Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL WEB KE-2

KODE/NAMA/SKS/MATA KULIAH : IDIK4013/TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH/ 2 SKS


PROGRAM STUDI S-1 PGSD

Nama Penulis : H. Thamrin Hasan, M.Pd.


Nama Penelaah : Drs. Raja Usman, M.Pd.
Status Pengembangan : 2020.1

No. Uraian Tugas Tutorial Skor


Maksimal
1. Persiapan apa saja yang harus Anda lakukan sebelum melakukan penelusuran 15
pustaka sebagai kegiatan pendukung dalam penulisan karya ilmiah.

2. Buatkan suatu kutipan langsung dalam teks dan kutipan tidak langsung dalam 20
teks, kemudian tuliskan sumber kutipan tersebut dalam referensi.

3. Uraikan secara jelas tentang tahapan-tahapan pencegahan plagiarisme! 20

4. Coba uraikan dengan kata-kata sendiri bagaimana 3 dimensi karya ilmiah 25


logos, patos, dan etos berkaitan dengan teori kebenaran korespondensi, teori
kebenaran konsistensi, dan teori kebenaran pragmatis!

5. Lengkapi dan uraikan bagan di bawah ini, dengan jelas dan lengkap ! 20

4 hal yang perlu diperhatikan ketika


akan melakukan wawancara utk
keperluan penulisan karya ilmiah

1 2 3 4
LEMBAR JAWABAN
TUGAS TUTORIAL WEB KE-2 (TTWEB KE-2)

NAMA : SUPARMI
NIM : 856448815
POKJAR : S1-PGSD
MATA KULIAH/KODE : IDIK4013/TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

1) Langkah-langkah sebelum melakukan penelusuran pustaka adalah sebagai berikut:


a. Pemilihan Topik, aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pemilihan topik adalah:
 Area Topik
Area topik memuat cakupan masalah yang akan diangkat dalam penulisan karya tulis
ilmiah. Topik lebih luas daripada judul, karena topik mencakup isi pokok dan area yang
akan dibahas dan ditulis.
 Keterbatasan
Keterbatasan yang sering ditemui dalam pemilihan topik, seringkali adalah keterbatasan
yang disesuaikan dengan: minat, kemampuan dilaksanakan, kemudahan dilaksanakan,
kemudahan dibuat menjadi masalah yang lebih luas, dan manfaat.
b. Pengumpulan Informasi
Prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan sehubungan dengan pengumpulan informasi
adalah:
 Evaluasi instrumen, untuk mendapatkan data yang lebuh akurat dan konsisten. Evaluasi
instrumen dilakukan dengan uji coba pengumpulan data dengan instrumen yang telah
dibuat. Hasil uji coba akan diketahui melalui pengujian validitas dan reliabilitas.

 Evaluasi terhadap sumber, untuk mempertanggungjawabkan data.


Penulis harus menentukan apakah data yang diperlukan dalam menulis karya tulis
ilmiah berupa data primer, sekunder atau gabungan dari keduanya.

 Pembuatan catatan, untuk memudahkan pencatatan dan pencarian kembali informasi


yang telah dicatat. Catatan dapat dibuat dengan penggunaan kartu informasi,
pembuatan sistem penulisan untuk menghubungan kartu informasi dengan daftar
pustaka, serta pemilihan bentuk kutipan.
c. Survei Lapangan
Melakukan pengamatan atas obyek yang diteliti. Menetapkan masalah dan tujuan yang akan
diteliti dan dijadikan karya ilmiah. Langkah ini merupakan titik acuan Anda dalam proses
penulisan atau penelitian
d. Menyusun Hipotesis
Menyusun dugaan-dugaan yang menjadi penyebab dari obyek penelitian Anda. Hipotesis ini
merupakan prediksi yang ditetapkan ketika Anda mengamati obyek penelitian
e. Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data
Setelah melakukan percobaan atas obyek penelitian dengan metode yang direncanakan,
maka selanjutnya Anda melakukan pengamatan terhadap obyek percobaan yang dilakukan
tersebut.
f. Menganalsis dan menginterpretasikan data
Menganalisa dan menginterpretasikan hasil pengamatan yang sudah dilakukan. Anda coba
untuk menginterpretasikan segala kondisi yang terjadi pada saat pengamatan. Di langkah
inilah Anda mencoba untuk meneliti dan memperkirakan apa yang terjadi dari pengamatan
dan pengumpulan data.
g. Merumuskan kesimpulan dan atau teori
Merumuskan kesimpulan atau teori mengenai segala hal yang terjadi selama percobaan,
pengamatan, penganalisaan dan penginterpretasian data. Langkah ini mencoba untuk
menarik kesimpulan dari semua yang didapatkan dari proses percobaan, pengamatan,
penganalisaan, dan penginterpretasian terhadap obyek penelitian
h. Penulisan Naskah

2) Contoh kutipan langsung:


Menurut Patilima (2013:4), mahasiswa dianjurkan sejak awal untuk menentukan metode
seperti penelitian apa yang akan digunakan pada penelitian skripsi, tesis, dan disertasi.
Mahasiswa perlu memasukkan pandangan yang luas dalam suatu penelitian, yaitu suatu
pandangan yang mendukung asumsi ontologis, epistimologis, aksiologis, dan metodologis
kualitatif dan kuantitatif.
Contoh kutipan tidak langsung:
Seorang mahasiswa hendaknya harus dapat menentukan metode penelitian yang akan dia
gunakan saat hendak membuat skripsi, tesis, maupun disertasi¹. Adapun salah satu metode
yang mesti mereka tentukan adalah kualitatif atau kuantitatif. Jika mahasiswa lebih
menyenangi statistik, maka metode kuantitatif bisa dipilih dan digunakan untuk bahan
penelitiannya. Sebaliknya, jika mahasiswa lebih senang menganalisa suatu peristiwa, maka
metode kualitatif bisa dipilih dan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan.

¹Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2013), hlm 4.

Tombol navigasi adalah sebuah tombol yang digunakan oleh para pembaca blog untuk
mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dari sebuah blog². Dengan adanya tombol
navigasi, pembaca dapat mencari topik yang ingin mereka baca tanpa perlu membuka satu
per satu halaman sebuah blog.

²Wahyu Sya’ban, Build Your Blogger XML Template, (Yogyakarta, ANDI, 2010), hlm 197.

3) Tahapan-tahapan pencegahan plagiarisme secara berurutan adalah sebagai berikut:


a. Tahap (re)sosialisasi dan (re)edukasi
Pada tahap ini, dilakukannya proses sosialisasi terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
plagiarisme dengan cara mendidik kepada pihak yang mungkin melakukan plagiarisme.
Edukasi dapat dilakukan secara formal, informal ataupun nonformal.
b. Tahap pencegahan
Biasanya tahap ini dilakukan oleh tiap lembaga atau individu maupun kelompok yang
menciptakan peraturan dan mekanisme untuk melakukan pencegahan plagiarisme.
Terciptanya peraturan tersebut merupakan tahapan lanjut dari proses sosialisasi dan edukasi
tentang plagiarisme. Aturan tersebut dapat menumbuhkan sikap dan praktek penulisan
karya ilmiah yang pantas.
c. Tahap deteksi
Tahapan deteksi merupakan tahapan yang dilakukan setelah kedua tahapan sebelumnya
dilakukan. Pada kedua tahap sebelumnya telah dilakukan tetapi masih terjadi plagiarisme,
kemungkinan pelaku plagiarisme tersebut tidak teryakinkan dengan aturan-aturan
plagiarisme yang ada.

4) 3 dimensi karya ilmiah logos, patos, dan etos berkaitan dengan teori kebenaran korespondensi,
teori kebenaran konsistensi, dan teori kebenaran pragmatis yaitu sebagai berikut:
a. Dimensi logos
Pada karya ilmiah dimensi logos merupakan perwujudan dari teori kebenaran korespondensi
yang menyatakan adanya bentuk nyata antar pernyataan dan pernyataan yang lainnya.
Artinya pada setiap pernyataan harus didukung oleh data-data atau pengamatan
objektifnya.
Dimensi logos pada karya ilmiah juga dapat diartikan bahwa dalam penulisan karya ilmiah
haruslah bersifat logis yang berarti bahwa setiap pernyataan didukung oleh argument-
argumen, sitematis yang berate suatu karya ilmiah disusun mulai dari pendahuluan, isi, dan
penutup, dan objektif berati bahwa suatu karya ilmiah terdapat data empiris.

b. Dimensi patos
Pada karya ilmiah, dimensi patos merupakan perwujudan dari teori kebenaran
konsistensi/koherensi, yang berati bahwa pernyataan-pernyataan dari suatu karya ilmiah
harus konsisten atau padu tidak melemahkan maupun meniadakan.
Berdasarkan teori korespondensi, dimensi patos dalam suatu karya ilmiah harus logis,
sistematis dan objektif. Sama halnya berdasarkan dengan teori kebenaran, bahwa karya
imiah sangat menekannkan adanya kebenaran, keindahan serta kebaikan.

c. Dimensi etos
Pada karya ilmiah, dimensi etos merupakan wujud dari teori kebenaran pragmatis yang
menyatakan perlu adanya manfaat dari suatu penyataan. Teori tersebut muncul setelah
teori korespondensi dan konsistensi sulit diterapkan. Sebagai contoh adanya dua teori yang
keduanya sama-sama diturunkan dari satu teori sebelumnya, tetapi keduanya memiliki
implikasi yang bertolak-belakang. Kedua teori tersebut konsistern dengan argumennya
masing-masing dan ada bukti-bukti empirisnya. Maka kedua teori tersebut dapat dipakai
sesuai dengan keperluan. berdasarkan penjelasan diatas, maka muncul kepercayaan bahwa
terori dapat ditemukan terlebuk dahulu sementara pembuktian empirisnya menyusul.
Teori ini memerlukan karya ilmiah yang kritis, komperhesif, logis, sitematis serta objektif.

Ketiga teori diatas memiliki persamaan terhadap teori korespondensi yang menekankan
pada tiga gagasan diantaranya yaitu keadilan, kebebasan, dan persamaan. Namun, dengan
adanya ketiga gagasan tersebut, teori komperhensiflah yang menjadi perangkat ilmiah
peradaban, yang artinya kita dapat dengan kritis menjawab kebenaran, keindahan serta
kebaikan apa, oleh siapa dan untuk siapa dalam kerangka tindakan yang dilakukan dengan
keadilan, kebebasan, dan persamaan.
5)
4 hal yang perlu diperhatikan ketika
akan melakukan wawancara utk
keperluan penulisan karya ilmiah

1. Menentukan orang yang 4. Mengolah hasil wawancara


tepat untuk diwawancarai

3. Melaksanakan wawancara
2. Mempersiapkan pedoman wawancara

4 hal yang perlu diperhatikan ketika akan melakukan wawancara utk keperluan penulisan karya
ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Menentukan orang yang tepat untuk diwawancarai


Pada saat perumusan topik dan tujuan suatu karya ilmiah maka dapat dipikirkan tentang
orang yang tepat serta kompeten terhadap topik yang kita angkat. Orang tersebut tentunya
harus menguasai serta benar-benar ahli dalam bidangnya yang sesuai dengan masalah/topik
tersebut. Dalam proses menentukan orang yang tepat untuk diwawancarai maka sipenulis
harus terlebih dahulu membuat daftar nama-nama yang akan dilakukan wawancara. Untuk
jumlah narasumber, semakin banyak narasumber yang diwawancari maka semakin akurat
juga informasi yang diperoleh.
Jadi, dengan mengacu pada topik, tujuan, dan jenis karya ilmiah yang akan ditulis
sesungguhnya akan lebih mudah untuk menentukan narasumbernya.

2. Mempersiapkan pedoman wawancara


Setelah menemukan orang yang tepat untuk dilakukan wawancara langkah selanjutnya yaitu
melakukan wawancara. Sebelum melakukan wawancara hendaknya mempersiapkan
beberapa pedoman wawancara seperti menjelaskan maksud dan tujuan serta masalah yang
akan diangkat pada wawancara tersebut, menanyakan kesediaan narasumber, memberikan
draf yang berkaitan dengan penelitian anda. Selanjutnya menyusun pertanyaan serta jenis
informasi yang akan diajukan dan diperoleh sehingga diperoleh hasil wawancara yang baik
dan terstruktur. Ada baiknya membuat tabel yang berisi rencana wawancara. Perumusan
pertanyaan sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa poin berikut:
a. Menentukan butir-butir informasi yang diperlukan
b. Mengembangkan pertanyaan yang ada sehingga dapat memberikan informasi yang
akurat.
Selain itu pewawancara harus menguasai teknik pengajuan pertanyaan. Pertanyaan-
pertanyaan yang ambigu dan mengundang permasalahan ganda harus dihidarkan.
Pertanyaan yang ambigu, ganda dan retoris biasanya tidak menarik dan biasanya sulit untuk
dijawab sehingga tidak ada manfaat terhadap pengumpulan informasi.

3. Melaksanakan wawancara
Dalam proses pelaksanaan wawancara, berikut ini beberapa kiat sukses dalam melakukan
wawancara:
a. Melakuan wawancara dalam suasana yang menyenangkan.
b. Bersikap santai terhadap narasumber, tetapi tidak melupakan tujauan awal
dilakukannya wawancara tersebut yaitu untuk mengumpulkan informasi.
c. Menggunakan pedoman wawancara (daftar pertanyaan-pertanyaan) yang sudah
disiapkan.
d. Memberi kesempatan narasumber untuk berbicara dalam menyampaikan pendapatnya
e. Bersikap seobjektif mungkin terhadap narasumber
f. Memberikan naraseumber kesempatan untuk berpikir
g. Mengulangi pertanyaan jika dirasa pewawancara belum lengkap/ kurang jelas atau tidak
memahami informasi yang disampaikan.
h. Membimbing narasumber apabila terkesan kehilangan arah dalam menjawab
pertanyaan.
i. Membuat catatatan seperlunya agar memudahkan proses wawancara sehingga tidak
mengulur waktu.
j. Menggunakan tape recorder agar anda tidak kehilanga poin informasi yang disampaikan
oleh narasumber
k. Setelah dilakukannya wawancara, sebaiknya membuat catatan hasil wawancara
sesegera mungkin agar tidak lupa.

4. Mengolah data hasil wawancara


Data dan informasi yang diperoleh dari proses wawancara biasanya disebut catatan
lapangan, untuk itu perlu diolah agar menjadi suatu informasi yang digunakan untuk
menunjang karya tulis ilmiah. Hasil wawancara tersebut dianalisis sehingga diperoleh suatu
simpulan. Selanjutnya dialakukan pemeriksaan data yang bertujuan untuk memperoleh
keabsahan dan kecukupan data. Hasil wawancara yang lengkap dapat mempermudah
penulis untuk membuat kesimpulan tentang masalah yang relevan dengan topik yang ditulis.

Anda mungkin juga menyukai