Anda di halaman 1dari 4

Jangan Mengikuti Hawa Nafsu

Khutbah Pertama:

Innal hamdalillahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu wa na’uudzubillaahi


min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa mayyahdihillaahu falaa
mudhillalahu wa mayyudhlilfalaa haadiyalahu
Asyhadu Allah ilaaha illallah, Wa asyhaduanna muhammadur rasulullah
Allahumma shalli alaa muhammad wa alihi wa ashabihi waman tabi 'ahum bi ihsanin
ilaa yaumiddin
Yaa ayyuhalladzii na 'amanuttaqullah haqqo tuqootihi walaa tamu tunna ilaa wa antum
muslimun

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Ta’ala atas segala karunia, hidayah dan
berjuta kenikmatan tak terhingga yang telah Dia anugerahkan kepada kita semua.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang
mengikutnya hingga hari kemudian.

Selanjutnya marilah kita meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wa Ta’ala
dengan sebenar-benar takwa, yakni dengan menjalankan segala perintahNya dan
menjauhi segala laranganNya.

Hadirin Rahimakumullah!

Secara bahasa, hawa nafsu adalah kecintaan terhadap sesuatu sehingga kecintaan itu
menguasai hatinya. Kecintaan tersebut sering menyeret seseorang untuk melanggar
hukum Allah SWT. Oleh karena itu hawa nafsu harus ditundukkan agar bisa tunduk
terhadap syariat Allah SWT. Adapun secara istilah syariat, hawa nafsu adalah
kecondongan jiwa terhadap sesuatu yang disukainya sehingga keluar dari batas syariat.
Sebagaimana firman Allah SWT:

ِ ‫يل هَّللا‬ َ َّ‫اس ِب ْال َح ِّق َواَل َت َّت ِب ِع ْال َه َو ٰى َفيُضِ ل‬


ِ ‫ك َعنْ َس ِب‬ ِ ْ‫اك َخلِي َف ًة فِي اأْل َر‬
ِ ‫ض َفاحْ ُك ْم َبي َْن ال َّن‬ َ ‫َيا دَ اوُ و ُد إِ َّنا َج َع ْل َن‬

Yaa daawudu innaa ja'alnaaka khaliifatan fiil ardhi faahkum bainannaasi bil haqqi walaa
tattabi'il hawa fayudhillaka 'an sabiilillahi innal-ladziina yadhilluuna 'an sabiilillahi lahum
'adzaabun syadiidun bimaa nasuu yaumal hisaab(i)
Hai Daud! sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. (Shad/38:
26).

Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Seseorang yang mengikuti hawa nafsu adalah


seseorang yang mengikuti perkataan atau perbuatan yang dia sukai dan menolak
perkataan atau perbuatan yang dia benci dengan tanpa dasar petunjuk dari Allah Azza
wa Jalla.”

Kaum Muslimin, jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Orang yang mengikuti hawa nafsu tidak akan mementingkan agamanya dan tidak
mendahulukan ridha Allah dan Rasul-Nya. Dia akan selalu menjadikan hawa nafsu
menjadi tolak ukurnya.

Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Fondasi agama (Islam) adalah mencintai karena


Allah dan membenci karena Allah, mendukung karena Allah dan menjauhi karena Allah,
beribadah karena Allah, memohon pertolongan kepada Allah, takut kepada Allah,
berharap kepada Allah, memberi karena Allah, dan menghalangi karena Allah. Ini
hanya dapat dilakukan dengan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Karena perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah perintah Allah Azza wa
Jalla, larangannya adalah larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, memusuhinya berarti
memusuhi Allah, mentaatinya sama dengan mentaati Allah dan mendurhakainya sama
dengan mendurhakai Allah.

Bahkan orang yang mengikuti hawa nafsunya telah dibuat buta dan tuli oleh hawa
nafsunya. Sehingga dia tidak bisa memperhatikan dan melaksanakan apa yang menjadi
hak Allah dan Rasul-Nya dalam hal itu, dan dia tidak mencarinya. Dia tidak ridha karena
ridha Allah dan Rasul-Nya, dia tidak marah karena kemarahan Allah dan Rasul-Nya.
Tetapi dia ridha jika mendapatkan apa yang diridhai oleh hawa nafsunya, dan marah
jika mendapatkan apa yang membuat hawa nafsunya marah”.

Kaum Muslimin, jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah SWT,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sudah mengingatkan bahwa mengikuti hawa


nafsu akan membawa kehancuran. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ada
tiga perkara yang membinasakan dan tiga perkara yang menyelamatkan.

Adapun tiga perkara yang membinasakan adalah: kebakhilan dan kerakusan yang
ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan  seseorang yang membanggakan diri sendiri.

Sedangkan tiga perkara yang menyelamatkan adalah takut kepada Allah di waktu
sendirian dan dilihat orang banyak, sederhana di waktu kekurangan dan kecukupan,
dan (berkata/berbuat) adil di waktu marah dan ridha.
(Hadits ini diriwayatkan dari Sahabat Anas, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Abdullah bin Abi
Aufa, dan Ibnu Umar g)

Hadirin Rahimakumullah!

Demikian juga bahaya mengikuti hawa nafsu adalah mendatangkan kesusahan dan
kesempitan hati.  Syaikhul Islam berkata, “Barangsiapa mengikuti hawa nafsunya,
seperti mencari kepemimpinan dan ketinggian (dunia-pen), keterikatan hati dengan
bentuk-bentuk keindahan (kecantikan, ketampanan, dan lain-lain-pen), atau (usaha)
mengumpulkan harta, di tengah usahanya untuk mendapatkan hal itu dia akan
menemui rasa susah, sedih, sakit dan sempit hati,  yang tidak bisa diungkapkan. Dan
kemungkinan hatinya tidak mudah untuk meninggalkan keinginannya, dan dia tidak
mendapatkan apa yang menggembirakannya. Bahkan dia selalu berada di dalam
ketakutan dan kesedihan yang terus menerus. Jika dia mencari sesuatu yang dia sukai,
maka sebelum dia mendapatkannya, dia selalu sedih dan perih karena belum
mendapatkannya. Jika dia sudah mendapatkannya, maka dia takut kehilangan atau
ditinggalkan (sesuatu yang dia sukai itu) (Majmu’ al-Fatawa, 10/651)

Barokallohu liwalakum filquranil adzim, wanafaani waiyyakumbimaafiihi minal ayati


wadzikrilhakim, wataqobbalahu minniwaminkum tilawatahu innahu huwassamii’ul’alim.
Aquulu qoulihadza wastaghfirullooha innahu huwal ghofurorrokhiim.

Khutbah Kedua:
Alhamdulillahiladzi arsala rosulahu bilhuda wa dinilhaq, liyudhirohu ‘aladdinikullihi
walaukarihal musrikun.
Asyahdualla ilahailalloh waasyhaduanna muhammadan’abduhu warosulahu
Allohuma solli’ala muhammadin wa’ala alihi waashabihi ajma’in.
Ya ayyuhaladzi naamanu, taqullooha haqqa tuqaatih, walaa tamuutunna illa waantum
muslimuun.

Ibadallah,

Maka untuk meraih keselamatan, orang yang mengikuti hawa nafsu harus menerapi
dirinya dengan rasa takut kepada Allah Azza wa Jalla sehingga akan menghentikannya
dari mengikuti hawa nafsunya. Demikian juga perlu diterapi dengan ilmu dan dzikir.
Dengan keduanya maka hawa nafsu akan terpental. Jika rasa takut kepada Allah Azza
wa Jalla sudah tertanam di dalam hati, maka hati akan bisa memahami dan melihat
kebenaran sebagaimana mata yang melihat benda-benda dengan sinar terang
matahari.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ِي ْال َمأْ َو ٰى‬


َ ‫﴾ َفإِنَّ ْال َج َّن َة ه‬٤٠﴿ ‫س َع ِن ْال َه َو ٰى‬ َ ‫َوأَمَّا َمنْ َخ‬
َ ‫اف َم َقا َم َر ِّب ِه َو َن َهى ال َّن ْف‬
Wa-ammaa man khaafa maqaama rabbihi wanahannafsa 'anil haw(a)
Fa-innal jannata hiyal ma'w(a)

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri
dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (An-
Nazi’at/79: 40-41)

Semoga Allah selalu membimbing hati kita sehingga sellau mampu menundukkan hawa
nafsu dengan sebaik-baiknya. Hanya Allah tempat memohon pertolongan.

Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aalihii waash haabiihii ajmaiin


Alhamdulillahirobbil’alamin
Allohummaghfir, lilmukminiina walmukminaat, walmuslimiina walmuslimaat,
alakhyaaiminhum walamwaat, innaka samii’un qoriibummujibudda’awaat.
Robbana dzolamna anfusana, wailamtaghfirlana watarkhamna lanakunanna
minalkhosiriin.
Robbana atina fidunya khasanah wafil akhiroti khasanah waqina adzabannar.
Walhamdulillahirobbil’alamin.
Ibaadalloh, innalloha ya’muru bil’adli wal ihsaani waiitaaidzil qurbaa, wayanha
‘anilfahsyaaii walmunkar, walbaghyi yaidzukum la’allakum tadzakkaruun
Fadzkuruulloohal’adziim yadzkurkum wasykuruuhu ’ala ni’matihi yazidkum
waladzikrullohiakbar.

Anda mungkin juga menyukai