Abstrak
Pengantar
Hadari Nawawi, Dasar-Dasar Manajemen dan Manajemen Gerakan Pramuka, 1993, Yogyakarta: Gadjah
1
2
AD Gerakan Pramuka, Hasil Munaslub Gerakan Pramuka Tahun 2012, Jakarta: Munaslub Gerakan Pramuka,
hal.1, diakses dari:
http://pramuka.or.id/news/download.php?f=628639_AD%20Hasil%20Munaslub%20Tahun%202012.pdf
(diakses pada tanggal 27 Desember 2014 pukul 12.30 WIB)
3
ART Gerakan Pramuka, Hasil Munaslub Gerakan Pramuka Tahun 2012, Jakarta: Munaslub Gerakan
Pramuka, hal. 2, diakses dari:
http://pramuka.or.id/news/download.php?f=449625_ART%20Hasil%20Munaslub%20Tahun%202012.pdf
(diakses pada tanggal 27 Desember 2014 pukul 12.45 WIB)
4
Ibid, hal.3
tidak atas dasar paksaan. Sifat dasar pramuka tersebut yang kemudian menjadi landasan
argumen bagaimana nantinya nilai-nilai kepramukaan diinternalisasikan pada siswa.
Kemudian, upaya sekolah, dalam hal ini pendidik juga sangat berperan penting dalam
memposisikan gerakan pramuka tersebut dalam kurikulum 2013.
Semua itu dilakukan dalam rangka membangun suatu sistem pendidikan yang
memiliki karakteristik, kualitas, arah, dan output yang diinginkan. Untuk memastikan
terwujudnya keinginan tersebut, banyak negara yang menerapkan kontrol yang sangat ketat
terhadap program – program pendidikan, baik yang diselenggarakan sendiri oleh negara
maupun yang diselenggarakan oleh masyarakat. Untuk itu, terintegrasinya pramuka dalam
kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan pendidikan
karakter di sekolah. Akan tetapi, upaya tersebut memunculkan persoalan-persoalan struktural
5
Dirjen Kemendikbud, Handout Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013, 2014, Jakarta: Kemendikbud,
hal,7.
6
Ibid, h al,8.
baru yang menyangkut siswa sebagai objek dan peran guru dalam pencapaian pendidikan
pramuka di sekolah.
Selain itu, terdapat pula penelitian yang membahas persoalan yang hampir sama.
Yaitu pada penelitian Ma’sumah dkk, yang berjudul “Hubungan Kegiatan Pramuka dan
8
Disiplin Belajar dengan Hasil Belajar Siswa”. Terdapat sedikit perbedaan pada penelitian
terhadap penelitan Ade Darmawan. Penelitian ini memiliki dua variabel independen, yaitu
kegiatan pramuka dan disiplin belajar dan satu variabel dependen; hasil belajar siswa. Oleh
karena itu, penelitian ini melihat bahwa disiplin belajar siswa yang berhubungan dengan
nilai-nilai kepramukaan seperti kedisiplinan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Akan
tetapi, dari kesimpulan yang didapat, tidak terdapat hubungan positif antara kegiatan pramuka
dan disiplin belajar dengan hasil belajar siswa. Ini disebabkan karena pencapaian hasil belajar
siswa dipengarahui oleh faktor lain, seperti lingkungan belajar, keluarga, dan pergaulan.
7
Ade Darmawan, Peranan Pendidikan Kepramukaan dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di MA
Daarul ‘Ulum Lido, Bogor (Skripsi, tidak dipublikasikan), 2011, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Jakarta, diakses dari:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5256/1/ADE%20DARMAWAN-FITK, ( diakses pada
tanggal 28 Desember 2014 pukul 21.10 WIB)
8
Ma’sumah, dkk, Hubungan Kegiatan Pramuka dan Disiplin Belajar dengan Hasil Belajar Siswa (Jurnal,
Tidak diterbitkan), 2014, Lampung: FKIP Universitas Lampung, diakses dari,
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/pgsd/article/download/5125/3376, (diakses pada tanggal 28 Desember
2014 pukul 22.15 WIB).
9
Anting Meicella, Studi Deskriptif Pelaksanaan Kegiatan Pramuka sebagai Ekstrakurikuler Wajib dalam
Kurikulum 2013 di SDIT Iqra’ 1 Kota Bengkulu (Skripsi, Tidak dipublikasikan), 2014, Bengkulu: FKIP
Bengkulu.
secara kritis peran negara dalam konteks kebijakan dan kekuasaannya dalam memposisikan
pramuka dalam pengembangan kurikulum 2013 sebagai ekstrakurikuler wajib
Permasalahan
Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan di
bawah ini:
Keberadaan gerakan pramuka sebenarnya telah ada pada zaman penjajahan Belanda.
Keberadaan tersebut tidak terlepas dari konteks berdirinya gerakan pramuka yang didirikan
oleh Badden Powel yang membawa pengaruh kepada Belanda untuk mendirikan gerakan
kepanduan tersebut di Indonesia. Gerakan kepanduan ini bermula dari berdirinya cabang
Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO) yang kemudian berubah namanya menjadi
Nederlands Indische Padvinders. Bapak kepanduan Indonesia ialah S.P. Mangkunegara yang
memrakarsai berdirinya organisasi kepanduan milik Indonesia sendiri pada tahun 1916. Pada
masa Jepang, gerakan ini dibubarkan karena pihak Jepang tidak menginginkan adanya sebuah
organisasi yang dibuat tanpa ikut campur Jepang. Setelah Jepang pergi, gerakan Pramuka di
Indonesia kembali aktif dan baru terbentuk sebagai Pramuka pada tahun 1961.
Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu
pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili
organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara.
Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka. Diterbitkannya
Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka
yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang
ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia,
serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan
10
pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Dengan
Keppres No. 238 Tahun 1961, Gerakan Kepanduan Indonesia mulai dengan keadaan baru
dengan nama Gerakan Praja Muda Karana atau Gerakan Pramuka, sebagaimana disebutkan
11
dalam poin-poin pembahasan berikut:
10
Sejarah Perkembangan Gerakan Pramuka di Indonesia, diakses dari:
http://www.jamarismelayu.com/2014/10/sejarah-perkembangan-gerakan-pramuka-di.html, p ada hari Jumat,
5 Juni 2015, pukul 19.45 WIB.
11
Sejarah Kepanduan Menjadi Pramuka di Indonesia, diakses dari:
ada hari Jumat,
http://www.pramukaindonesia.com/2014/11/sejarah-kepanduan-menjadi-pramuka-di.html, p
5 Juni 2015, pukul 19.28 WIB.
memungkinkan adanya kegiatan Pramuka di bidang pendidikan cinta pembangunan
pertanian dan pembangunan masyarakat desa secara lebih nyata dan intensif. Kegiatan
Saka Tarunabumi ternyata telah membawa pembaharuan, bahkan membawa semangat
untuk mengusahakan penemuan-penemuan baru (inovasi) pada pemuda desa yang
selanjutnya mampu mepengaruhi seluruh masyarakat desa.
● Model pembentukan Saka Tarunabumi kemudian berkembang menjadi pembentukan
Saka lainnya seperti Saka Dirgantara, Saka Bahari dan Saka Bhayangkara. Anggota
Saka-saka tersebut terdiri dari para Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang
memiliki minat di bidangnya. Pramuka Siaga dan Penggalang tidak ikut dalam Saka
tersebut. Para Pramuka Penegak dan Pandega yang tergabung dalam Saka menjadi
instruktur di biangnya bagi adik-adik dan rekan-rekannya di gudep.
● Perluasan kegiatan Gerakan Pramuka yang berkembang pesat hingga ke desa-desa,
terutama kegiatan di bidang pembangunan pertanian dan masyarakat desa, dan
pembentukan Saka Tarunabumi menarik perhatian badan internasional seperti FAO,
UNICEF, UNESCO, ILO dan Boys Scout World Bureau.
15
Rakhmat Hidayat, Pengantar Sosiologi Kurikulum, 2011, J akarta: Rajagrafindo Persada, hal,95
No. Nama Model Sifat Pegorganisasian
Kegiatan
1. Model Blok Wajib, setahun a. Kolaboratif.
sekali, berlaku
bagi seluruh b. Bersifat
peserta didik, intramural atau
terjadwal, ekstramural (di
penilaian umum. luar dan/atau di
dalam
lingkungan
satuan
pendidikan).
Sedangkan, penjabaran berdasarkan model blok dan aktualisasi seperti pada tabel di atas
terdapat pada prosedur pelaksanaan kegiatan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib.17
16
Dirjen Kemendikbud, Op.Cit, hal 8.
17
Ibid, h al 9.
b. Pembina Pramuka melaksanakan Kegiatan Orientasi Pendidikan
Kepramukaan.
c. Guru kelas/Guru Mata Pelajaran yang bukan Pembina Pramuka membantu
pelaksanaan kegiatan Orientasi Pendidikan Kepramukaan.
Kegiatan pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib dan juga menjadi salah satu prasyarat
dalam kenaikan kelas, membuat siswa memaknai keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut
sebagai sebuah keterpaksaan. Pemaknaan tersebut dapat berdampak pada perubahan pola
partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan Pramuka. Pendidikan pramuka yang
diprogramkan pemerintah sebagai bentuk penyelenggaraan pendidikan karakter menjadi
sebuah dualisme tersendiri ketika pola partisipasi siswa dalam kegiatan tersebut tidak lagi
bermakna.
Perubahan pola partisipasi siswa dalam kegiatan pramuka dapat menjadi sebuah
gejala perubahan sosial dalam pendidikan. Perubahan sosial tersebut dilihat karena adanya
perubahan dalam struktur sosial pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini ingin
melihat upaya sekolah dalam menjalankan program tersebut. Hal tersebut terkait ketercapaian
pendidikan kepramukaan didapat oleh siswa melalui implementasi nilai-nilai pramuka di
dalamnya, baik secara teori maupun secara praktis.
Posisi pramuka dalam kurikulum 2013 sebagai ekstrakurikuler wajib tidak terlepas
dari kontrol negara dalam konteks politik pendidikan. Menurut Dale (1989: 39 -
43), kontrol Negara terhadap pendidikan umunnya dilakukan melalui empat cara. Pertama,
sistem pendidkan diatur secara legal. Kedua, sistem pendidikan dijalankan sebagai birokrasi,
menekankan ketaatan pada aturan dan objektivitas. Ketiga, penerapan wajib pendidikan
(compulsory education). Keempat, reproduksi politik dan ekonomi yang berlangsung
disekolah berlangsung dalam konteks tertentu. Dale (1989 : 59) menambahkan bahwa
perangkat Negara dalam bidang pendidikan, seperti sekolah dan administrasi pendidikan
memiliki efek tersendiri terhadap pola, proses, dan praktik pendidikan. Berbagai tindakan
negara, khususnya dalam bidang peraturan perundang-undangan, sangat signifikan terhadap
18
pendidikan dan memiliki dampak krusial terhadap perkembangan pendidikan.
Berbagai tuntutan perubahan terhadap dunia pendidikan tidak akan banyak artinya
jika tidak menyentuh berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur subtansi dari
tuntutan-tuntutan tersebut. Meningkatkan pertisipasi masyarakat dalam program pendidikan
tidak mungkin berhasil jika hanya dilakukan dengan menjelaskan makna, manfaat dan tujuan
pendidikan. Untuk memahami pendidikan sebagai fungsi negara, diperlukan pengenalan
terhadap berbagai tuntutan yang saling bertentangan yang ditempatkan padanya, namun yang
terpenting, tentu saja diperlukan pemahaman tentang apa itu negara.
Kegiatan pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib dan juga menjadi salah satu
prasyarat dalam kenaikan kelas, membuat siswa memaknai keikutsertaannya dalam kegiatan
tersebut sebagai sebuah keterpaksaan. Pemaknaan tersebut dapat berdampak pada perubahan
18
M. Sirozi, Politik Pendidikan, (2005), Jakarta: Raja Grafindo, hal: 63
19
Ibid, hal, 80.
pola partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan Pramuka. Pendidikan pramuka yang
diprogramkan pemerintah sebagai bentuk penyelenggaraan pendidikan karakter menjadi
sebuah dualisme tersendiri ketika pola partisipasi siswa dalam kegiatan tersebut tidak lagi
bermakna.
Perubahan pola partisipasi siswa dalam kegiatan pramuka dapat menjadi sebuah
gejala perubahan sosial dalam pendidikan. Perubahan sosial tersebut dilihat karena adanya
perubahan dalam struktur sosial pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini ingin
melihat upaya sekolah dalam menjalankan program tersebut. Hal tersebut terkait ketercapaian
pendidikan kepramukaan didapat oleh siswa melalui implementasi nilai-nilai pramuka di
dalamnya, baik secara teori maupun secara praktis.
Penutup
Peran guru dalam mengilhami setiap aspek pendidikan kepramukaan sangat penting
mengingat bahwa nantinya semua guru akan menjadi pembina pramuka. Dalam hal ini tentu
semua guru masih harus mengikuti proses pelatihan untuk menyelami nilai dan praktik dari
pendidikan kepramukaan tersebut. Diharapkan semua guru menjalankan pelatihan tersebut
secara optimal dan maksimal agar tidak hanya beberapa guru saja yang mahir dalam
pendidikan kepramukaan, mengingat pendidikan kepramukaan adalah kebutuhan untuk
kehidupan selanjutnya yang bersifat seumur hidup, yaitu untuk menumbuhkembangkan
karakter seseorang. Sehingga nantinya pendidikan kepramukaan dapat meresap dengan
mudah melaui bidang studi masing-masing.
Solusi terbaik yang ditawarkan adalah ketika pramuka masih tetap ingin dimasukan
dalam kurikulum 2013 adalah sistem keanggotaannya tidak diwajibkan, dalam arti
keanggotaan pramuka bersifat sukarela, tidak ada paksaan dan atas dasar kemauan sendiri
yang sesuai dengan UU Gerakan Pramuka, AD/ART Gerakan Pramuka dan UU Sistem
Pendidikan Nasional. Yang menjadi poin wajib adalah, setiap jenjang pendidikan diwajibkan
mendirikan Gugus Depan Gerakan Pramuka dan Melaksanakan kegiatan kepramukaan. Dan
hal ini tidak bertentangan dengan aturan-aturan tentang Gerakan pramuka dan kepanduan
pada umumnya. Dikarenakan kontradiksi tersebut akan berpengaruh pada praktik yang
dilakukan oleh siswa dan juga pihak sekolah sebagai pemberlaku sistem, dalam hal ini guru,
pembina pramuka, maupun kepala sekolah.
Kemudian berkaitan dengan sistem keanggotaan dalam pramuka ada baiknya tidak
berdasarkan paksaan. Sehingga tidak menimbulkan persepsi negatif dari siswa yang secara
tidak sukarela mengikuti kegiatan pendidikan kepramukaan. Jika masing-masing guru bidang
studi telah cukup menerima pembekalan tentang pendidikan kepramukaan dan dapat
mensosialisasikannya dengan baik kepada siswa, maka siswa tidak akan merasa terpaksa dan
terbebani untuk mengikuti pendidikan kepramukaan.
Referensi
Arifin, Fawzul. Posisi Pramuka dalam Kurikulum 2013: Sebuah Kontroversi dan Solusi.
Tugas Individu tentang Problematika Dunia Pendidikan (tidak dipublikasikan). 2014.
Jakarta: Program Pasca Sarjana UNJ
- Dari Website
AD Gerakan Pramuka, Hasil Munaslub Gerakan Pramuka Tahun 2012, Jakarta: Munaslub
Gerakan Pramuka, diakses dari:
http://pramuka.or.id/news/download.php?f=628639_AD%20Hasil%20Munaslub%20Tahun
%202012.pdf (diakses pada tanggal 27 Desember 2014 pukul 12.30 WIB)
ART Gerakan Pramuka, Hasil Munaslub Gerakan Pramuka Tahun 2012, Jakarta: Munaslub
Gerakan Pramuka, diakses dari:
http://pramuka.or.id/news/download.php?f=449625_ART%20Hasil%20Munaslub%20Tahun
%202012.pdf (diakses pada tanggal 27 Desember 2014 pukul 12.45 WIB)
Ma’sumah, dkk. Hubungan Kegiatan Pramuka dan Disiplin Belajar dengan Hasil Belajar
Siswa (Jurnal, Tidak diterbitkan). 2 014. Lampung: FKIP Universitas Lampung, diakses dari,
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/pgsd/article/download/5125/3376, (diakses pada
tanggal 28 Desember 2014 pukul 22.15 WIB).