Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Suatu integral dapat diselesaikan dengan 2 cara, yaitu secara analitik dan
secara numerik. Perhitungan secara analitik dilakukan untuk menyelesaikan
integral pada fungsi yang relative mudah. Karena terkadang fungsi tersebut
kompleks atau sulit dihitung nilai integralnya, perhitungan secara analitik ini tidak
dapat meyelesaikan solusi tersebut. Untuk itu, perhitungan integral secara numerik
merupakan cara untuk menyelesaikan solusi tersebut.

Perhitungan secara integral numerik digunakan untuk memperoleh nilai


hampiran (aproksimasi) dari pengintegralan secara analitik. Dan karena
pengintegralan secara numerik ini merupakan hampiran, maka dari
pengahampiran tersebut akan diperoleh galat didalamnya. Perhitungan integral
secara numerik ini terdapat beberapa metode yang diantaranya seperti metode
Riemann, metode trapezium, metode simpson, metode Romberg, serta metode
kuadratur gauss. Metode- metode integrasi ini yang akan dibahas di makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini


adalah sebagai berikut:

1.2.1. Apa pengertian integrasi numerik ?


1.2.2. Bagaimana metode-metode yang digunakan didalam integrasi numerik ?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.3.1. Dapat mendeskripsikan pengertian integrasi numerik

1
1.3.2. Dapat mendeskripsikan metode metode yang digunakan dalam integrasi
numerik

1.4. Manfaat penulisan

Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah
metode numerik dan agar para pembaca sekalian mengetahui metode metode yang
dapat digunakan dalam integrasi numerik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Metode Numerik

Metode numerik adalah satu-satunya metode alternatif yang ada dalam


upaya menyelesaikan persoalan-persoalan matematis. Metode yang lain dikenal
dengan sebutan metode analitik. Ada dua alasan umum mengapa pilihan
dijatuhkan kepada metode numerik. Alasan pertama metode ini memberikan
keefisienan dan keefektipan di dalam menyelesaikan perpersolan-persoalan
matematis dikarenakan berkembangnya perangkat keras dan lunak komputer
akhir-akhir ini. Alasan yang lain adalah metode numerik memungkinkan untuk
mengkaji parametrik dari persoalan dengan medan yang bersifat sembarang.
Alasan yang terakhir ini lebih bermakna ketidakmampuan metode analitik untuk
menyelesaikan persolan-persoalan matematis aplikasi yang kompleks. Dalam
banyak literatur analisa numerik diungkapkan bahwa di dalam metode numerik
keputusan menerima atau menolak suatu jawaban aproksimasi berdasarkan
kepada toleransi kedekatan yang disepakati. Toleransi yang dibuat menyangkut
kesepakatan kesalahan/galat yang ditimbulkan oleh rumus/formula yang
digunakan. Tentu semakin kecil kesalahan/galat yang ditimbulkan oleh
penggunaan suatu rumus/formula maka semakin baik hasil aproksimasi yang
dihasilkan.

2.2. Integral

Di dalam kalkulus, integral adalah satu dari dua pokok bahasan yang
mendasardisamping turunan (derivative). Dalam kuliah kalkulus integral, anda
telahdiajarkan cara memperoleh solusi analitik (dan eksak) dari integral Tak-tentu
maupun integral Tentu. Integral Tak-tentu dinyatakan sebagai

∫ f ( x ) dx=F ( x ) +C
Solusinya, F(x), adalah fungsi menerus sedemikian sehingga F'(x) = f(x), dan C
adalah sebuah konstanta. Integral Tentu menangani perhitungan integral di antara

3
batas-batas yang telah ditentukan, yang dinyatakan sebagai
b
I =∫ f ( x ) dx
a

Menurut teorema dasar kalkulus integral, persamaan diatas dihitung sebagai


b

∫ f ( x ) dx=F ( a )−F (b)


a

Secara geometri, integrasi Tentu sama dengan luas daerah yang dibatasi oleh
kurvay = f(x), garis x = a dan garis x = b Daerah yang dimaksudditunjukkan oleh
bagian yang diarsir seperti gambar dibawah.

2.3. Integrasi Numerik

Integrasi Numerik merupakan cara perhitungan yang digunakan apabila kondisi


dalam perhitungan analitik dirasa sulit atau bahkan tidak mungkin untuk
memperoleh hasil integral. Dengan kata lain, integrasi numerik dilakukan ketika
perhitungan integral secara eksak sulit dilakukan (Munir, 2015). Hasil
penyelesaian metode numerik berupa nilai hampiran (approximation), sehingga
timbul kesalahan (error). Pada penyelesaian secara numerik diusahakan
menghasilkan error sekecil mungkin untuk memperoleh hasil yang lebih baik

2.4. Jumlah Riemann

4
Misalkan f didefinisikan pada [a,b] dan partisi interval [a,b] menjadi n
interval yang lebih kecil dengan titik titik ujung a=x 0< x1 <…< x n−1 < x n=b.
Kemudian Jumlah Riemann didefinisikan berupa
n

∑ f ( x i) ∆ x i
i=1

Dimana x i adalah suatu titik (bahkan mungkin titik ujung) di dalam


interval [ x i−1 , x i ¿ dan ∆ x i=x i−x i−1. Sekarang anggap partisinya beraturan, yakni
dengan sasaran pendefinisian integral tentu sebagai limit Jumlah Riemann. Di sini
biasa dilihat Jumlah Riemann sebagai cara pengakproksimasi integral tentu

Adapun algoritma dalam mencari jumlah Riemann

 Definisikan fungsi f(x)


 Tentukan batas bawah dan batas bawah integrasi
 Tentukan jumlah pembagi area n
b−a
 Hitung h=
n
n
 Hitung L = h ∑ f (¿ x i)¿
i=1

Ditinjau dari 3 kasus Jumlah Riemann menjadi 3 yakni


2.4.1. Jumlah Riemann kiri (dimulai dari titik ujung kiri, x i−1)
Pada penjumlahan Riemann kiri, daerah integrasi terbagi kedalam
beberapa pias dimana panjang setiap pias bergantung kepada ujung
kiri masing-masing pias.

5
Luas segiempat ke-i
f ( x i−1 ) ∆ x i=hf ( a+ (i−1 ) h )

Jumlah Riemann Kiri (jumlah seluruh segiempat)


b

∫ f ( x ) dx ≈ hf ( a ) +hf ( a+h )+ hf ( a+2 h ) +…+hf ( a+ ( n−1 ) h )


a

b n

∫ f ( x ) dx ≈ h ∑ f ( a+ ( i−1 ) h )
a i=1

b−a '
Dengan galat En = h f ( c) untuk suatu c dalam [a,b]
2

Contoh: Gunakan rumus Riemann kiri untuk menghampiri dengan n = 4


1
1
∫ x+2 dx
−1

Jawab: Dik: a = -1, b = 1, dan n = 4, sehingga (b – a)/n = (1-(-1))/4 = 0,5 ; maka nilai x i dan
f(xi)

1
f ( x 0 ) =f (−1 )= ≈1
−1+2
1
f ( x 1 ) =f (−0,5 ) = ≈ 0,6666
−0,5+2

6
1
f ( x 2 ) =f ( 0 ) = ≈ 0,5
0+ 2
1
f ( x 3 ) =f ( 0,5 ) = ≈ 0,4
0,5+ 2
Jumlah Riemann kiri :
L=h¿
¿ 0,5 ¿
¿ 0,5 ( 2,5666 )=1,2833

2.4.2. Metode Riemann kanan(dimulai dari titik ujung kanan, x i)

Luas segiempat ke-i

f ( x i ) ∆ x i=hf ( a+ ih )

Jumlah Riemann Kanan

∫ f ( x ) dx ≈ hf ( a+h ) +hf ( a+ 2h )+ hf ( a+3 h ) +…+ hf ( a+ nh )


a

b n

∫ f ( x ) dx ≈ h ∑ f ( a+ih )
a i=1

−b−a '
Dengan galat En = h f (c) untuk suatu c dalam [a,b]
2

7
Contoh: Gunakan rumus Riemann kanan untuk menghampiri dengan n = 4
1
1
∫ x+2 dx
−1

Jawab: Dik: a = -1, b = 1, dan n = 4, sehingga (b – a)/n = (1-(-1))/4 = 0,5 ; maka nilai x i dan
f(xi)

1
f ( x 1 ) =f (−0,5 ) = ≈ 0,6666
−0,5+2
1
f ( x 2 ) =f ( 0 ) = ≈ 0,5
0+ 2
1
f ( x 3 ) =f ( 0,5 ) = ≈ 0,4
0,5+ 2
1
f ( x 4 )=f (1 )= ≈ 0,3333
1+2

Jumlah Riemann kanan :


L=h¿
¿ 0,5 ¿
¿ 0,5 ( 1,9 )=0,95

2.4.3. Metode Riemann Tengah

8
Luas segiempat ke-i

f (x i−1
2
+ xi
) 1
( ( ))
∆ xi =h f a+ i− h
2

Jumlah Riemann Tengah

∫ f ( x ) dx ≈ h f ( a+ h2 )+h f (a+ 32h )+ h f ( a+ 52h )+ …+h f (a+(n− 12 )h )


a

b n
1
∫ f ( x ) dx ≈ h ∑ f
a i=1
( ( ))
a+ i−
2
h

b−a 2 '
Dengan galat En = h f (c ) untuk suatu c dalam [a,b]
24

Contoh: Gunakan rumus Riemann kanan untuk menghampiri dengan n = 4


1
1
∫ x+2 dx
−1

Jawab: Dik: a = -1, b = 1, dan n = 4, sehingga (b – a)/n = (1-(-1))/4 = 0,5 ; maka nilai x i dan
f(xi)

1
f x 1 =f (−0,75 ) = ≈0,8
( ) 2
−0 ,7 5+2

1
f x 3 =f (−0 , 25 )= ≈ 0,5714
( ) 2
−0 , 25+2

1
f x 5 =f ( 0 , 25 )= ≈ 0,4 444
( ) 2
0 ,2 5+2

1
f x 7 =f ( 0,75 ) = ≈ 0 , 3636
( ) 2
0,75+ 2

Jumlah Riemann kiri :


L=h¿
¿ 0,5 ¿

9
¿ 0,5 ( 2,1794 ) =1.0897

Program integral reimann


>>masukkan batas bawah, batas atas dan h

>> Tentukan fungsi f(x) dan integral f(x)-eksak

>>cetak header table

>> Tentukan nilai h=(b-a)/n, x=a dan jum_luas=0

10
Hitung nilai jum_eksak dan error

Cetak hasil integral eksak, hasil integral reimann dan error

2.5. Metode Trapesium


Metode Trapesium atau trapezoidal rule merupakan metode integrasi
numerik yang didasarkan pada penjumlahan segmen-segmen berbentuk
Trapesium (Munir, 2015). Sebuah pias berbentuk Trapesium dari x 0 sampai x1.
Perhatikan Gambar dibawah ini.

luas sebuah trapesium dapat dituliskan

f ( a )+ f ( b)
L= ( b−a )
2

b−a
¿ ( f (a)+ f (b ))
2

11
Dari persamaan diatas diperoleh jika trapesiumnya lebih dari satu dan
partisinya berjarak sama maka

b−a b−a b−a b−a


L= ( f ( a )+ f (x 1)) + ( f ( x1 ) + f ( x 2) ) + …+ ( f ( x i−1) + f (b) ) = ¿
2n 2n 2n 2n

b−a 2 , ,
Dengan galat En = h f ( c ) untuk c dalam [a,b]
12

Contoh: Gunakan metode trapezium untuk menghampiri dengan n = 4


1
1
∫ x+2 dx
−1

Jawab: Dik: a = -1, b = 1, dan n = 4, sehingga (b – a)/n = (1-(-1))/4 = 0,5 ; maka nilai x i dan
f(xi)

1
f ( x 0 ) =f (−1 )= ≈1
−1+2
1
f ( x 1 ) =f (−0,5 ) = ≈ 0,6666
−0,5+2
1
f ( x 2 ) =f ( 0 ) = ≈ 0,5
0+ 2
1
f ( x 3 ) =f ( 0,5 ) = ≈ 0,4
0,5+ 2
1
f ( x 4 )=f (1 )= ≈ 0,3333
1+2

Jumlah aturan trapesium :


h
L= ¿
2
¿ 0 , 25 ¿
¿ 0 , 25 ( 4.4665 )=1.07196

Program

12
Adapun algoritma dalam mencari jumlah Riemann

 Definisikan fungsi f(x)


 Tentukan batas bawah dan batas bawah integrasi
 Tentukan jumlah pembagi area n
b−a
 Hitung h=
n
n
f ( x i−1 )+ f ( x i )
 Hitung L = h ∑
i=1 2

2.6. Metode Simpson


1
2.6.1. Metode Simpson
3

Hampiran nilai integrasi yang lebih baik dapat ditingkatkan dengan


mengunakanpolinom interpolasi berderajat yang lebih tinggi. Misalkan fungsi f(x)
dihampiridengan polinom interpolasi derajat 2 yang grafiknya berbentuk parabola.
Luasdaerah yang dihitung sebagai hampiran nilai integrasi adalah daerah di
bawahparabola . Untuk itu, dibutuhkan 3 buah titik data, misalkan (0, f(0)),(h,
f(h)), dan (2h, f(2h)).

13
Polinom interpolasi Newton-Gregory derajat 2 yang melalui ketiga buah titik
tersebutadalah
x x( x−h) x x (x−h)
p2 ( x ) =f ( x 0 ) + ∆ f ( x 0 ) + 2
∆ f ( x0 ) 2=f 0+ ∆ f 0 + 2
∆ f 02
h 2! h h 2! h
Integrasi p2 ( x ) didalam selang [0,2h]:
2h 2h
I ≈ ∫ f ( x ) dx ≈ ∫ p2 ( x ) dx
0 0

2h
x x ( x−h )
≈ ∫ f 0+ ∆ f 0 + 2
∆ f 02 dx
0 h 2!h

x2 x3 x2
≈ f 0x+
2h
∆ f 0+ ( 2
6h 4 h
− )
∆ f 0220 h

4 h2 8 h3 4 h2
≈ 2 h f 0+
2h
∆ f 0+
6h(2

4 h )
∆ f 02

4h
≈ 2 h f 0 +2 h ∆ f 0 +( −h) ∆ f 02
3
h
≈ 2 h f 0 +2 h ∆ f 0 + ∆ f 02
3
Mengingat ∆ f 0=f 1−f 0
2
dan ∆ f 0 =∆ f 1−∆ f 0 =(f ¿ ¿ 2−f 1)−( f 1−f 0) =f 2−2 f 1 + f 0 ¿
maka selanjutnya
h
I ≈ 2 h f 0+ 2h (f 1−f 0 )+ ( f ¿ ¿ 2−2 f 1+ f 0 )¿
3

14
h 2h h
≈ 2 h f 0 +2 h f 1−2 h f 0 ¿+ f 2− f 1+ f ¿
3 3 3 0
h 4h h
≈ f + f + f
3 0 3 1 3 2
h
≈ (f ¿ ¿ 0+ 4 f 1+ f 2 )¿
3
Persamaan ini dinamakan kaidah Simpson 1/3. Sebutan "1/3" muncul karenadi
dalam persamaan diatas terdapat faktor "1/3" (sekaligus untukmembedakannya
dengan kaidah Smpson yang lain, yaitu Simpson 3/8).Misalkan kurva fungsi
sepanjang selang integrasi [a, b] kita bagi menjadi n+1buah titik diskrit x0, x1, x2,
…, xn, dengan n genap, dan setiap tiga buah titik (atau2 pasang upselang) di kurva
dihampiri dengan parabola (polinom interpolasiderajat 2), maka kita akan
mempunyai n/2 buah potongan parabola. Bila masing-masing polinom derajat 2
tersebut kita integralkan di dalam upaselang (subinterval)integrasinya, maka
jumlah seluruh integral tersebut membentuk kaidah Simpson 1/3 gabungan:
b x2 x4 xn

I tot =∫ f ( x ) d=∫ f ( x ) d+∫ f ( x ) d +…+ ∫ f ( x ) d


a x0 x2 x n−2

h h h
≈ (f ¿ ¿ 0+ 4 f 1+ f 2 )+ (f ¿ ¿ 2+4 f 3 + f 4 )+…+ ( f ¿ ¿ n−2+ 4 f n−1+ f n )¿ ¿ ¿
3 3 3
h
≈ (f ¿ ¿ 0+ 4 f 1+ 2 f 2 +4 f 3 +2 f 4 +…+2 f n−2+ 4 f n−1+ f n )¿
3
n−1 n−2
h
≈ (f ¿¿ 0+ 4 ∑ f i +2 ∑ f i + f n )¿
3 i= ganjil i=genap

Persamaan suku diatas mudah dihapalkan dengan mengingat koefisien


suku-sukunya: 1, 4, 2, 4, 2, …, 2, 4, 1
Namun penggunaan kaidah 1/3 Simpson mensyaratkan jumlah upaselang
(n)harus genap, ini berbeda dengan kaidah trapesium yang tidak
mempunyaipersyaratan mengenai jumlah selang.
Galat kaidah simpson 1/3
−h4 ( 4
En = b−a ) f ( c ) untuk c dalam [a,b]
180

15
Contoh: Gunakan aturan simpson 1/3 untuk menghampiri dengan n = 4
1
1
∫ x+2 dx
−1

Jawab: Dik: a = -1, b = 1, dan n = 4, sehingga (b – a)/n = (1-(-1))/4 = 0,5 ; maka nilai x i dan
f(xi)

1
f ( x 0 ) =f (−1 )= ≈1
−1+2
1
f ( x 1 ) =f (−0,5 ) = ≈ 0,6666
−0,5+2
1
f ( x 2 ) =f ( 0 ) = ≈ 0,5
0+ 2
1
f ( x 3 ) =f ( 0,5 ) = ≈ 0,4
0,5+ 2
1
f ( x 4 )=f (1 )= ≈ 0,3333
1+2

Jumlah aturan simpson 1/3 :


h
L= ( f (x 0) ¿ ¿❑+ 4 f ( x 1 ) +2 f ( x 1 ) +4 f ( x 3 ) +f ( x 4))¿
3
0,5
¿ (1+ 4 ( 0,6666 )+ 2 ( 0,5 ) + 4 ( 0,4 )+ 0,3333)
3
¿ 0.166 7 ( 6.5997 ) =1.10016999

Program

16
3
2.5.2. Metode Simpson
8
Seperti halnya pada kaidah Simpson 1/3, hampiran nilai integrasi yang
lebih teliti dapat ditingkatkan terus dengan mengunakan polinom interpolasi
berderajat lebih tinggi pula. Misalkan sekarang fungsi f(x) kita hampiri dengan
polinom interpolasi derajat 3. Luas daerah yang dihitung sebagai hampiran nilai
integrasi adalah daerah di bawah kurva polinom derajat 3 tersebut parabola. Untuk
membentuk polinom interpolasi derajat 3, dibutuhkan 4 buah titik data, misalkan
titik-titk tersebut (0, f(0)), (h, f(h)), (2h, f(2h)), dan (3h, f(3h)).

17
Polinom interpolasi Newton-Gregory derajat 3 yang melalui keempat buah titik itu adalah
x x ( x−h ) x ( x−h )( x−2 h ) 3
p3 ( x ) =f ( x 0 ) + ∆ f ( x 0 ) + ∆ f ( x0 ) 2+ ∆ f ( x0 )
h 2!h 2
3 ! h3
x x(x −h) x ( x −h ) ( x−2 h ) 3
¿ f 0+ ∆ f 0 + ∆ f 02 + ∆ f (x 0)
h 2! h 2
3 ! h3
Integrasi p3 ( x ) didalam selanh [0,3h] adalah
3h 3h
I ≈ ∫ f ( x ) dx ≈∫ p3 ( x ) dx
0 0

3h
x x ( x −h ) x ( x−h ) ( x−2 h ) 3
≈ ∫ [f ¿ ¿ 0+ ∆ f 0+ 2
∆ f 02 + ∆ f (x 0 )] dx ¿
0 h 2! h 3 ! h3
Dengan carapenurunan yang sama seperti pada kaidah simpson 3/8, diperoleh
3h

∫ f ( x ) dx ≈ 38h ( f ¿ ¿ 0+3 f 1 +3 f 2+ f 3 )¿
0

Yang merupakan kaidah simpson 3/8


Sedangkan kaidah simpson 3/8 gabungan adlah
3h
≈ (f ¿ ¿ 0+3 f 1+ 3 f 2 +2 f 3 +…+ 3 f n−2 +3 f n−1 + f n )¿
8
n−1 n−3
3h
≈ (f ¿¿ 0+3 ∑ f i+ 2 ∑ f i+ f n )¿
8 i=kelipatan 3 i=kelipatan 3

Galat kaidah simpson 3/8 adlah

18
−h5 4
En = (b−a) f ( c ) untuk c dalam [a,b]
80
Kaidah Simpson 3/8 memiliki orde galat yang sama dengan orde galat
kaidahSimpson 1/3. Namun dalam praktek, kaidah Simpson 1/3 biasanya lebih
disukaidaripada kaidah Simpson 3/8, karena dengan tiga titik (Simpson 1/3)
sudahdiperoleh orde ketelitian yang sama dengan 4 titik (Simpson 3/8). Tetapi,
untuk nkelipatan tiga, kita hanya dapat menggunakan kaidah Simpson 3/8, dan
bukanSimpson 1/3.
Contoh: Gunakan aturan simpson 3/8 untuk menghampiri dengan n = 3
1
1
∫ x+2 dx
−1

Jawab: Dik: a = -1, b = 1, dan n = 4, sehingga (b – a)/n = (1-(-1))/4 = 0,5 ; maka nilai x i dan
f(xi)

1
f ( x 0 ) =f (−1 )= ≈1
−1+2
1
f ( x 1 ) =f (−0,5 ) = ≈ 0,6666
−0,5+2
1
f ( x 2 ) =f ( 0 ) = ≈ 0,5
0+ 2
1
f ( x 3 ) =f ( 0,5 ) = ≈ 0,4
0,5+ 2

Jumlah aturan simpson 1/3 :


3h
L= (f (x0 ) ¿ ¿❑+3 f ( x 1 ) +3 f ( x 1 ) + f ( x 3 ) )¿
8
3 ( 0,5 )
¿ (1+3 ( 0,6666 )+3 ( 0,5 )+ ( 0,4 ) )
8
¿ 0.1875 ( 4.8998 ) =0.9187125
Program

19
2.6. Integrasi Romberg
2.6.1. Aturan rekursif trapesium
Misalkan f suatu fungsi yang terdefinisi pada [a,b] dan h=(b-a). Untuk n=1,2,4,8,
… atau n=20,21,22,23,…, kita definisikan barisan aturan trapesium

T0 , T1 , T2 , T3 ,..., Tk ,....

Dengan

h h
T0  T1 ( f , h )  ( f (a )  f (b)) dan Tk  T2k ( f , k ) , k  1, 2, 3,...
2 2

Barisan aturan trapesium tersebut memenuhi hubungan


k
T h 2 h
Tk 1  k  k 1  f 2 j 1 , dengan f i  f ( a  i )
2 2 j 1 2 k 1

Dalam menghitung hampiran suatu integral dengan menggunakan aturan


trapesium rekursif, kita lakukan langkah-langkah sebagai berikut.

20
h ba
h
T0  ( f (a )  f (b))
2
T h
T1  0  f1
2 2
T h
T2  1  ( f1  f 3 )
2 4
T h
T3  2  ( f1  f3  f 5  f 7 )
2 8

2.6.2. Aturan rekursif simpson


Misalkan {Tn;n=0,1,2,…} adalah barisan aturan trapesium majemuk dan
Sn adalah aturan simpson majemuk untuk fungsi f dengan 2n subinterval pada
interval [a,b]. Hubungan antara aturan simpson dangan aturan trapesium majemuk
adalah

4Tn  Tn 1
Sn  , untuk n  1, 2,3,...
3

2.6.3. Aturan rekursif boole


Misalkan {Sn;n=0,1,2,…} adalah barisan aturan simpson majemuk dan Bn
adalah aturan boole majemuk untuk fungsi f dengan 2n subinterval pada interval
[a,b]. Hubungan antara aturan boole dangan aturan simpson majemuk adalah

16S n  Sn 1
Bn  , untuk n  2,3, 4,...
15

2.6.4. Metode romberg


R (i,1)  Ti 1 , i  1 (barisan aturan trapesium majemuk)
R (i, 2)  Si 1 , i  2 (barisan aturan simpson majemuk)
R (i, 3)  Bi 1 , i  3 (barisan aturan boole majemuk)

Integrasi romberg dengan ekstrapolasi richardson

21
4k 1 R ( j , k  1)  R ( j  1, k  1)
R( j , k )  ,
4k 1  1
untuk 2  k  j , dengan nilai awal adalah kuadratur trapesium
ba
R(1,1)  T 0  ( f ( a)  f (b)).
2

Algoritma romberg menghasilkan suatu jajaran segitiga, yang semuanya


merupakan nilai-nilai hampiran integral sebuah fungsi f(x) pada interval [a,b].

R(1,1)
R(2,1)  R(2, 2)
R(3,1)  R(3, 2)  R(3,3)
R(4,1)  R(4, 2)  R(4,3)  R(4, 4)
   
R( N ,1)  R( N , 2)  R( N ,3)    R( N , N )

function A= romberg(f,a,b,n)
%Integral fungsi dengan menggunakan Metode Romberg
%a,b batas atas dan bawah pengintegralan
%n banyaknya baris romberg
syms z;
A = zeros(n+1);
h = b-a; %inisialisasi lebar interval
A(1,1)= (subs(f,z,a)+subs(f,z,b))*(b-a)/2;
for i =2:n+1,
h = h/2; %iterasi 1
jumlah = 0 ; % Inisialisasi
for k =1:2^(i-2), %masalah indeks k pada i =2
jumlah = jumlah + subs(f,z,a+(2*k-1)*h);
end
A (i,1) = 1/2 * A(i-1,1) +jumlah*h;
for j=2:i,
A(i,j) = A(i,j-1) + 1/(4^j - 1)*(A(i,j-1)-A(i-1,j-
1));
end

22
2.7. Integrasi Gauss Legendre
2.7.1. Kuadratur Gauss
Jika jarak setiap nilai x berurutan sama, dapat digunakan tumus
newton cotes untuk menghitung hampiran integral. Akan tetapi, jika
diketahui suatu fungsi secara eksplisit, perlu untuk memilih titik-titik
dimana nilai fungsi dihitung. Kuadratur gauss berkenaan dengan
pemilihan titik-titik tersebut, sedemikian hingga keakuratan hampiran
meningkat.Kuadratur gauss memberikan suatu prosedur pemilihan
titik-titik x1, x2, …, xn pada interval [a,b] dan konstanta c1, c2, …, cn
untuk meminimumkan galat hampiran
n

∑ ci f ( x i )
i=1

untuk integral
b

∫ f ( x ) dx
a

Untuk sebarang fungsi f (x) . Nilai-nilai x i dikenal sebagai absis dan nilai-nilai c i
dikenalm sebagai bobot. Nilai-nilai ini dihitung dengan mengunakan polinomial
Legendre.
Polinomial Legendre berderajat ṅ didefinisikan sebagai

1 dn 2
Pn ( x ) =¿ ( x −1)n
2n n ! dx n
Dengan P0 ( x ) = 1. Dalam rumus Kuadratur Gauss-Legendre, nilai-nilai x i
Dipilih sedemikian hingga merupakan pembuat nol Pn ( x ) dan koefisien-koefisien
c i diperoleh dengan rumus

2(1−x i2)
c i= 2 .
n2 [ Pn−1 ( x i ) ]

Nilai-nilai x i dan c i sudah ditabelkan dan tinggal dimasukkan ke dalam


rumus Kuadratur Gauss-Legendre untuk mendapatkan hampiran
b n

∫ f ( x ) dx ≈ ∑ c i f (x i).
a i=1

23
dalam menggunakan rumus Kuadratur Gauss-Legendre, interval (a,b)
dinormalisasikan menjadi (-1,1). Berikut adalah beberapa rumus Kuadratur
Gauss-Legendre yang didasarkan pada polinomial Legendre berderajat dua dan
tiga.

2.7.2 Aturan Gauss-Legendre Dua Titik


Jika f ( x ) kontinu pada [-1, 1], maka
b

a
( )+f ( √13 )
∫ f ( x ) dx ≈ G2 ( f )=f −1
√3
Rumus diatas memiliki derajat keakuratan n=3 ,rumus tersebut
memberikan nilai eksak untuk polinomial berderajat 3 atau kurang. Jika f ( x )
termasuk dalam kelas c (4) pada
[-1, 1], maka
1

−1
( )+f ( √13 )+ E (f )
∫ f ( x ) dx=f −1
√3 2

f ( 4) (c )
Dengan galat E2 ( f )= .
135
CONTOH
Gunakan rumus Kuadratur Gauss dua titik untuk menghampiri
1
1
∫ x+2 dx
−1

Dan bandingkan hasilnya dengan aturan trapesium dengan h=2 dan aturan
simpson dengan h=1.
Penyelesaian:
Misalkan G2 menyatakan hampiran kuadratur gauss dua titik, T (f, 2) menyatakan
hampiran trapesium dan S (f, 1) menyatakan hampiran simpson. Maka
1
G2 = f ( −1
√3 ) +f ( )
√3
= f (−0.57735 )+ f ( 0.57735 )
= 0.70291 + 0.38800
= 1.09091

24
T(f, 2) = f (−1 ) + f ( 1 )
1
= 1+
3
= 1.33333

f (−1 ) +4 f ( 0 ) + f (1) 1+4 ( 0,5 ) +1/3


S(f, 1) = = =1.11111
3 3

Nilai yang sesungguhnya adalah In (3) = 1.09861


Galat di dalam aturan kuadratur gauss-legendre = o.oo77.
Galat didalam aturan simpson = -20.01250.
Galat dalam aturan trapesium = -0.23472
Aturan kuadratur gauss-legenre adalah yang terbaik kerena memiliki galat
terkecil di antara galat kedua aturan lainnya dan juga memerlukan perhitungan
nilai fungsi satu kurang dari yang diperlukan oleh aturan simpson

2.7.3 aturan gauss-legendre tiga titik


Jika f(x) kontinu pada (-1,1), maka

∫ f ( x ) dx=
( √ 35 )+8 f ( 0) +5 f ( √ 35 )
5f −

−1 9

Rumus diatas b memiliki derajat b keakuratan n= 5 rumus tersebut memberikan


hasil eksak untuk polinomial berderajat 5 atau kurang. Jika f(x) termasuk dalam
C6 pada ( -1,1 ), maka

∫ f ( x ) dx=
( √ 35 )+8 f ( 0) +5 f ( √ 35 ) + E ( f )
5f −
3
−1 9

Dengan galat E3 (f) = f(6) (c)/15750

25
26
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Integrase numerik adalah pendekatan untuk mencari nilai hampiran dari


suatu integral. Ada berbagai metode digunakan dalam mencari pendekatan
tersebut yang masing-masing memiliki aturan sendiri-sendiri

3.2. Saran

Tiada gading yang tak retak dan tiada sungai yang tak bermuara, tidak ada di
dunia ini yang sempurna kecuali Allah SWT. Karena itu, jika ada kekurangan dan
kesalahan yang penyusun lakukan, kiranya dengan segala kekurang dan
kerendahan hati , penyusun memohon maaf, Kritik dan saran sangat penyusun
harapkan untuk mencapai kesempurnaan

27
DAFTAR PUSTAKA

Sahid, Pengantar Komputasi Numerik Dengan Matlab, Andi Offset, Yogyakarta,


2005.
http://en.wikipedia.org/wiki/Gaussian quadrature, Gaussian quadrature,
Wikipedia, the free encyclopedia. (didownload pada 5 juni 2019).

28

Anda mungkin juga menyukai