 orang koki
dari toko roti setempat. Dari hasil penelitian
yang dilakukan didapatkan RR 1.03, (95% CI
0.95-1.1). Apakah maksud dari RR tersebut?
A. Pasien yang sering menghirup aroma roti beresiko 1.03 kali
menderita kanker
B. Pasien yang sering menghirup aroma roti beresiko 1.1 kali
menderita kanker
C. Pasien yang sering menghirup aroma roti beresiko 0.95 kali
menderita kanker, maka aroma roti bersifat protektif terhadap
kanker paru
D. Pasien kanker paru identik dengan menghirup aroma roti
E. Sering menghirup aroma roti tidak berhubungan dengan angka
kejadian kanker paru
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Yes a b a+b
No c d c+d
Rumus prevalence odds ratio (POR) sama dengan rumus OR, yaitu:
POR: ad
bc
Interpretasi RR/OR/PR
• Jawaban: E. PCR
• Pasien ini memiliki risiko mengalami MERS, dan
akan terkonfirmasi bila positif dengan
pemeriksaan gold standar untuk MERS yaitu PCR,
berupa hasil dua target genom spesifik untuk
MERS atau satu target positif dengan sekuens
berulang.
• Pemeriksaan lainnya yang dipakai pada kasus
MERS hanya laboratorium untuk menegakkan
kasus menjadi probable. Pemeriksaan rontgen,
gram stain dan kultur tidak digunakan untuk
mendiagnosis MERS.
15. Suspect VS Probable VS
Confirmed Case
• Definisi suatu suspect, probable dan confirmed
bervariasi bedasarkan etiologi yang mendasari
• Definisi secara umum:
– Suspect case manifestasi klinis (+), namun tidak
ada pemeriksaan penunjang
– Probable case manifestasi klinis (+), hasil
pemeriksaan penunjang mengarahkan ke diagnosis
namum tidak mengkonfirmasi etiologi
– Confirmed case manifestasi klinis (+), pemeriksaan
penunjang mengkonfirmasi etiologi
DEFINISI KASUS PADA MERS-COV
Patients under investigation (PUI)
Clinical Features Epidemiologic Risk
Severe illness and A history of travel from countries in or near the Arabian
1 2
Fever and pneumonia or acute respiratory distress Peninsula within 14 days before symptom onset, or close
3 1
syndrome (based on clinical or radiological evidence) contact with a symptomatic traveler who developed fever and acute
respiratory illness (not necessarily pneumonia) within 14 days after
2
traveling from countries in or near the Arabian Peninsula .
– or –
A member of a cluster of patients with severe acute respiratory illness
1
(e.g., fever and pneumonia requiring hospitalization) of unknown
etiology in which MERS-CoV is being evaluated, in consultation with
state and local health departments in the US.
Milder illness and A history of being in a healthcare facility (as a patient, worker, or
1
Fever and symptoms of respiratory illness (not necessarily visitor) within 14 days before symptom onset in a country or territory
2
pneumonia; e.g., cough, shortness of breath) in or near the Arabian Peninsula in which recent healthcare-
associated cases of MERS have been identified.
1 3
Fever or symptoms of respiratory illness (not necessarily and Close contact with a confirmed MERS case while the case was ill.
pneumonia; e.g., cough, shortness of breath)
Confirmed Case:
• A confirmed case is a person with laboratory confirmation of MERS-
CoV infection. Confirmatory laboratory testing requires a positive
PCR on at least two specific genomic targets or a single positive
target with sequencing on a second.
Probable Case:
• A probable case is a PUI with absent or inconclusive laboratory
results for MERS-CoV infection who is a close contact3 of a
laboratory-confirmed MERS-CoV case. Examples of laboratory
results that may be considered inconclusive include a positive test
on a single PCR target, a positive test with an assay that has limited
performance data available, or a negative test on an inadequate
specimen.
Non-case:
• Any suspected or probable case with a negative laboratory result.
SOAL NO 16
Dokter Patau, sedang membaca kumpulan jurnal di E-
Medicine, lalu membaca sebuah review article yang
menuliskan bahwa dalam suatu penelitian untuk
mengetahui efektivitas obat penurun panas didapatkan:
• Paracetamol, rata-rata penurunan panas 1.50 C, p-
value 0,05
• Ibuprofen, rata-rata penurunan panas 0,50 C, p-value
0,01
• Rata-rata perbandingan penurunan panas antara
paracetamol dan ibuprofen 1.20 C
Manakah obat yang lebih baik dipilih dari hasil penelitian
tersebut?
A. Paracetamol karena rata-rata penurunan panas 1.50 C
B. Ibuprofen karena rata-rata penurunan panas 0,50 C
C. Paracetamol karena p value 0,05
D. Ibuprofen karena p value 0,01
E. Tidak menggunakan paracetamol maupun ibuprofen
• Apabila subjeknya berbeda antar grup baru memakai T test independent, jika terdapat lebih
dari 2 grup perbandingan namun subjeknya tetap sama contohnya: Kadar gula darah
sebelum, 2 jam sesudah dan 4 jam sesudah pemakaian, baru memakai repeated anova
• Apabila data tidak terdistribusi secara normal, maka tidak dapat digunakan paired T-test pada
kasus ini, sehingga uji penggantinya adalah Wilcoxon untuk dua variable berpasangan.
• Kasus lainnya bila data tidak terdistribusi secara normal, apabila variable independen tidak
berpasangan menggunakan Mann Whitney, bila tidak berpasangan tapi lebih dari 2 kelompok
menggunakan Kruskal wallis. Bila berpasangan tapi lebih dari dua kelompok menggunakan
friedman. Spearman correlation dipakai sebagai pengganti pearson correlation bila distribusi
sampel tidak normal.
17. Langkah Menentukan Uji Statistik
• Tentukan sifat variabel yang diuji (numerik atau kategorik)
• z-test is a statistical test to help determine the probability that new data will be near the
point for which a score was calculated.
• A z-score is calculated with population parameters such as “population mean” and
“population standard deviation” and is used to validate a hypothesis that the sample drawn
belongs to the same population.
• A t-test is used when the population parameters (population mean and population
standard deviation) are not known.
One Sample vs Two Sample T-Test
One sample T-test Two Sample T-test
• Mengetahui perbedaan mean • Mengetahui apakah terdapat
(rerata) satu kelompok perbedaan mean antara dua
dibandingkan dengan mean kelompok populasi.
yang sudah ditetapkan peneliti
atau mean sudah diketahui di • Misalnya penelitian ingin
populasi. mengetahui apakah terdapat
perbedaan mean GDS dari
• Misalnya penelitian tentang kelompok pasien DM yang
mean gula darah sewaktu (GDS) diberi metformin dengan
pada pasien DM yang diberi kelompok pasien DM yang
metformin. Contoh pertanyaan diberi insulin?
penelitiannya adalah: apakah
mean GDS pasien DM yang
diberi metformin lebih dari 200
mg/dl?
Independent vs Paired T-Test
Independent T-test Paired T-test
• Prinsipnya adalah setiap • Prinsipnya adalah setiap
subjek hanya dilakukan 1 kali subjek dilakukan pengukuran
pengukuran. lebih dari 1 kali.
• Jawaban: A. Kualitatif
• Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-
kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif
diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data misalnya wawancara, analisis
dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang
telah dituangkan dalam catatan lapangan
(transkrip). Sumber data tersier merupakan
kumpulan data primer (pengambilan data baru)
dan data sekunder (pengambilan data yang sudah
ada), misalnya buku ajar, literatur.
18. Jenis Data
VARIABEL ORDINAL
• Data yang diperoleh dengan cara
VARIABEL NOMINAL kategorisasi atau klasifikasi, tetapi
• Data yang diperoleh dengan cara diantara data tersebut terdapat
kategorisasi atau klasifikasi. hubungan.
• Posisi data setara. Misalnya: jenis • Posisi data tidak setara. Misalnya
pekerjaan. tingkat kepuasan pelanggan, dibagi
• Tidak bisa dilakukan operasi matematika menjadi tidak puas, puas, dan sangat
(X, +, - atau : ) puas.
• Tidak bisa dilakukan operasi
matematika (X, +, - atau : )
VARIABEL INTERVAL
• data yang diperoleh dengan cara VARIABEL RASIO
pengukuran, dimana jarak antar dua titik • data yang diperoleh dengan cara
pada skala, sudah diketahui. Misalnya pengukuran, dimana jarak antar dua titik
variabel suhu tubuh dalam Celcius, pada skala, sudah diketahui.
sudah diketahui bahwa jaraknya antara • Ada angka nol mutlak. Misalnya tinggi
0-100 derajat Celcius. badan, berat badan.
• Tidak ada angka nol mutlak • Bisa dilakukan operasi matematika.
• Bisa dilakukan operasi matematika.
SOAL NO 19
• Berdasarkan pada UU No. 24 Thn 2011 pasal 4,
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
melaksanakan program Jaminan Kesehatan
Nasional guna meningkatkan taraf kesehatan
penduduk Indonesia. Karena pelaksanaan
jaminan sosial menggunakan dana yang berasal
dari masyarakat dan tidak digunakan untuk
kepentingan siapapun kecuali masyarakat itu
sendiri, harus ada pengelolaan dana yang
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat Indonesia. Termasuk apakah
prinsip ini?
A.Akuntabilitas
B.Portabilitas
C.Keterbukaan
D.Nirlaba
E. Gotong-royong
• Jawaban: A. Akuntabilitas
• Pada soal ditekankan prinsipnya JKN harus menggunakan
sistem pengelolaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan,
maka hal itu sesuai dengan prinsip BPJS berupa akuntabilitas.
• Tidak dipilih keterbukaan karena prinsip ini lebih menekankan
kepada bahwa setiap peserta berhak atas akses informasi
yang lengkap, benar, dan jelas terutama mengenai jaminan
dan pelayanan yang diberikan dalam program JKN. Nirlaba
lebih mengutamakan bahwa BPJS tidak mengambil
keuntungan dari iuran seperti layaknya asuransi swasta.
Portabilitas artinya JKN dapat dipakai di wilayah mana pun di
Indonesia. Gotong-royong berarti setiap orang membayar
sesuai kapasitasnya masing-masing dalam menanggung beban
JKN.
19. Prinsip BPJS
(UU No. 24 Thn 2011 pasal 4)
Kegotong- • prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban
biaya jaminan sosial kewajiban setiap peserta membayar
royongan iuran sesuai dengan tingkat gaji/tingkat penghasilan.
Kehati-hatian • prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.
Prinsip BPJS
(UU No. 24 Thn 2011 pasal 4)
• prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat
Akuntabilitas
dan dapat dipertanggungjawabkan.
• Jawaban: B. Kelas 1
• Pada pegawai pekerja penerima upah non
PNS, penentuan kelas pasien berdasarkan
upah pasien, untuk pasien dengan gaji di atas
4 juta rupiah akan masuk ke kelas 1 dan di
bawah 4 juta akan masuk ke kelas 2.
Sementara untuk pegawai PNS akan
ditentukan berdasarkan golongan ruangannya.
20. KEPESERTAAN BPJS KESEHATAN
PESERTA PBI
• Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta
Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan
orang tidak mampu sebagaimana
diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari
Pemerintah sebagai peserta program Jaminan
Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin
yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diatur
melalui Peraturan Pemerintah.
http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php?id=9
Siapa Yang Dianggap Miskin dan Tidak
Mampu? (9 dari 14 harus dipenuhi)
• Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang
• Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
• Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
• Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.
• Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
• Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.
• Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah
• Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
• Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
• Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
• Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
• Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh
bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan
• Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD.
• Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/
non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
http://www.pasienbpjs.com/2016/04/cara-menjadi-peserta-bpjs-pbi.html
HAK KELAS PESERTA BPJS
• Dibagi menjadi kelas I, II, III.
2. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;
4. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan;
5. Peserta Pekerja Penerima Upah selain di atas (no 1-4) dan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri dengan Gaji atau Upah di atas Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah) sampai
dengan Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah); dan
6. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I
https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
HAK KELAS PESERTA BPJS
KELAS 2
1. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan
golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
2. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
3. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
4. Peserta Pekerja Penerima Upah selain pada poin 1 sampai dengan 3 di atas dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan Gaji atau Upah sampai dengan Rp 4.000.000,00
(empat juta rupiah); dan
5. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.
https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
HAK KELAS PESERTA BPJS
KELAS 3
Peserta PBI Jaminan Kesehatan serta penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah;
dan
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III
https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
SOAL NO 21
• Seorang laki-laki bernama tuan Wernicke-
Korsakoff berusia 40 tahun datang dengan
keluhan sakit kepala dan pusing. Teman-teman
pasien langsung melarikan pasien ke IGD
Puskesmas. Sebelumnya pasien mengalami
perdarahan kepala sehabis kecelakaan motor.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/60, HR
115x/menit, RR 26x/menit dan Saturasi O2 97%,
GCS E4M6V5. Saat diperiksa hanya terdapat
vulnus laceratum hingga lapisan dermis
sepanjang 2 cm di pelipis kanan, bagaimanakah
prinsip pelayanaan BPJS bagi pasien ini?
A. Pasien dapat dirawat sementara di puskesmas karena hanya perlu
tindakan bedah non spesialistik dan observasi cedera kepala
ringan
B. Pasien harus dirujuk karena hanya perlu tindakan bedah di OK,
meski hanya mengalami cedera kepala ringan
C. Pasien harus dirujuk karena perlu CT Scan untuk cedera kepala
berat
D. Pasien tidak dapat ditanggung BPJS kesehatan
E. Pasien dapat dirawat di puskesmas karena ditanggung sepenuhnya
oleh BPJS ketenagakerjaan
• Jawaban: B. Difteri
• Re-emerging disease adalah wabah penyakit menular
yang muncul kembali setelah penurunan yang
signifikan dalam insiden dimasa lampau. Pada soal,
tidak dijelaskan penyakit mana yang sempat muncul di
masa lampau dan muncul. Namun dari pilihan
jawaban, diare, DBD, ISPA dan TBC merupakan penyakit
menular yang sudah sering muncul di Indonesia dalam
praktik sehari-hari (kemungkinannya penyakit-penyakit
ini masuk ke emerging disease). Sementara difteri
kasusnya sudah jarang karena vaksinasi rutin, kalau
muncul kembali atau angkanya meningkat maka
disebut re-emerging disease
23. Re-emerging disease
• Emerging disease adalah suatu penyakit yang meningkat
cepat kejadian dan penyebarannya
• Kriteria emerging disease:
– Tidak pernah muncul pada manusia sebelumnya, atau
– Pernah menginfeksi sangat sedikit orang dan hanya terjadi di
tempat yang terisolir (contoh: AIDS dan Ebola),
– Pernah muncul di sejarah manusia yang lampau tapi baru
diketahui agen infeksius penyebabnya sekarang (contoh: Lyme
disease dan gastic ulcer)
PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA LAKSANA KERJA MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN, IDI, 2008
Sanksi Pidana dalam UU No.29 Th 2004 Tentang
Praktik Kedokteran
• Pasal 75 Praktik tanpa STR
• Pasal 76 praktik tanpa SIP
• Pasal 77 menggunakan gelar seolah-olah
dr/drg yang memiliki STR
• Pasal 79 tidak memasang papan praktik,
tidak membuat rekam medik, tidak sesuai
standar profesi (rasional,merujuk,dll)
• Pasal 80 mempekerjakan dr/drg tanpa STR
& SIP
Etik Murni dan Etikolegal
Pelanggaran Etik Murni Pelanggaran Etikolegal
• Menarik imbalan jasa yang tidak wajar • Pelayanan kedokteran di bawah
dari pasien atau menarik imbalan jasa
dari sejawat dan keluarganya standar
• Mengambil alih pasien tanpa • Menerbitkan surat keterangan
persetujuan sejawatnya
• Memuji diri sendiri di depan pasien, palsu
keluarga atau masyarakat
• Melakukan tindakan medik yang
• Pelayanan kedokteran yang
diskriminatif bertentangan dengan hukum
• Kolusi dengan perusahaan farmasi • Melakukan tindakan medik
atau apotik
• Tidak mengikuti pendidikan tanpa indikasi
kedokteran berkesinambungan • Pelecehan seksual
• Dokter mengabaikan kesehatannya
sendiri • Membocorkan rahasia pasien
SOAL NO 26
• Seorang anak kecil bernama Rett, usia 8 tahun
datang ke poliklinik dibawa oleh ibunya sudah
beberapa kali dengan keluhan yang sama yaitu
dengan luka-luka. Menurut dokter jaga saat
itu, kemungkinan pasien ini adalah korban
dari tindakan kekerasan terhadap anak atau
child abuse. Untuk menentukan bahwa kasus
ini merupakan sebuah child abuse akan
ditemukan tanda-tanda berupa?
A.Luka multipel dengan tingkat kesembuhan yang
tidak sama
B. Luka dengan bentuk bulat diameter 0,5
C. Luka sayat dengan ukuran kurang lebih 3 cm
D.Luka akibat benda tajam
E. Luka bakar karena rokok
Afandi D, et al. Karakteristik kasus kekerasan dalam rumah tangga. J Indon Med Assoc, Volum: 62,
Nomor: 11, November 2012
Kekerasan Fisik pada Anak
Curiga kekerasan fisik pada anak apabila:
• Onset luka sudah lama
• Riwayat/anamnesis yang tidak jelas atau tidak ada
• Cerita tidak sesuai dengan luka yang ditimbulkan
• Pola luka yang menandakan kekerasan
• Cedera repetitif
• Pada anak yang belum ada mobilitas
• Perilaku atau mood orang tua yang tidak biasa
• Sikap dan perilaku anak atau interaksi anak dengan
orang tua atau pengasuh yang tidak biasa
• Pengakuan dari anak atau saksi mata
• Implement marks
– High-velocity impact rim of petechiae
outlining the pattern of the inflicting
instrument. Eg pair of sticks tramline
bruising
– Higher-velocity impact bruising
underlying the injury in the shape of the
object used
– Pressure necrosis of the skin from ligatures
well-demarcated bands encircling limbs
or neck
– Petechial bruises pinprick bruises from
ruptured capillaries (suction bruises,
squeezing, slapping, strangulation or
suffocation)
Clinical Forensic Medicine: A Physician’s Guide. 2nd ed.
Sites of Injury
• More commonly associated with non accidental injury:
– Facial soft tissues of the cheek, eye, mouth, ear,
mastoid, lower jaw, frenulum, neck
– Chest wall
– Abdomen
– Inner thighs and genitalia (associated with sexual abuse)
– Buttock and outer thighs
– Multiple sites
• More commonly associated with accidental injury:
– Bony prominences
– On the front of the body
EXTERNAL: INTERNAL:
• germs age
• temperature condition
• air cause
• water sex
• medium
SOAL NO 28
• Seorang anak perempuan bernama anak Turner
berusia 8 tahun dibawa orangtuanya dan polisi ke
Puskesmas sebagai korban kejahatan seksual
dengan membawa surat permintaan visum.
Dokter jaga saat itu langsung menangani dan
pada pemeriksaan tidak ditemukan robekan
selaput dara, hanya warna kemerahan yang
berlebihan pada bibir kemaluan kecil akibat
kekerasan tumpul. Apakah kesimpulan pada
Visum et Repertum yang Saudara buat?
A. Ada tidaknya tanda-tanda persetubuhan dan tindakan
kekerasan
B. Ada tidaknya suatu pencabulan telah terjadi
C. Waktu dan tempat dilakukan pemeriksaan terhadap korban
D. Nama dan identitas penyidik yang meminta visum et
repertum
E. Ada tidaknya tanda-tanda pemerkosaan dam tindakan
penganiayaan
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.
Menentukan Adanya Tanda Kekerasan
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.
Memperkirakan Umur
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.
Menentukan Pantas Tidaknya Korban Untuk
Dikawin
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.
PEMERIKSAAN DALAM KASUS KEJAHATAN
SEKSUAL
PEMERIKSAAN SEMEN
Pada pakaian, bercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih gelap
Pemeriksaan daripada sekitarnya. Dan Bercak yang sudah agak tua berwarna
visual kekuningan.
Bercak mani teraba kaku seperti kanji. Pada tekstil yang tidak menyerap,
Perabaan dan bila tidak teraba kaku, masih dapat dikenali dari permukaan bercak yang
penciuman teraba kasar. Pada penciuman, bau air mani seperti klorin (pemutih) atau
bau ikan
Sampel :
1. Forniks posterior vagina
Fosfatase asam, PAN, Berberio, Florence
• Benda asing dalam trakhea dapat tampak secara makroskopis misalnya pasir,
lumpur, binatang air, tumbuhan air dan lain sebagainya; sedangkan yang tampak
secara mikroskopis diantaranya telur cacing dan diatome (ganggang kersik).
• Bercak perdarahan yang besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena robeknya partisi
inter alveolar, dan sering terlihat di bawah pleura; bercak ini disebut sebagai bercak
”Paltauf”.
– Bercak berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada bagian bawah paru-
paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar bagian paru-paru.
Pemeriksaan Dalam Korban Tenggelam
• Jawaban: B. Asfiksia
• Pada soal didapatkan pasien yang tergantung di kamar kos,
dengan kemungkinan bunuh diri akibat keadaan pasien
yang sedang depresi. Mekanisme kematian pada proses
tergantung dapat berupa asfiksia atau vagal refleks, namun
karena didapatkan bitnik-bintik perdarahan pada
konjungtiva (tardieu spot) dan busa halus di mulut, maka
jawabannya adalah asfiksia karena tanda ini tidak
ditemukan pada reflex vagal.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Sebab Kematian
• Sebab kematian lebih ditekankan pada alat atau
sarana yang dipakai untuk mematikan korban.
– Contoh: karena tenggelam, karena terbakar, karena
tusukan benda tajam, karena pencekikan, karena
kekerasan benda tumpul.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Mekanisme Kematian
• Mekanisme kematian menunjukkan
bagaimana korban itu mati setelah
umpamanya tertembak atau tenggelam.
– Contoh: karena perdarahan, karena refleks vagal,
karena hancurnya jaringan otak
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Cara Kematian
• Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal 3 cara
kematian, yaitu:
1. Wajar: kematian korban karena penyakit, bukan
karena kekerasan atau rudapaksa.
2. Tidak wajar, yang dibagi menjadi kecelakaan,
bunuh diri, dan pembunuhan.
3. Tidak dapat ditentukan, yang disebabkan karena
keadaan mayat telah sedemikian rusak atau
busuk sehingga luka atau penyakit tidak dapat
ditemukan lagi.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
ASFIKSIA
• Definisi:
kondisi yang disebabkan adanya hambatan respirasi
atau kurangnya oksigen pada udara yang dihirup,
sehingga organ dan jaringan mengalami deprivasi
oksigen (disertai gangguan eliminasi karbon
dioksida) pingsan atau kematian.
ETIOLOGI ASFIKSIA
Mekanik • hambatan mekanik terhadap aliran udara dalam traktus respiratorik.
• Busa halus keluar dari hidung dan mulut. Busa halus ini disebabkan
adanya fenomena kocokan pada pernapasan kuat.
Pemeriksaan Dalam Post Mortem
• Organ dalam tubuh lebih gelap & lebih berat dan ejakulasi
pada mayat laki-laki akibat kongesti / bendungan alat
tubuh & sianotik.
• Darah termasuk dalam jantung berwarna gelap dan lebih
cair.
• Tardieu’s spot pada pielum ginjal, pleura, perikard, galea
apponeurotika, laring, kelenjar timus dan kelenjar tiroid.
• Busa halus di saluran pernapasan.
• Edema paru.
• Kelainan lain yang berhubungan dengan kekerasan seperti
fraktur laring, fraktur tulang lidah dan resapan darah pada
luka.
Asfiksia vs Vagal Reflex
• Secara umum, yang sering kali menjadi mekanisme
kematian (terutama pada kasus tenggelam) adalah asfiksia
dan vagal reflex.
20 30 2 6 8 12 24 36
0 mnt mnt jam jam jam jam jam jam
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
SOAL NO 33
• Tuan Abruzzo-Erickson, 26 tahun, ditangkap polisi atas
tindakan kekerasan. Pasien memiliki istri simpanan
yang kebetulan hamil 2 bulan tanpa memberitahu
pasien, ketika istri simpanan pasien menuntut pasien
untuk menikahinya, Tuan Abruzzo-Erickson marah dan
membanting istri simpanannya tersebut ke lantai
sehingga perdarahan dari jalan lahir. Istri simpanannya
itu dilarikan ke rumah sakit dan didapatkan terjadi
abortus, lalu keluarga istri simpanannya tersebut
melaporkan ke polisi, dan tuan Abruzzo-Erickson dapat
dikenai pasal berapa atas tindakannya tersebut?
A.351 KUHP
B.351 KUHAP
C.352 KUHP
D.352 KUHAP
E.90 KUHP
• Jawaban: E. 90 KUHP
• Luka berat termasuk pasal 90 KUHP. Salah satu
kriteria luka berat adalah kekerasan fisik yang
menyebabkan gugurnya sebuah kandungan,
maka jawabannya adalah E.
• Luka sayat: Akibat kekerasan tajam yang bergerak k.l sejajar dengan
permukaan kulit. Panjang luka jauh melebihi dalamnya luka.
• Jawaban: E. Penelitian
• Pada soal ini, rekam medis digunakan untuk
meneliti tentang profil bagaimana tekanan
darah pasien yang menggunakan
pengontrolan secara personal melalui
personal health trainer secara khusus, jadi
masuk ke ranah penelitian. Rekam medis
dapat dibuka untuk kepentingan medis pasien
atau hukum, dan juga pendidikan dan
penelitian selama tidak menyebut nama
pasien.
36. Rekam Medis
Administrative Value
Legal Value
Financial Value
Research Value
Education Value
Documentation Value
UU Praktik Kedokteran no 29 thn 2004
PASIEN
Bila pasien tidak kompeten, disampaikan kepada:
1. Keluarga pasien, atau
2. Orang yang diberi kuasa oleh pasien atau
keluarga pasien, atau
3. Orang yang mendapat persetujuan tertulis dari
pasien atau keluarga pasien
UU Kesehatan no. 36 Tahun 2009
Pasal 57
• Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran.
• Rahasia kedokteran tidak berlaku dalam hal
perintah UU, perintah pengadilan, izin yang
bersangkutan, kepentingan masyarakat,
kepentingan orang tersebut
UU Rumah Sakit no. 44 Thn 2009
UU RS Pasal 38
(1) Setiap Rumah Sakit harus menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien, untuk pemenuhan
permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,
atas persetujuan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
UU RS pasal 44
(1) Rumah Sakit dapat menolak mengungkapkan segala informasi kepada
publik yang berkaitan dengan rahasia kedokteran.
(2) Pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah Sakit dan
menginformasikannya melalui media massa, dianggap telah
melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum.
Permenkes no. 269 thn 2008
Pasal 10
• Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat
penyakit, riwayat pemeriksaan, dan riwayat
pengobatan harus dijaga kerahasiaannya
• Informasi tersebut dapat dibuka dalam hal:
– untuk kepentingan kesehatan pasien;
– memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan;
– permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
– permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan
perundang-undangan; dan
– untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit
medis, sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien.
TO 3
SOAL NO 37
• Suatu survei tentang morbiditas ibu hamil dan
melahirkan dilakukan oleh sebuah lembaga
independen yang dikepalai oleh kepala puskesmas
yang bernama dokter Mr. Rime, dengan mengambil
subjek penelitian seluruh penduduk indonesia. Sampel
pertama-tama dilakukan dengan memilih secara acak
22 provinsi dari 34 provinsi di Indonesia. Dari masing
– masing provinsi terpilih diambil sampel acak
sebanyak total 50% dari setiap kabupaten dan kota
yang ada. Selanjutnya dari tiap – tiap kabupaten/kota
diambil sampel acak sebanyak 50 orang dari tiap
kecamatan yang ada. Apakah teknik pengambilan
sampel yang dilakukan?
A.Simple random sampling
B.Stratified random sampling
C.Multistages random sampling
D.Cluster random sampling
E. Systematic random sampling
Interpretasi :
8-10 = Highly functional family (fungsi keluarga baik)
4-7 = Moderately dysfunctional family (disfungsi keluarga moderat)
0-3 = Severely dysfunctional family (keluarga sakit / tidak sehat)
Family SCREEM
RESOURCE PATHOLOGY
• Isolated from extra-
• social interaction is evident among family members
familial
SOCIAL • Family members have well-balanced lines of
• Problem of over
communication with extra-familial social groups
commitment
• Ethnic and cultural
CULTURAL • cultural pride and satisfaction can be identified
inferiority
• Economic
• Economic stability is sufficient to provide both reasonable deficiency
ECONOMIC satisfaction with financial status and an ability to meet
economic demands of normative life events • Inappropriate
economic plan
• Education of members is adequate to allow members to
EDUCATIONA • handicapped to
solve or comprehend most problems that arise within the
L comprehend
format of the lifestyle established by the family
• Medical health care is available through channels that are • Not utilizing health
MEDICAL easily established and have previously been experienced care
in a satisfactory manner facilities/resources
SOAL NO 39
• Seorang petugas cold chain sebuah puskesmas
bernama dokter Barraskewda, 40 tahun
menemukan suhu di lemari es tempat
penyimpanan vaksin hepatitis B mencapai -10
derajat celsius pada pemeriksaan pagi. Pada
pemeriksaan sore hari sebelumnya suhu lemari
es masih dalam kisaran normal. Petugas
kemudian melapor kepada dokter kepala
puskesmas untuk segera ditindak lanjuti. Apa
yang tindakan yang harus dilakukan?
A.Mengembalikan vaksin ke dinas kesehatan
kabupaten
B.Mengubah suhu lemari es ke kisaran normal
C.Menyatakan vaksin sudah rusak
D.Melakukan uji kocok vaksin
E. Membuang vaksin
• Vaksin mati
– DPT, Hib, PCV, tifoid, IPV
– Sebaiknya disimpan di suhu 2-8 derajat celcius. Di bawah
itu, vaksin akan rusak.
• Jawaban: A. 1 Puskesmas
• Berkaitan INPRES kesehatan No 5 Th 1974,
Nomor 7 tahun 1975 dan nomor 4 tahun
1976, sejak pelita III maka konsep wilayah
puskesmas diperkecil yang mencakup suatu
wilayah yang mempunyai jumlah penduduk
30.000 jiwa. Jadi jika daerah tersebut memiliki
53.484 jiwa, seharusnya dinaungi 2
puskesmas, maka perlu tambahan satu
puskesmas lagi.
40. Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja (Kepmenkes RI
No.128/Menkes/SK/II/2004).
• Membership bias
– Bila pada kelompok studi terdapat satu atau lebih hal yang berhubungan
dengan efek, sedangkan pada kelompok kontrol tidak.
– Contoh: studi tentang efek rokok terhadap kanker tidak mungkin dibuat uji
klinis, maka beberapa ahli menduga mungkin bukan hanya rokoknya yang
berbahaya, namun juga faktor lain yang terdapat pada perokok yang tidak bisa
disingkirkan.
https://www.jasaraharja.co.id/layanan
Yang tidak bisa ditanggung Jasa
Raharja
• Pengendara yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
• Korban kecelakaan baik pengendara atau pejalan kaki yang
menerobos palang pintu kereta.
• Korban kecelakaan yang disengaja, seperti bunuh diri dan/atau
percobaan bunuh diri serta korban kecelakaan yang terbukti
mabuk.
• Korban kecelakaan tunggal kendaraan pribadi
• Korban kecelakaan yang terbukti sedang melakukan kejahatan
• Korban kecelakaan akibat bencana alam
• Korban kecelakaan perlombaan kecepatan seperti misalnya
perlombaan balapan mobil atau motor.
https://www.jasaraharja.co.id/layanan
Kecelakaan Yang Ditanggung BPJS Kesehatan
Berikut adalah ketentuan bahwa kecelakaan tunggal bisa mendapatkan jaminan dari
BPJS kesehatan:
• Kecelakaan tunggal yang tidak dijamin oleh Jasa Raharja dan juga Oleh BPJS
Ketenagakerjaan maka itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab BPJS Kesehatan.
• Agar biaya ditanggung sepenuhnya oleh BPJS maka korban kecelakaan harus
dipastikan memilih rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS, jika tidak maka
kemungkinan besar biaya yang akan ditanggung hanya untuk biaya UGD saja.
• Pastikan adanya Laporan ke pihak kepolisian setempat agar pihak kepolisian bisa
membantu mengurusnya ke jasa raharja yang sistemnya sudah online.
• Dapatkan surat keterangan dari jasa raharja yang menyatakaan bahwa Kecelakaan
tidak ditanggung Jasa Raharja (dengan catatatn: harus ada laporan kepolisian).
• Jika kecelakaan bukan kecelakaan tunggal maka itu menjadi tanggung jawab Jasa
Raharja dengan catatan harus ada laporan kepolisian.
BPJS Ketenagakerjaan
Program BPJS Ketenagakerjaan antara lain:
• Jaminan Kecelakaan Kerja
– kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan pergi ke dan pulang dari
tempat kerja, serta perjalanan dinas
• Jaminan Kematian
– Uang tunai yang diberikan pada ahli waris ketika peserta meninggal
dunia bukan akibat kecelakaan kerja
• Jaminan Hari Tua
– Uang tunai akumulasi iuran+hasil pengembangan yang dibayarkan
pada saat peserta mencapai usia 56 tahun, meninggal dunia, atau
cacat total tetap
• Jaminan Pensiun
– Uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta yang telah
memenuhi iuran minimun 15 tahun (180 bulan)
SOAL NO 43
• Laki-laki bernama tuan Toxtricity, 67 tahun
adalah seorang pensiunan departemen keuangan
kabupaten Jawa Tengah. Pasien datang ke
puskesmas untuk kontrol penyakit gula
darahnya, akan tetapi rupanya pasien sudah
punya komplikasi ke mata yang kemungkinan
adalah diabetic retinopathy yang mempengaruhi
fungsi penglihatannya. Akhirnya, ia dirujuk ke rs
yang menggunakan fasilitas BPJS. Apa
keanggotaan BPJS yang digunakan pria tersebut?
A.PBI tidak bekerja
B.Non-PBI tidak bekerja
C.PBI penerima upah
D.Non-PBI pemerima upah
E. PBI
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR TARIF PELAYANAN
KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
Tarif Kapitasi
• Tarif Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf a diberlakukan pada FKTP yang melakukan
pelayanan:
a. administrasi pelayanan;
b. promotif dan preventif;
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun
non operatif;
e. obat dan bahan medis habis pakai;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium
tingkat pratama.
Tarif Non Kapitasi
• Tarif Non Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b
diberlakukan pada FKTP yang melakukan pelayanan kesehatan di
luar lingkup pembayaran kapitasi, yang meliputi:
a. pelayanan ambulans
b. pelayanan obat program rujuk balik;
c. pemeriksaan penunjang pelayanan rujuk balik;
d. pelayanan penapisan (screening) kesehatan tertentu termasuk
pelayanan terapi krio untuk kanker leher rahim;
e. rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi medis;
f. jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh
bidan atau dokter, sesuai kompetensi dan kewenangannya; dan
g. pelayanan Keluarga Berencana di FKTP
Pembayaran BPJS di Faskes Sekunder
& Tersier (Rumah Sakit)
• Indonesian-Case Based Groups (INA-CBGs): besaran
pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan atas paket layanan
yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis
penyakit dan prosedur.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4311333/
SOAL NO 46
• Seorang bapak bernama tuan Abomasnow,
45 tahun datang ke Rumah Sakit dengan
keluhan anaknya diare sudah 3 hari. Dari
pemeriksaan didapatkan anak letargis dan
dokter mendiagnosa anak mengalami syok
hipovolemik dan perlu segera pemasangan
infus. Sayangnya bapak hanya memiliki BPJS
PBI dan rumah sakit tersebut tidak kerjasama
dengan BPJS. Bagaimana seharusnya pihak
rumah sakit?
A. Meminta pasien untuk mencari rumah sakit lain
B. Merawat terlebih dahulu baru merujuknya dan bayar
setelah dirujuk
C. Langsung merujuk tanpa diobati
D. Memberi informasi kepada keluarga bawah pasien
tidak bisa dirawat di sini
E. Tetap diobati tanpa diminta uang ganti
• Jawaban D. 6.8%
• Prevalensi adalah jumlah seluruh kasus dibagi
dengan jumlah populasi berisiko pada tahun
tersebut.
• Pada soal, ditanyakan prevalensi pada tahun
2018, maka prevalensinya adalah:
• seluruh kasus/populasi beresiko = (50+18) /
1000 = 6.8%
48. UKURAN MORBIDITAS PENYAKIT
Definisi Rumus
Insidens/ insidens Jumlah kasus baru dalam Jumlah kasus baru/ jumlah populasi
kumulatif/ incidence periode waktu tertentu berisiko di awal periode
rate/ attack rate/
attack risk Attack rate/risk lebih sering
digunakan pada konteks KLB.
Secondary attack rate jumlah penderita baru suatu Jumlah penderita baru pd serangan
penyakit yang terjangkit pada kedua/ (jumlah populasi berisiko-
serangan kedua dibandingkan jumlah orang yang terkena
dengan jumlah penduduk serangan pertama)
dikurangi orang/penduduk yang
pernah terkena penyakit pada
serangan pertama.
Incidence density rate jumlah penderita baru suatu Jumlah kasus baru/ jumlah populasi
(or person-time rate) penyakit yang ditemukan pada berisiko di awal periode (dalam
suatu jangka waktu tertentu satuan orang-waktu)
(dalam satuan orang-waktu)
Ukuran Morbiditas Penyakit (2)
Definisi Rumus
Point prevalence Jumlah seluruh kasus pada satu Jumlah seluruh kasus (kasus lama
waktu tertentu, misalnya jumlah dan kasus baru)/ jumlah populasi
seluruh kasus hipertensi per berisiko pada satu waktu yang
tanggal 1 April 2017. spesifik (tanggal tertentu atau jam
tertentu).
Period prevalence Jumlah seluruh kasus pada satu Jumlah seluruh kasus (kasus lama
periode tertentu, misalnya jumlah dan kasus baru)/ jumlah populasi
seluruh kasus hipertensi dari berisiko pada satu periode
Januari-Desember 2016. tertentu.
Endemic Epidemic
Time
Kriteria KLB (Permenkes 1501, tahun 2010)
• Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal pada suatu daerah
• Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun
waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya
• Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut
jenis penyakitnya
• Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah
per bulan dalam tahun sebelumnya
• Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya
• Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen)
atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
• Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
Pola Epidemi Penyakit Menular
• Common source: satu orang atau sekelompok
orang tertular penyakit dari satu sumber yang
sama, dibagi menjadi:
– Point
– Continuous
– Intermittent
Contoh:
Insidens hepatitis A di
Pennsylvania yang
terjadi akibat sayuran
yang mengandung virus
hepatitis A yang
dikonsumsi pengunjung
restoran pada tanggal 6
November.
Continuous Common Source Epidemic
Contoh:
Paparan air yang mengandung
bakteri terjadi terus menerus,
sehingga insidens diare terjadi
berminggu-minggu.
Intermittent Common Source Epidemic
Contoh:
Kasus campak yang satu ke
kasus campak yang lain
berjarak 11 hari (1 masa
inkubasi)
Mixed Epidemic
• Gabungan antara common source epidemic dan
propagated epidemic
Contoh:
Kasus shigellosis di sebuah
festival music. Awalnya terjadi
penularan serempak saat
festival berlangsung. Sehingga
beberapa hari setelah festival,
kejadian shigellosis meningkat
sangat tinggi (common source
epidemic). Namun satu
minggu kemudian, muncul lagi
kasus shigellosis karena
penularan dari suatu oranf
SOAL NO 50
• Pada bulan ini awal minggu ada rencana kegiatan
imunisasi Polio, dokter Puskesmas yang bernama
dokter Sandaconda berperan sebagai koordinator
di wilayah kerjanya. Namun setelah dievaluasi,
ada beberapa hambatan dalam pelaksanaan
program karena ada beberapa posyandu yang
tidak memenuhi target akibat kekurangan vaksin
polio. Dari unsur pokok/fungsi manajemen
manakah yang kurang dilakukan oleh dokter
Puskesmas sebagai koordinator sebelum
pelaksanaan?
A.Planning
B.Organizing
C.Actuating
D.Controlling
E. Budgeting
•Jawaban: A. Planning
• Permasalahan yang terjadi adalah beberapa
posyandu tidak memenuhi target akibat
kekurangan vaksin. Kemungkinan penyebab
dari masalah adalah kurangnya
perencanaan/planning yang matang sehingga
terjadi masalah tersebut.
50. Teori Fungsi Manajemen
(George R. Terry, 1990)
1. Planning:
• menentukan serangkaian tindakan untuk
mencapai suatu hasil sesuai target.
2. Organizing:
• mengelompokkan orang-orang serta
penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta
tanggung jawab masing-masing supaya
aktivitas berdaya guna dan berhasil guna.
Teori Fungsi Manajemen
(George R. Terry, 1990)
3. Actuating
• menggerakkan semua anggota kelompok untuk bekerja
agar mencapai tujuan organisasi.
• Actuating membuat urutan rencana menjadi tindakan
nyata.
• Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi
antara lain :
– Mengimplementasikan proses kepemimpinan,
pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga
kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan.
– Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai
pekerjaan dan menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.
Teori Fungsi Manajemen
(George R. Terry, 1990)
4. Controlling
• Agar pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan visi, misi,
aturan serta program kerja maka dibutuhkan
pengontrolan.
• Baik itu dalam bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi
sampai audit.
• Agar sejak dini dapat diketahui penyimpangan-
penyimpangan atau kesalahan yang terjadi, baik itu
dalam tahap perencanaan, pelaksanaan ataupun
pengorganisasian.
• Sehingga dapat segera dilakukan antisipasi, koreksi,
serta penyesuaian-penyesuaian yang sesuai dengan
situasi.
Teori Fungsi Manajemen
(Luther Gullick)
• Planning
– menentukan serangkaian tindakan untuk mencapai
suatu hasil sesuai target.
• Organizing
– mengelompokkan orang-orang serta penetapan tugas,
fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-
masing supaya aktivitas berdaya guna dan berhasil
guna.
• Staffing/assembling resources
– menunjuk orang-orang yang akan memangku masing-
masing tugas yang telah ditentukan.
Teori Fungsi Manajemen
(Luther Gullick)
• Directing
– Memberikan penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan
dan bimbingan terdapat para petugas yang terlibat, baik
secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan
tugas dapat berjalan dengan lancar, dengan pengarahan
staff yang telah diangkat dan dipercayakan melaksanakan
tugas di bidangnya masing-masing tidak menyimpang dari
garis program yang telah ditentukan
• Coordinating
– pengkoordinasian merupakan satu dari beberapa fungsi
manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak
terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan
dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan
menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat
kerja sama yang terarah dalam upaya mencapai tujuan
organisasi.
Teori Fungsi Manajemen
(Luther Gullick)
• Reporting
– penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau
pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian
dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih
tinggi,
• Budgeting
– menetapkan ikhtisar biaya yang diperlukan dan
pemasukan uang yang diharapkan akan diperoleh dari
rangkaian tindakan yang akan dilakukan.
• Controlling
– mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi
sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke
jalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang
sudah digariskan semula.
SOAL NO 51
• Diatas sebuah nisan kuburan ditemukan korban
meninggal. Korban meninggal tengkurap di atas
batu nisan dengan perut disangga oleh batu,
sedangkan kepala dan kaki jatuh ke tanah. Daerah
kuburan itu memang terkenal angker dan tidak
pernah terawat sejak 10 tahun terakhir. Mayat
ditemukan oleh orang yang kebetulan lewat pada
siang hari, dari pemeriksaan didapatkan lebam
mayat pada bagian kaki, tangan dan perut, tidak
didapatkan kaku mayat sama sekali dan
pembusukan sudah terjadi. Perkiraan waktu
kematian sejak saat pemeriksaan ialah...
A.1-2 jam sebelum pemeriksaan
B.4-8 jam sebelum pemeriksaan
C.12-24 jam sebelum pemeriksaan
D.24-36 jam sebelum pemeriksaan
E.Lebih dari 36 jam sebelum pemeriksaan
20 30 2 6 8 12 24 36
0 mnt mnt jam jam jam jam jam jam
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
SOAL NO 52
• Pada bulan Januari 2017 ditemukan 2 pria
tewas dalam sumur. Kedua pria tersebut
diketahui adalah warga desa Ujang yang
bernama Tuan Rilaboom dan tuan Boltund.
Kejadian terjadi saat pagi hari, awalnya kedua
pria tersebut awalnya ingin menguras sumur
namun sampai sore mereka tidak kurun
pulang. Dari forensik ditemukan darah korban
berwarna merah gelap. Apa kemungkinan
diagnosisnya?
A.Keracunan O2
B.Keracunan CO
C.Keracunan CO2
D.Keracunan arsen
E. Keracunan Nitrogen
http://www.forensicpathologyonline.com/e-book/post-mortem-changes/post-mortem-hypostasis
SOAL NO 53
• Seorang wanita ditemukan meninggal
tergantung di kamarnya. Menurut detektif
yang datang saat itu yang bernama detektif
Intelleon, 28 tahun, korban tidak bunuh diri,
melainkan meninggal karena dibunuh. Dia
yakin karena menurut pemeriksaan
ditemukan bukti bahwa korban digantung
setelah meninggal. Hasil pemeriksaan apa
yang mendukung pernyataan korban
digantung setelah meninggal tersebut?
A.Terdapat bintik-bintik di mata
B.Tidak ada resapan darah di kulit leher
C.Terdapat bendungan (kongesti) organ-organ
D.Terdapat biru-biru di ujung jari
E.Terdapat biru-biru di punggung
Obstructive Compressional
asphyxia asphyxia
Solid obstruction
Strangulation:
(choking,
penjeratan
gagging)
Manual
strangulation:
pencekikan
Hanging
PENGGANTUNGAN (HANGING)
• Penggantungan (Hanging) adalah suatu keadaan
dimana terjadi konstriksi dari leher oleh alat penjerat
yang ditimbulkan oleh berat badan seluruh atau
sebagian.
Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran utuh
2 terputus (non-continuous) dan letaknya pada (continuous), agak sirkuler dan letaknya pada bagian
leher bagian atas leher tidak begitu tinggi
Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan
3
sisi leher kuat dan diletakkan pada bagian depan leher
Simpul tali, biasanya hanya satu simpul yang Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian
3
letaknya pada bagian samping leher depan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat
Tangan tidak dalam keadaan terikat, karena sulit Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan dugaan pada
7
untuk gantung diri dalam keadaan tangan terikat kasus pembunuhan
Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan pada Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali jika korban
10
kasus gantung diri sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak.
SOAL NO 54
• Seorang dokter jaga UGD RS bernama dokter
Eiscue didatangi 2 polisi yang membawa
pasien dengan keluhan trauma pada dada,
polisi mengatakan pasien adalah korban
penganiyaan sekelompok preman. Kemudian
polisi meminta secara verbal kepada dokter
untuk membuat keterangan untuk keperluan
penyidikan, akan tetapi dokter Eiscue
menolak, karena permintaan akan visum dari
kedua polisi tersebut tidak sesuai dengan…
A.Pasal 133 ayat 2 KUHAP
B.Pasal 133 ayat 1 KUHAP
C.Pasal 120 KUHAP
D.Pasal 33 KUHAP
E. Pasal 150 KUHAP
• Wewenang penyidik
• Tertulis (resmi)
• Terhadap korban, bukan tersangka
• Ada dugaan akibat peristiwa pidana
• Bila mayat :
– Identitas pada label
– Jenis pemeriksaan yang diminta
– Ditujukan kepada : ahli kedokteran forensik /
dokter di rumah sakit
Pengantar Medikolegal, Budi Sampurna
Peran Dokter dalam VeR
• Visum et Repertum: Laporan (jawaban) tertulis
dokter yang berdasarkan sumpah jabatan dan
keilmuannya, tentang obyek medik-forensik yang
dilihat dan diperiksa atas permintaan tertulis
penyidik berwenang, untuk kepentingan peradilan.
• Obyek medik-forensik ini adalah manusia (hidup
ataupun mati), bahagian tubuh manusia maupun
sesuatu yang diduga bahagian tubuh manusia.
SOAL NO 55
• Seorang perempuan bernama nyonya
Polteageist berusia 38 tahun melapor ke
kantor polisi bahwa ia telah dianiaya, dipukul
dengan benda tumpul oleh suaminya 2 hari
yang lalu. Nyonya Polteageist mengeluh
kesakitan dan ingin menuntut suaminya. Polisi
meminta anda untuk memeriksanya dan
meminta laporan hasil pemeriksaan tersebut.
Apakah bentuk laporan yang dokter
sampaikan?
A.Hasil wawancara
B.Hasil saat pemeriksaan
C.Hasil setelah perawatan
D.Hasil saat 2 hari yang lalu
E. Wawancara dan hasil akhir
• Konsep mati : Jika batang otak telah mati (brain stem death) dapat
diyakini bahwa manusia tersebut telah mati baik secara fisik maupun
sosial. Yang harus diyakini adalah proses kematian tersebut bersifat
irreversible.
Euthanasia aktif
• Eutanasia aktif langsung
Dilakukannya tindakan medik secara terarah yg
diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien,
atau memperpendek hidup pasien.
• Eutanasia aktif tidak langsung
Saat dokter atau tenaga kesehatan melakukan
tindakan medik untuk meringankan penderitaan
pasien, namun mengetahui adanya risiko tersebut
dapat memperpendek atau mengakhiri hidup
pasien
EUTHANASIA PASIF
Perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan
atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan
hidup manusia
TINDAKAN DOKTER BERUPA PENGHENTIAN PENGOBATAN PASIEN
• Tidak mungkin disembuhkan
• Kondisi ekonomi pasien terbatas
Ditinjau dari jenis permintaan
• Voluntary euthanasia: euthanasia yang dilakukan
atas permintaan pasien secara sadar dan dilakukan
berulang-ulang
• Involuntary euthanasia: didasarkan pada keputusan
dari seseorang yang tidak berkompeten atau tidak
berhak untuk mengambil suatu keputusan, misalnya
wali dari si pasien. Namun di sisi lain, kondisi pasien
sendiri tidak memungkinkan untuk memberikan ijin,
misalnya pasien mengalami koma atau tidak sadar.
Pada umumnya, pengambilan keputusan untuk
melakukan euthanasia didasarkan pada
ketidaktegaan seseorang melihat sang pasien
kesakitan.
Euthanasia
• Menurut KODEKI (pasal 9, bab II), dokter tidak
diperbolehkan:
– Menggugurkan kandungan
– Mengakhiri hidup seseorang yang sakit meskipun menurut
pengetahuan tidak akan sembuh lagi.
Ijazah Serkom
SOAL NO 58
• Seorang laki-laki bernama tuan Golisopod
usia 22 tahun, datang ke dokter umum untuk
berobat. Pasien merasa tidak enak badan dari
kemarin. Dokter mau melakukan pemeriksaan
tekanan darah dan tanda vital dan pasien
mengatakan “oke dok.” Lalu dokter meminta
pasien meluruskan tangannya dan didapatkan
TD 120/80, HR 80x/menit dan RR 20 x/menit,
suhu 36.5OC. Jenis consent yang diberikan
oleh pasien ini adalah:
A.Implied Consent
B.Presumed Consent
C.Auto Consent
D.Informed Consent
E.Expressed Consent
• Jawaban: B. Satpam
• Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.10
Tahun 1966, yang wajib menyimpan rahasia
kedokteran adalah:
– Dokter/Dokter ahli
– Mahasiswa Kedokteran
– Perawat/Bidan
– Petugas Administrasi Kedokteran
– Forensik/kamar jenazah
• Jadi jawabannya adalah B. Satpam
59. RAHASIA MEDIS
• Segala temuan pada diri pasien dapat dikatakan sebagai rahasia medik atau
rahasia kedokteran dan rahasia ini sepenuhnya milik pasien.
• Sumpah dokter (Sumpah Hipocrates) terdapat sumpah untuk merahasiakan
apapun yang dilihat dan didengar dalam sepanjang proses menjalankan
profesi seorang dokter
• Dasar hukum
– PP no 10 tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran tgl 21 mei
1966.
– UU RS no 44 thn 2009
– UU Kesehatan no 36 thn 2009
– UU Praktik Kedokteran no 29 tahun 2004
– Pasal 11 PP 749.MENKES/PER/XII/1989 tentang REKAM MEDIS: “rekam medis
merupakan berkas yang wajib disimpan kerahasiaannya”
– PERMENKES NO. 36 TAHUN 2012 ttg Rahasia Kedokteran
– PERMENKES NO. 269 TAHUN 2008
• Dasar etik: Rahasia medis harus tetap dijaga, bahkan setelah pasien
meninggal dunia (KODEKI pasal 16).
Siapa Saja Yang Wajib Menyimpan
Rahasia Medis?
• Yang diwajibkan menyimpan rahasia medis
ialah:
– Dokter/Dokter ahli
– Mahasiswa Kedokteran
– Perawat/Bidan
– Petugas Administrasi Kedokteran
– Forensik/kamar jenazah
Pasal 57
• Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran.
• Rahasia kedokteran tidak berlaku dalam hal
perintah UU, perintah pengadilan, izin yang
bersangkutan, kepentingan masyarakat,
kepentingan orang tersebut
UU Rumah Sakit no. 44 Thn 2009
UU RS Pasal 38
(1) Setiap Rumah Sakit harus menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien, untuk pemenuhan
permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,
atas persetujuan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
UU RS pasal 44
(1) Rumah Sakit dapat menolak mengungkapkan segala informasi kepada
publik yang berkaitan dengan rahasia kedokteran.
(2) Pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah Sakit dan
menginformasikannya melalui media massa, dianggap telah
melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum.
Permenkes no. 269 thn 2008
Pasal 10
• Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat
penyakit, riwayat pemeriksaan, dan riwayat
pengobatan harus dijaga kerahasiaannya
• Informasi tersebut dapat dibuka dalam hal:
– untuk kepentingan kesehatan pasien;
– memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan;
– permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
– permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan
perundang-undangan; dan
– untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit
medis, sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien.
KEWAJIBAN MENYIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN
(PERMENKES 36/ 2012)
SOAL NO 60
• Nyonya Cinderace, 50 tahun, datang ke dokter dengan
keluhan tidak enak badan dan demam. Setelah dilakukan
pemeriksaan dokter mendiagnosis pasien dengan suspek
Demam Berdarah Dengue. Saat dilakukan pemeriksaan
tanda vital didapatkan TD 100/80, HR 112x/menit, HR
24x/menit, suhu 37.6OC, dan didapatkan Hb 12 g/dl
dengan HT 40%. Dokter menyarankan pasien dirawat akan
tetapi pasien menolak, karena di rumah ada cucu pasien
yang harus pasien urus karena anak pasien yang serumah
keduanya bekerja. Sehingga dokter memperbolehkan
pasien pulang tapi dengan menandatangani surat
penolakan rawat inap. Asas etik apakah yang diambil
dokter ini untuk memperbolehkan pasien pulang?
A.Fairness
B.Autonomy
C.Quality of Life
D.Contextual Feature
E. Medical Indication
Schumann JH, Alfandre D. Clinical ethical decision making: the four topics approach. Semin Med Pract 2008;11:36–42.
SOAL NO 61
• Seorang laki-laki bernama tuan Noivern usia
26 tahun, post KLL dibawa ke UGD RS, dengan
keadaan umum gelisah, kesadaran somnolen,
TD 86 perpalpasi, RR 30x/menit akral dingin,
pekak hepar menghilang, nyeri tekan seluruh
lapang abdomen. Diagnosis sementara pada
pasien ini diduga sebagai pneumoperitoneum
dan dokter langsung melakukan tindakan
bedah dan resusitasi. Tindakan tersebut
sesuai dengan asas...
A.Justice
B.Fidelity
C.Autonomy
D.Beneficence
E.Non maleficence