Disusun Oleh:
Uswatun Hasanah (2018016004)
Widy Mulyo (2018016016)
Debiyanti Koro Dimu (2018016028)
Alfenia Susanti Putri (2018016029)
2020
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
RINGKASAN............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 2
C. Tujuan.................................................................................... 2
D. Luaran yang Diharapkan........................................................ 3
E. Kegunaan................................................................................ 3
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 19
ii
RINGKASAN
Alat peraga adalah semua atau segala sesuatu yang dapat digunakan dan dapat
dimanfaatkan untuk menjelaskan konsep-konsep pembelajaran dari materi yang bersifat
abstrak atau kurang jelas menjadi nyata dan jelas sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian serta minat para siswa yang menjurus kearah terjadinya proses belajar
mengajar. Alat peraga merupakan suatu alat yang dipakai untuk dapat membantu dalam
proses belajar-mengajar yang berperan besar sebagai pendukung kegiatan belajar-mengajar
yang dilakukan oleh pengajar atau guru. Penggunaan alat peraga ini mempunyai bertujuan
untuk memberikan wujud yang riil terhadap bahan yang dibicarakan dalam materi
pembelajaran.
Alat peraga yang dipakai dalam proses belajar-mengajar dalam garis biasanya
memiliki manfaat menambahkan kegiatan belajar para siswa, menghemat waktu belajar,
memberikan alasan yang wajar untuk belajar, sebab dapat membangkitkan minat perhatian
dan aktivitas para siswa.
Oleh karena itu penulis membuat alat peraga IPA yang berhubungan dengan materi
Sistem Tata Surya. Alat peraga yang diciptakan ini diharapkan dapat membantu peserta didik
dalam memahami materi pelajaran khususnya pada proses terbentuknya gerhana dan proses
terbentuknya fase-fase bulan.
Metode yang akan diterapkan dalam kegiatan ini adalah yang pertama dengan
membuat kerangka kerja, dimana kerangka kerja tersebut akan menjelaskan secara garis
besar urutan yang akan dilaksanakan. Pada metode ini terdapat beberapa tahap yaitu tahap
pembuatan desain rancangan, tahap persiapan alat dan komponen, tahap pembuatan alat dan
tahap pengujian di lapangan.
Dengan alat peraga yang penulis ciptakan diharapkan dapat membantu peserta didik
dan guru dalam proses belajar mengajar tentang materi yang abstrak seperti materi proses
terjadinya gerhana bulan dan matahari.
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena astronomis secara umum telah berlangsung secara rutin jauh lebih
panjang dari usia peradaban manusia, yang berkaitan dengan periode orbit bulan dan
periode orbit Bumi mengelilingi Matahari.
Sebagai salah satu contoh realita ilmiah dari keteraturan gerak Bumi dan
Bulan dalam mengelilingi Matahari yang bersifat pasti, dimana gerak bumi dan bulan
dalam peredaranya mengelilingi matahari pada saatnya akan terjadi gerhana yaitu saat
Matahari, Bulan dan Bumi berada pada satu bujur Astronomis. Pengaruh gerak benda
langit yakni Matahari dan Bulan, membawa yang sangat besar pada Bumi salah
satunya yakni berpengaruh pada penentuan praktek ibadah umat muslim, baik dalam
penentuan awal bulan, waktu salat, penentuan arah kiblat, hingga penentuan
terjadinya gerhana Bulan dan gerhana Matahari
Gerhana adalah fenomena yang menarik dan penting untuk dikaji, rekaman
fenomena gerhana Matahari maupun gerhana Bulan menjadi suatu dokumen penting
dalam menelaah berbagai peristiwa atau kejadian penting di sekitar fenomena gerhana
tersebut.
Sebagai contoh bahwa peristiwa gerhana sebagai ajang penelaahan terhadap
fenomena yang terjadi di sekitar fenomena gerhana tersebut adalah selain pada aspek
sejarah, pada saat terjadinya gerhana Bulan momen tersebut sebagai alat ukur
komposisi dan ketebalan atmosfer Bumi.
Berdasarkan pemaparan tentang gerhana bulan dan matahari di atas, tentunya
bagi siswa tidak hanya sebatas teori untuk belajar, tetapi lebih efisien jika fenomena
tersebut di simulasikan langsung menggunakan alat peraga. Dalam hal ini guru
berperan penting untuk menyampaikan kepda siswa, dan guru sebagai agen
pembelajaran jika kompetensi dikuasai dari tujuan pembelajaran yaitu melatih cara
berpikir dan bernalar, mengembangkan aktivitas kreatif, dan mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah dan mengembangkan kemampuan menyampaikan
informasi atau gagasan. Maka mutu layanan untuk siswa optimal.
1
dalam memahami konsep IPA. Lain halnya jika fasilitas laboraturium sangat minim
dan guru cenderung terpaku untuk hanya memanfaatkan alat laboraturium yang ada
tersebut, maka nyaris pembelajaran praktikum tidak di laksanakan.
Keterbatasan alat seharusnya tidak menjadi penghalang bagi guru IPA di SMP
untuk terus berkreativitas dalam pembelajaran IPA. Guru IPA dapat memanfaatkan
keberadaan benda-benda di sekitar untuk di buat sebagai alat peraga ataupum alat
praktikum sederhana yang dapat di gunakan oleh siswa untuk mengeksplorasi
pengetahuannya dan lebih memahami konsep-konsep IPA. Demikian halnya yang
terjadi di SMP Tamansiswa Kumendaman untuk pembelajaran konsep gerhana bulan
dan fase-fasenya, SMP Tamansiswa Kumendaman tidak mempunyai alat praktikum.
Berangkat dari kondisi itulah penulis mencoba untuk mendesain dam membuat alat
peraga “Gerhana Bulan dan Fase-fasenya”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahan yang ada yaitu:
1. Apa yang menjadi dasar teori dari pembuatan alat peraga “gerhana bulan dan letak
fase-fasenya’?
2. Alat dan bahan apa saja yang di perlukan untuk membuat alat peraga gerhana
bulan dan letak fase-fasenya’?
3. Bagaiamana cara membuat atau merangkai alat peraga gerhana bulan dan letak
fase-fasenya’?
4. Bagaimana cara menggunakan alat peraga gerhana bulan dan letak fase-fasenya’?
C. Tujuan
2. Untuk mengetahui alat dan bahan yang di perlukan untuk membuat alat peraga
“gerhana bulan dan letak fase-fasenya”.
3. Untuk mengetahui cara membuat alat peraga “gerhana bulan dan letak fase-
fasenya”
4. Untuk mengetahui cara menggunakan “gerhana bulan dan letak fase-fasenya”
2
D. Luaran Yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari pembuatan proposal ini adalah sebuah desain alat
peraga “gerhana bulan dan letak fase-fasenya”.
E. Kegunaan
Penggunaan alat peraga IPA tentang “gerhana bulan dan fase-fasenya” berguna untuk
membantu guru dan siswa untuk mempraktikan materi tersebut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Matahari
Matahari adalah bintang yang berupa bola gas panas dan bercahaya yang
menjadi pusat system tata surya. Tanpa energy intens dan panas Matahari, tidak akan
ada kehidupan di Bumi. Matahari juga merupakan sumber energi utama yang
memancarkan energi yang kuar biasa besar ke permukaan bumi.(Manan, 2009)
C. Planet
Planet adalah benda langit yang tidak dapat memancarkan cahaya sendiri.
Planet hanya memantulkan cahaya yang diterimanya dari bintang. Planet Dalam
disebut juga dengan Planet Terestrial. Planet Terestrial adalah planet yang letaknya
dekat dengan Matahari, berukuran kecil, memiliki sedikit satelit atau tidak sama
sekali, berbatu, terrestrial, sebagian besar terdiri atas mineral tahan api, seperti silikat
yang membentuk kerak dan mantelnya, serta logam seperti besi dan nikel yang
membentuk intinya.
D. Bumi
Rotasi Bumi adalah perputaran Bumi pada porosnya. Sedangkan kala rotasi
Bumi adalah waktu yang diperlukan Bumi untuk sekali berputar pada porosnya, yaitu
4
23 jam 56 menit. Bumi berotasi dari barat ke timur. Aktivitas yang telah kamu
lakukan adalah salah satu akibat dari rotasi Bumi, yaitu terjadinya siang dan malam.
Bulan juga mengalamai rotasi dan revolusi. Rotasi Bulan adalah gerak Bulan
yang berputar pada sumbunya. Revolusi Bulan adalah gerak Bulan mengelilingi
Bumi. Waktu revolusi bulan sama dengan waktu rotasi Bulansehingga
menyebabkan wajah Bulan yang menghadap Bumi selalu sama. Waktu yang
diperlukan Bulan untuk berevolusi satu kali adalah sekitar 29 hari atau satu bulan.
2. Bulan
Bulan adalah benda langit yang terdekat dengan Bumi sekaligus merupakan
satelit Bumi. Karena Bulan merupakan satelit, maka Bulan tidak dapat
memancarkan cahaya sendiri melainkan memancarkan cahaya Matahari.
Sebagaimana dengan Bumi yang berputar dan mengelilingi Matahari, Bulan juga
berputar dan mengelilingi Bumi.
3. Bentuk Bulan
Bulan berbentuk bulat mirip seperti planet. Permukaan Bulan berupa dataran
kering dan tandus, banyak kawah dan juga terdapat pegunungan dan dataran
tinggi. Bulan tidak memiliki atmosfer, sehingga sering terjadi perubahan suhu
yang sangat drastic. Selain itu, bunyi tidak dapat merambat, tidak ada siklus air,
tidak ditemukan makhluk hidup dan sangat gelap gulita.
Bulan melakukan tiga gerakan sekaligus, yaitu rotasi, revolusi dan bergerak
bersama-sama dengan Bumi untuk mengelilingi Matahari. Kala Rotasi Bulan
sama dengan kala revolusinya terhadap Bumi, yaitu 27,3 hari. Oleh karena itu,
permukaan Bulan yang menghadap ke Bumi selalu sama.
Waktu yang dibutuhkan bulan untuk untuk satu kali berevolusi sekitar 27,3
hari yang disebut Kala revolusi Sideris (1 Bulan Sideris). Tetapi karena Bumi juga
bergerak searah gerak Bulan, maka menurut pangamatan di Bumi waktu yang
dibutuhkan Bulan untuk melakukan satu putaran penuh menjadi lebih panjang dari
Kala Revolusi Sideris, yaitu sekitar 29,5 hari yang disebut Kala Revolusi Sinodis
(1 Bulan Sinodis). Kala Revolusi Sinodis dapat ditentukan melalui pengamatan
5
dari saat terjadinya Bulan Baru sampai Bulan Baru berikutnya. Satu Bulan Sinodis
digunakan sebagai dasar penanggalan Komariah (Penanggalan Islam).
4. Fase Bulan
Fase Bulan adalah bentuk Bulan yang berbeda-beda saat diamati dari Bumi
(sabit, kuartil, gibous, purnama). Bulan tampak bersinar karena memantulkan
cahaya Matahari. Setengah bagian Bulan yang menghadap Matahari akan terang,
dan sebaliknya setengah bagian yang membelakangi Matahari akan gelap. Akan
tetapi fase bulan yang terlihat dari Bumi bergantung pada kedudukan relatif
Matahari, Bulan, dan Bumi. Peredaran Bumi dan Bulan menyebabkan pula
peristiwa gerhana Bulan dan gerhana Matahari.
Posisi relatif bulan, bumi dan matahari terkadang menghasilkan fenimena lain
yang lebih unik. Ada kalanya ketika matahari, bumi dan bulan berada pada posisi
oposisi atau onjungsi berperilaku berbeda dari biasanya, atau yang lebih familiar
di telinga kita dengan sebutan gerhana (Learning & Study, 2010)
E. Gerhana
Gerhana dalam bahasa Inggris adalah eclipse1. Pada dasarnya kata ini
digunakan untuk gerhana Bulan dan gerhana Matahari. Istilah ini digunakan
secara umum, baik gerhana Bulan maupun gerhana Matahari. Namun dalam
penyebutannya, terdapat dua istilah, yaitu eclipse of the moon untuk gerhana
Bulan, dan eclipse of the sun untuk gerhana Matahari. Selain itu ada juga
yang menggunakan lunar eclipse untuk gerhana Bulan dan solar eclipse
untuk gerhana Matahari. (Cavenett, 2013)
6
Gerhana terjadi ketika posisi Bulan dan Bumi menghalangi sinar Matahari. Gerhana
juga merupakan akibat dari pergerakan Bulan. Ada dua jenis gerhana, yaitu Gerhana
Matahari dan Gerhana Bulan.
1. Gerhana Matahari
Gerhana Matahari terjadi ketika bayangan Bulan bergerak menutupi
permukaan Bumi. Dimana posisi Bulan berada di antara Matahari dan Bumi dan
ketiganya terletak dalam satu garis. Gerhana Matahari terjadi pada waktu Bulan
mati atau awal bulan baru.
Bayang-bayang bulan dibagi menjadi dua bagian, yaitu Umbra dan penumbra.
Umbra adalah bagian yang gelap dan berbentuk kerucut yang puncaknya menuju
ke Bumi. Sedangkan Penumbra adalah bagian yang agak terang dan bentuknya
makin jauh dari bulan maka semakin lebar (SYARIF et al., 2012)
Tahapan-tahapan dalam proses terjadinya gerhana matahari:
a. Pada detik-detik awalnya belum terjadi fenomena alam apapun, biasannya
teman-teman akan melihat jika langit biru yang cerah mejadi sedikit redup
seperti secara perlahan mulai kehilangan cahayannya, itulah kode-kode alam
gerhana Matahari.
b. Proses selanjutnya ketika gerhana Matahari akan mulai, akan nampak
bayangan hitam yang secara perlahan-lahan menuju ke Matahari. Bayangan
hitam ini tidak lain adalah bayangan Bulan yang nantinya akan menutupi
sinar Matahari ke permukaan Bumi.
c. Bayangan Bulan yang pada awalnya berukuran kecil kemudian lama-
kelamaan akan semakin besar dan berhasil dalam menutupi cahaya Matahari.
d. Ketika Bulan yang nampak dengan menyabit, kemudian akan terjadi proses
gerhana Matahari yang tertutp secara sempurna dan membuat Bumi gelap
dalam beberapa waktu dekat. Fase inilah yang disebut dengan gerhana
Matahari total.
Akibat ukuran Bulan lebih kecil dibandingkan Bumi atau Matahari, maka terjadi
Tiga (3) kemungkinan Gerhana, yaitu sebagai berikut:
7
a. Gerhana Matahari Total.
Gambar
2. Gerhana matahari total
Gamba r 3.
Gerhana
Matahari cincin
8
cincin terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya
menutup sebagian piringan Matahari atau gerhana sentral yang mana 14
perpanjangan kerucut umbra mengenai bumi dan di simbolkan dalam
astronomi (A).
2. Gerhana Bulan
Gerhana Bulan terjadi apabila Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam satu
garis simpul, dengan posisi Bulan membelakangi Bumi (oposisi). Tentu saja
gerhana Bulan terjadi pada malam Bulan purnama. Gerhana Bulan terjadi karena
Bulan memasuki umbra Bumi. Karena pengaruh inklinasi Bulan terhadap
ekliptika, maka gerhana total tidak selalu terjadi pada saat Bulan purnama. Jika
Bulan hanya dekat simpul, maka hanya akan terjadi gerhana penumbra. Jika Bulan
sangat jauh dari simpul maka tidak terjadi gerhana Bulan pada saat Bulan
purnama.
Gerhana Bulan terjadi ketika Bulan memasuki bayangan Bumi. Gerhana Bulan
hanya dapat terjadi pada saat Bulan Purnama. Gerhana Bulan terjadi apabila Bumi
berada di antara Matahari dan Bulan. Pada waktu seluruh bagian Bulan masuk
dalam daerah “Umbra” Bumi, maka terjadi Gerhana Bulan Total. Proses Bulan
9
berada dalam “Penumbra” dapat mencapai 6 Jam dan dalam “Umbra” hanya
sekitar 40 menit.
Pada peristiwa ini bulan hanya memasuki wilayah bayangan penumbra Bumi
bukan pada wilayah bayangan umbra, maka penampakan piringan Bulan tidak
berubah seperti halnya gerhana bulan total dan gerhana bulan parsial (Erni, 2018)
Umbra adalah bayangan gelap yang terbentuk selama terjadinya gerhana.
Penumbra adalah bayangan kabur (remang-remang) yang terbentuk
selama terjadinya gerhana.
Gambar 5.
Gerhana Bulan total
Gerhana Bulan Total terjadi ketika Bulan dan Matahari persis berada di
antara Bumi. Kendati Bulan hanya jadi bayangan Bumi, sebagian sinar
matahari sampai ke Bulan. Sinar matahari sampai ke Bulan lewat atmosfer
Bumi. Atmosfer Bumi menyaring sebagian sinar biru. Ini menyebabkan Bulan
berwarna merah dari Bumi.
10
b. Gerhana Bulan Sebagian
11
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Metode yang akan diterapkan dalam kegiatan ini adalah yang pertama dengan
membuat kerangka kerja, dimana kerangka kerja tersebut akan menjelaskan secata umum
ataupun secara garis besar urutan yang akan dilaksanakan yang akan dilaksanakanpada proses
kegiatan, yaitu sebagai berikut:
12
penghantar listrik antar dinamo yang satu dengan dinamo yang lain yang dihubungkan
dengan sakelar lalu pada kumparan yang dikaitkan dengan dengan kayu pada as tengah
(titik tengah) sehingga bumi dapat berputar. Pda proses tersebut yang berputar adalah
bumi dan bulan, sehingga lampu senter sebagai pencahayan tidak ikut berputar. Kemudian
yang menjadi input untuk selanjutnya diproses pada rangkaian elektronika kemudian hasil
output berupa suatu informasi indikator LED dan lampu hiasan agar terlihat lebih menarik.
Dengan adanya indikator ini, operator akan segera mengambil keputusan dengan mengatur
sakelar untuk proses hidup dan matinya lampu.
Berikut adalah gambar desain dari rancangan alat peraga meliputi gerhana
matahari dan bulan beserta fase-fasenya yang akan dilakukan, guna proses efisiensi kerja
dalam pemantauan penggunaan peralatan dan keselamatan kerja.
Gambar Desain rancangan alat peraga, yang meliputi gerhana matahari dan bulan
beserta fase-fasenya.
2. Komponen
a. Dinamo 1 buah
b. Baterai 2 buah
c. Sakelar 1 buah
2. Pembuatan Matahari
a. Ambillah triplek D sebagai dinding kiri dan buatlah lubang pada triplek di
bagian tegah, sesuai dengan besar gagang senter (sebagai sumber cahaya),
dengan lubang terletak di bagian tengah triplek.
b. Masukkan senter pada triplek yang telah dibuat lubang sebelumnya, pastikan
letak sakelar masih berada di bagian luar triplek, hal tersebut dapat
memudahkan ketika menyalakan dan mematikan senter, serta cahaya senter
yang dihasilkan lurus.
14
c. Potonglah bola menjadi 2 bagian (sama besar) yaitu ½, lalu lubangi pada
begian tengah bola agar cahaya senter dapat menyorot dengan jelas,
d. Warnai bola seperti matahari dengan memberi warna kuning.
e. Selanjutnya tempelkan ½ bola tersebut menggunakan paku dan lem kayu atau
lem tembak pada triplex agar ½ bola tersebut tidak mudah lepas atau bergeser.
3. Pembuatan Bulan
a. Pilih bola paling kecil untuk membuat Bulan, kemudian warnai bola tersebut
dengan menggunakan cat berwarna putih.
b. Lubangi pada bagian tengah bola.
c. Kemudian masukan kayu bambu sebagai penyangga bola.
4. Pembuatan Bumi
a. Ambil bola sebagai Bumi dan lubagi bagian tengah bola untuk dimasukan
kayu. Kemudian warnai bola agar menyerupai Bumi.
b. Masukan kayu bambu ke dalam lubang bola dengan panjang laher 43cm.
Kemudian dilem agar lebih kuat.
c. Hubungkan kayu bambu Bulan dan kayu pada Bumi dengan menggunakan
kayu berbentuk pipih.
d. Agar Bulan dapat berotasi mengelilingi Bumi, pada kayu pipih bagian Bumi
diberi lubang yang sedikit longgar agar Bulan dapat berotasi.
e. Masukan kayu pada Bumi ke bagian triplek A (alas) dan triplek C (atap).
Dipasang dengan jarak 25cm dari Matahari. Dirangkai seperti pada gambar
desain.
f. Pasang dinamo di bagian atap dan hubungkan pada laher Bumi agar dapat
berputar pada porosnya.
g. Rangkai dinamo dengan baterai dan sakelar.
15
d. hubungkan kabel merah dari baterai dan kabel merah dari dynamo ke sakelar,
pastikan tidak ada sambungan kabel yang salah.
e. Kemudian nyalakan sakelar yang berakibat pada berputarnya dynamo yang
sebelumnya telah dihubungkan dengan kayu vertikal sehingga bumi dapat
berputar pada porosnya.
f. Merangkai seluruh kompenen yang telah di rangkai.
g. Hubungkan triplek A (bagian alas), triplek B (bagian atap), C (bagian dinding
belakang), triplek D (bagian dinding kiri), triplek E (bagian dinding kanan)
dengan menggunakan paku dan lem kayu.
h. Bagian atap di tempelkan benamg yang terdapat kerdapat kertas karton yang
sudah di tulis fase-fase bulan.
16
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
A. Anggaran Biaya
B. Jadwal Kegiatan
No. Jenis Kegiatan Waktu Kegiatan
Pertemuan ke-
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
17
rancangan
18
DAFTAR PUSTAKA
Admiranto, A. Gunawan. 2000. Tata Surya dan Alam Semesta. Yogyakarta: Kanisius
Abadi
Avivah. 2018. Gerhana Bulan. Langit selatan.
https://www.google.com/amp/s/langitselatan.com/2018/01/08/. Diakses
tanggal 1 April 2020
Dani Rana. 2019. Fakta Gerhana Matahari cincin.
https://www.google.com/amp/s/www.hipwee.com/feature/fakta-gerhana-
matahari-cincin/amp/. Diakses tanggal 1 April 2020
Erwin Edwar. 2018. Tata Surya. http://www.erwinedwar.com/2018/03/tata-surya-materi-
ipa-terpadu-smp-kelas.html?m=1. Diakses tanggal 1 April 2020
Izza Diana. 2018. Fase-fase Bulan. Journal Islam. http://e-
journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/jhi/article/view/1275. Diakses
tanggal 1 April 2020.
Ramlawati, Hamka, dkk. 2017. Sistem Tata Surya. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Dektoral Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan.
Wahono, fida, SIH. 2017. IPA SMP kelas VII edisi revisi. Jakarta : Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Replubik Indonesia
Departemen Pendidikan Nasional
19
Manan, S. (2009). Energi Matahari, Sumber Energi Alternatif yang Effisien, Handal dan
Ramah Lingkungan di Indonesia. Gema Teknologi, 31–35.
http://eprints.undip.ac.id/1722 Diakses tanggal 1 April 2020.
SYARIF, M., TESIS, S., & SYARIF, M. (2012). Fiqh Astronomi Gerhana Matahari.
Download14.Dokumen.Tips. Diakses tanggal 1 April 2020.
http://download14.dokumen.tips/uploads/check_up14/332015/55cf850f5503465d4a8b5239.p
df%5Cnhttp://eprints.walisongo.ac.id/130/
(Ii et al., 2002) Diakses tanggal 1 April 2020.
20