Anda di halaman 1dari 8

JURNAL ANALIS FARMASI

Volume 2, No. 3 Juli 2017 Hal 206-213

UJI STABILITAS ASETOSAL BENTUK SEDIAAN TABLET DAN TABLET SALUT


ENTERIK

STABILITY TEST OF ACETOSAL TABLET AND ENTERIC COATED TABLET

Annisa Primadiamanti1, Nofita1, Davit Muhamad Muslim1

ABSTRACT
The stability test was one of the quality parameters and was performed to
determine the ability of drug to persist within the limits of the spesification established
during the storage and period of use.Temperature and storage time were included as
factors affecting the stability of the drug. The purpose of this study was to determine the
effect of temperature and storage time on the decline of acetosal content. Within
temperature and storage time effects, using two samples, sample A (tablet) and sample
B (enteric coated tablet), temperature effect 60 0C, time period 24 hours. Content
analysis using the UV spectrophotometer. This research obtained max 228nm, and a=-
0,0331, b=0,06805 and r=0,09979 with the acetosal content, before and after
treatment, A=94,451,1568%, A’=76,470,9295% and B=104,540,4728%,
B’=88,810,3722%. Bothacetosal content obtained after the storage treatment at
temperature 600C for 24 hours did not meet the requirement of FI IV, with the decrease
number A=19,04% dan B=15,05,%.

Keywords : Stability, Temperature, Storage, Acetosal, Tablet, Enteric Coated Tablet

ABSTRAK
Uji stabilitas merupakan salah satu parameter kualitas dan dilakukan untuk
mengetahui kemampuan suatu produk obat untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan. Suhu dan waktu
penyimpanan termasuk faktor yang mempengaruhi stabilitas obat. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui ada atau tidaknya penurunan kadar asetosal sediaan tablet dan tablet
salut enterik terhadap pengaruh suhu selama periode waktu tertentu. Dengan pengaruh
faktor suhu dan waktu. dengan menggunakan dua sampel, sampel A (tablet) dan
Sampel B (tablet salut enterik), faktor suhu yaitu 60 0C, periode waktu yaitu 24 jam.
Analisis kadar menggunakan metode spektrofotometri UV. Hasil peneltian didapat maks
228nm, dan nilai a=-0,0331, b=0,06805 dan r=0,09979 dengan hasil kadar sebelum
dan sesudah perlakuan sebesar A=94,451,1568%, A’=76,470,9295% dan
B=104,540,4728%, B’=88,810,3722%. Kadar asetosal yang didapat setelah perlakuan
penyimpanan pada suhu 600C selama 24 jam baik bentuk sediaan tablet ataupun tablet
salut enterik keduanya sudah tidak memenuhi persyaratan FI IV, dengan persentase
penurunan sebesar A=19,04% dan B=15,05,%.

Katakunci : Stabilitas, Suhu, Penyimpanan, Asetosal, Tablet, Tablet Salut Enterik

PENDAHULUAN
Tes stabilitas suatu zat aktif atau titik tangkapnya dengan kadar yang
obat jadi memberikan informasi tentang tepat, sehingga dapat memberikan efek
variasi substansi zat aktif atau produk terapi yang dikehendaki [1].
jadi dengan pengaruh variasi lingkungan Penyimpanan obat pada kondisi
seperti temperatur, kelembapan, dan suhu udara yang sangat panas,
paparan cahaya [1]. Dalam bidang kelembaban ruangan yang tinggi dan
farmasi, pemeriksaan mutu obat mutlak terpapar cahaya dapat merusak mutu
diperlukan agar obat dapat sampai pada obat.
Annisa Primadiamanti, Nofita, Davit Muhamad Muslim

1) Dosen Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Lampung


Perubahan suhu merupakan salah tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
satu faktor luar yang menyebabkan dari 110,0% dari jumlah yang tertera
ketidakstabilan sediaan farmasi [2]. pada etiket, dan sediaan asetosal tablet
Asetosal merupakan senyawa lepas tunda mengandung asetosal,
ester dari turunan asam salisilat yang C9H6O4, tidak kurang dari 95,0% dan
merupakan salah satu obat analgetika tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang
non narkotik dari kelompok Obat Anti tertera pada etiket.
Inflamasi Non Steroid (OAINS) yang
sering digunakan oleh masyarakat luas METODOLOGI PENELITIAN
sebagai analgetik (penahan rasa sakit), Penelitian
antiPiterik (penurun demam)dan dilakukanpadabulanJuni 2017 bertempat
antiinflamasi (peradangan).Penggunaan di Laboratorium Universitas Malahayati
asetosal dalam dosis yang terlalu tinggi Jl. Pramuka No. 27 Bandar Lampung.
dapat menyebabkan beberapa indikasi Populasi dalam penelitian ini diambil dari
dan dampak negatif seperti iritasi asetosal bentuk sediaan tablet dan
lambung, perdarahan, perforasi atau tablet salut enterik yang dijualdi Apotek
kebocoran lambung serta menghambat Enggal Bandar Lampung, karena apotek
aktivitas trombosit. Penentuan kadar tersebut merupakan apotek terbesar di
asetosal dalam sediaan obat menjadi kota Bandar Lampung.
sangat penting untuk uji kualitas produk Pada penelitian ini menggunakan
sebelum dan selama proses produksi metode pengambilan sampel purposive
maupun setelah menjadi produk akhir sampling,
[3]. yaitudengankriteriasebagaiberikut : obat
Pada penelitian yang dilakukan asetosal bentuk sediaan tablet dan
oleh Mujahid dkk (2013) terhadap tablet salut enterik dengan nama
asetosal bentuk sediaan tablet dan dagang dan nama generik yang paling
tablet salut enterik menunjukan bahwa banyak dibeli oleh masyarakat dan
temperatur memberikan persentase paling mudah didapat pada apotek
penurunan maksimum sebesar 8% “Enggal”, didapat 2 sampel yaitu sampel
untuk asetosal bentuk sediaan tablet A (Asetosal tablet) dan sampel B
dan 3% untuk asetosal bentuk sediaan (Asetosal tablet salut enterik) yang telah
tablet salut enterik pada suhu 60o C dibuka dan diberi perlakuan dengan
dalam bentuk yang tidak dibungkus. adanya pengaruh temperatur pada suhu
Dengan persentase penurunan ini belum 60o C selama 24 jam.
diketahui apakah kadar asetosal pada
kedua sediaan tersebut masih Prosedur Penelitian
memenuhi atau tidak memenuhi Pemeriksaan Penandaan
persyaratan yang ditetapkan, karena Pemeriksaan penandaan meliputi
pada penelitian Mujahid dkk (2013) kondisikemasan, nomor registrasi,
hanya melihat persentase penurunan nomor batch,tanggal kadaluarsa dan
dari nilai serapan sampel yang diukur dosis sediaan.Setelah obat dilakukan
dan tidak sampai menghitung kadar pemeriksaan penandaan dam memenuhi
sampel [4]. syarat akan dilanjutkan kepengujian
Berdasarkan latar belakang selanjutnya.
tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
apakah dengan adanya perlakuan Pengujian Keseragaman Bobot
penyimpanan pada suhu 60o C selama Timbang 20 tablet satu persatu, hitung
24 jam asetosal bentuk sediaan tablet bobot rata-rata tablet, dari 20 tablet
dan tablet salut enterik terjadi tidak lebih dari dua tablet yang
penurunan yang signifikan dan bobotnya menyimpang dari bobot rata-
mempengaruhi dari masing-masing rata lebih besar dari harga yang
persyaratan yang telah ditetapkan untuk ditetapkan dalam kolom A dan tidak satu
kadar tablet asetosal dan tablet salut tablet pun yang bobotnya menyimpang
enterik. Sesuai persyaratan Farmakope dari bobot rata-rata lebih besar dari
Indonesia Edisi IV, sediaan asetosal harga yang telah ditetapkan dalam
tablet mengandung asetosal, C9H6O4, kolom B.

2 Jurnal Analis Farmasi Volume 2 No. 3 Juli 2017


Uji Stabilitas Asetosal Bentuk Sediaan Tablet Dan Tablet Salut Enterik

kemudian disaring dan diukur


serapannya pada panjang gelombang
Tabel 1. maksimum (λmaks).
Kolom Penyimpangan Bobot
Pengaruh Temperatur pada Suhu
Penyimpangan 60o C Selama 24 Jam
Bobot rata-rata tablet bobot rata-rata Sampel tablet dan tablet salut
A B enterik dipanaskan pada suhu 60o
25 mg atau kurang 15% 30% C.Sampel dibiarkan selama 24 jam pada
26 mg - 150 mg 10% 20% suhu 60o C dengan menggunakan
151 mg - 300 mg 7,5% 15% oven.Sampel diambil setelah 24 jam.
Lebih dari 300 mg 5% 10%
Penetapan Kadar Sampel
Sumber : DepKes RI, 1979 Ditimbang dengan seksama
setaradengan 50 mg sampel yang telah
Pembuatan Larutan Baku Asetosal memenuhi keseragaman bobot dan telah
Sebanyak 10 mg standar asetosal diberiperlakuan, dimasukkan ke dalam
ditimbang dengan teliti. Tambahkan gelas beker ukuran 100 mL.Tambah
larutan HCl 0,1 N : metanol (1:1) pelarut HCl 0,1 N : metanol (1:1)
sebanyak 50 mL dalam gelas beker. sebanyak 50 mL dan diaduk
Asetosal dan pelarut kemudian diaduk menggunakan pengaduk hingga larut
dengan pengadukhingga larut sempurna.Larutan dimasukkan dalam
sempurna. Larutan yangdihasilkan labu ukur 50 mL dan ditera dengan
setelah itu dimasukkan dalam labu ukur pelarut HCl 0,1 N : metanol (1:1)
100 mL danditambah HCl 0,1 N : sampai batas. Dilakukan penggojokan
metanol (1:1) sampai tanda batas. sampai larutan menjadi homogen
Larutan digojog hingga homogen, Larutan yang telah homogen selanjutnya
sehingga diperoleh larutan induk disaringan dengan kertas saring
asetosal dengan konsentrasi 100 ppm. whatman No.42. Filtrat yang diperoleh
diambil sebanyak 1 mL dan dimasukkan
Penetapan Panjang Gelombang dalam labu ukur 10 mL. Tambahkan ke
Maksimum dalam labu ukur tersebut pelarut HCl 0,1
Sebanyak 0,6 mL larutan baku N : metanol (1:1) sampai tanda batas.
asetosal100 ppm dimasukkan ke dalam Dilakukan penggojokan sampai larutan
labu takar 10mL. Ditambah pelarut HCl menjadi homogen.Larutan yang telah
0,1 N : metanol (1:1) hingga tanda homogen diukur serapannya pada
batas. Dilakukan penggojogan sampai panjang gelombang maksimum
larutan menjadi homogen.Larutan yang (λmaks).Kadar asetosal dihitung dengan
telah homogen di-scanning pada memasukkan nilai serapan yang
panjang gelombang 200-400 nm. diperoleh ke dalam persamaan regresi
Panjang gelombang maksimum yang linear kurva baku asetosal.
terpilih adalah panjang gelombang yang
memberikan serapan asetosal yang Perhitungan Kadar
paling tinggi di daerah visibel. Kadar sampel yang diperoleh
dalamppm (mg/L), dikonversikan dalam
Pembuatan Kurva Baku satuan persen (%), dengan rumus :
Sejumlah 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan X x V x Fp
Kadar asetosal ( % )= x 100 %
1 mL larutan baku asetosal 100 ppm W
masing-masing dipipet dan dimasukkan Keterangan
ke dalam labu ukur 10 mL. Tambahkan X: Konsentrasi sampel (ppm=mg/L)
pelarut HCl 0,1 N : metanol (1:1) hingga W: Bobot kesetaraan (mg)
tanda batas, sehingga didapat Fp: Faktor pengenceran
konsentrasi larutan baku berturut-turut V: Volume larutan sampel (L)
sebesar 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm,
dan 10 ppm.Dilakukan penggojogan HASIL PENELITIAN DAN
sampai larutan menjadi PEMBAHASAN
homogen.Larutan yang telah homogen

Jurnal Analis Farmasi Volume 2 No. 3 Juli 2017 3


Annisa Primadiamanti, Nofita, Davit Muhamad Muslim

Berdasarkan penelitian tentang bentuk sediaan tablet dan tablet salut


pengaruh suhu dan waktu penyimpanan enterik diperoleh hasil sebagai berikut:
terhadap penurunan kadar asetosal Pemeriksaan Penandaan Sampel

Tabel 2.
PenandaanSampelAsetosal

Sampel A Sampel B
No Penandaan (Asetosal tablet) (Asetosal tabet salut
enterik)
1 Bentuk kemasan Strip Blister
2 Kondisi kemasan Kemasan tablet baik Kemasan tablet baik
3 Bentuk sediaan Tablet kempa Tablet salut enterik
4 Warna Orange Putih
5 Nomor registrasi DBL 8800700363A1  DKL 9914706715A1
6 Nomor batch 101786 17043302 
7 Waktu 28 02 2019 10 2018 
kadaluarsa
8 Dosis sediaan 80 mg 80 mg

Keseragaman Bobot

Tabel 3.
Data Hasil Keseragaman Bobot Sampel A (Asetosal Tablet)

Bobot Keseragaman bobot


rata-rata Kolom A 5% Kolom B 10% ket.
No Sampel
tablet RA RB RA RB
(mg) (mg) (mg) (mg) (mg)
 Sampel A
 1. 304 319,2 288,8 334,4 273,6 MS
(Asetosal tablet)

Tabel 4.
Data Hasil Keseragaman Bobot Sampel B (Asetosal Tablet Salut Enterik)

Keseragaman bobot
Bobot rata-
No Sampel rata tablet Kolom A 7,5% Kolom B 15%
(mg) RA RB RA RB ket.
(mg) (mg) (mg) (mg)
Sampel B (Asetosal 173,1
 1. 187,15 193,67 215,22 159,07 MS
Tablet Salut Enterik) 1

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Baku Asetosal

4 Jurnal Analis Farmasi Volume 2 No. 3 Juli 2017


Uji Stabilitas Asetosal Bentuk Sediaan Tablet Dan Tablet Salut Enterik

Gambar 1. Kurva Panjang Gelombang Maksimum Baku Asetosal


Penentuan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Asetosal
0.7
0.6 f(x) = 0.07 x − 0.03

Absorban (A)
0.5 R² = 1
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Konsentrasi (C)(Ppm)

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Baku Asetosal

Analisis Spektrofotometri UV
Tabel 5.
Data Hasil Penetapan Kadar AwalSampel
N
Sampel Kadar Kadar Rata- Standar FI Ket
o
(%) rata  SD
94,94% MS
Sampel A  90,0-
1 93,32% 94,951,1568 MS
(Asetosal tablet)  110,0%
95,09% MS
104,34
MS
%
Sampel B
105,08  104,540,472  95,0-
2 (Asetosal tablet MS
% 4 105,0%
salut enterik) 
104,20
MS
%

Tabel 6.
Data Hasil Penetapan Kadar Sampel Sesudah Penyimpanan pada Suhu 600C selama 24
Jam

Kadar Kadar Rata-rata


No Sampel Standar FI Ket
(%)  SD
Sampel A’ 75,40% TMS
 90,0-
1 (Asetosal 77,01%  76,470,9295 TMS
110,0%
tablet)  77,01% TMS
Sampel B’ 88,77% TMS
 95,0-
2 (Asetosal tablet 89,21%  88,810,3722 TMS
105,0%
salut enterik)  88,47% TMS

Diagram Persentase Penurunan Kadar Asetosal

Jurnal Analis Farmasi Volume 2 No. 3 Juli 2017 5


Annisa Primadiamanti, Nofita, Davit Muhamad Muslim

120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00% Sampel A
20.00% Sampel B
0.00%
1 2
Penurunan : A=19,04%, B=15,05%

Gambar 3. Diagram Penurunan Kadar Sampel A dan Sampel B

PEMBAHASAN benar obat yang berkualitas, asli dan


Uji stabilitas obat dilakukan untuk telah benar-benar terdaftar di BPOM.
mengetahui kemampuan suatu produk Nomor registrasi obat modern terdiri
obat untuk bertahan dalam batas dari 15 digit, dengan 3 digit pertama
spesifikasi yangditetapkan sepanjang dan digit ke14 berupa huruf, dan 11
periode penyimpanan dan penggunaan digit sisanya berupa angka.
untuk menjamin kekuatan, kualitas dan
kemurnian produk. Sediaan obat yang Uji Keseragaman Bobot
stabil dapat dikatakan sebagai suatu Pengujian keseragaman bobot
sediaan yang masih berada dalam batas bertujuan untuk melihat keseragaman
yang dapat diterima selama periode suatu bentuk sediaan tablet, untuk
penyimpanan dan penggunaan, dimana melihat homogenitas kandungan dari
sifat dan karakteristiknya sama dengan suatu bentuk sediaan, dan untuk
yang dimiliki pada saat dibuat.Pada mengetahui ada atau tidaknya
penelitian ini dilakukan uji stabilitas obat penyimpangan antara bobot tablet
asetosal dalam 2 bentuksediaan tablet asetosal terhadap bobot rata-rata
dantabelsalutenterik dengan dosis yang asetosal.
sama yaitu 80 mg terhadap temperatur Padapenelitianinitidakterjadipenyimpang
dan lama penyimpanan. Pemilihan anantarabobot tablet asetosal terhadap
metode spektrofotometri UV dilakukan bobot rata-rata asetosal.
karena jika dilihat dari struktur kimianya
asetosal memiliki gugus kromofor dan Penyiapan Larutan Uji Asetosal
auksokromsehingga bisa ditetapkan Pada proses penyiapan larutan uji
kadarnya dengan menggunakan asetosal, dilakukan proses penggerusan
spektrofotometri UV. Selain itu, asetosal tablet dan dilarutkan menggunakan
memiliki rentang panjang gelombang pelarut campuran Metanol : HCl 0,1 N
pada daerah UV yaitu 200-400nm. (1:1). Penggunaan campuran pelarut
Metanol : HCl 0,1 N (1:1) karena sifat
Pemeriksaan Penandaan Sampel dari asetosal yang sukar larut dalam air
Pemeriksaan awal yang dilakukan dan mudah larut dalam alkohol.Dalam
adalah penandaan kemasan obat sampel penyiapan larutan uji asetosal sangat
asetosal bentuk kemasan, meliputi diperhatikan konsentrasi darilarutan,
kondisi kemasan, no registrasi,no batch, konsentrasi tidak boleh terlalu tinggi dan
tanggal kadaluarsa dan dosis sediaan. tidak boleh terlalu rendah. Hubungan
Tujuan pemeriksaan penandaan ini serapan dan konsentrasi dapat linier
untuk memastikan mutu dari obat, apabila nilai absorban larutan antara
memastikan kebenaran kandungan 0,2-0,8 (0,2  A  0,8) dengan
produk sehingga tidak terjadi kesalahan anggapan kesalahan dalam pembacaan
yang dapat menimbulkan 0,005 atau 0,5%.
kerugian.Pemeriksaan penandaan pada
nomor registrasi lebih diutamakan Penentuan Panjang Gelombang
karena pada nomor registrasi ini dapat Maksimum
diketahui apakah obat tersebut benar-

6 Jurnal Analis Farmasi Volume 2 No. 3 Juli 2017


Uji Stabilitas Asetosal Bentuk Sediaan Tablet Dan Tablet Salut Enterik

Panjang gelombang maksimum Penentuan kadar sampel pada


yang didapat pada penelitian ini sebesar penelitian ini dilakukan menggunakan
228nm hasil yang didapat ini tidak metode regresi linier yaitu metode
terlalu jauh dengan hasil yang telah parametrik dengan dengan variabel
didapat pada penelitian sebelumnya bebas (konsentrasi sampel) dan variabel
yaitu yang telah dilakukan oleh Kuntari terikat (serapan sampel) menggunakan
dkk. (2017) panjang gelombang persamaan garis regresi kurva larutan
maksimum asetosal sebesar 237nm [3] baku. Suhu 600C dipilih berdasarkan
dan penelitian yang dilakukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Mujahid
Mujahid dkk. (2013) panjang gelombang dkk (2013) pada suhu 600C persentase
maksimum asetosal sebesar 228nm [4]. penurunan kadar merupakan yang
Perbedaan nilai panjang gelombang paling besar [3]. Suhu ekstrim (600C)
maksimum ini dapat terjadi dikarenakan merupakan uji stablitas dipercepat,
beberapahal, diantaranya perbedaan dengan anggapan penurunan pada suhu
spesifikasi alat yang digunakan dalam ekstrim (600C) dengan waktu yang
pengukuran,kepekaan alat yang singkat sama dengan penurunan pada
digunakan dalam pengukuran, dan suhu rendah dengan waktu yang
kualitas baku pembanding yang lama.Kadar asetosal dihitung
digunakan pada saat penetapan panjang menggunakan persamaan regresi linier
gelombang maksimum. yang didapat dari kurva kalibrasi yaitu y
= 0,06805x - 0,0331. Kadar rata-rata
Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan asetosal sebelum dilakukan perlakuan
Baku penyimpanan pada suhu 600 C selama
Kurva kalibrasi asetosal dibuat 24 jam didapat rata rata secara
dari lima konsentrasi asetosal bertingkat berturut-turut untuk sampel asetosal
yaitu 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm, dan bentuk sediaan tablet dan tablet salut
10ppm. Masing-masing larutan seri enterik sebesar A=94,451,1568% dan
diukur serapannya pada panjang B=104,540,4728%. Hasil penetapan
gelombang maksimal 228 nm dan kadar ini telah memenuhi persyaratan
kemudian dibuat kurva yang merupakan yang ditetapkan oleh Farmakope
hubungan antara serapan dengan Indonesia Edisi IV. Akan tetapi, setelah
konsentrasi. Linieritas dari kurva baku dilakukan perlakuan penyimpanan pada
dapat dilihat dengan menghitung suhu 600C selama 24 jam kadar sampel
koefisien korelasi (r) dari persamaan mengalami penurunan yang
garis regresi linier, nilai yang dihasilkan menyebabkan kadar sampel
oleh kurva kalibrasi dikatakan baik untukkeduanya menjadi tidak memenuhi
apabila nilai koefisien korelasi (r) persyaratan yang telah ditetapkan,
mendekati 1. Artinya peningkatan nilai dengan kadar rata-rata untuk masing-
serapan analit berbanding lurus dan masing sebesar A’=76,470,9295%
signifikan dengan peningkatan B’=88,810,3722%. Kondisi suhu pada
konsentrasinya. Berdasarkan saat periode penyimpanan dan
perhitungan yang telah dilakukan penggunaan menjadi salah satu faktor
diperoleh persamaan regresi linier y = yang dapat mempengaruhi stabilitas
0,0680x - 0,0331 dengan koefisien obat asetosal pada kedua sediaan
korelasi (r) = 0,9979. Nilai koefisien tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini
korelasi (r) digunakan untuk didapat persentase penurunan kadar
menunjukan derajat keeratan hubungan dari masing-masing untuk sampel A
antara dua variabel yang diteliti. Tujuan (Asetosal tablet) dan sampel B (Asetosal
dilakukanya tahap ini adalah untuk tablet salut enterik) berurutan sebesar
mengetahui apakah hukum Lambert- 19,04% dan 15,05%. Dengan demikian
Beer terpenuhi atau tidak, karena suhu penyimpanan yang terlalu panas
hukum Lamber-Beer menjadi dasar dapat menyebabkan kadar asetosal
dalam analisis kuantitatif senyawa obat menurun pada kedua bentuk sediaan
dengan spektrofotometer. obat asetosal tersebut. Penyimpanan
pada suhu kamar (15-300C) merupakan
Penentuan Kadar Sampel Asetosal cara yang tepat untuk menghindari
persentase penurunan kadar asetosal

Jurnal Analis Farmasi Volume 2 No. 3 Juli 2017 7


Annisa Primadiamanti, Nofita, Davit Muhamad Muslim

yang besar pada kedua sediaan 2. Kadar sampel sesudah diberi


tersebut. Apabila suhu penyimpanan di perlakuan penyimpanan pada suhu
bawah suhu kamar, akan menyebabkan 600C selama 24 jam sudah tidak
asetosal pada kedua bentuk sediaan memenuhi persyaratan yang
terhidrolisis secara bertahap menjadi ditetapkan oleh Farmakope
senyawa pembentuknya yaitu asam Indonesia Edisi IV. Dengan kadar
salisilat dan asam asetat. Dengan ini rata-rata dari sampel A’ (asetosal
dapat disimpulkan bahwa stabilitas tablet) dan sampel B’ (Asetosal
asetosal dengan bentuk sediaan tablet Tablet Salut Enterik) masing-masing
salut enterik lebih baik dibandingkan adalah 76,47% dan 88,81%.
dengan asetosal bentuk sediaan tablet
karena terdapat perbedaan pada DAFTAR PUSTAKA
formulasi keduanya yaitu zat eksipien 1. Surati J.S., Chauhan R.S., Shah
(tambahan). Pada asetosal bentuk D.R., Shah S.A.. 2011. Effect of
sediaan tablet tidakterdapat bahan Temperature and Water Quality on
penyalut dan pada tablet salut enterik Stability of Reconstituted Oral
terdapat bahan penyalut (derivat Suspension of Cefixemin Trihydrate.
selulosa : HPMC ftalat, dan selulosa International Jurnal of Drug
asetat ftalat) sehingga dapat Formulation and Research. Vol.2.
menghambat penurunan asetosal dari Hal 179-194.
pengaruh suhu dan waktu penyimpanan. 2. Luawo, E.F. Citraningtyas, G.
Hal ini diperjelas dengan adanya Kojong, N. 2012. Pengaruh Suhu
penelitian sebelumnya yang telah Terhadap Stabilitas Berbagai Produk
dilakukan oleh Mujahid dkk. (2013) Tablet Nifedipin. Unsrat. Sulawesi
dengan persentase penurunan kadar Utara.
maksimum asetosal sediaan tablet dan 3. Kuntari, T. Aprianto, R. Hadiyati, N.
tablet salut enterik sebesar 8% dan 5% Baruji. 2017. Verifikasi Metode
dengan suhu 600C selama 24 jam [3]. Penentuan Asetosal dalam Obat
Sakit Kepala dengan Metode
Spektrofotometri UV. Jurnal Sains
KESIMPULAN DAN SARAN dan Teknologi. Vol 6. No 1. Hal 31 -
1. Terjadi penurunan kadar asetosal 40.
bentuk sediaan tablet dan tablet 4. Mujahid Adnan, Farooq M Umar,
salut enterik setelah adanya Hameed Ayesha. 2013. Quantitative
perlakuan penyimpanan pada suhu Degradation Monitoring in Core and
600C selama 24 jam dengan Enteric Coated Asetosal Tablets.
persentase penurunan sebesar International Journal of Current
A=19,04% dan B=15,05%. Pharmaceutical Research. Vol 5
Issue 4. Hal 69-70.

8 Jurnal Analis Farmasi Volume 2 No. 3 Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai