PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Suatu integral dapat diselesaikan dengan 2 cara, yaitu secara analitik dan
secara numerik. Perhitungan secara analitik dilakukan untuk menyelesaikan
integral pada fungsi yang relative mudah. Karena terkadang fungsi tersebut
kompleks atau sulit dihitung nilai integralnya, perhitungan secara analitik ini tidak
dapat meyelesaikan solusi tersebut. Untuk itu, perhitungan integral secara numerik
merupakan cara untuk menyelesaikan solusi tersebut.
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.3.1. Dapat mendeskripsikan pengertian integrasi numerik
1
1.3.2. Dapat mendeskripsikan metode metode yang digunakan dalam integrasi
numerik
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah
metode numerik dan agar para pembaca sekalian mengetahui metode metode yang
dapat digunakan dalam integrasi numerik
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2. Integral
Di dalam kalkulus, integral adalah satu dari dua pokok bahasan yang
mendasardisamping turunan (derivative). Dalam kuliah kalkulus integral, anda
telahdiajarkan cara memperoleh solusi analitik (dan eksak) dari integral Tak-tentu
maupun integral Tentu. Integral Tak-tentu dinyatakan sebagai
∫ f ( x ) dx=F ( x ) +C
Solusinya, F(x), adalah fungsi menerus sedemikian sehingga F'(x) = f(x), dan C
adalah sebuah konstanta. Integral Tentu menangani perhitungan integral di antara
3
batas-batas yang telah ditentukan, yang dinyatakan sebagai
b
I =∫ f ( x ) dx
a
Secara geometri, integrasi Tentu sama dengan luas daerah yang dibatasi oleh
kurvay = f(x), garis x = a dan garis x = b Daerah yang dimaksudditunjukkan oleh
bagian yang diarsir seperti gambar dibawah.
4
Misalkan f didefinisikan pada [a,b] dan partisi interval [a,b] menjadi n
interval yang lebih kecil dengan titik titik ujung a=x 0< x1 <…< x n−1 < x n=b.
Kemudian Jumlah Riemann didefinisikan berupa
n
∑ f ( x i) ∆ x i
i=1
5
Luas segiempat ke-i
f ( x i−1 ) ∆ x i=hf ( a+ (i−1 ) h )
b n
∫ f ( x ) dx ≈ h ∑ f ( a+ ( i−1 ) h )
a i=1
b−a '
Dengan galat En = h f ( c) untuk suatu c dalam [a,b]
2
Jawab: Dik: a = -1, b = 1, dan n = 4, sehingga (b – a)/n = (1-(-1))/4 = 0,5 ; maka nilai x i dan
f(xi)
1
f ( x 0 ) =f (−1 )= ≈1
−1+2
1
f ( x 1 ) =f (−0,5 ) = ≈ 0,6666
−0,5+2
6
1
f ( x 2 ) =f ( 0 ) = ≈ 0,5
0+ 2
1
f ( x 3 ) =f ( 0,5 ) = ≈ 0,4
0,5+ 2
Jumlah Riemann kiri :
L=h¿
¿ 0,5 ¿
¿ 0,5 ( 2,5666 )=1,2833
f ( x i ) ∆ x i=hf ( a+ ih )
b n
∫ f ( x ) dx ≈ h ∑ f ( a+ih )
a i=1
−b−a '
Dengan galat En = h f (c) untuk suatu c dalam [a,b]
2
7
Contoh: Gunakan rumus Riemann kanan untuk menghampiri dengan n = 4
1
1
∫ x+2 dx
−1
Jawab: Dik: a = -1, b = 1, dan n = 4, sehingga (b – a)/n = (1-(-1))/4 = 0,5 ; maka nilai x i dan
f(xi)
1
f ( x 1 ) =f (−0,5 ) = ≈ 0,6666
−0,5+2
1
f ( x 2 ) =f ( 0 ) = ≈ 0,5
0+ 2
1
f ( x 3 ) =f ( 0,5 ) = ≈ 0,4
0,5+ 2
1
f ( x 4 )=f (1 )= ≈ 0,3333
1+2
8
Luas segiempat ke-i
f (x i−1
2
+ xi
) 1
( ( ))
∆ xi =h f a+ i− h
2
b n
1
∫ f ( x ) dx ≈ h ∑ f
a i=1
( ( ))
a+ i−
2
h
b−a 2 '
Dengan galat En = h f (c ) untuk suatu c dalam [a,b]
24
Jawab: Dik: a = -1, b = 1, dan n = 4, sehingga (b – a)/n = (1-(-1))/4 = 0,5 ; maka nilai x i dan
f(xi)
1
f x 1 =f (−0,75 ) = ≈0,8
( ) 2
−0 ,7 5+2
1
f x 3 =f (−0 , 25 )= ≈ 0,5714
( ) 2
−0 , 25+2
1
f x 5 =f ( 0 , 25 )= ≈ 0,4 444
( ) 2
0 ,2 5+2
1
f x 7 =f ( 0,75 ) = ≈ 0 , 3636
( ) 2
0,75+ 2
9
¿ 0,5 ( 2,1794 ) =1.0897
10
Hitung nilai jum_eksak dan error
f ( a )+ f ( b)
L= ( b−a )
2
b−a
¿ ( f (a)+ f (b ))
2
11
Dari persamaan diatas diperoleh jika trapesiumnya lebih dari satu dan
partisinya berjarak sama maka
b−a 2 , ,
Dengan galat En = h f ( c ) untuk c dalam [a,b]
12
Jawab: Dik: a = -1, b = 1, dan n = 4, sehingga (b – a)/n = (1-(-1))/4 = 0,5 ; maka nilai x i dan
f(xi)
1
f ( x 0 ) =f (−1 )= ≈1
−1+2
1
f ( x 1 ) =f (−0,5 ) = ≈ 0,6666
−0,5+2
1
f ( x 2 ) =f ( 0 ) = ≈ 0,5
0+ 2
1
f ( x 3 ) =f ( 0,5 ) = ≈ 0,4
0,5+ 2
1
f ( x 4 )=f (1 )= ≈ 0,3333
1+2
Program
12
Adapun algoritma dalam mencari jumlah Riemann
13
Polinom interpolasi Newton-Gregory derajat 2 yang melalui ketiga buah titik
tersebutadalah
x x( x−h) x x (x−h)
p2 ( x ) =f ( x 0 ) + ∆ f ( x 0 ) + 2
∆ f ( x0 ) 2=f 0+ ∆ f 0 + 2
∆ f 02
h 2! h h 2! h
Integrasi p2 ( x ) didalam selang [0,2h]:
2h 2h
I ≈ ∫ f ( x ) dx ≈ ∫ p2 ( x ) dx
0 0
2h
x x ( x−h )
≈ ∫ f 0+ ∆ f 0 + 2
∆ f 02 dx
0 h 2!h
x2 x3 x2
≈ f 0x+
2h
∆ f 0+ ( 2
6h 4 h
− )
∆ f 0220 h
4 h2 8 h3 4 h2
≈ 2 h f 0+
2h
∆ f 0+
6h(2
−
4 h )
∆ f 02
4h
≈ 2 h f 0 +2 h ∆ f 0 +( −h) ∆ f 02
3
h
≈ 2 h f 0 +2 h ∆ f 0 + ∆ f 02
3
Mengingat ∆ f 0=f 1−f 0
2
dan ∆ f 0 =∆ f 1−∆ f 0 =(f ¿ ¿ 2−f 1)−( f 1−f 0) =f 2−2 f 1 + f 0 ¿
maka selanjutnya
h
I ≈ 2 h f 0+ 2h (f 1−f 0 )+ ( f ¿ ¿ 2−2 f 1+ f 0 )¿
3
14
h 2h h
≈ 2 h f 0 +2 h f 1−2 h f 0 ¿+ f 2− f 1+ f ¿
3 3 3 0
h 4h h
≈ f + f + f
3 0 3 1 3 2
h
≈ (f ¿ ¿ 0+ 4 f 1+ f 2 )¿
3
Persamaan ini dinamakan kaidah Simpson 1/3. Sebutan "1/3" muncul karenadi
dalam persamaan diatas terdapat faktor "1/3" (sekaligus untukmembedakannya
dengan kaidah Smpson yang lain, yaitu Simpson 3/8).Misalkan kurva fungsi
sepanjang selang integrasi [a, b] kita bagi menjadi n+1buah titik diskrit x0, x1, x2,
…, xn, dengan n genap, dan setiap tiga buah titik (atau2 pasang upselang) di kurva
dihampiri dengan parabola (polinom interpolasiderajat 2), maka kita akan
mempunyai n/2 buah potongan parabola. Bila masing-masing polinom derajat 2
tersebut kita integralkan di dalam upaselang (subinterval)integrasinya, maka
jumlah seluruh integral tersebut membentuk kaidah Simpson 1/3 gabungan:
b x2 x4 xn
h h h
≈ (f ¿ ¿ 0+ 4 f 1+ f 2 )+ (f ¿ ¿ 2+4 f 3 + f 4 )+…+ ( f ¿ ¿ n−2+ 4 f n−1+ f n )¿ ¿ ¿
3 3 3
h
≈ (f ¿ ¿ 0+ 4 f 1+ 2 f 2 +4 f 3 +2 f 4 +…+2 f n−2+ 4 f n−1+ f n )¿
3
n−1 n−2
h
≈ (f ¿¿ 0+ 4 ∑ f i +2 ∑ f i + f n )¿
3 i= ganjil i=genap
15
Contoh: Gunakan aturan simpson 1/3 untuk menghampiri dengan n = 4
1
1
∫ x+2 dx
−1
Jawab: Dik: a = -1, b = 1, dan n = 4, sehingga (b – a)/n = (1-(-1))/4 = 0,5 ; maka nilai x i dan
f(xi)
1
f ( x 0 ) =f (−1 )= ≈1
−1+2
1
f ( x 1 ) =f (−0,5 ) = ≈ 0,6666
−0,5+2
1
f ( x 2 ) =f ( 0 ) = ≈ 0,5
0+ 2
1
f ( x 3 ) =f ( 0,5 ) = ≈ 0,4
0,5+ 2
1
f ( x 4 )=f (1 )= ≈ 0,3333
1+2
Program
16
3
2.5.2. Metode Simpson
8
Seperti halnya pada kaidah Simpson 1/3, hampiran nilai integrasi yang
lebih teliti dapat ditingkatkan terus dengan mengunakan polinom interpolasi
berderajat lebih tinggi pula. Misalkan sekarang fungsi f(x) kita hampiri dengan
polinom interpolasi derajat 3. Luas daerah yang dihitung sebagai hampiran nilai
integrasi adalah daerah di bawah kurva polinom derajat 3 tersebut parabola. Untuk
membentuk polinom interpolasi derajat 3, dibutuhkan 4 buah titik data, misalkan
titik-titk tersebut (0, f(0)), (h, f(h)), (2h, f(2h)), dan (3h, f(3h)).
17
Polinom interpolasi Newton-Gregory derajat 3 yang melalui keempat buah titik itu adalah
x x ( x−h ) x ( x−h )( x−2 h ) 3
p3 ( x ) =f ( x 0 ) + ∆ f ( x 0 ) + ∆ f ( x0 ) 2+ ∆ f ( x0 )
h 2!h 2
3 ! h3
x x(x −h) x ( x −h ) ( x−2 h ) 3
¿ f 0+ ∆ f 0 + ∆ f 02 + ∆ f (x 0)
h 2! h 2
3 ! h3
Integrasi p3 ( x ) didalam selanh [0,3h] adalah
3h 3h
I ≈ ∫ f ( x ) dx ≈∫ p3 ( x ) dx
0 0
3h
x x ( x −h ) x ( x−h ) ( x−2 h ) 3
≈ ∫ [f ¿ ¿ 0+ ∆ f 0+ 2
∆ f 02 + ∆ f (x 0 )] dx ¿
0 h 2! h 3 ! h3
Dengan carapenurunan yang sama seperti pada kaidah simpson 3/8, diperoleh
3h
∫ f ( x ) dx ≈ 38h ( f ¿ ¿ 0+3 f 1 +3 f 2+ f 3 )¿
0
18
−h5 4
En = (b−a) f ( c ) untuk c dalam [a,b]
80
Kaidah Simpson 3/8 memiliki orde galat yang sama dengan orde galat
kaidahSimpson 1/3. Namun dalam praktek, kaidah Simpson 1/3 biasanya lebih
disukaidaripada kaidah Simpson 3/8, karena dengan tiga titik (Simpson 1/3)
sudahdiperoleh orde ketelitian yang sama dengan 4 titik (Simpson 3/8). Tetapi,
untuk nkelipatan tiga, kita hanya dapat menggunakan kaidah Simpson 3/8, dan
bukanSimpson 1/3.
Contoh: Gunakan aturan simpson 3/8 untuk menghampiri dengan n = 3
1
1
∫ x+2 dx
−1
Jawab: Dik: a = -1, b = 1, dan n = 4, sehingga (b – a)/n = (1-(-1))/4 = 0,5 ; maka nilai x i dan
f(xi)
1
f ( x 0 ) =f (−1 )= ≈1
−1+2
1
f ( x 1 ) =f (−0,5 ) = ≈ 0,6666
−0,5+2
1
f ( x 2 ) =f ( 0 ) = ≈ 0,5
0+ 2
1
f ( x 3 ) =f ( 0,5 ) = ≈ 0,4
0,5+ 2
19
2.6. Integrasi Romberg
2.6.1. Aturan rekursif trapesium
Misalkan f suatu fungsi yang terdefinisi pada [a,b] dan h=(b-a). Untuk n=1,2,4,8,
… atau n=20,21,22,23,…, kita definisikan barisan aturan trapesium
T0 , T1 , T2 , T3 ,..., Tk ,....
Dengan
h h
T0 T1 ( f , h ) ( f (a ) f (b)) dan Tk T2k ( f , k ) , k 1, 2, 3,...
2 2
20
h ba
h
T0 ( f (a ) f (b))
2
T h
T1 0 f1
2 2
T h
T2 1 ( f1 f 3 )
2 4
T h
T3 2 ( f1 f3 f 5 f 7 )
2 8
4Tn Tn 1
Sn , untuk n 1, 2,3,...
3
16S n Sn 1
Bn , untuk n 2,3, 4,...
15
21
4k 1 R ( j , k 1) R ( j 1, k 1)
R( j , k ) ,
4k 1 1
untuk 2 k j , dengan nilai awal adalah kuadratur trapesium
ba
R(1,1) T 0 ( f ( a) f (b)).
2
R(1,1)
R(2,1) R(2, 2)
R(3,1) R(3, 2) R(3,3)
R(4,1) R(4, 2) R(4,3) R(4, 4)
R( N ,1) R( N , 2) R( N ,3) R( N , N )
function A= romberg(f,a,b,n)
%Integral fungsi dengan menggunakan Metode Romberg
%a,b batas atas dan bawah pengintegralan
%n banyaknya baris romberg
syms z;
A = zeros(n+1);
h = b-a; %inisialisasi lebar interval
A(1,1)= (subs(f,z,a)+subs(f,z,b))*(b-a)/2;
for i =2:n+1,
h = h/2; %iterasi 1
jumlah = 0 ; % Inisialisasi
for k =1:2^(i-2), %masalah indeks k pada i =2
jumlah = jumlah + subs(f,z,a+(2*k-1)*h);
end
A (i,1) = 1/2 * A(i-1,1) +jumlah*h;
for j=2:i,
A(i,j) = A(i,j-1) + 1/(4^j - 1)*(A(i,j-1)-A(i-1,j-
1));
end
22
2.7. Integrasi Gauss Legendre
2.7.1. Kuadratur Gauss
Jika jarak setiap nilai x berurutan sama, dapat digunakan tumus
newton cotes untuk menghitung hampiran integral. Akan tetapi, jika
diketahui suatu fungsi secara eksplisit, perlu untuk memilih titik-titik
dimana nilai fungsi dihitung. Kuadratur gauss berkenaan dengan
pemilihan titik-titik tersebut, sedemikian hingga keakuratan hampiran
meningkat.Kuadratur gauss memberikan suatu prosedur pemilihan
titik-titik x1, x2, …, xn pada interval [a,b] dan konstanta c1, c2, …, cn
untuk meminimumkan galat hampiran
n
∑ ci f ( x i )
i=1
untuk integral
b
∫ f ( x ) dx
a
Untuk sebarang fungsi f (x) . Nilai-nilai x i dikenal sebagai absis dan nilai-nilai c i
dikenalm sebagai bobot. Nilai-nilai ini dihitung dengan mengunakan polinomial
Legendre.
Polinomial Legendre berderajat ṅ didefinisikan sebagai
1 dn 2
Pn ( x ) =¿ ( x −1)n
2n n ! dx n
Dengan P0 ( x ) = 1. Dalam rumus Kuadratur Gauss-Legendre, nilai-nilai x i
Dipilih sedemikian hingga merupakan pembuat nol Pn ( x ) dan koefisien-koefisien
c i diperoleh dengan rumus
2(1−x i2)
c i= 2 .
n2 [ Pn−1 ( x i ) ]
∫ f ( x ) dx ≈ ∑ c i f (x i).
a i=1
23
dalam menggunakan rumus Kuadratur Gauss-Legendre, interval (a,b)
dinormalisasikan menjadi (-1,1). Berikut adalah beberapa rumus Kuadratur
Gauss-Legendre yang didasarkan pada polinomial Legendre berderajat dua dan
tiga.
a
( )+f ( √13 )
∫ f ( x ) dx ≈ G2 ( f )=f −1
√3
Rumus diatas memiliki derajat keakuratan n=3 ,rumus tersebut
memberikan nilai eksak untuk polinomial berderajat 3 atau kurang. Jika f ( x )
termasuk dalam kelas c (4) pada
[-1, 1], maka
1
−1
( )+f ( √13 )+ E (f )
∫ f ( x ) dx=f −1
√3 2
f ( 4) (c )
Dengan galat E2 ( f )= .
135
CONTOH
Gunakan rumus Kuadratur Gauss dua titik untuk menghampiri
1
1
∫ x+2 dx
−1
Dan bandingkan hasilnya dengan aturan trapesium dengan h=2 dan aturan
simpson dengan h=1.
Penyelesaian:
Misalkan G2 menyatakan hampiran kuadratur gauss dua titik, T (f, 2) menyatakan
hampiran trapesium dan S (f, 1) menyatakan hampiran simpson. Maka
1
G2 = f ( −1
√3 ) +f ( )
√3
= f (−0.57735 )+ f ( 0.57735 )
= 0.70291 + 0.38800
= 1.09091
24
T(f, 2) = f (−1 ) + f ( 1 )
1
= 1+
3
= 1.33333
∫ f ( x ) dx=
( √ 35 )+8 f ( 0) +5 f ( √ 35 )
5f −
−1 9
∫ f ( x ) dx=
( √ 35 )+8 f ( 0) +5 f ( √ 35 ) + E ( f )
5f −
3
−1 9
25
26
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Tiada gading yang tak retak dan tiada sungai yang tak bermuara, tidak ada di
dunia ini yang sempurna kecuali Allah SWT. Karena itu, jika ada kekurangan dan
kesalahan yang penyusun lakukan, kiranya dengan segala kekurang dan
kerendahan hati , penyusun memohon maaf, Kritik dan saran sangat penyusun
harapkan untuk mencapai kesempurnaan
27
DAFTAR PUSTAKA
28