11
Pemecah gelombang sisi miring biadanya dibuat dari tumpukan batu alam yang
dilindungi oleh lapis pelindung berupa batu besar atau beton dengan bentuk tertentu. Pemecah
gelombang tipe ini banyak
digunakan di Indonesia,
mengingat dasar laut di
pantai perairan Indonesia
kebanyakan dari tanah lunak.
Selain itu batu alam sebagai
bahan utama banyak tersedia
di Indonesia. Pemecah
gelombang sisi miring
memiliki sifat fleksibel.
Kerusakan yang terjadi karena serangan gelombang secara tiba-tiba (tidak fatal). Meskipun
beberapa butir batu longsor, tetapi bangunan masih bias berfungsi. Kerusakan yang terjadi
mudah diperbaiki dengan batu pelindung pada bagian yang longsor (Gambar 7.28). Biasanya
butir batu pemecah gelombang sisi miring disusun dalam beberapa lapis, dengan lapis terluar
(lapis pelindung) terdiri dari batu dengan ukuran besar dan semakin ke dalam ukurannya
semakin kecil.
Stabilitas batu lapis pelindung tergantung pada berat dan bentuk butiran serta
kemiringan sisi bangunan. Bentuk butiran akan mempengaruhi kaitan antara butir batu yang
ditumpuk. Butir batu dengan sisi tajam akan mengait (mengunci) satu sama lain dengan lebih
baik sehingga lebih stabil. Batu-batu pada lapis pelingdung dapat diatur peletakannya untuk
mendapatkan kaitan yang cukup baik atau diletakkan secara sembarang. Semakin besar
kemiringan memerlukan batu semakin berat. Berat tiap butir batu dapat mencapai beberapa
ton. Kadang-kadang sulit mendapatkan batu seberat itu dalam jumlah yang sangat besar.
Untuk mengatasinya maka dibuat batu buatan dari beton dengan bentuk tertentu. Batu buatan
ini bias berbentuk sederhana (kubus) yang memerlukan berat yang cukup besar, atau bentuk
khusus yang lebih ringan namun lebih mahal dalam pembuatan. Batu buatan ini dapat
memiliki berbagai macam bentuk seperti yang dicontohkan pada Gambar 7.29.
Dalam perencanaan pemecah gelombang sisi miring, ditentukan berat butir batu
pelindung ukuran seragam yang dihitung dengan rumus Hudson.
γr H 3 γr
W= 3 , dimana Sr =
K D ( Sr −1 ) cot θ γa
dengan
KD = koefisien stabilitas yang tergantung pada bentuk batu pelindung (Batu alam/buatan),
kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi-sisinya, ikatan antar butir, dan keadaan
gelombang; yang diberikan dalam Tabel 7.1.
Persamaan Hudson memberikan berat butir batu pelindung yang sangat besar. Untuk
mendapatkan batu yang sangat besar tersebut adalah sulit dan mahal. Untuk memperkecil
harga pemecah gelombang, maka pemecah gelombang dibuat dalam beberapa lapis. Lapis
terluar terdiri dari dari batu dengan ukuran seperti yang diberikan oleh Persamaan Hudson.
Berat butir batu pada .lapis di bawahnya adalah semakin kecil. Gambar 7.30 dan 7.31 adalah
bentuk tampang lintang pemecah gelombang. Gambar 7.30 adalah tampang lintang pemecah
gelombang yang mengalami serangan pemecah gelombang pada satu sisi (sisi laut). Pemecah
gelombang ini direncanakan dengan elevasi puncak sedemikian rupa sehingga limpasan
terjadi hanya pada saat badai dengan periode ulang yang Panjang. Gambar 7.31 adalah
pemecah gelombang yang mengalami serangan gelombang pada kedua sisinya. Kedua gambar
tersebut menunjukan tampang lintang yang disarankan. Tampang lintang ideal menggunakan
banyak lapis dengan ukuran yang berbeda sehingga memungkinkan digunakannya semua
ukuran batu yang diambil dari peledakan di suatu sumber batu (quarry), tetapi pelaksaan
pekerjaan menjadi lebih sulit. Gambar tersebut juga memberikan gradasi butir batu pada
setiap lapis dalam persen dari ukuran batu rerata di setiap lapis.
Persamaan Hudson digunakan untuk kondisi dimana puncak bangunan cukup tinggi
sehingga tidak terjadi limpasan gelombang (overtopping) dan kemiringan sisi bangunan tidak
lebih dari 1:1,5. Persamaan Hudson menentukan berat butir batu pelindung dengan ukuran
yang hamper seragam. Untuk batu dengan ukuran yang tidak seragam (gradded riprap),
persamaan yang digunakan adalah
γr H 3
W 50= 3
K RR ( S r−1 ) cot θ
Beberapa notasi dari persamaan tersebut sama dengan persamaan Hudson. W 50 adalah berat
dari 50% ukuran butir batu, dimana nantinya yang dihitung adalah berat 100% batu sehingga
persamaan dikalikan 2. KRR adalah koefisien stabilitas untuk batuan dengan ukuran tidak
seragam yang serupa dengan Tabel 7.1. Nilai tersebut adalah untuk kerusakan sebesar 5%.
Batuan dengan ukuran yang tidak seragam biasanya lebih banyak digunakan untuk
struktur pelindung pantai yang dibuat sejajar pantai dan berpermukaan miring (revetment)
dibandingkan untu pemecah gelombang atau jetty. Batasan pemakaian graded riprap adalah
tinggi gelombang rencana kurang dari 1.5 m. Apabila gelombang lebih tinggi dari 1.5 m,
biasanya digunakan batu dengan ukuran seragam.
W 1/3
B=n k ∆ [ ]
γr
dengan
W 1 /3
t=n k ∆ [ ]
γr
dengan
Sedangkan jumlah butir batu tiap satu luasan diberikan oleh rumus :
2/ 3
P W
[
N= An k ∆ 1−
100 ][ ]
γr
dengan
Selain untuk menghitung runup, grafik tersebut juga dapat digunakan untuk
menghitung run down (Rd) yaitu proses turunnya permukaan air karena gelombang pada sisi
pemecah gelombang.
Kurva pada Gambar 7.33 mempunyai bentuk tak berdimensi untuk runup relatif Ru /H
atau Rd / H sebagai fungsi dari bilangan Irribaren, dimana Ru dan Rd adalah runup dan
rundown yang dihitung dari muka air laut rerata (MSL).
Gambar 7.34. Fondasi (a) dan Pelindung kaki (b) dari tumpukan batu
Stabilitas bangunan tergantung pada kemampuan fondasi terhadap erosi yang
ditimbulkan oleh serangan gelombang-gelombang besar. Gelombang rencana untuk
menghitung berat baku fondasi dan pelindung kaki sama dengan yang digunakan untuk
perencanaan bangunannya.
Berat butir batu untuk fondasi dan pelindung kaki bangunan diberikan oleh persamaan
berikut :
γr H 3
W= 3
N s (S r−1)3
Keterangan :
- W : berat rerata butir batu (ton)
- γr : berat jenis batu (ton/m3)
- H : tinggi gelombang rencana (m)
- Sr : perbandingan antara berat jenis batu dan berat jenis air laut ¿ γ r / γ a
- γa : berat jenis air laut (1,025 1,03 ton/m3)
- Ns : angka stabilitas rencana untuk fondasi dan pelindung kaki bangunan
(Gambar 7.35)
Gelombang dan arus yang menyerang bangunan pantai dapat menyebabkan erosi pada
tanah fondasi di depan kaki bangunan. Salah satu bentuk perlindungan pada bagian tersebut
yaitu berupa tumpukan batu (Gambar 7.36). Berat butir batu pelindung kaki tersebut dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan di atas.
Penyelesaian
Kedalaman air di lokasi bangunan berdasarkan HWL dan LWL adalah :
dHWL = 1,85 – (-8) = 9,85 m
dLWL = 0,3 – (-8) = 8,3 m
dMWL = 1,05 – (-8) = 9,05 m
d
Dari lampiran L-1 di dapat : =0,10232 dan K s =0,998
L0
H1 3
H 1=K s K t H 1 → H 0= = =3,1642m
K s K t 0,998 x 0,95
Hb
Dari Gambar 3.13 didapat : =1,22 → H b=1,22 x 2,85=3,5 m
H '0
Hb 3,5
2
= =0,0036
¿ 9,81 x 10 2
db
Dari Gambar 3.14 didapat : =1,14 → d b =1,14 x 3,5=4,0 m
Hb
Jadi, gelombang pecah pada kedalaman 4,0 m. Karena d b < d LWL < d HWL berarti di lokasi
bangunan pada kedalaman -8 m gelombang tidak pecah.